Anda di halaman 1dari 45

PROGRAM IMUNISASI

OLEH:
Dr. H. H A M Z A H, M. Kes.
NIDN : 0904076001

DISAJIKAN PADA PESERTA PEMBEKALAN KEPANITERAAN KLINIK IKMKK


MAHASISWA PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI, 2019
1
LATAR BELAKANG
ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI MERUPAKAN
CERMINAN DARI KUALITAS MANUSIA
PENYEBAB KEMATIAN BAYI MASIH BANYAK
DIDOMINASI OLEH PENYAKIT YANG DAPAT
DICEGAH DENGAN IMUNISASI:
CAMPAK ,BATUK REJAN DAN DIFTERI YANG
MERUPAKAN BAGIAN DARI PENYAKIT ISPA
HEPATITIS ( PENYAKIT KUNING )
TETANUS
TBC
PROGRAM IMUNSASI YANG DILAKUKAN DI
POSYANDU MEMPUNYAI ANDIL SEBESAR 37,8 %
DALAM MENCEGAH KEMATIAN BAYI
SEJARAH IMUNISASI
• PROGRAM IMUNISASI DI INDONESIA DIMULAI TAHUN 1956----
IMUNISASI CACAR
• 1974 Indonesia dinyatakan bebas Cacar oleh WHO,
dan 1978 seluruh Dunia dinyatakan bebas Cacar.
• TAHUN 1974 IMUNISASI TT, 1976 DPT
• VAKSINASI BCG DIMULAI TAHUN 1973, PENGEMBANGAN
PROGRAM IMUNISASI SECARA RESMI TAHUN 1977 ( DPT DAN
BCG )
• TAHUN 1981 DIKEMBANGKAN IMUNISASI POLIO DAN TAHUN 1982
IMUNISASI CAMPAK
• TAHUN 1982 DIKEMBANGKAN IMUNISASI DT UNTUK ANAK
SEKOLAH
• TAHUN 1991 HEPATITIS B DIMASUKKAN DALAM PROGRAM
IMUNISASI SETELAH UJICOBA SELAMA 4 TAHUN DI LOMBOK (1987-
1990) DAN TAHUN 2000 DIBERLAKUKAN UNTUK PROGRAM
SECARA NASIONAL
• PROGRAM IMUNISASI RUTIN SAAT INI MELIPUTI 7 JENIS ANTIGEN :
BCG, DPT, POLIO, HEPATITIS, CAMPAK, TT DAN DT
Beberapa program Imunisasi Nasional :
1. Eradikasi Polio (tdk ditemukan lagi kasus polio baru)

2. Pekan Imunisasi Nasional (PIN)


Dilaksanakan pd thn 1995, 1996, 1997 & 2002

Telah di imunisasi sebanyak 22 juta anak balita di seluruh Indonesia

3. Survailans Acute Flaccid Paralysis (AFP)


Februari 2006 tdk lagi ditemukan virus polio liar di Indonesia

4. Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN)


Kematian akibat TN pada thn 80-an berkisar antara 8-20% dari AKB

Dilaksanakan sejak tahun 1991

Tahun 2005 TN tdk menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi

5. Reduksi Campak
 90% kematian akibat campak, sebelum program imunisasi campak mulai
PENGERTIAN IMUNISASI
• IMUNISASI ADALAH PEMBERIAN KEKEBALAN KEPADA BAYI,
ANAK, IBU HAMIL, WANITA USIA SUBUR DAN WANITA CALON
PENGANTIN SEHINGGA TAHAN TERHADAP SERANGAN
PENYAKIT YANG DAPAT MENYEBEBKAN CACAT ATAU
KEMATIAN
TUJUAN PEMBERIAN IMUNISASI
– TUJUAN UMUM : MEMBERIKAN KEKEBALAN KEPADA BAYI,
ANAK, IBU HAMIL, WANITA USIA SUBUR DAN WANITA CALON
PENGANTIN SEHINGGA TAHAN TERHADAP SERANGAN PENYAKIT
YANG DAPAT MENYEBEBKAN CACAT ATAU KEMATIAN
– TUJUAN KHUSUS :
• UNTUK ANAK :
– MENCEGAH PENDERITAAN YANG DISEBABKAN OLEH
PENYAKIT DAN KEMUNGKINAN CACAT ATAU MATI
• UNTUK KELUARGA :
– MENGHILANGKAN KECEMASAN BIAYA PENGOBATAN BILA
ANAK SAKIT DAN MENDORONG PEMBENTUKAN KELUARGA
KECIL BAHAGIA DAN SEJAHTERA KARENA YAKIN ANAK AKAN
MELEWATI MASA KANAK-KANAK DENGAN AMAN
• UNTUK NEGARA :
– MEMPERBAIKI TINGKAT KESEHATAN, MENCIPTAKAN
BANGSA YANG KUAT UNTUK MELANJUTKAN
PEMBANGUNAN DAN MEMPERBAIKI CITRA BANGSA DAN
NEGARA
Menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat penyakit2 yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD3I).
Seluruh bayi mendapatkan imunisasi dasar
Seluruh anak sekolah mendapatkan
imunisasi lanjutan (campak, DT dan TT)
Wanita Usia Subur (termasuk bumil, dan
catin) mendapatkan imunisasi TT5 dosis
Kelompok berisiko tinggi
(Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi)

 Dari sebagian kecil penyakit yang telah ditemukan vaksinnya


hanya 7 yang diupayakan pencegahannya melalui program
imunisasi yang untuk selanjutnya kita sebut PD3I .

 Beberapa pertimbangan untuk memasukannya ke dalam


program antara lain adalah besarnya masalah yang
ditimbulkan , keganasan penyakit , efektifitas vaksin dan
yang terakhir masalah pengadaan vaksin.
 Berikut ini ke 7 Penyakit , menurut sifat-sifat klinis dan
epidemiologisnya

9
Penyebab Corynebacterium diphtheriae
Gejala dapat tidak ada atau ringan sekali berupa membran
dalam rongga hidung sampai sangat berat dan
menyebabkan kematian, yang sering dijumpai adalah
dengan pembengkakan kelenjar sekitar leher
Golongan umur penderita biasanya dibawah 15 tahun.
Untuk perlindungan kelompok umur tersebut dengan
memberikan Imunisasi DPT terhadap Bayi dan DT pada
murid SD Kls I .
Cara penularan melalui partikel percikan ludah yang
tercemar.
DIPHTHERI
A
 Penyebabnya bakteri Bordetella pertussis
 Gejala awal berupa pilek dan batuk, mulai hari ke 10
batuk bertambah , batuk keras berturut-turut dan
penderita baru dapat melakukan inspirasi dalam yang
terdengar sebagai whoop kadang-kadang sampai
muntah.Komplikasi umumnya adalah Pneumonia yang
paling banyak menimbulkan kematian, Kematian lebih
sering dijumpai pada usia kurang 1 tahun.
 Cara penularan melalui droplet biasanya dari saudara
serumah.
 Pencegahan dengan Imunisasi DPT

12
 Penyebabnya kuman Clostridium tetani
 Spora tetanus yang masuk ke dalam luka berkembang
biak dan membentuk toxin.Pada neonatus (penyakit ini
dikenal dgn Tetanus Neonatorum) kuman masuk melalui
tali pusat. Gejala khas berupa kejang rangsang atau
kejang spontan, muka tampak menyeringai, pada bayi
mulut terkancing. Keluhan awal Tetanus Neonatorum
adalah bayi tidak mau menetek dan mulut mencucut
seperti ikan bila tidak diobati bayi akan menderita kejang
sehingga bayi tampak biru hal ini dapat menyebabkan
kematian.
 Pertolongan persalinan dan perawatan tali pusat yang
kurang steril masih merupakan masalah
 Pencegahan dengan Imunisasi TT Ibu Hamil & WUS

Sudin Kesmas 13
Jakarta Utara
DPT
• PENYEBAB :
1. D : CORYNE BACTERIUM
DIPHTERIAE
2. P : BORDETELLA PERTUSIS
3. T : CLONTRIDIUM TETANI
• VAKSIN : KOMBINASI DPT
• CARA PEMBERIAN VAKSIN :
IM 0,5 ml
• JADUAL PEMBERIAN :
1. DPT I : 2-4 BLN
2. DPT II : 3-5 BLN
3. DPT III : 4-6 BLN
4. DPT IV : 1 THN STL DPT III
5. DPT V : ANAK MASUK SEKOLAH
• CARA PENYIMPANAN VAKSIN
PD SUHU 0-80C
• EFEK SAMPING :
1. DEMAM TINGGI
2. REWEL
3. KEMERAHAN DAERAH INVASI
4. NYERI-----2 HARI
• KONTRA INDIKASI
1. ENSEFALOPATI
2. RIW. ANAFILAKSIS
PERLU DIPERHATIKAN APABILA
PD PEMBERIAN PERTAMA TIMBUL
HIPERPIREKSIA, ANAK MENANGIS
TERUS DAN KEJANG 3 HARI STL
PEMBERIAN
 Penyebabnya Virus Polio
 Gejala awal tidak spesifik,
seperti infeksi saluran nafas bagian atas dan demam
ringan. Paralisis yang bersifat flaksid . Dan harus
dibedakan dengan penyakit lumpuh layu akut dan
dikenal dengan AFP
 Penularan virus Polio secara droplet dan sangat cepat.
 Reservoir hanya manusia
 Pencegahan dengan Imunisasi Polio .

Sudin Kesmas 19
Jakarta Utara
POLIOMIELITIS
• JADUAL PEMBERIAN :
1. POLIO I : 0 BLN
2. POLIO II : 2 BLN
3. POLIO III : 3 BLN
4. POLIO IV : 4 BLN
• CARA PEMBERIAN
ORAL 2 TETES
• CARA KERJA :
VAKSIN AKAN MASUK KE DLM
SAL PENCERNAAN DAN MEMACU
PEMBENTUKAN ANTIBODY BAIK DI
DLM DARAH MAUPUN PD EPITELIUM
USUS, SHG TJD PERTAHANAN
LOKAL THD POLIO YG MASUK
• EFEK SAMPING :
1. PUSING
2. DIARE RINGAN
3. SAKIT PD OTOT
• KONTRAINDIKASI
1. DEMAM
2. MUNTAH/DIARE
3. KONSUMSI OBAT IMUNOSUPRESIF
4. RADIASI UMUM
5. KEGANASAN
6. PEND HIV
• CARA PENYIMPANAN
1. TERTUTUP : SUHU 2-80C
2. BEKU : -200C
 Penyebabnya Mycobacterium Tuberculosis (M.
TB, M. BOVIS)
 Penyakit ini masih merupakan masalah di
kelompok masyarakat dengan sosial ekonomi
rendah, menyerang berbagai golongan umur
dan merupakan penyakit dalam keluarga.
 Pencegahan dengan Imunisasi BCG terhadap
Bayi
• JARINGAN YG DISERANG :
1. PARU-PARU
2. SELAPUT OTAK
3. TULANG
4. KELENJAR SUPERFISIAL
• VAKSIN : BCG
• SIFAT VAKSIN : MENGURANGI RESIKO TBC
BERAT
• EFEK PROTEKSI : 8-12 MINGGU STL
IMUNISASI
• CARA PEMBERIAN :
1. ANAK : IC 0,1 ml
2. BBL : 0.05 ml
• WAKTU PEMBERIAN :
1. ANAK : TES MANTOUX (-)
2. BAYI : < 2 BULAN
• CARA KERJA VAKSIN :
MENINGKATKAN DAYA TAHAN TUBUH THD
INF BASIL YG VIRULEN
IMUNITAS TIMBUL STL 8 MINGGU
IMUNITAS BISA TDK LENGKAP
• EFEK SAMPING :
1. REAKSI PEMBENGKAKAN KECIL
2. KEMERAHAN,
3. ABSES
4. SCAR
• KONTRA INDIKASI
1. UJI MANTOUX (+)
2. IMMUNODEFISIENSI
3. GIZI BURUK
4. DEMAM TINGGI
5. INFEKSI KULIT YG LUAS
6. RIWAYAT TB
7. KEHAMILAN
• CARA MENYIMPAN VAKSIN
1. PD SUHU 2-80C
2. TDK DLM KEADAAN BEKU
3. TDK KENA SINAR MTH LANGSUNG
4. EXP STL 8 JAM PENGENCERAN
 Penyebabnya Virus Morbilli / Virus Rubeola, ditularkan
melalui batuk , bersin dan tangan yang kotor oleh cairan
hidung.
 Gejala awal menyerupai selesma disertai kunjungtivitis ,
sedang tanda khas berupa bintik koplik, timbul dimulai
dari dahi dan belakang telinga kemudian menyebar ke
muka, badan dan anggota badan, pada kulit gelap sulit
dilihat. Komplikasi terjadi pada 30 % penderita berupa
kunjungtivitis berat dan Pneumonia.
 Pencegahan dengan Imunisasi Campak

Sudin Kesmas 31
Jakarta Utara
• CARA PEMBERIAN :
1. SC DALAM / IM
2. DOSIS : 0,5 ml
3. UMUR 9 BLN
• EFEK SAMPING : DEMAM, KEMERAHAN,NYERI
SENDI
• KONTRA INDIKASI :
1. DEMAM
2. TB TANPA PENGOBATAN
3. IMUNOSUPRESI
• PENYIMPANAN : 2-80C
IMUNISASI LANJUTAN
• MMR
1. UMUR : 15-18 BLN
2. DOSIS : 1 X 0,5ml
3. BILA ANAK MMR, CAMPAK II
(5-6 THN) TDK DIBERIKAN
4. ULANG 10-12 THN
7.

 Penyebabnya Virus Hepatitis type B


 Gejalanya tidak khas
 Kelompok Resiko tinggi adalah secara vertikal bayi
dari ibu pengidap , secara horisontal pecandu
narkotika , tenaga medis , pekerja laboratorium atau
petugas akupungtur.
 Untuk memutuskan rantai penularan secara vertikal ,
maka diperlukan pemberian imunisasi Hepatitis B
secara dini (0–7 hari) . Untuk memudahkan
operasional dilapangan dibutuhkan teknologi tepat
guna yang saat ini telah digunakan Uniject HB yang
merupakan alat suntik dan vaksin siap pakai.

Sudin Kesmas 36
Jakarta Utara
• Hib
1. DIBERIKAN UMUR 2,3,6 BLN
2. ULANG 18 BLN
3. DOSIS : 0,5ml IM
b. JADWAL IMUNISASI
C. JADWAL IMUNISASI TIDAK TERATUR

 Pada keadaan tertentu imunisasi tdk dpt dilaksanakan sesuai


dengan jadwal yg sudah disepakati. Keadaan ini bukan
merupakan hambatan untuk melanjutkan imunisasi
 Vaksin yg sudah diterima anak tdk menjadi hilang manfaatnya
tetapi tetap sudah menghasilkan respon imunologis, tetapi
belum mencapai hasil yg optimal sebagaimana bila
imunisasinya lengkap
 Dengan demikian, kita harus menyelesaikan jadwal imunisasi
dengan melengkapi imunisasi yg belum selesai tadi
a. Vaksin 1x atau Vaksin dengan daya lindung
panjang

o Untuk vaksin yg diberikan hanya 1x : BCG, Campak,


MMR dan Varisela, maka keterlambatan tersebut akan
mengakibatkan meningkatnya resiko tertular oleh penyakit
yg ingin dihindari
o Setelah vaksin diberikan, maka resiko terkena penyakit yg
dapat dicegah dengan imunisasi tersebut akan rendah
sekali
o Usia yg lebih tua pada saat menerima vaksin dapat
menghasilkan kadar antibodi yg cukup tinggi karena
sistem imunitas sudah lebih matang
b. Belum Pernah Mendapat Imunisasi

o Anak yang belum pernah mendapat imunisasi terhadap penyakit


tertentu, tidak mempunyai antibodi yang cukup untuk menghadapi
penyakit tersebut

c. Imunisasi Multidosis Dengan Interval Tertentu


o Untuk imunisasi yg harus diberikan beberapa kali dng interval
waktu tertentu agar kadar antibodi yg diinginkan tercapai cth : DPT,
polio, Hib, Hep-A atau Hep-B, keterbatasan atau memanjangnya
interval tidak bermakna mempengaruhi respon imunologis dalam
bentuk antibodi
o Keterlambatan akan menunda tercapainya ambang kadar antibodi
yang memberikan perlindungan tersebut, sehingga resiko tertular
atau terkena penyakit yg ingin dicegah masih tinggi
o Jumlah pemberian imunisasi tetap harus dilengkapi, supaya kadar
ambang perlindungan bisa dicapai dan anak terlindung dari
penyakit
o Terdapat beberapa jenis vaksin yg daya
perlindungannya terbatas, hingga kurun wkt tertentu
saja, sehingga membutuhkan imunisasi ulang untuk
meningkatkan kembali kadar antibodinya (booster) .

o Bila imunisasi ulang terlambat atau tidak dilakukan,


maka kadar antibodi yg sudah rendah itu akan
meningkatkan resiko untuk tertular penyakit tersebut
d. Status Imunisasi Tidak Diketahui Atau
Meragukan

o Anak dengan status imunisasi yg tdk dikethui atau


meragukan, Mis: dokumentasi imunisasi yg buruk atau
hilang, menyebabkan ketidakpastian tentang imunisasi yg
sudah dan belum diberikan
o Pada keadaan ini, anak harus dianggap rentan dan harus
diberikan imunisasi yg diperkirakan belum didapat tadi
o Tidak ada bukti yg menunjukkan bahwa pemberian
vaksin MMR, varicela, Hib, Hepatitis-B, Campak, DPT
atau Polio yg berlebih akan merugikan penerima yang
sudah imun

Anda mungkin juga menyukai