FAKULTAS KEDOKTERAN
JUNI 2022
UNIVERSITAS HALU OLEO
VERTIGO
PENYUSUN :
Ferisa Paraswati, S.Ked (K1B1 22 037)
PEMBIMBING :
dr. La Ode Muhammad Fatahillah, M.Kes., Sp.S
Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepanitraan klinik pada Bagian
Ilmu Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.
Raha, Juni 2022
Mengetahui,
Pembimbing
a. Vestibulum
Vestibulum berbentuk lonjong. Dinding medial membentuk
bagian fundus meatus interna. Pada dinding ini dijumpai dua
cekungan yang ukurannya berbeda: bagian posterior, yaitu
resesus eliptik yang bertindak sebagai wadah utrikulus; bagian
anterior yang bulat kecil yaitu resesus sferis yang
merupakan wadah sakulus. Daerah perforasi pada resesus
sferis, dilalui cabang sakula nervus vestibuler (Gambar 2).7,8
1) Perilimf
Perilimf berasal dari cairan spinal yang masuk melalui
duktus perioptik Komposisi cairansama dengan cairan
ekstraseluler dan cairan serebrospinal, kadar natrium lebih
tinggi dari pada kalium, yaitu 140mEq/l berbanding 5,5-
6,25mEQ/l. Cairan ini berasal dari filtrat darah atau difusi
cairan serebrospinal, dan di absorbsi oleh pembuluh vena kecil
di sekitarnya.7,9
2) Endolimf
Endolimf dihasilkan oleh sel-sel sekresi stria vaskularis
dan diabsorbsi oleh sakus endolimfatikus. Komposisi cairan
endolimf sama dengan cairan intraselular, kadar kalium
lebih tinggi dari natrium, yaitu 140-160 Eq/L berbanding
12-16mEq/L. Cairan ini berasal dari filtrat perilimf atau
stria vasikularis, dan di absorbsi oleh sakus endolimfatikus.7,9
7) Neurotransmitter
Neurotransmiter yang bekerja di aferen vestibuler terdiri atas
glutamat dan aspartat. Asetilkolin dan kalsitonin adalah
neurotransmiter yang bekerja pada eferent vestibuler perifer untuk
mengontrol sensitivitas sel reseptor.7
Zat nitrat oksida (NO) adalah ion channel modulator yang
hadir dalam epitel vestibular dan meningkatkan transmisi aferen
dengan memberi sinyal molekul sensorik dalam perjalanan
sistem vestibuler sentral dan perifer. Hasil akhir dari produksi
NOdi ruang vestibuler akan menjadi kompleks, tergantung dari
kadar NO yang tercapai dan peran fungsional pra dan pasca
saluran ion sinaptik yang dimodulasi oleh NO. Substansial Nitrat
Oksida dapat mempengaruhi rangsangan dengan menghambat
konduktansi dominan di dekat potensial istirahat.11,12
Gangguan
+/- -
pendengaran
Gerakan pencetus Gerakan kepala -
kepala
Mual/muntah/keringatan ++ +
D. Patofisiologi
Vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya
dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat. Jika ada kelainan
pada lintasan informasi dari indera keseimbangan yang dikirim ke
sistem saraf pusat, atau kelainan pada pusat keseimbangan, maka proses
adaptasi yang normal tidak akan terjadi tetap akan menimbulkan reaksi
alarm. Keadaan ini berhubungan dengan serat-serat di formasio
retikularis batang otak yang berhubungan dengan aktivitas sistem
kolinergik dan adrenergik.
Peningkatan kegawatan ini sesuai dengan peningkatan aktivitas
kolinergik dan menurunkan tanda kegawatan sesuai dengan aktivitas
sistem adrenergic. Teori-teori yang dapat menjelaskan tentang terjadinya
vertigo adalah reseptor, yaitu reseptor vestibuler, visual dan
proprioseptik. Rangsangan mekanis cahaya yang diterima reseptor ini
diubah menjadi impuls saraf dan dihantarkan melalui saraf afferent yang
sesuai menuju ke pusat-pusat alat keseimbangan tubuh yang terdapat di
otak.
Impuls ini akan dibandingkan antara impuls kanan dan kiri, yaitu
impuls yang berasal dari reseptor visual dengan proprioseptik dan
reseptor vestibuler secara timbal balik.
Vertigo akan timbul bila terdapat gangguan pada alat-alat
vestibular atau pada serabut-serabut yang menghubungkan alat/nuklei
vestibular dengan pusat-pusat di cerebellum dan korteks cerebri. Vertigo
ini akan timbul bila terdapat ketidakcocokan dalam informasi yang oleh
susunan-susunan aferen disampaikan kepada kesadaran kita. Sususnan
aferen yang terpenting dalam hal ini adalah susunan vestibular atau
keseimbangan yang secara terusmenerus menyampaikan impuls-impuls
ke serebellum. Namun demikian susunan-susunan lain, seperti misalnya
susunan optik dan susunan proprioseptif dalam hal ini pula memegang
peranan yang sangat penting. Penting pula sususnan yang
mrnghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N.III, IV, dan VI,
sususnan vestibulo-retikularis susunan vestibulospinalis dll.
E. Gejala Klinis
Menurut (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019) berdasarkan gejala klinis
yang menonjol, vertigo dapat pula dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Vertigo proksimal
Ciri khas: serangan mendadak, berlangsung beberapa menit
atau hari, menghilang sempurna, suatu ketika muncul lagi dan di
antara serangan penderita bebas dari keluhan.
Berdasarkan gejala penyertanya di bagi:
a. Dengan keluhan telinga, tuli atau telinga berdenging, sindrom
menire, arakhnoiditis pontoserebelaris, TIA vertebrobasilar,
kelainan ontogeny, tumor fossa poaterior.
b. Tanpa keluhan telinga: TIA vertebrobasilar, epilepsi, migrain,
vertigo anak.
c. Timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi: posisional
proksimal benigna14
2. Vertigo kronis
Ciri khas: vertigo menetap lama, keluhan konstan tidak membentuk
seranganserangan akut. Berdasarkan gejala penyertanya dibagi:
a. Keluhan telinga: otitis media kronis, tumor serebelopontin,
meningitis TB, labirinitis kronis, lues serebri.
b. Tanpa keluhan telinga: konstusio serebri, hipoglikemia,
ensefalitis pontis, kelainan okuler, kardiovaskular dan psikologis,
posttraumatic sindrom, intoksikasi, kelainan endokrin.
c. Timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi: hipotensi
orthostatic, vertigo servikalis14
3. Vertigo akut
Berdasarkan gejala penyertanya dibagi:
a. Ada pada keluhan telinga: neuritis N. VIII, trauma labirin,
perdarahan labirin, herpes zoster otikus.
b. Tidak ada pada keluhan telinga: neuritis vestibularis, sclerosis
multiple, oklusi arteri serebeli inferior posterior, ensefalitis
vestibularis, sclerosis multiple, hematobulbi14
F. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Sekitar 20 sampai 40% pasien dapat didiagnosis segera setelah
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Diagnosis juga dapat ditentukan
berdasarkan komplek gejala yang terdapat pada pasien. 6
1) Anamnesis
Pada anamnesis ditanyakan bentuk vertigo, keadaan yang
memprovokasi timbulnya vertigo, profil waktu timbulnya vertigo,
gangguan pendengaran, dan penggunaan obat-obatan. Pada
anamnesis ditanyakan6
Bentuk vertigonya (apakah melayang, goyang, berputar tujuh
keliling, rasa seperti naik perahu, dan sebagainya)
Keadaan yang memprovokasi timbulnya vertigo (perubahan
posisi kepala dan tubuh, keletihan dan ketegangan)
Profil waktu (apakah timbulnya akut atau perlahan-lahan, hilang
timbul, paroksismal, kronik, progresif, atau membaik)
Apakah ada gangguan pendengaran yang biasanya menyertai
atau ditemukan pada lesi alat vestibuler atau n. vestibularis
Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin, kanamisin,
salisilat, antimalaria dan lain-lain yang diketahui ototoksik atau
vestibulotoksik
Adanya penyakit sistemik seperti anemia, penyakit jantung,
hipertensi, hipotensi, penyakit paru
Kemungkinan trauma akustik. 6
2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain pemeriksaan
tekanan darah yang diukur dalam posisi berbaring, duduk, dan
berdiri, bising karotis, irama (denyut jantung), dan pulsasi nadi
perifer. 6
Pemeriksaan neurologis yang dapat dilakukan antara lain: 6
a. Uji Romberg,
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan mula-mula
dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada
posisi demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa
penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan
bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler
hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang
menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka
badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebral
badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun
pada mata tertutup.
b. Tandem Gait
Penderita berjalan dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan
pada ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan
vestibuler, perjalanannya akan menyimpang dan pada kelainan
serebeler penderita akan cenderung jatuh.
c. Uji Unterberger
Penderita berdiri dengan kedua lengan lurus horizontal ke
depan dan jalan di tempat dengan mengangkat lutut setinggi
mungkin selama satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi
penderita akan menyimpang atau berputar ke arah lesi dengan
gerakan seperti orang melempar cakram yaitu kepala dan badan
berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan
lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini
disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.
d. Uji Tunjuk Barany (past-ponting test)
Penderita diinstruksikan mengangkat lengannya ke atas
dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan,
kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan
pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata
terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat
penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.
e. Uji Babinsky Weil
Penderita berjalan lima langkah ke depan dan lima langkah
ke belakang selama setengan menit dengan mata tertutup
berulang kali. Jika ada gangguan vestibuler unilateral, pasien
akan berjalan dengan arah berbentuk bintang.
Pemeriksaan khusus oto-Neurologi dilakukan untuk
menentukan apakah letak lesinya di sentral atau perifer. Pemeriksaan
fungsi Vestibuler antara lain : 6
a. Uji Dix Hallpike
Penderita dibaringkan ke belakang dengan cepat dari posisi
duduk di atas tempat tidur sehingga kepalanya menggantung 45°
di bawah garis horizontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45°
ke kanan lalu ke kiri. Lakukan uji ini ke kanan dan kiri.
Perhatikan apakah terdapat nistagmus pada penderita. Perhatikan
saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus. Uji ini dapat
dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral. Vertigo dan
nistagmus timbul setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam
waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila
tes diulang beberapa kali (fatigue) menunjukan bahwa yang
terjadi pada penderita ialah vertigo perifer. Sedangkan jika tidak
ada periode laten, nistagmus dan vertigo berlangsung lebih dari 1
menit, bila diulangulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue)
menunjukan bahwa yang terjadi pada penderita ialah vertigo
sentral.
b. Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30°, sehingga
kanalis semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua
telinga diirigasi bergantian dengan air dingin (30°C) dan air
hangat (44°C) masing-masing selama 40 detik dan jarak setiap
irigasi 5 menit. Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak
permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus tersebut (normal
90-150 detik). Tes ini dapat menententukan adanya kanal paresis
atau directional preponderance ke kiri atau ke kanan. Kanal
paresis adalah abnormalitas yang ditemukan di satu telinga, baik
setelah rangsang air hangat maupun air dingin, sedangkan
directional preponderance ialah abnormalitas ditemukan pada
arah nistagmus yang sama di masing-masing telinga. Kanal
paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau n.VIII, sedangkan
directional preponderance menunjukkan lesi sentral.
c. Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit dengan
tujuan untuk merekam gerakan mata pada nistagmus sehingga
nistagmus tersebut dapat dianalisis secara kuantitatif.
Tes Fungsi Pendengaran antara lain :
a. Tes Garpu Tala
Tes ini digunakan untuk membedakan tuli konduktif dan
tuli perseptif, dengan tes-tes Rinne, Weber dan Schwabach. Pada
tuli konduktif, tes Rinne negatif, Weber lateralisasi ke yang tuli
dan schwabach memendek.
b. Audiometri
Ada beberapa macam pemeriksaan audiometri seperti
Ludness Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, dan Tone
Decay. Pemeriksaan saraf-saraf otak lain meliputi: acies visus,
kampus visus, okulomotor, sensorik wajah, otot wajah,
pendengaran dan fungsi menelan. Juga fungsi motorik
(kelumpuhan ekstremitas), fungsi sensorik (hipestesi, parestesi)
dan serebelar (tremor, gangguan cara berjalan).
3) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan: 6
a. Pemeriksaan laboratorium rutin atas darah dan urin, dan
pemeriksaan lain sesuai indikasi. Pemeriksaan laboratorium
meliputi pemeriksaan elekrolit, gula darah, funsi thyroid dapat
menentukan etiologi vertigo pada kurang dari 1 persen pasien.
b. Tes audiologik tidak selalu diperlukan. Tes ini diperlukan jika
pasien mengeluhkan gangguan pendengaran. Namun jika
diagnosis tidak jelas maka dapat dilakukan audiometric pada
semua pasien meskipun tidak mengelhkan gangguan
pendengaran.
c. Foto Rontgen tengkorak, leher, Stenvers (pada neurinoma
akustik). Pemeriksaan radiologi sebaiknya dilakukan pada pasien
dengan vertigo yang memiliki tanda dan gejala neurologis, ada
factor resiko untuk terjadinya CVA, tuli unilateral yang
progresif. MRI kepala mengevaluasi struktur dan integritas
batang otak, cerebellum, dan periventrikular white matter, dan
kompleks nervus VIII.
d. Neurofisiologi Elektroensefalografi (EEG), Elektromiografi
(EMG), Brainstem Auditory Evoked Potential (BAEP).
e. Pencitraan CTscan, arteriografi, magnetic resonance imaging
(MRI).
4) Diagnosis banding
Dianosis banding dari vertigo dapat dilihat pada table berikut ini : 6
Tabel 3. Penyebab Vertigo
Vertigo dengan
Vertigo dengan tuli Vertigo tanpa tuli
tanda intracranial
Tumor
Ménière’s disease Vestibular neuritis Cerebellopontine
angle
Vertebrobasilar
Benign positional
Labyrinthitis insufficiency dan
vertigo
thromboembolism
Tumor otak
- Misalnya,
Acute vestiblar
Labyrinthine trauma epyndimoma atau
dysfunction
metastasis pada
ventrikel keempat
Medication induced
Acoustic neuroma vertigo e.g Migraine
aminoglycosides
Acute
Cervical
cochleovestibular Multiple sklerosis
spondylosis
dysfunction
Aura epileptic
Following
attackterutama
Syphilis (rare) flexionextension
temporal lobe
injury
epilepsy
Obat-obatan-
misalnya, phenytoin,
barbiturate
Syringobulosa
5) Tatalaksana
Tujuan utama terapi vertigo adalah mengupayakan tercapainya
kualitas hidup yang optimal sesuai dengan perjalanan penyakitnya,
dengan mengurangi atau menghilangkan sensasi vertigo dengan efek
samping obat yang minimal. Terapi vertigo meliputi beberapa
perlakukan yaitu pemilihan medikamentosa, rehabilitasi dan operasi.
Pilihan terapi vertigo mencakup:
1. Terapi simtomatik, melalui farmakoterapi
2. Terapi kausal, mencakup
a. Farmakoterapi
b. Prosedur reposisi partikel (pada BPPV)
c. Bedah
3. Terapi Rehabilitaf atau Terapi (vestibular exercise) mencakup
a. Metode brandt-daroff
b. Latihan visual vestibular
c. Latihan berjalan
1) Tujuan terapi Rehabilitatif
a. Reposisi kanalit
b. Mencapai kompensasi dan adaptasi
2) Mekanisme kerja terapi rehabilitasi melalui:
a. Substitusi sentral ola sistem visual dan somatosensory
untuk fungsi vestibular yang terganggu
b. Mengaktifkan kendali konus n.vestibularis oleh
serebelum, sistem visual, somatosensory
Menimbulkan habituasi yaitu berkurangnya respon
terhadap stimuli sensori yang berulang-ulang.14
1. Medikamentosa6
a) Antikolinergik
Obat anti kolinergik, seperti skopolamin bermanfaat untuk
menghilangkan gejala mual dan muntah yang merupakan
manifestasi dari kegiatan susunan saraf simpatik.
b) Antihistamin
Obat ini sangat banyak dipakai untuk mengurangi rasa
pusing. Mekanisme kerja obat antihistamin adalah :
Efek antikolonergik
Sedatif
Blokade reuptake monoamine
Kombinasi dari ketiga efek diatas.
Obat yang sering dipakai adalah dimenhidrinat, dengan
dosis 3 dd 50 mg: prometasin, yang mempunyai efek sedatif
lebih besar, dengandosis 3 dd 25 mg; betahistin mesilat dalam
dosis 3 dd 6 mg.
c) Fenotiazin
Obat golongan ini selain memblokasi dopamin juga
mempunyaiefek antikolinergik dan anti histamin, misalnya
klopromazindengan dosis 3 dd 25 mg.
d) Butirofenon
Bila semua obat antihistamin tidak menolong, maka dapat
dipakaiobat ini dengan dosis 3 dd 1 mg.
e) Flunarizin
Obat ini adalah suatu calcium entry blocker, yang
mencegah akumulasi dari ion kalsium intraseluler pada keadaan
patologis. Flunarizin jauh lebih mengurangi keluhan vertigo
dibandingkan dengan obat yang lain
Tabel 4. Daftar obat vertigo
Gejala
Antie Mukosa
Golongan Dosis oral Sedasi ekstral
metic kering
pyramidal
Ca entry blocker
5-10mg1x1 + + - +
Flunarizin
Antihistamin
Cinarizin 25mg 3x1 + + - +
Prometazin 25-50mg 3x1 + ++ ++ -
dimenhidrinat 50mg 3x1 + + + -
Antikolegrnik
Skopolamin 0,6mg 3x1 + + +++ -
Atropin 0,4mg 3x1 + - +++ -
Monoaminergik
Amfetamin 5-10mg 3x1 + - + +
Efedrin 25mg 3x1 + - + -
Fenotiazin
Proklorperazin 3mg 3x1 +++ + + ++
Klorpomazin 25mg 3x1 ++ +++ + +++
Benzodiasipin
Diazepam 2-5mg 3x1 + ++ - -
Butirovenon
Halopendol
0,5-mg 3x1 ++ +++ + ++
Domperidon
Histaminic
Betahistin 8mg 3x1
+ + - +
24mg 2x1
Betablocsker
Karvedilol - - - -
Antiepiletip
Karbamazepin 200mg 3x1 - + - -
Penitoin 100mg 3x1 - - - -
2. Terapi Fisik
Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk
mengkompensasi gangguan keseimbangan. Namun kadang-
kadang dijumpai beberapa penderita yang kemampuan
adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan
oleh adanya gangguan lain di susunan saraf pusat atau didapatkan
deficit di sistem visual atau proprioseptifnya. Kadang-kadang
obat tidak banyak membantu, sehingga perlu latihan fisik
vestibular. Latihan bertujuan untuk mengatasi gangguan
vestibular, membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap
gangguan keseimbangan. 19
Tujuan latihan ialah : 19
1) Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau
disekuilibrium untuk meningkatkan kemampuan
mengatasinya secara lambat laun.
2) Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.
3) Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan
Contoh latihan : 19
1) Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata
ditutup.
2) Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi,
ekstensi, gerak miring).
3) Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka,
kemudian dengan mata tertutup.
4) Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian
dengan mata tertutup
5) Berjalan “tandem” (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki
yang satu menyentuh jari kaki lainnya dalam melangkah).
6) Jalan menaiki dan menuruni lereng.
7) Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal.
8) Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak
dan juga memfiksasi pada objek yang diam.
6) Komplikasi
Komplikasi muncul pada penderita vertigo yaitu cidera fisik
akibat kehilangan keseimbangan akibat terganggunya saraf VIII
(vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan diri
untuk tetap berdiri dan berjalan sehingga berisiko jatuh dan terjadi
cidera fisik. Pada pemeriksaan neurologi subyek ditemukan adanya
gangguan syaraf dikepala bagian kiri dengan gejala terasa tebal, serta
pusing yang berputar-putar, mata kiri terasa denyutan syaraf.20
7) Prognosis
Advitam : dubia ad bonam
Adsanationam : dubia ad malam
Adfungsionam : dubia ad bonam20
DAFTAR PUSTAKA
1. Newlands SD. 2006. Vestibular function and anatomy. In: Bailey BJ,
ed. Head and neck surgery otolaryngology. 4th ed. Philadelphia:
Lippincott Co.
2. Lee KJ. 2008. The vestibular system. In: Lee KJ, ed. Essensial
otolaryngology. 9 th ed. New Haven Connecticut : Yale University
School of Medicine
3. Stanton, M. dan Andrew M. F. 2022. Vertigo : Publicated on NCBI.
4. Wright CG, Schwade ND. 2000. Anatomy and physiology of the
vestibular system. Dalam: Roeser RJ, penyunting. Audiology diagnosis.
New York: Thieme.
5. Ranalli P. An Overview of Central Vertigo Disorders. Departments of
Medicine (Neurology), Otolaryngology, and Ophthalmology and Visual
Sciences, University of Toronto, Toronto, ON , Canada. 2019. p127-132.
6. Setiawati M, Susanti. Diagnosis dan Tata Laksana Vertigo. Bagian
Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Majority. Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung. 2016;4 (5):p1-5
7. Snow JB. 2009. Physiology of the auditory and vestibular systems. In:
Wackyn PA, ed. Ballenger’s otorhinolaryngology head and neck
surgery. 17th ed. Connecticut: BC decker inc.
8. Sobotta, J. 2008. Internal ear. In: Putz R, eds. Sobotta Atlas of human
anatomy.14th ed. Munich: Elsevier Gmbh.
9. Flint PW. 2010. Anatomy of the vestibular system. In: Niparko JK,
ed.Cumming otolaryngology head & neck surgery. 5 th ed. Vol 2.
Philadelphia: Mosby Elsevier.
10. Ross M. 2010. Internal ear. In: Ross M, eds. Histology a text and atlas.
6 th ed. Philadelphia: Lippincott williams & wilkins.
11. Almanza A, Navarrete F, Vega R & Soto E. 2007. Modulation of
voltage-gated ca2+ current in vestibular hair cells by nitric oxide. J
Neurophysiol. Vol. 97(95).
12. Chen JWY & Eatock RA. 2000. Major potassium conductnce in type
I hair cells from rat semisircular canls: characterization and modulation
by nitric oxide. J neurophysiol. Vol. 84(51).
13. Herlina, A., Ibrahim, Vino RN. Efektifitas Latihan Brandt Daroff
Terhadap Kejadian Vertigo Pada Subjek Penderita Vertigo. Jurnal Medika
Saintika. 2016. Vol. 8(2).
14. Kuo CH, Pang L, Chang R. Vertigo. Part 1, Asesment in general practice.
Australian Physician.Sydney,New South Wales. 2018;37(5):p341-47
15. Kembuan M.H.N. Patofisiologi Vertigo. Fakultas Kedokteran Unsrat.
Jurnal Tumou Tou. 2009. 1;1.
16. Chain, TC. 2009 . Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient
with Dizziness and Vertigo. Illnois:wolter kluwerlippincot William and
wilkins).
17. Lempert, T, Neuhauser, H. Epidemiology of vertigo, migraine and
vestibular migraine in Journal Nerology 2009:25:333-338
18. Labuguen, RH. Initial Evaluation of Vertigo in Journal American Family
Physician January 15, 2006
19. Swartz, R, Longwell, P. Treatment of Vertigo in Journal of American
Family Physician March 15,2005:71:6
20. Isman. Buku Bunga Rampai Vertigo. Jakarta : IDI Cabang Kota Gorontalo.
2004