Dibacakan Oleh :
Fikryah Eka Saputri 17014101164
Dhea Tiara 17014101200
Evita Melinda Sipayung 17014101183
Daryl Glenn 17014101199
Wilson F. Chia Girsang 17014101230
Nadiah Dewi Puspitarinie 17014101049
Paulus Tebay 12014101070
Supervisor Pembimbing:
dr. Shella, SpAn
2
Penatalaksanaan jalan nafas yang bermasalah adalah salah satu tantangan
dasar yang dihadapi oleh ahli anestesi pada praktek sehari-hari. Data yang
dipublikasikan oleh American Society of Anesthesiologists (ASA)
menunjukkan bahwa, walaupun adanya penurunan pada kasus gangguan
pernafasan sepanjang dekade, kasus gangguan nafas merupakan 32% dari
seluruh tuntutan hukum yang dihadapi ahli anestesiologi sepanjang 1990an.
Intubasi yang sulit, ventilasi inadekuat dan intubasi esophageal merupakan
faktor dasar yang bertanggung jawab terhadap kematian atau kerusakan otak.
Pemeriksaan Weight
<90 kg 0
Jalan Napas
90 - 110 kg 1
>110 kg 2
Gambar 1. Klasifikasi Mallampati
Mobility of the head and neck
termodifikasi
(Angle formed between the positions of greatest extension
and greatest flexion of the neck)
>90 0
~90 1
<90 2
Jaw movement
IO: maximum interincisal opening
SLux: Jaw subluxation and maximum forward protrusion of
the lower incisors beyond the upper incisors.
IO > 5 cm or SLux > 0 0
IO < 5 cm or SLux = 0
1
IO < 5 cm or SLux < 0
2
Retrognathia
Absent 0
Moderate 1
Severe 2
Buck teeth
0
Absent
Moderate 1
Tabel 1. Metode skor Wilson.
Severe 2
Parameters Undesirable Results
Pemeriksaan 1. Length of upper incisors Relatively long
Jalan Napas 1. Relation of maxillary
and mandibular incisors Prominent overbite
(maxillary incisors anterior to mandibular
during normal jaw
incisors)
closure
1. Relation of maxillary and Patient cannot bring mandibular incisors
anterior to maxillary incisors
mandibular incisors during
voluntary protrusion of jaw Less than 3 cm
1. Interincisor distance Not visible when tongue is protruded
with patient in sitting position (e.g.
1. Visibility of uvula Mallampati class greater than II)
Data mengenai jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, IMT dan klasifikasi status
fisik ASA dicatat.
Variabel analisis:
Klasifikasi Mallampati termodifikasi
Skor Wilson
Algoritme jalan nafas yang sulit ASA
Derajat Cormack-Lehane
Jumlah percobaan intubasi.
Untuk keperluan analisis data, pasien dibagi menjadi kelompok untuk
setiap indeks: Mallampati I / II atau Mallampati III / IV, skor Wilson dari
0/1 atau 2/3 atau 4, algoritme jalan nafas yang sulit ASA 6 atau 7,
Cormack-Lehane grade I / II atau III / IV, jumlah upaya intubasi: 2 atau>
2 atau gagal intubasi. Program perangkat lunak Epi Info, versi 3.5.3 ,uji
Fisher's dan uji chi-square. Hasil dengan nilai p <0,05 dianggap signifikan
secara statistik
11
12
Karakteristik Demografis Sampel Penelitian.
Sampel terdiri dari 81 pasien, lebih dari setengahnya adalah perempuan. Usia
rata-rata adalah 44 tahun dan rata-rata IMT adalah 27. Klasifikasi status fisik
ASA predominan adalah I / II
ASA
Physical
Sex Status
Mean Mean Mean Mean
age1 Height2 Weight3 BMI4
Male Female P1 P2 P3
23 58 44 1.61 68 27 38 40 3
(1.47 - (45 - (18 - (46.9% (3.7
(28.4%) (71.6%) (21 - 65) 1.86) 122) 44) ) (49.4%) %)
13
Jumlah pasien dalam sampel penelitian menurut klasifikasi Mallampati
termodifikasi dan skor Wilson
I or II III or IV 0 or 1 2 or 3 4
n = 52 n = 29 n = 51 n = 28 4
15
Hubungan antara klasifikasi Mallampati termodifikasi dengan grade
Cormack-Lehane.
I or II III or IV
I or II 50 (96.2%) 2 (3.8%) 52
I or II III or IV
0 or 1
51 (100%) 0 51
24 (85.7%) 4 (14.3%) 28
2 or 3
4 2 (100%) 0 2
p = 0.01.
17
Hubungan antara klasifikasi Mallampati termodifikasi dan banyaknya
percobaan intubasi endotracheal.
Bila klasifikasi Mallampati termodifikasi sesuai dengan jumlah upaya
intubasi, ditemukan bahwa dari 52 pasien yang tergolong Mallampati I / II,
50 (96,2%) diintubasi pada usaha pertama atau kedua, sementara dalam satu
kasus (1,9%) lebih dari dua upaya yang diperlukan, dan dalam kasus lain
(1,9%) intubasi terbukti tidak mungkin menggunakan laringoskop
konvensional. Semua 29 pasien yang tergolong sebagai Mallampati III / IV
berhasil diintubasi pada usaha pertama atau kedua; tanpa korelasi yang
signifikan secara statistik (p = 0,56)
Intubation attempts TOTAL
Mallampati
III or IV 29 (100%) 0 0 29
18
p = 0.56.
Hubungan antara skor Wilson dengan angka percobaan intubasi
endotracheal
Semua pasien dengan skor Wilson 0/1 diintubasi pada percobaan pertama
atau kedua. Dari 28 pasien dengan skor Wilson 2/3, 26 (92,9%) diintubasi
pada usaha pertama atau kedua, sementara pada satu kasus (3,6%)lebih dari
dua upaya
Tabel diperlukan
8. Hubungan dan
antara skor dalam
Wilson kasus
dengan angkalain (3,6%)
percobaan intubasi
intubasi terbukti tidak
endotracheal.
mungkin dilakukan dengan laryngoskop konvensional. Dua pasien dengan
skor Wilson 4 diintubasi pada upaya pertama atau kedua. Oleh karena itu,
tidak ada korelasi signifikan yang ditemukan secara statistik (p = 0.42)
Wilson score
0 or 1 51 (100%) 0 0 51 p = 0.42.
4 2 (100%) 0 0 2
19
Hubungan antara grade Cormack Lehane dengan angka percobaan
intubasi endotracheal.
Korelasi antara klasifikasi Cormack-Lehane dan jumlah intubasi endotrakeal
menunjukkan bahwa dari 77 pasien yang tergolong Cormack-Lehane I / II, 76
(98,7%) diintubasi pada usaha pertama atau kedua, sementara dalam satu kasus
(1,3%) lebih dari dua upaya diperlukan untuk mencapai intubasi yang berhasil.
Dari keempat pasien yang tergolong Cormack-Lehane III / IV, 3 (85%)
diintubasi pada percobaan pertama atau kedua, sementara dalam satu kasus
Tabel 9. Hubungan antara grade Cormack Lehane dengan angka percobaan intubasi
(25%) intubasi terbukti tidak mungkin dilakukan. Korelasi ini secara statistik
endotracheal.
signifikan (p = 0,0001)
Intubation attempts
Cormack-Lehane TOTAL
76 1 77
I or II 0
98.7% 1.3%
3 0 1 4
III or IV
20
75% 25%
Dalam anestesiologi, penilaian jalan napas pada
konsultasi preanestetik penting, terus mencari predictor
yg > baik u/ jalan napas yg sulit.
Tes u/ memprediksi intubasi yang sulit:
Skor Mallampati, di-modifikasi o/ Samsoom dan Young
Pengukuran jarak sternomental & tirromat
Pembukaan mulut
Mobilitas leher dan rahang.