DISUSUN OLEH :
HAIRIAH
NIM : 23083018
Disusun Oleh :
Hairiah
NIM. 23083018
Telah Disetujui :
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Insidensi ketuban pecah dini berkisar antara 8 % sampai 10 % dari semua
kehamilan.Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi antara 6% sampai 19
%, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2 % dari semua kehamilan.
Kejadian ketuban pecah dini di Amerika Serikat terjadi pada 120.000 kehamilan
per tahun dan berkaitan dengan resiko tinggi terhadap kesehatan dan
keselamatan ibu, janin dan neonatal (Sari, 2018).
Ketuban pecah dini belum diketahui penyebab pastinya, namun terdapat
beberapa kondisi internal ataupun eksternal yang diduga terkait dengan ketuban
pecah dini. Yang termasuk dalam faktor internal diantaranya usia ibu, paritas,
polihidramnion, inkompetensi serviks dan presentasi janin. Sedangkan yang
termasuk dalam faktor eksternal adalah infeksi dan status gizi. Beberapa
penelitian yang menunjukkan adanya keterkaitan dengan infeksi pada ibu.
Infeksi dapat mengakibatkan ketuban pecah dini karena agen penyebab infeksi
tersebut akan melepaskan mediator inflamasi yang menyebabkan kontraksi
uterus. Hal ini dapat menyebabkan perubahan dan pembukaan serviks, serta
pecahnya selaput ketuban (Maharrani, 2017).
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya
tanda – tanda persalinan, yang ditandai dengan pembukaan serviks 3 cm pada
primipara atau 5 cm pada multipara. Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm
yaitu, pada usia kehamilan lebih dari 37 minggu maupun pada kehamilan
preterm yaitu sebelum usia kehamilan 37 minggu. Ketuban pecah dini
merupakan salah satu kelainan dalam kehamilan. Ketuban pecah dini merupakan
masalah penting dalam ilmu obstetri, karena berkaitan dengan penyulit yang
berdampak buruk terhadap kesehatan dan kesejahteraan maternal maupun
terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin, sehingga hal ini
dapat meningkatkan masalah kesehatan di Indonesia (Setiana, 2019).
Sebagian besar ketuban pecah dini pada kehamilan preterm akan lahir
sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput
2
ketuban pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh
prematusitas. Ketuban pecah dini merupakan salah satu penyebab prematuritas
dengan insidensi 30 % sampai dengan 40 % (Sari, 2018).
Selain infeksi yang terjadi terutama pada genitalia wanita, status gizi juga
diduga mempengaruhi selaput ketuban, karena penurunan asupan zat gizi
terutama protein akan menganggu proses metabolisme yang membutuhkan asam
amino, salah satunya pembentukan selaput amnion yang tersusun dari kolagen
tipe IV. Hal ini akan mengakibatkan rendahnya kekuatan selaput amnion dan
meningkatkan resiko ruptur (Funai, 2008). Selanjutnya, faktor internal yang
mungkin berpern pada kejadian ketuban pecah dini, diantaranya usia ibu, paritas,
dan polihidramnion, inkompetensi serviks dan presentasi janin (Yuhana, 2022).
Dalam penelitian terdahulu, diketahui bahwa terdapat peningkatan resiko
terjadinya ketuban pecah dini pada ibu dengan usia lebih dari 30 tahun. Pada
sumber lain dijelaskan bahwa, usia ibu saat hamil yang kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun merupakan usia beresiko. Paritas diartikan sebagai
jumlah kehamilan yang melahirkan bayi hidup dan tidak terkait dengan jumlah
bayi yang dilahirkan dalam sekali persalinan. Semakin tinggi paritas ibu, kualitas
endometrium akan semakin menurun. Hal ini akan meningkatkan resiko
komplikasi pada kehamilan. Faktor obstetri berupa distensi uterus seperti
polihadramnion dan inkompetensi serviks (Susilowati, 2010). Polihidramnion
merupakan cairan amnion yang berlebihan, yaitu lebih dari 2000 ml (Alfitri,
2021).
Komplikasi yang dapat timbul oleh polihidramnion salah satunya adalah
ketuban pecah dini. Hal ini terjadi karena terjadinya peregangan berlebihan pada
selaput ketuban. Ketuban pecah dini juga mungkin terjadi akibat kondisi serviks
yang inkompeten. Serviks tidak mampu mempertahankan kehamilan sehingga
selaput ketuban menonjol keluar dari serviks dan dapat ruptur. Selanjutnya,
faktor presentasi dan letak janin juga diduga berperan dalam terjadinya ketuban
pecah dini, hal ini terjadi karena tekanan terhadap selaput ketuban menjadi tidak
merata jika janin tidak dalam presentasi kepala (Susilowati, 2021).
Ketuban pecah dini pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI)
berada pada level kompetensi 3A, yaitu lulusan dokter mampu membuat
3
diagnosis klinik, memberi terapi pendahuluan pada keadaan bukan gawat
darurat, menentukan rujukan yang tepat bagi penanganan pasien selanjutnya dan
mampu menindaklanjuti setelah kembali dari rujukan. Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas Pada ibu dapat terjadi komplikasi berupa infeksi masa nifas,
partus lama, perdarahan post partum, bahkan kematian. Sedangkan pada janin,
dapat timbul komplikasi berupa kelahiran prematur, infeksi perinatal, kompresi
tali pusat, solusio plasenta, sindrom distres pada bayi baru lahir, perdarahan
intraventrikular, serta sepsis neonatorum. Lebih lanjut Mitayani (2021)
menyatakan bahwa resiko infeksi pada ketuban pecah dini sangat tinggi,
disebabkan oleh organisme yang ada di vagina, seperti E. Colli, Streptococcus B
hemolitikus, Proteus sp, Klebsiella, Pseudomonas sp, dan Stafilococcus sp.
Menurut data yang diperoleh dari Medical Record Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Adnan W D Payakumbuh, pada tahun 2014 dan 2015 kejadian ketuban
pecah dini merupakan komplikasi yang dominan. Pada tahun 2014, dari 1488
orang pasien ibu hamil yang dirawat inap, terdapat 231 pasien dengan diagnosis
ketuban pecah dini. Sedangkan pada tahun 2015 terdapat peningkatan kasus,
yaitu dari 1498 orang pasien ibu hamil yang dirawat inap terdapat 266 orang
pasien yang didiagnosis ketuban pecah dini (Syarwani, 2020).
Sehubungan dengan hal diatas, maka diharapkan pengetahuan tentang
kondisi-kondisi yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kehamilan
dapat dipahami oleh masyarakat, terutama ibu hamil. Dengan demikian
diharapkan dapat menjadi pegangan dalam usaha pencegahan atau preventif
dalam rangka menurunkan angka ketuban pecah dini, sehingga komplikasi yang
tidak diinginkan pada ibu dan janin dapat dihindari. Hal ini dalam rangka
meningkatkan keselamatan dan kesehatan, khususnya maternal dan perinatal,
serta kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya. Dalam
rangka menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu,
perlu dilakukan upaya pencegahan kejadian ketuban pecah dini di masa
mendatang, salah satunya dengan melakukan pengawasan ketat terhadap faktor –
faktor resiko yang berperan terhadap kejadian ketuban pecah dini. Berdasarkan
penjelasan diatas, maka telah dilakukan penelitian dengan judul “ Asuhan
4
Kebidanan Persalinan Pada Ny. L dengan Ketuban Pecah Dini di UPT
Puskesmas Gunung Rampah ” .
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dilaksanakan Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny. L
Gestasi 37 Minggu dengan Asuhan Persalinan dengan Ketuban Pecah
Dini di UPT Puskesmas Gunung Rampah.
2. Tujuan Khusus
1. Dilaksanakan pengkajian melalui pendekatan manajemen kebidanan
dengan pola pikir SOAP yang di tuangkan dalam bentuk SOAP
UPT Puskesmas Gunung Rampah
2. Dilaksanakannya pengidentifikasian diagnose/masalah potensial
pada Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny. L Gestasi 37 Minggu
dengan Asuhan Persalinan Ketuban Pecah Dini di UPT Puskesmas
Gunung Rampah
3. Dilaksanakannya tindakan segera pada Manajemen Asuhan
Kebidanan Pada Ny. L Gestasi 37 Minggu dengan Asuhan
Persalinan Ketuban Pecah Dini di UPT Puskesmas Gunung Rampah
4. Dilaksanakannya penyusunan rencana asuhan yang menyeluruh pada
Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny. L Gestasi 37 Minggu
dengan Asuhan Persalinan Ketuban Pecah Dini di UPT Puskesmas
Gunung Rampah
5. Dilaksanakannya tindakan asuhan dengan efisien dan aman pada
Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny. L Gestasi 37 Minggu
dengan Asuhan Persalinan Ketuban Pecah Dini di UPT Puskesmas
Gunung Rampah
6. Dilaksanakannya evaluasi pada Manajemen Asuhan Kebidanan Pada
Ny. L Gestasi 37 Minggu dengan Asuhan Persalinan Ketuban
Pecah Dini di UPT Puskesmas Gunung Rampah
7. Didokumentasikan hasil pada 5Manajemen Asuhan Kebidanan Pada
Ny. L Gestasi 37 Minggu dengan Asuhan Persalinan Ketuban Pecah
Dini di UPT Puskesmas Gunung Rampah
C. Manfaat
6
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
f. Diagnosa KPD
Berdasarkan anamnesa pada pasien merasakan basah pada
vagina atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari
jalan lahir atau “ngepyok”. Cairan berbau khas dan perhatikan
warnanya. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban sudah tidak ada
lagi. Perlu dipertimbangkan pemeriksaan dalam (VT) pada kehamilan
kurang bulan yang belum dalam persalinan. Pemeriksaan dalam
dilakukan pada kasus KPD yang sudah dalam persalinan atau yang
dilakukan induksi persalinan. Diagnosa juga dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan laboratorium untuk menentukan ada tidaknya infeksi.
Dan juga pemeriksaan ultasonografi (USG) untuk melihat jumlah
cairan ketuban dalam kavum uteri.
g. Komplikasi KPD
Komplikasi pada KPD dapat menyebabkan infeksi
intrapartum (korioamnionitis), persalinan preterm yang menyebabkan
bayi lahir dengan berat rendah, gawat janin dan kematian janin akibat
hipoksia, oligohidramnion, bahkan sering terjadi partus kering (dry
labor) karena air ketuban habis. Komplikasi yang timbul akibat KPD
bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal
maupun neonatal, persalinan premature, hipoksia karena kompresi
tali pusat, meningkatnya insiden seksio sesarea atau gagalnya
persalinan normal (Indrasuari, 2023).
1) Persalinan premature
Setelah ketuban pecah, biasanya segera disusul oleh persalinan.
Pada kehamilan aterm 90% terjadi 24 jam setelah ketuban pecah.
Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24
jam. Pada kehamilan >26 minggu persalinan seringkali terjadi
dalam 1 minggu.
2) Infeksi
Resiko infeksi pada ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah
dini. Pada ibu dapat terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat
terjadi septicemia, pneumonia, omfalitis.
3) Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban, terjadi oligohidramnion sehingga
bagian kecil janin akan menempel erat dengan dinding uterus
yang dapat menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia dan
hipoksia.
4) Sindrom deformitas janin
Pertumbuhan janin terhambat dikarenakan ketuban pecah terlalu
dini.
h. Penanganan KPD
Penanganan KPD memerlukan pertimbangan usia gestasi,
adanya infeksi pada kehamilan ibu dan janin, serta adanya tanda-
tanda persalinan (Syarwani, 2020).
1) KPD dengan kehamilan aterm
a) Diberikan antibiotika prafilaksis, ampisilin 4x500 mg selama
7 hari
b) Dilakukan pemeriksaan “admission test” bila ada
kecendrungan dilakukan terminasi kehamilan
c) Observasi temperature rektal setiap 3 jam, bila ada
kecenderungan meningkat lebih atau sama dengan 37,6 C,
segera dilakukan terminasi
d) Bila temperature rektal tidak meningkat, dilakukan observasi
selama 12 jam. Setelah1 12 jam bila belum ada tanda-tanda
13
1
14
1
15
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah rangkaian peristiwa keluarnya bayi yang
sudah cukup berada dalam rahim ibunya, dengan disusul oleh
keluarnya plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Rasa nyeri saat
persalinan diartikan sebagai “sinyal” untuk memberitahu ibu bahwa
dirinya memasuki tahapan proses persalinan. Rasa nyeri yang dialami
selama persalinan berbeda-beda pada setiap ibu. Nyeri persalinan
disebabkan oleh kontraksi uterus sehingga terjadi fase kontriksi
pembuluh darah yang menyebabkan suplay darah ke uterus menurun
dan nyeri bertambah intensitasnya sesuai dengan kemajuan persalinan
(Fitriana, 2018).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi( janin + uri) yang dapat hidup ke dunia luar dari dalam
rahimmelalui jalan lahir dengan LBK atau dengan tenaga ibu
sendiri,tanpa bantuan alat-alat, serta tidak melukai ibu dan bayi, yang
umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa persalinan normal adalah proses pengeluaran
janin yang cukup bulan (37-42 minggu), lahir secara spontan segera
menangis dengan presentasi belakang kepala, di susul dengan 10 11
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban dari jalan lahir dan tanpa
komplikasi baik ibu maupun janin. Bentuk-bentuk persalinan
berdasarkan teknik :
a. Persalinan spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
b. Persalinan buatan, yaitu persalinan dengan tenaga dari luar
dengan ekstraksi forceps, ekstrasi vakum dan section cesar.
1
16
2. Etiologi Persalinan
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui
secara pasti/jelas. Terdapat beberapa teori antara lain (Kurniati, 2019) :
1. Teori oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu
timbul kontraksi otot-otot rahim.
2. Keregangan otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila
dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul
kontraksi untuk mengeluarkan isinya.Demikian pula dengan
rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-
otot dan otot- otot rahim makin rentan.
3. Pengaruh janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga
memegang peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan
sering lebih lama dari biasa.
4. Teori Plasenta Menjadi Tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone
menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan
konstraksi rahim.
5. Teori Iritasi Mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus
franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya
oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
3. Patofisiologi Persalinan
1
17
1
18
1
19
1
20
5. Tahap-Tahap Persalinan
a. Kala I (Kala Pembukaan)
1) Pengertian Kala I
Persalinan kala I meliputi fase pembukaan 1-10 cm, yang ditandai
dengan penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi uterus yang
mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10
menit), cairan lender bercampur darah (show) melalui vagina. Dara
berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler serta kanalis servikalis
karena pergeseran serviks mendatar dan terbuka. (Yunita, 2019).
Kala I dibagi dua fase yaitu :
a) Fase Laten dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai
2
21
2
22
2
23
2
24
pemberi perawatan.
6. Tampak lepas control dalam persalinan saat nyeri hebat, menggeliat
kesakitan, panik, menjerit, tidak merespon saran atau pertanyaan
yang membantu.
7. Respon melawan atau menghindari yang di picu oleh adanya
bahaya fisik, ketakutan, kecemasan dan bentuk stress lainnya.
(Saraswati, 2022).
2
25
5) Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk mencatat informasi berdasarkan
observasi, anamnesis, dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan,
dan sangat penting khususnya untuk membuat keputusan klinik
selama kala I persalinan (Fitriana, 2018).
Tujuan utama menggunakan partograf adalah untuk mencatat
hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviksmelalui pemeriksaan dalam dan menentukan normal atau
tidaknya persalinan. Dan juga dapat membuat deteksi secara dini,
setiap kemungkinan terjadinya partus lama. Partograf akan membantu
penolong persalinan untuk mencatat kemajuan persalinan, kondisi ibu
dan janin, asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran,
serta menggunakan informasi yang tercatat sehingga secara dini
mengidentifikasi adanya penyulit persalinan dan membuat
keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu. Bagian dari partograf
yaitu (Fitriana, 2018):
1. Kemajuan Persalinan
Kemajuan persalinan yang di catat dalam partograf meliputi
pembukaan serviks, penurunan kepala janin, dan kontraksi uterus.
2
26
2
27
2
28
2
29
Kontraksi Uterus
Terdapat lima lajur dengan tulisan “ kontraksi setiap 10 menit “ di
sebelah luar kolom paling kiri dibawah lajur waktu partograf.
Setiap kotak menyatakan satu kontraksi.Tiap 30 menit, raba dan
catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lama satuan detik >40
detik.
Obat dan Cairan Yang Diberikan
1) Oksitosin
2) Apabila tetesan (drips) oksitosin telah dimulai,
dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang
diberikan pervolume cairan intra vena dan satuan tetesan
permenit
3) Obat lain dan cairan intra vena
Catat semua pemberian obat tambahan dan atau cairan intravena
dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
3. Kesehatan dan Kenyamanan Ibu
Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan
kesehatan ibu meliputi hal-hal sebagai berikut (Janah ,2017) :
a) Nadi, Tekanan Darah dan Temperatur Tubuh, Catat dan nilai
nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih
sering jika dicurigai terdapat penyulit). Beri tanda titik (.) pada
kolom pada waktu yang sesuai. Nilai tekanan darah ibu dan
catatat setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika
2
30
3
31
3
32
3
33
berikut :
1) Ibu mengalami diabetes mellitus, kemungkinan terjadi macrosomia pada janin.
Makrosomia adalah berat badan janin lebih besar dari 4000 gram.
2) Adanya janin gemuk pada riwayat persalinan terdahulu.
3) Riwayat kesehatan keluarga ibu kandung adalah riwayat diabetes mellitus.
4) Ibu mengalami obesitas sehingga ruang gerak janin ketika melewati jalan lahir
lebih sempit karena ada jaringan berlebih pada jaln lahir disbanding ibu yang
tidak mengalami obesitas.
5) Riwayat janin tumbuh terus dan bertambah besar setelah kelahiran.
6) Hasil USG mengindikasikan adanya macrosomia/janin besar.
7) Dengan ditemukannya diameter biakromial pada bahu lebih besar dari pada
diameter kepala.
8) Adanya kesulitan pada riwayat persalinan yang terdahulu.
9) Terjadinya Chapalo pelvic disproportion (CPD) yaitu adanya ketidaksesuaian
antara kepala dan panggul.
10) Fase aktif yang lebih panjang dari keadaan normal. Fase aktif yang memanjang
menandakan CPD.
11) Penurunan kepala sangat lambat atau sama sekali tidak terjadi penurunan kepala.
12) Mekanisme persalinan tidak terjadi rotasi dalam (putar paksi dalam) sehingga
memerlukan tindakan forsep atau vakum. Hal ini menunjukkan adanya CPD dan
mengindikasikan pertimbangan dilaksanakan seksiosesaria.
Komplikasi pada janin dan ibu pada Ketuban Pecah Dini adalah sebagai berikut :
1) Terjadinya peningkatan insiden kesakitan dan kematian intrapartum. Pada saat
persalinan melahirkan bahu beresiko anoksia sehingga dapat mengakibatkan
kerusakan otak.
2) Kerusakan saraf, kerusakan atau kelumpuhan pleksus brachial dan keretakan
bahkan sampai fraktur tulang klavikula.
3) Ibu mengalami laserasi daerah perineumdan vagina yang luas.
4) Ibu mengalami gangguan psikologi sebagai dampak dari pengalaman persalinan
3
34
yang traumatik.
5) Ibu mengalami depresi bila janin cacat atau meninggal.
3
35
dilahirkan
11) Lakukan tindakan perasat seperti menggunakan alat untuk membuka botol
(corkscrew) dengan cara seperti menggunakan prinsip skrup wood. Lakukan
pemutaran dari bahu belakang menjadi bahu depan searah jarum jam, kemudian
diputar kembali dengan posisi bahu belakang menjadi bahu depan berlawanan
arah dengan jarum jam putar 180 derajat, lakukan gerakan pemutaran paling
sedikit 4 kali, kemudian melahirkan bahu dengan menekan kepala kea rah
belakang disertai dengan penekanan daerah suprapubik.
12) Bila belum berhasil, ulangi melakukan pemutaran bahu janin seperti langkah 11
13) Bila tetap belum berhasil, maka langkah selanjutnya mematahkan clavikula
anterior kemudian melahirkan bahu anterior, bahu porterior dan badan janin.
14) Melakukan maneuver zevenelli, yaitu suatu tindakan untuk memasukkan kepala
kembali ke dalam jalan lahir dengan cara menekan dinding posterior vagina,
selanjutnya kepala janin di tahan dan dimasukkan, kemudian dilakukan SC
1) Pengertian Kala II
3
36
Pada akhir kala 1, segmen uterus, serviks, dasar panggul, dan pintu
keluar vulva membentuk satu jalan lahir yang continue. Gaya yang
diperlukan untuk mengeluarkan janin berasal dari aktifitas otot uterus
dan dari otot abdomen sekunder dan diagfragma, yang memperkuat
kontraksi sewaktu kepala janin melewati panggul, kepala bayi akan
melakukan gerakan-gerakan utama meliputi (Yuanita dan Lilis,2020):
a) Penurunan Kepala (Engagement)
3
37
3
38
3
39
3
40
(multigravida)
4. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk
meneran dalam 60 menit. (Jannah,2017)
e) Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
1. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut
ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6
cm.
2. Letakkan kain bersihyang di lipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu.
3. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat
dan bahan.
4. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan. (Jannah,2017)
f) Persiapan Pertolongan Kelahiran
Bayi Lahirnya Kepala Bayi
1. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm
membuka vulva, maka lindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering.
2. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan
proses kelahiran bayi.
3. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan. (Jannah,2017)
Lahirnya Bahu
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal.
Lahirnya Badan dan Tungkai
1. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah
perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku
sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas.
2. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas
4
41
4
42
4
43
4
44
4
45
4
46
4
47
4
48
4
49
d) Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah plasenta yang belum lahir setengah jam
setelah bayi lahir. Bila sebagian kecil dari plasenta masih tertinggal
dalam uterus di sebut rest plasenta dan dapat menimbulkan
perdarahan pascapersalinan primer atau (lebih sering) sekunder.
(Mufdillah, 2018)
e) Inverse Uteri
Kegawatdaruratan pada kala III yang dapat menimbulkan
perdarahan adalah inverse uterus. Inverse uterus adalah keadaan di
mana lapisan dalam uterus (endometrium) turun dan keluar lewat
ostium uteri eksternum, yang dapat bersifat inkomplit sampai
komplit. (Sarwono, 2017).
4
50
5
51
5
52
5
53
1) Subjektif (S)
4) Planning (P)
Planning merupakan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi
berdasarkan assessment (Handayani, 2020)
5
54
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN DATA
A. IDENTITAS
Biodata : Ibu Suami
Nama : Ny. L Tn. P
Umur : 20 tahun 26 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia Dayak/Indonesia
Pendidikan : SLTA SLTA
Pekerjaan : IRT Wiraswasta
Alamat : Jl. Karangan
5
55
3. Tanda-tassnda persalinan
a. Kontraksi uterus sejak tanggal 29 Januari 2024 pukul 22.00 WITA
Frekuensi 4 kali dalam 10 menit
Durasi 4 0 -45 detik Kekuatan : sedang
Lokasi ketidaknyamanan di daerah pinggang terasa nyeri menjalar ke
perut.
b. Pengeluaran per vaginam
- Lendir darah : Ada
- Air ketuban : Belum keluar
- Darah : Tidak Ada
4. Riwayat sebelum masuk ruang bersalin
Tidak ada penyakit dan komplikasi selama kehamilan
5. Riwayat kehamilan sekarang
- HPHT : 14 Mei 2023
- Rumus + - +
07 03 1
TP : 21 Februari 2024
- Menarche umur 14 tahun, siklus 28-30 hari, lama 5-6 hari, banyaknya 2-
3x ganti pembalut.
- ANC teratur , frekuensi 6 kali
1. Trimester I : 1 x di PMB
2. Trimester II : 2 x di Puskesmas
3. Trimester III : 2 x di dr. SpOg
- Keluhan/komplikasi selama kehamilan : Tidak ada
- Riwayat merokok/minum-minuman keras/minum jamu : Tidak ada,
ibu mengatakan tidak mengonsumsi jamu atau obat-obatan selain
suplemen tablet tambah darah, asam folat dan Multivitamin yang
5
56
6. Riwayat kesehatan
a. Penyakit yang pernah/sedang diderita
Ibu mengatakan sedang tidak menderita penyakit sistemik, menurun atau
menular, seperti penyakit jantung, asma, tbc, ginjal, malaria, diabetes,
HIV/AIDS.
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga
Ibu mengatakan, keluarga tidak pernah atau tidak sedang menderita
penyakit sistemik (jantung,ginjal dll), ataupun menular (HIV,AIDS, dll).
c. Riwayat keturunan kembar atau cacat
Ibu mengatakan keluarga ibu dan dan suami tidak memiliki keturunan
kembar atau cacat.
5
57
7. Kebutuhan Fisik
a. Nutrisi :
Ibu mengatakan makan terakhir tanggal 31 Januari 2024 , pukul 21.00
WITA, jenisnya roti dengan porsi sedikit dan minum pukul 21.00 WITA
jenisnya air putih.
b. Eliminasi :
1) BAK terakhir (31 Januari 2024 Januari 2024 pukul 20.00 WITA)
Sifat cair, warna jernih kekuningan, bau khas urine, tidak ada
keluhan.
2) BAB terakhir (31 Januari 2024 pukul 06.00 WITA)
Sifat padat warna kuning, bau khas feces, tidak ada keluhan.
c. Istirahat (tidur)
Ibu mengatakan Istirahat/tidur dalam 1 hari terakhir ± 6 Jam, tidur
semalam kurang karena perutnya terasa mules dan kenceng-kenceng.
d. Personal hygiene
Mandi dan keramas terakhir 31 Januari 2023 pukul 12.00 WITA
8. Keadaan Psiko, Sosio Spiritual/kesiapan menghadapi proses persalinan
a. Pengetahuan tentang tanda-tanda persalinan dan proses persalinan
Ibu mengatakan sudah mengetahui tanda-tanda persalinan dan cara
mengejan yang benar, cara rileksasi yang benar yaitu dengan mengatur
nafas panjang.
b. Persiapan persalinan yang telah dilakukan (Pendamping ibu, biaya, dll)
- Ibu mengatakan akan didampingi oleh suami dan keluarga, suami
membantu membimbing doa dan memijat punggung ibu yang nyeri
dan mensuport ibu.
- Ibu mengatakan persiapan yang dilakukan menentukan tempat
persalinan, biaya, transportasi, perlengkapan untuk bayi dan ibu
c. Tanggapan Ibu dan Keluarga terhadap proses persalinan yang dihadapi
Ibu mengatakan dirinya dan keluarga berharap proses persalinannya
normal dan berjalan lancar
5
58
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
b. Status emosional : Stabil
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali per menit
Pernafasan : 20 kali per menit
Suhu : 36,5 ⁰C
d. TB : 145 cm
BB : 55 kg
LILA : 25 cm
e. Kepala dan leher
Edema wajah : Tidak Ada
Cloasma gravidarum : Tidak Ada
Rambut : Bersih, tidak rontok, tidak berketombe
Muka : Tidak oedema, tidak ada cloasma gravidarum
Mata : Sklera putih, konjungtiva merah muda
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada benjolan, tidak ada Polip, tidak
ada pengeluaran
Mulut : Tidak ada stomatitis, gigi tidak berlubang, lidah bersih,
gusi tidak bengkak dan tidak berdarah
Telinga : Bersih, tidak serumen, simetris.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar Thyroid, tidak ada
pembesaran limfe, vena jugularis, maupun parotis.
Payudara
Bentuk : Simetris
Putting susu : Puting susu menonjol
Colostrums : Colostrum atau ASI sudah keluar sedikit, tidak ada
benjolan.
5
59
f. Abdomen
1) Inspeksi
- Pembesaran : Bentuk perut memanjang bulat, sesuai usia
kehamilan
- Benjolan : Tidak ada
- Bekas luka : Tidak ada bekas luka/bekas operasi
- Strie gravidarum : Tampak striae gravidarum dan linea nigra
2) Palpasi Leopold
- Leopold I :
TFU 2 jari dibawah proxesus xipoideus, bagian fundus teraba
lunak, tidak melenting (bokong).
- Leopold II :
Bagian Kanan perut ibu teraba panjang, keras seperti papan
(punggung). Kiri teraba bagian kecil-kecil ( ekstermitas)
- Leopold III :
Bagian terbawah janin teraba keras, bulat, (kepala), tidak dapat
digoyangkan.
- Leopold IV :
Kedua tangan dapat bertemu (divergen), kepala sudah masuk
panggul, penurunan kepala 3/5 bagian.
- Osborn test : Tidak dilakukan
TBJ : (32x11) X 155 = 3.255gr (TFU Mc Donald : 32 cm)
3) Auskultasi DJJ
punctumm maksimum : Kanan bawah pusat
Frekuensi : 148 kali per menit
4) HIS
Frekuensi : : 2 kali dalam 10 menit
Durasi : 10-40 detik
Kekuatan : Sedang
5) Palpasi supra pubik : Kandung kemih kosong
g. Punggung : Normal, tidak ada kelainan tulang
5
60
6
61
b. Indikasi
Melihat kemajuan persalinan karena sudah keluar cairan ketuban, lendir
darah dan kenceng-kenceng teratur.
c. Hasil
Portio lunak, pembukaan 4 cm, ketuban utuh belum pecah, presentasi
kepala, Hodge III, tidak ada molase, terdapat pengeluaran lendir darah.
d. Kesimpulan
Dilakukan pemeriksaan dalam (Vaginal Toucher) untuk melihat
kemajuan persalinan dan didapatkan hasil pemeriksaan bahwa
pembukaan masih 4 cm, ketuban (+), dan terdapat lendir bercampur
darah.
k. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan laboratorium Hb : 11,9 gr%
- Protein Urine : Negatif
- Anti Hiv : Non Reaktif
- Anti Hbsag : Non Reaktif
- Vdrl (Sifilis) : Non Reaktif
ASSESSMENT
1. Diagnosis Kebidanan
G1P0A0 umur kehamilan 37 Minggu dengan persalinan kala I fase aktif.
2. Masalah : Ketuban Pecah Dini
3. Kebutuhan :
a. Latihan cara nafas dalam dan relaksasi
b. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan.
4. Masalah potensial : Tidak ada
5. Diagnosis potensial : Tidak ada
6. Kebutuhan Tindakan Segera Berdasarkan Kondisi Klien
a. Mandiri : Tidak ada
b. Kolaborasi : Tidak ada
c. Merujuk : Tidak ada
6
62
6
63
7. Mengajarkan pada ibu untuk menarik nafas panjang saat kontraksi datang dan
jangan mengedan sebelum dianjurkan.
Ibu mengerti dan telah melakukannya
8. Memberi ibu dukungan dengan mengelus punggung atau pundak,
memberikan massage di punggung ibu dan memberi dukungan pada ibu
bahwa ibu mampu menghadapi persalinan
Ibu tampak nyaman dengan tindakan yang dilakukan dan ibu tampak sabar
dan semangat .
9. Mempersiapkan partus set dan kelengkapanya
a. Klem arteri 1 buah
b. Pinset cirurgis
c. Pinset anatomis
d. Gunting lurus
e. ½ kocher 1 buah
f. 1 gunting episiotomy
g. 1 gunting tali pusat
h. Kateter
i. Jarum jahit, benang jahit, kom kecil
j. Klem tali pusat
k. Kassa steril, jegul
l. Spuit oksitosin : 1 ampule oksitosin 10 IU, lidokain, methergine, Vitamin
K, salep mata.
m. Handscoon steril, APD, underpad, pambalut
n. Kom, ember, clemek
o. Tempat sampah, plastik, kendi
p. Air DTT, washlapp
Partus set dan kelengkapannya sudah siap
10. Mempersiapkan kelengkapan ibu dan bayi seperti baju ganti, jarik, popok,
baju bayi, topi, sarung tangan bayi, kassa steril
Kelengkapan ibu dan bayi sudah siap
11. Memenuhi kebutuhan energi dan cairan ibu dengan memberikan makanan, air
putih dan teh manis.
6
64
Ibu mau makan roti, minum air putih dan teh sedikit-sedikit
12. Menganjurkan ibu untuk jalan-jalan dan sesekali berbaring miring saat sudah
merasa lelah.
Ibu bersedia untuk jalan-jalan dan berbaring miring kiri untuk menambah
pembukaan jalan lahir.
Jam Pembukaan His Ketuban DJJ
22.30 4 cm 2 x dalam 10 menit Tidak 144 x/menit
lamanya 30-40 detik, Ada
frekuensi sedang
02.30 08.00 4 x dalam 10 menit Tidak 142 x/menit
lamanya 30-40 detik, Ada
frekuensi sedang
04.30 10 cm 4 x dalam 10 menit Tidak 142 x/menit
lamanya 40-50 detik,
Ada
frekuensi kuat
DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 84 kali/menit
- Suhu : 36,8 °C
- Pernafasan : 20 kali/menit
4. Kontraksi Uterus 4x dalam 10 menit,durasi 40-50 detik
6
65
ASSESSMENT
a. Diagnosis Kebidanan
G1P0A0umur kehamilan 37 Minggu, inpartu kala II
b. Masalah : Tidak ada
c. Kebutuhan : Dukungan psikologis
d. Masalah potensial : Tidak ada
e. Diagnosis potensial : Tidak ada
f. Kebutuhan Tindakan Segera Berdasarkan Kondisi Klien
- Mandiri : Tidak ada
- Kolaborasi : Tidak ada
- Merujuk : Tidak ada
6
66
besar maka apabila terjadi penyulit persalinan seperti Ketuban Pecah Dini ibu
dan keluarga bersedia untuk dilakukan tindakan
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan ibu sudah mengetahui bahwa
sudah memasuki masa persalinan
2. Memakai APD lengkap (handscoen, masker, face shield, gaun, sepatu,
celemek).
APD telah dipakai lengkap
3. Mendekatkan partus set dan kelengkapannya.
Alat dan bahan pertolongan persalinan sudah lengkap dan sudah didekatkan
4. Meminta suami untuk berada disamping ibu memberikan support dan doa.
Suami berada disamping ibu untuk memberikan dukungan.
5. Mengatur posisi ibu dengan setengah duduk.
Ibu memposisikan diri dengan posisi setengah duduk dengan dibantu suami
6. Memeriksa DJJ dengan Dopler saat tidak ada HIS, hasilnya yaitu 137
x/menit.
Sudah dilakukan DJJ saat tidak ada kontraksi dengan Doppler dan hasilnya
148 x/menit.
7. Memimpin meneran
- Meletakkan underpad dibawah bokong ibu sebagi alas.
- Memimpin meneran saat ada dorongan yang kuat untuk meneran dengan
tarikan napas dalam kemudian mengejan seperti BAB tanpa mengeluarkan
suara.
- Menyokong perineum (stanen) saat kepala bayi membuka 5-6 cm dengan
tangan kanan dan tangan kiri menahan puncak kepala.
- Kondisi bayi tidak dapat lahir karena kondisi bayi yang cukup besar
- Bersikap rileks. Hal ini akan menkondisikan penolong untuk
berkonsentrasi dalam menangani situasi darurat secara efektif.
- Memanggil Dokter, bila bidan masih terus menolong sampai bayi
lahir sebelum dokter datang, maka dokter akan menangani perdarahan
yang mungkin terjadi atau untuk tindakan resusitasi.
- Siapkan peralatan tindakan resusitasi.
6
67
Telah dilakukan pertolongan persalinan Kala II. Ibu meneran sesuai dengan
instruksi bidan, yaitu pada saat ada dorongan kuat. Bayi lahir spontan dengan
penyulit Ketuban Pecah Dini. Didapatkan hasil penilaian sepintas bayi menangis
keras, gerakan aktif, warna kulit kemerahan, jenis kelamin laki-laki. Tidak ada janin
kedua. Bayi telah dikeringkan dan dilakukan IMD. Tidak ada janin kedua. Adanya
6
68
DATA OBJEKTIF
1. Kesadaran: Composmentis
2. Vital sign
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 84 x/menit
- Respirasi : 22 x/menit
- Suhu : 36,8 ˚C
3. Bayi lahir spontan tanggal 01 Februari 2024 pukul 04.50 WITA
4. TFU Setinggi pusat, kontraksi uterus kuat dan keras, plasenta belum lahir
5. Placenta belum lahir tetapi ada tanda-tanda pelepasan plasenta, ada
semburan darah, tali pusat memanjang, uterus gobuler.
ASSESSMENT
a. Diagnosis Kebidanan
P1A0 , inpartu kala III
b. Masalah : Ibu merasa lelah dan merasa lapar
c. Kebutuhan : Pemenuhan nutrisi dan dukungan psikologis
6
69
6
70
Memeriksa kelengkapan
plasenta dan mengukur
panjang tali
7
71
DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran: Composmentis
3. Vital sign
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 84 x/menit
- Respirasi : 22 x/menit
- Suhu : 36,9 ⁰C
4. TFU : 2 jari dibawah pusat
5. Kontraksi uterus : Keras
6. Perdarahan : ± 100 cc
7
72
ASSESSMENT
a. Diagnosis Kebidanan
P1A0, Pemantauan kala IV
b. Masalah : Ibu merasa lelah dan merasa lapar
c. Kebutuhan : Tidak ada
d. Masalah potensial : Tidak ada
e. Diagnosis potensial : Tidak ada
f. Kebutuhan Tindakan Segera Berdasarkan Kondisi Klien
- Mandiri : Tidak ada
- Kolaborasi : Tidak ada
- Merujuk : Tidak ada
7
73
7
74
BAB IV
PEMBAHASAN
7
75
7
76
7
77
robekan perineum dengan perkiraan jumlah darah yang keluar. Tindakan ini
sesuai dengan pernyataan menurut Janah (2017), bahwa darah yang keluar
harus ditakar sebaik – baiknya. Dua jam pertama setelah persalinan
merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi. Petugas atau bidan harus
tinggal bersama ibu dan bayi untuk memastikan keduanya dalam kondisi
yang stabil dan mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan stabilisasi.
Dari hasil pemeriksaan terhadap Ny. L perdarahan total ± 100 ml, kontraksi
uterus baik, tanda – tanda vital dalam batas normal, IMD dapat dilakukan
dengan baik.
7
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada kasus di atas mahasiswa mampu melakukan pengkajian data
meliputi data subjektif dan data objektif. Data subjektif meliputi
anamnesa berupa identitas, riwayat kesehatan, kehamilan, keluhan ibu,
dan lain-lain. Sedangkan data objektif meliputi pemeriksaan umum,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Setelah melakukan
pengumpulan data mahasiswa mampu membuat diagnosa kebidanan
sesuai kasus, lalu mahasiswa juga mampu membuat perencanaan untuk
diimplementasikan. Setelah itu, mahasiswa mampu melakukan
implementasi dari rencana tersebut dan mengevaluasi keadaan klien.
Berdasarkan tinjauan kasus asuhan kebidanan ibu bersalin pada
Ny. L umur 20 tahun G1P0A0 umur kehamilan 37 Minggu, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Persalinan kala I pada Ny. L berjalan lancar serta kemajuan
persalinan pada ibu dan janin dalam batas normal, ada penyulit
persalinan yaitu ketuban pecah dini. Penanganan dilakukan dengan
terencana sesuai dengan asuhan persalinan normal, dan berdasarkan
asuhan sayang ibu.
2. Persalinan kala II pada Ny. L berjalan lancar sesuai dengan asuhan
persalinan normal. Bayi lahir spontan normal tanggal 01 Februari
2024 pukul 04.50 WITA, jenis kelamin laki-laki, bayi menangis
kuat, warna kulit kemerahan, gerakan aktif, anus berlubang.
3. Persalinan kala III pada Ny. L berjalan lancar, plasenta lahir
spontan pukul 05.00 WITA, lengkap. Penanganan dilakukan sesuai
asuhan persalinan normal.
4. Permantauan kala IV pada Ny. L berjalan lancar sesuai dengan
7
79
asuhan persalinan normal, tidak ada tanda kegawatan. Ibu dan bayi
dalam keadaan baik.
7
80
B. Saran
1. Untuk pasien
ANC yang teratur dapat membantu mendeteksi setiap hal sehingga
memudahkan dalam proses persalinan.Segera periksa ke tenaga
kesehatan apabila mengalami gangguan dalam kehamilan.
2. Untuk mahasiswa
a. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan
dan kemampuan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan laporan kasus ini.
b. Mahasiswa bisa mengkaji dan melakukan asuhan kebidanan
pada ibu bersalin normal.
c. Referensi terbaru dalam penulisan laporan kasus ini sangat
diperlukan guna mendukungperkembangan ilmu pengetahuan.
d. Dengan adanya presentasi kasus ini lebih banyak perhatian dan
bimbingan kepada mahasiswa dengan tujuan untuk
meningkatkan pelayanan dan pendidikan.
3. Untuk institusi
Semoga dengan adanya laporan kasus ini dapat menjadi
pembelajaran bagi institusi untuk lebih meningkatkan
pembelajaran bagi mahasiswa baik teori maupun praktik.
8
81
DAFTAR PUSTAKA
Aji, S. P., Prabasari, S. N., Kartikasari, M. N. D., Sakinah, I., Zulaikha, L. I.,
Lestari, M., ... & Putri, N. R. (2022). Asuhan Kebidanan pada Persalinan.
Get Press.
Alfitri, N. A., Bakhtiar, R., & Ngo, N. F. (2021). Hubungan Umur Kehamilan,
Jenis Persalinan, Dan Ketuban Pecah Dini Dengan Derajat Asfiksia
Neonatorum Di Rsud Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Periode 2019-2020.
Jurnal Kedokteran Mulawarman, 8(1), 19-31.
Andalas, M., Maharani, C. R., Hendrawan, E. R., Florean, M. R., & Zulfahmi, Z.
(2019). Ketuban pecah dini dan tatalaksananya. Jurnal Kedokteran Syiah
Kuala, 19(3).
Damayanti, Y. (2022). ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN NORMAL DI
TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN SITI KHUZAIMAH PASIR SAKTI
LAMPUNG TIMUR (Doctoral dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).
Dwi Nur Oktaviani Katili,R.D.,& Emah Susilawati (2017). pengaruh deep back
massage terhadap nyeri, 1-12
Fauziah, A., & Kasmiati, K. (2023). STUDI KASUS: MANUVER MC ROBERT
PADA PERTOLONGAN PERSALINAN DENGAN Ketuban Pecah Dini .
Jurnal Kebidanan, 3(1), 65-74.
Fiandita, E., Sri, W., Gilang, P., & Dedes, F. (2022). ASUHAN KEBIDANAN
INTRANATAL PADA NY. W 14 TAHUN DENGAN ANEMIA DAN
Ketuban Pecah Dini DI RS SALAK (Doctoral dissertation, Poltekkes
Kemenkes Bandung).
Fina, P. D., Azmi, K., & Noftalina, E. (2021). ASUHAN KEBIDANAN
PATOLOGI PADA IBU BERSALIN DENGAN Ketuban Pecah Dini DI
PUSKESMAS SUNGAI AMBAWANG (Doctoral dissertation,
Politeknik'Aisyiyah Pontianak).
Fitriana,Yuni dan Nurwaiandani, Widy. 2018. Asuhan Persalinan. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
Handayani, I. (2023). Asuhan Kebidanan Persalinan Pada Ny. D Dengan Letak
Sungsang Dan Ketuban Pecah Dini Di Rsud Sekarwangi. Jurnal Kesehatan
Siliwangi, 3(3), 705-710.
8
82
8
83
8
84