Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH PADA Nn. VR DENGAN KEK


DI UPTD PUSKESMAS TODANAN KABUPATEN BLORA

Untuk Memenuhi Persyaratan Stage Pranikah

Disusun oleh :
PITRIN EKO WAHYUNI
NIM P1337424820228

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN
KESEHATAN SEMARANG
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Pranikah telah diperiksa dan disahkan pada
tanggal 2021.

Semarang , 2021

Pembimbing Klinik Praktikan

Endah Khoirul Q, Amd., Keb. Pitrin Eko Wahyuni


NIP. 19820715 201704 2 004 NIM. P1337424820228

Pembimbing Klinik

Dr. Melyana Nurul W, S.SiT.,M.Kes


NIP. 19790903 200212 2 002
TINJAUAN TEORI

1. Tinjauan Teori Medis


a. Filosofi Pernikahan
Akad/janji nikah yang diucapkan atas nama Tuhan Yang Maha
Esa yang merupakan awal dari kesepakatan bagi calon pengantin untuk
saling memberi kesepakatan bagi calon pengantin untuk saling memberi
ketenangan (sakinah) dengan mengembangkan hubungan atas dasar saling
cinta dan kasih (mawadah wa rahmah). Penyebutan nama Tuhan Yang
Maha Esa dalam akad/janji pernikahan berarti bahwa disamping saling
bertanggung jawab antara satu dengan yang lain, suami isteri juga
bertanggung jawab pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala yang
dilakukan dalam peran dan fungsi mereka sebagai suami isteri
(Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Filosofi pernikahan dalam pandangan Islam, pernikahan adalah
suatu ikatan yang kokoh dan lembaga yang disucikan dalam masyarakat
Islam, sebagai wadah untuk menentramkan jiwa, tempat berteduh yang
tenang dan damai. Hukum pernikahan ialah ibadah. Tujuan dan manfaat
pernikahan yaitu :
1) Sakinah
Sakinah merupakan tujuan atau manfaat suatu pernikahan yang
darinya akan tumbuh saling mendekat dan melunaknya qalbu.
2) Memelihara diri (‘iffah)
3) Memiliki keturunan (Estiwara, 2018).
b. Informasi Pra Nikah
Pendidikan pranikah berpengaruh terhadap kesiapan dalam
menghadapi kehamilan pertama pada calon pengantin putri. Oleh karena
itu calon pengantin diberikan informasi seperti berikut :
1) Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan yang
menunjukkan kondisi kesehatan fisik, mental, dan sosial seseorang
dihubungkan dengan fungsi dan proses reproduksinya termasuk di
dalamnya tidak memiliki penyakit atau kelainan yang mempengaruhi
kegiatan reproduksi tersebut. Masalah kesehatan reproduksi dapat
terjadi sepanjang siklus hidup manusia, misalnya kehamilan remaja,
aborsi tidak aman, komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas, serta
penyakit menular seksual (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Perempuan lebih rentan dalam menghadapi risiko kesehatan
reproduksi, seperti kehamilan, melahirkan, aborsi yang tidak aman,
dan pemakaian alat kontrasepsi. Karena struktur alat reproduksinya,
perempuan lebih rentan secara sosial maupun fisik terhadap
penularan IMS, termasuk HIV-AIDS. Laki-laki juga mempunyai
masalah kesehatan reproduksi, khususnya yang berkaitan dengan
IMS termasuk HIV-AIDS. Karena itu dalam menyusun strategi untuk
memperbaiki kesehatan reproduksi harus diperhitungkan pula
kebutuhan, kepedulian, dan tanggung jawab laki-laki. (Kementerian
Kesehatan RI, 2018).
2) Hak Reproduksi dan Seksual
Kedua calon pengantin mempunyai kebebasan, hak dan
tanggung jawab yang sama dalam memutuskan kapan akan
mempunyai anak, berapa jumlah anak, dan jarak kelahiran. Hak
repoduksi dan seksual. Informasi ini meliputi penyait menuar seksual
dan pencegahannya agar perempuan dan lai – lai terlindungi dari
infeksi menular seksual (IMS) dan infeksi saluran reproduksi (ISR)
yang dapat berakibat buruk terhadap kesehatan reproduksi dan
seksual bagi laki – laki, perempuan, dan keturunannya, memahami
upaya pencegahan dan penularannya serta efek samping obat –
obatan, alat, dan tindakan medis yang digunakan untuk mengatasi
masalah kesehatan reproduksi dan seksual (Kementerian Kesehatan
RI, 2018).
Informasi yang diterima harus bisa membuat calon pengantin
mengerti tentang informasi yang diberikan sehingga dapat membuat
keputusan tanpa terpaksa. Calon pengantin juga berhak untuk
memperoleh pelayanan KB yang aman, efektif, terjangkau, dapat
diterima, sesuai dengan pilihan tanpa paksaan. Pihak perempuan
berhak mendapat pelayanan kesehatan yang dibutuhkan yang
memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan,
persalinan, dan nifas, serta memperoleh bayi yang sehat. Hubungan
suami istri harus didasari penghargaan terhadap pasangan masing-
masing dan dilakukan dalam kondisi yang diinginkan bersama tanpa
unsur pemaksaan, ancaman dan kekerasan (Kementerian Kesehatan
RI, 2018)
3) Organ Reproduksi
a) Organ Reproduksi Perempuan

Gambar 2.1 Organ Reproduksi Perempuan


(1) Ovarium (Indung Telur)
Organ yang terletak di kiri dan kanan rahim di ujung
saluran telur (fimbrae/umbai-umbai) dan terletak di rongga
pinggul. Indung telur berfungsi mengeluarkan sel telur
(ovum), sebulan sekali indung telur kiri dan kanan secara
bergiliran mengeluarkan sel telur. Sel telur adalah sel yang
dihasilkan oleh indung telur yang dapat dibuahi oleh sperma
sehingga terjadi konsepsi (pembuahan). Bila tidak dibuahi,
sel telur akan ikut keluar bersama darah saat menstruasi.
(2) Tuba Fallopii (Saluran Telur)
Saluran di kiri dan kanan rahim yang berfungsi untuk
mengantar ovum dari indung telur menuju rahim
(3) Fimbrae (umbai-umbai)
Berfungsi untuk menangkap sel telur yang dikeluarkan
indung telur.
(4) Uterus (rahim)
Merupakan tempat janin berkembang, bentuknya seperti
buah pir dan berat normalnya antara 30-50 gram. Pada saat
tidak hamil, besar rahim kurang lebih sebesar telur ayam
kampung, dindingnya tediri dari:
(a) Lapisan parametrium merupakan lapisan paling luar dan
yang berhubungan dengan rongga perut.
(b) Lapisan myometrium merupakan lapisan yang berfungsi
mendorong bayi keluar pada proses persalinan
(kontraksi)
(c) Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim
tempat menempelnya sel telur yang sudah dibuahi.
Lapisan ini terdiri dari lapisan kelenjar yang berisi
pembuluh darah
(5) Serviks (leher rahim)
Bagian rahim yang berbatasan dengan vagina. Pada saat
persalinan tiba, leher rahin membuka sehingga bayi dapat
keluar.
(6)Vagina (liang senggama)
Merupakan sebuah saluran berbentuk silinder dengan
diameter depan ± 6,5 cm dan dinding belakang ± 9 cm yang
bersifat elastis dengan berlipat lipat. Fungsinya sebagai
tempat penis berada saat bersanggama, tempat keluarnya
menstruasi dan bayi.
(7) Klitoris (kelentit)
Merupakan organ kecil yang paling peka rangsangan
dibanding dengan bagian-bagian alat kelamin perempuan
yang lain. Klitoris banyak mengandung pembuluh darah dan
syaraf.
(8) Labia (bibir kemaluan)
Terdiri dari dua bibir, yaitu bibir besar(labia mayor)
dan bibir kecil (labia minor).
(9) Perineum
Merupakan jaringan di antara vagina dan anus, yang
memisahkan rongga panggul atas dengan rongga panggul
bawah. Perineum berperan penting dalam berkemih, buang
air besar, hubungan seksual dan melahirkan
b). Organ Reproduksi Laki-laki

Gambar 2.2 Organ Reproduksi Laki-laki


(1) Testis (buah zakar).
Berjumlah dua buah untuk memproduksi sperma setiap hari
dengan bantuan testosteron. Testis berada dalam skrotum,
diluar rongga panggul karena pembentukan sperma
membutuhkan suhu yang lebih rendah dari pada suhu
badan (36,7 o C). Sperma merupakan sel yang berbentuk
seperti berudu (kecebong) berekor hasil dari testis yang
dikeluarkan saat ejakulasi bersama cairan mani dan bila
bertemu dengan sel telur yang matang akan terjadi
pembuahan
(2) Skrotum (kantung buah zakar)
Kantong kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan
berlipat lipat. Skrotum adalah tempat bergantungnya testis.
Skrotum mengandung otot polos yang 18 Saluran Sperma
mengatur jarak testis ke dinding perut dengan maksud
mengatur suhu testis agar relatif tetap
(3) Vas deferens (saluran sperma)
Saluran yang menyalurkan sperma dari testis-epididimis
menuju ke uretra/ saluran kencing pars prostatika. Vas
deferens panjangnya ± 4,5 cm dengan diameter ±2,5 mm.
Saluran ini muara dari Epididimis yaitu saluran- saluran
yang lebih kecil dari vas deferens. Bentuknya berkelok-
kelok dan membentuk bangunan seperti topi.
(4) Prostat, vesikula seminalis dan beberapa kelenjar lainnya.
Kelenjar-kelenjar yang menghasilkan cairan mani (semen).
yang berguna untuk memberikan makanan pada sperma.
(5) Penis
Berfungsi sebagai alat sanggama dan sebagai saluran untuk
pengeluaran sperma dan air seni. Pada keadaan biasa,
ukuran penis kecil. Ketika terangsang secara seksual darah
banyak dipompa ke penis sehingga berubah menjadi tegang
dan besar disebut sebagai ereksi. Bagian glans merupakan
bagian depan atau kepala penis. Glans banyak mengandung
pembuluh darah dan syaraf. Kulit yang menutupi glans
disebut foreskin (preputium). Pada laki-laki sunat
dilakukan dengan cara membuang kulit preputium. Secara
medis sunat dianjurkan karena memudahkan pembersihan
penis sehingga mengurangi kemungkinan terkena infeksi,
radang dan kanker.
c. Persiapan Pranikah
1) Persiapan Fisik
Dalam rangka mempersiapkan kesehatannya sebelum menikah,
catin perlu menjalani beberapa prosedur pemeriksaan, antara lain :
a) Tanda-tanda vital : suhu, nadi, frekuensi nafas, tekanan darah
b) Pemeriksaan status gizi :
 Berat badan
 Tinggi badan
 Lingkar lengan atas (LILA)
 Tanda – tanda anemia
c) Pemeriksaan Darah rutin : Hb, Golongan Darah dan Rhesus
d) Pemeriksaan urin rutin
e) Pemeriksaan lain atas indikasi : gula darah, IMS, HIV,
Malaria, thalasemia, hepatitis B, TORCH (Toksoplasmosis,
Rubella, Citomegalovirus dan Herpes simpleks)
2) Persiapan gizi
Status gizi catin perempuan perlu diketahui dalam rangka
persiapan kehamilan.
a) Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran Indek Massa
Tubuh (IMT). Untuk catin perempuan ditambah dengan
pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
b) IMT merupakan proporsi standar berat badan (BB) terhadap
tinggi badan (TB).
c) Pengukuran LILA bertujuan untuk mengetahui adanya risiko
Kurang Energi Kronik (KEK). Ambang batas LiLA pada
WUS dengan KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LilA
kurang dari 23,5 cm artinya catin perempuan mengalami
KEK.
Cara menghitung IMT :

Keterangan :
BB : Berat Badan (kg)
TB : Tinggi Badan (m)

Tabel 2.1 Tabel Klasifikasi Nilai IMT


Status Gizi Kategori IMT
Sangat Kurus Kekurangan BB tingkat < 17,0
berat
Kurus Kekurangan BB tingkat 17-<18,5
ringan
Normal 18,5-25,0
Gemuk Kelebihan BB tingkat >25,0-27,0
ringan
Obesitas Kelebihan BB tingkat >27,0
berat

Sebelum memasuki jenjang pernikahan, catin perlu melakukan


persiapan gizi antara lain :
(1)Setiap pasangan catin dianjurkan mengonsumsi makanan
bergizi seimbang.
(2)Setiap catin perempuan dianjurkan mengonsumsi tablet tambah
darah (TTD) yang mengandung zat besi dan asam folat
seminggu sekali.
(3)Bagi catin perempuan yang mengalami KEK (Kurang Energi
Kronik) dan Anemia maka perlu ditentukan penyebabnya dan
ditatalaksana sesuai dengan penyebab tersebut.
(4)Untuk mendapatkan masukan gizi yang seimbang ke dalam
tubuh catin perlu mengonsumsi lima kelompok pangan yang
beraneka ragam setiap hari atau setiap kali makan. Kelima
kelompok pangan tersebut adalah makanan pokok, lauk pauk,
sayuran, buah-buahan, dan minuman. Proporsinya dalam setiap
kali makan dapat di gambarkan di dalam ISI PIRINGKU yaitu :
(a)Sepertiga piring berisi makanan pokok
(b)Sepertiga piring berisi sayuran
(c)Sepertiga piring berisi lauk pauk dan buah-buahan dalam
proporsi yang sama
(5)Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga agar
tubuh tetap sehat :
(a) Biasakan minum air putih 8 gelas per hari
(b) Hindari minum teh atau kopi setelah makan
(c) Batasi mengonsumsi garam, gula, dan lemak/minyak.
3) Imunisasi Tetanus
a) Imunisasi Td untuk WUS (Wanita Usia Subur) termasuk ibu
hamil dan catin, merupakan imunisasi lanjutan yang terdiri dari
imunisasi terhadap penyakit Tetanus dan Difteri.
b) Catin perempuan perlu mendapat imunisasi Tetanus agar
memiliki kekebalan sehingga bila hamil dan melahirkan, ibu
dan bayi akan terlindungi dari penyakit Tetanus.
c) Tiap WUS (15-49 tahun) diharapkan sudah mendapat 5 kali
imunisasi Tetanus lengkap (T5).
d) Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status imunisasi
Tetanus (status T) melalui skrining. Jika status T belum
lengkap, maka catin perempuan harus melengkapinya di
Puskesmas.
e) Pemberian imunisasi Tetanus tidak perlu diberikan apabila
status T sudah mencapai T5, yang harus dibuktikan dengan
catatan yang tercantum antara lain pada kartu imunisasi, buku
kesehatan ibu dan anak, buku rapor kesehatanku, kohort
dan/atau rekam medis catin yang bersangkutan.
Gambar 2.3 Status Imunisasi Catin
4) Menjaga kesehatan organ reproduksi
Organ reproduksi perlu dijaga kesehatannya agar dapat
berfungsi dengan baik. Beberapa tips untuk menjaga kesehatan
reproduksi antara lain :
a) Sebaiknya pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari
b) Gunakan pakaian dalam berbahan sintetis (katun) yang dapat
menyerap keringat dan tidak terlalu ketat.
c) Membersihkan organ reproduksi luar dari depan ke belakang
dengan menggunakan air bersih dan dikeringkan
menggunakan handuk atau tisu.
d) Pakailah handuk yang bersih, kering, tidak lembab/bau.
e) Khusus untuk perempuan :
 Tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan pembilas
vagina.
 Jangan memakai pembalut tipis dalam waktu lama.
 Pergunakan pembalut ketika menstruasi dan diganti paling
lama setiap 4 jam sekali atau setelah buang air.
 Bagi perempuan yang sering keputihan, berbau dan
berwarna harap memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
f) Bagi laki – laki dianjurkan untuk disunat.
5) Menjaga kesehatan jiwa dan harmonisasi pasangan suami istri
Sehat jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi
tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan
kontribusi untuk komunitasnya.
Ciri – ciri sehat jiwa :
a) Perasaan sehat dan bahagia
b) Menyadari kemampuan diri
c) Merasa nyaman terhadap diri sendiri
d) Dapat menerima orang lain
e) Mampu memenuhi kebutuhan hidup
f) Mampu menghadapi tantangan hidup
g) Mempunyai sikap positif terhadap diri dan orang lain.
d. Informasi tentang Nutrisi Pranikah
Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat
mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan
kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi
asupan gizi sehingga akan mempengaruhi kesehatan individu dan
masyarakat. Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan
normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak,
serta seluruh kelompok umur. Gizi baik membuat berat badan normal
atau sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi, produktivitas
kerja meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian
dini. Agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit
kronis atau penyakit tidak menular terkait gizi, maka pola makan
masyarakat perlu ditingkatkan kearah konsumsi gizi seimbang.
Keadaan gizi yang baik dapat meningkatkan kesehatan individu dan
masyarakat (Menkes RI, 2014).
Dalam Permenkes Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman
Gizi Seimbang, pada remaja putri dan calon pengantin diberikan pesan
khusus sebagai berikut :
1) Biasakan mengonsumsi anekaragam makanan
Remaja putri dan calon pengantin perlu mengonsumsi aneka
ragam makanan untuk memenuhi kebutuhan energi, protein dan
zat gizi mikro (vitamin dan mineral) karena digunakan untuk
pertumbuhan yang cepat, peningkatan volume darah dan
peningkatan haemoglobin. Zat gizi mikro penting yang diperlukan
pada remaja putri adalah zat besi dan asam folat.
Kebutuhan zat besi bagi remaja putri dan calon pengantin
diperlukan untuk membentuk haemoglobin yang mengalami
peningkatan dan mencegah anemia yang disebabkan karena
kehilangan zat besi selama menstruasi.
Asam folat digunakan untuk pembentukan sel dan sistem
saraf termasuk sel darah merah. Asam folat berperan penting pada
pembentukan DNA dan metabolisme asam amino dalam tubuh.
Kekurangan asam folat dapat mengakibatkan anemia karena
terjadinya gangguan pada pembentukan DNA yang
mengakibatkan gangguan pembelahan sel darah merah sehingga
jumlah sel darah merah menjadi kurang. Asam folat bersama-
sama dengan vitamin B6 dan B12 dapat membantu mencegah
penyakit jantung. Seperti halnya zat besi, asam folat banyak
terdapat pada sayuran hijau, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
Konsumsi asam folat pada orang dewasa disarankan sebanyak
1000 gr/hari. Remaja putri (di atas 16 tahun) yang menikah
sebaiknya menunda kehamilan. Bila hamil perlu mengonsumsi
pangan kaya asam folat dan zat besi secara cukup, minimal 4
bulan sebelum kehamilan agar terhindar dari anemia dan risiko
bayi lahir dengan cacat pada sistem saraf (otak) atau cacat tabung
saraf (Neural Tube Deffect).
2) Banyak makan sayuran hijau dan buah-buahan berwarna
Sayuran hijau seperti bayam, kangkung, brokoli dan sayur
kacang (buncis, kacang panjang dll) banyak mengandung
karotenoid dan asam folat yang sangat diperlukan pada masa
kehamilan. Buah-buahan berwarna seperti pepaya, jeruk, mangga
dll merupakan sumber vitamin yang baik bagi tubuh. Buah-
buahan juga banyak mengandung serat dapat melancarkan buang
air besar (BAB) sehingga mengurangi risiko sembelit. Buah
berwarna, baik berwarna kuning, merah, merah jingga, orange,
biru, ungu, dan lainnya, pada umumnya banyak mengandung
vitamin, khususnya vitamin A, dan antioksidan. Vitamin
diperlukan tubuh untuk membantu proses-proses metabolisme di
dalam tubuh, sedangkan antioksidan diperlukan untuk merusak
senyawa-senyawa hasil oksidasi, radikal bebas, yang berpengaruh
tidak baik bagi kesehatan.
e. Informasi tentang kehamilan, pencegahan komplikasi, persalinan dan
pasca salin
1) Kehamilan
(a) Masa Subur
Masa subur adalah saat indung telur (ovarium)
melepaskan sel telur (ovum) yang sudah siap dibuahi ke
dalam saluran indung telur (tuba fallopii). Masa subur adalah
periode dalam siklus menstruasi dimana konsepsi atau
fertilisasi (pembuahan) paling mungkin terjadi, karena pada
periode tersebut terdapat sel telur yang matang dan siap
dibuahi.
(1) Masa subur dapat diketahui dengan cara menghitung
ovulasi/masa subur pada wanita
(2) Puncak masa subur biasanya terjadi pada 13 hari setelah
hari pertama haid, sedangkan masa subur biasanya akan
terjadi kurang lebih 3 hari sebelum dan sesudah masa
menuju puncak masa subur tersebut
Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus
menstruasinya normal yaitu 21-35 hari. Pemantauan
jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan
minimal enam kali siklus berturut-turut. Kemudian
hitung periode masa subur dengan melihat data yang
telah dicatat.
 Bila haid teratur (28 hari)
Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari
ke-1 dan masa subur adalah hari ke-12 hingga hari
ke-16 dalam siklus haid.
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid mulai
tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret ini dihitung
sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada
tanggal 20 Maret dan hari ke 16 jatuh pada tanggal
24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20
Maret hingga tanggal 24 Maret. Sehingga pada masa
ini merupakan masa pantang untuk melakukan
senggama. Apabila ingin melakukan hubungan
seksual harus menggunakan kontrasepsi.
 Bila haid tidak teratur
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid
dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari pertama
masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus
haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari
terakhir masa subur. (Rahayu, 2016)
Rumus:
Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek
dikurangi 18.
Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang
dikurangi 11.

(3) Tanda-tanda masa subur


(a) Perubahan lendir serviks
Pada masa subur, cairan ini bertekstur lengket
dan kental. Perubahan terjadi menjelang masa subur,
yaitu dengan meningkatnya jumlah cairan dan
perubahan tekstur menjadi berwarna bening dan cair.

(b) Dorongan seksual meningkat


Hormon estrogen dan progesteron akan
meningkat dalam masa subur sehingga meningkatkan
hasrat seksual.

(c) Temperatur tubuh meningkat dan payudara lebih


lunak
Meningkatnya hormon progesteron ketika masa
subur akan memicu kenaikan suhu tubuh (±0,5oC)
dan menyebabkan payudara menjadi lebih lunak.

(b) Proses Kehamilan


Gambar 2.4 Proses Kehamilan
Keterangan :
1) Sel telur yang matang dibuahi oleh sperma dalam saluran
telur (tuba fallopi)
2) Sel telur yang telah dibuahi sperma (embrio) menempel
di lapisan dalam dinding rahim
3) Dalam 120 hari pertama, embrio berkembang mengikuti
tahapan kehidupan sel (hayati)
4) Memasuki usia kehamilan lebih lanjut, embrio
berkembang mengikuti tahapan kehidupan insani menjadi
janin/ bayi
5) Kehamilan umumnya berakhir dengan persalinan setelah
280 hari ( 9 bulan 10 hari)
6) Proses kehamilan dimulai dari bertemunya sel sperma
laki-laki dan sel ovum matang dari wanita yang kemudian
terjadi pembuahan, proses inilah yang mengawali suatu
kehamilan. Untuk terjadi suatu kehamilan harus ada
sperma, ovum, pembuahan ovum (konsepsi), implantasi
(nidasi) yaitu perlekatan embrio pada dinding rahim,
hingga plasentasi / pembentukan plasenta. Dalam proses
pembuahan, dua unsur penting yang harus ada yaitu sel
telur dan sel sperma. Sel telur diproduksi oleh indung
telur atau ovarium wanita, saat terjadi ovulasi seorang
wanita setiap bulannya akan melepaskan satu sel telur
yang sudah matang, yang kemudian ditangkap oleh
rumbai – rumbai (microfilamen fimbria) dibawa masuk
kerahim melalui saluran telur (tuba fallopi), sel ini dapat
bertahan hidup dalam kurun waktu 12-48 jam setelah
ovulasi. Berbeda dengan wanita yang melepaskan satu sel
telur setiap bulan, hormon pria testis dapat terus bekerja
untuk menghasilkan sperma. Saat melakukan senggama
(coitus), berjuta-juta sel sperma (spermatozoon) masuk
kedalam rongga rahim melalui saluran telur untuk
mencari sel telur yang akan di buahi dan pada akhirnya
hanya satu sel sperma terbaik yang bisa membuahi sel
telur (Manuaba, 2010)
(c) Tanda – tanda kehamilan
Terdapat beberapa tanda – tanda kehamilan, antara lain :

(1) Tidak mendapat menstruasi/ haid sebagaimana biasanya


(tidak menstruasi pada siklus haid bulan berikutnya)
(2) Timbul rasa mual, muntah-muntah dan pusing terutama
pada pagi hari serta sering buang air kecil
(3) Tidak ada nafsu makan
(4) Tes kehamilan positif (+)
(5) Pada usia kehamilan lebih lanjut dengan alat tertentu
dapat terdengar jantung janin
(6) Perut membesar dan dirasakan gerakan janin.
(d) Kehamilan ideal vs kehamilan beresiko
Kehamilan yang ideal adalah kehamilan yang
direncanakan, diinginkan dan dijaga perkembangannya
dengan baik. Namun ada kalanya tejadi kehamilan yang tidak
diinginkan seperti:

(1) Akibat hubungan seks pranikah


(2) Pada unmet need ber-KB(wanita usia subur yang ingin
menunda atau ingin punya anakk tetap tidak
menggunakan kontrasepsi
(3) Akibat gagal KB
Walaupun demikian, setiap kehamilan tetap harus
dijaga dan dipantau kesehatannya dan perkembangannya.
Usia terbaik perempuan untuk hamil adalah 20-35 tahun dan
jarak antara kelahiran idealnya 3-5 tahun atau tidak lebih dari
2 balita dalam satu keluarga. Adanya jarak kelahiran tersebut
akan mmeberi kesempatan kepada ibu untuk memulihkan
kembali kesehatan tubuhnya serta memberi kesempatan bagi
anak yang dilahirkan untuk tu,buh dan berkembang secara
optimal serta mendapatkan perhatian dan kasih sayang penuh
dari orangtuanya.
Apabila merencanakan punya anak lagi, perlu
pertimbangan secara matang mengenai biaya perawatan,
pendidikan dan kehidupan yang layak termasuk pemenuhan
gizinya. Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk terjadi
komplikasi walaupun sebelumnya baik-baik saja. Sebagai
contoh, saat hamil kondisi ibu dan bayi sehat, namun saat
perslainan ibu dapat mengalami perdarahan hebat atau bayi
mengalami sesak nafas (asfiksia). Terdapat beberapa kondisi
yang dapat meningkatkan risiko komplikasi pada kehamilan
dan persalinan yang disebut 4 terlalu dan 3 terlambat.
4 (empat) TERLALU yaitu

(1)Terlalu muda untuk hamil (kurang dari 20 tahun)


(2)Terlalu tua untuk hamil (lebih dari 35 tahun)
(3)Terlalu sering hamil ( anak lebih dari 3)
(4)Terlalu dekat datau rapat jarak kehamilnya (kurang dari 2
tahun)
3 (tiga) TERLAMBAT yaitu:

(1) Terlambat mengenali tanda bahaya pada kehamilan,


persalinan dan nifas, serta mengambil keputusan untuk
mencari pertolongan medis
(2) Terlambat tiba di fasilitas pelayanan kesehatan
(3) Terlambat mendapatkan pertolongan medis yang adekuat.
Ibu hamil harus memeriksakan kehamilan ke fasilitas
pelayanan kesehatan minimal 4 kali, yaitu 1 kali di trimester
pertama, 1 kali di trimester ke 2, dan 2 kali di trimester ketiga
kehamilan untuk mendeteksi dini kondisi kesehatan ibu dan
bayinya. Suami dianjurkan untuk mendampingi ibu hamil saat
memeriksakan kehamilannya.
(e) Tanda bahaya kehamilan
Tanda- tanda bahaya yang dapat mengancam jiwa ibu
hamil atau janin yang dikandungnya :
(1) Muntah terus dan tidak mau makan
(2) Demam tinggi
(3) Bengkak pada kaki, tangan dan wajah atau sakit kepala
disertai kejang
(4) Janin dirasakan kurang bergerak dibandingkan
sebelumnya
(5) Pendarahan pada hamil muda dan hamil tua
(6) Air ketuban keluar sebelum waktunya
Apabila terdapat satu atau beberapa tanda bahaya kehamilan
tersebut segera ke fasilitas kesehatan.
(f) Kondisi emosional ibu hamil
Setiap kehamilan perlu didukung oleh suami dan
keluarga. Perlu persiapan fisik, sosial dan ekonomi yang
baikdalam menyambut kelahiran. Hal ini dapat mendukung
terjaganya kondisi emosional ibu hamil. Ibu hamil juga tidak
boleh dibebani dengan pikiran dan pekerjaan yang berat atau
tugas yang banyak.
Berikut kondisi emosional yang biasa dialami oleh ibu
hamil:

 Mudah tersinggung, sensitif, uring-uringan, manja, mudah


marah, tidak semangat
 Perasaan mudah lelah, tidak mau makan, tidak bisa tidur
nyenyak, tidak nyaman, merasa sesak. Hal-hal tersebut
disebebakan oleh adanya perubahan kondisi fisiknya.
 Mencemaskan perubahan fisiknya, khawatir terhadap
perkembangan bayinya dalam rahim, khawatir bila bayinya
meninggal atau cacat
 Merasa belum siap menjadi orang tua dan belum siap
secara ekonomi
 Ingin diperhatikan, pada waktu mengidam menginginkan
makanan-makanan yang mungkin tidak pada musimnya
sehingga sulit didapat. Hal tersebut semata-mata karena
ingin diperhatikan keluarga dan suami.
Oleh karena itu, ibu hamil harus mendapat dukungan
dari suami dan keluarga agar dapat menjalani kehamilan yang
sehat.
2) Program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi
(P4K)
Program P4K merupakan kegiatan dalam rangka
meningkatkan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam
menjaga ibu hamil termasuk :

(a) Merencanakan persalinan yang aman


(b) Persiapan dalam menghadapi kemungkinan terjadinya
komplikasi pada saat hamil, bersalin dan nifas
(c) Perencanaan penggunaan KB pascasalin
Untuk menandai adanya ibu hamil, ditempelkan stiker P4K di
pintu atau jendela depan rumah ibu hamil. Didalam stiker P4K
terdapat informasi mengenai lokasi tempat tinggal ibu hamil,
identitas ibu hamil, tafsiran persalinan, penolong persalinan,
pendamping persalinan, fasilitas tempat persalinan, calon donor
darah, transportasi yang akan digunakan, serta pembiayaan.
Tujuan dari P4K adalah:

(a)Setiap ibu hamil terdata dan diketahui keberadaanya


(b)Adanya perencanaan persalinan sehingga dapat diambil
keputusan yang tepat dan cepat bila terjadi komplikasi selama
kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
(c)Masyarakat sekitar dapat segera memberikan bantuan apabila
dibutuhkan, misalnya menyediakan transportasi, donor darah
berjalan dan lain-lain
Stiker P4K terdapat didalam buku KIA yang diisi oleh tenaga
kesehatan sesuai dengan hasil kesepakatan dengan ibu, keluarga
dan masyarakat.
Setiap ibu hamil mendapatkan buku KIA pada saat pertama
kali memeriksakan kehamilan. Buku KIA adalah buku catatan
kesehatan ibu (hamil, bersalin dan nifas) dan anak (bayi baru lahir,
balita dan anak pra sekolah) serta berisi berbagai informasi cara
memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak. Buku KIA
diperoleh di Posyandu, Ppolindes, Poskesdes, Pustu, Puskesmas,
BPM, Dokter praktik, rumah bersalin dan rumah sakit.
Melakukan perencanaan tempat persalinan penolong
persalinan, pendamping persalinan, persiapan transportasi,
keuangan dan calon donor darah akan menurunkan risiko
terjadinya keterlambatan dalam penanganan kegawatdarratan ibu
dan bayi.
3) Pilihan metode kontrasepsi bagi pasangan baru yang ingin
menunda kehamilan
Bagi pasangan yang belum ingin segera memiliki anak atau
istri berusia kurang dari 20 tahun, dapat menunda kehamilan
dengan menggunakan salah satu metode KB yang sesuai.
Pasangan dianjurkan untuk berkonsultasi ke fasilitas pelayanan
kesehatan.
4) Persalinan
a) Konsep Dasar Persalinan
Dalam Kurniarum (2016) persalinan sering diartikan
serangkaian kejadian pengeluaran bayi yang sudah cukup
bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin
dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu
sendiri). Ada beberapa pengertian persalinan, yaitu sebagai
berikut :
(1) Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang
memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada
ibu untuk dapat melahirkan janinnya melaui jalan lahir
(Moore, 2001).
(2) Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita
melahirkan bayi yang diawali dengan kontraksi uterus
yang teratur dan memuncak pada saat pengeluaran bayi
sampai dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya
dimana proses persalinan ini akan berlangsung selama 12
sampai 14 jam (Mayles, 1996).
(3) Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
yang dapat hidup dari dalam uterus ke dunia luar
(Prawirohardjo, 2002).
(4) Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Prawirohardjo, 2002).
b) Macam – macam persalinan
(1) Persalinan spontan
Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu
sendirim melalui jalan lahir ibu tersebut.
(2) Persalinan buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar
misalnya ekstraksi forceps, atau dilakukan operasi Sectio
Caesaria.
(3) Persalinan anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi
baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian
pitocin atau prostaglandin.
c) Persalinan berdasarkan umur kehamilan
(1) Abortus
Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22
minggu atau bayi dengan berat badan kurang dari 500 gr.
(2) Partus immaturus
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28
minggu atau bayi dengan berat badan antara 500 gram
dan 999 gram.
(3) Partus prematurus
Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37
minggu atau bayi dengan berat badan antara 1000 gram
dan 2499 gram.
(4) Partus maturus atau a’terme
Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42
minggu atau bayi dengan berat badan 2500 gram atau
lebih.
(5) Partus postmaturus atau serotinus
Pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan 42
minggu.
d) Sebab – sebab mulainya persalinan
Sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas.
Agaknya banyak faktor yang memegang peranan dan
bekerjasama sehingga terjadi persalinan. Beberapa teori yang
dikemukakan adalah: penurunan kadar progesteron, teori
oxitosin, keregangan otot-otot, pengaruh janin, dan teori
prostaglandin. Beberapa teori yang menyebabkan mulainya
persalinan adalah sebagai berikut :
(1) Penurunan Kadar Progesteron
Progesterone menimbulkan relaxasi otot-otot rahim,
sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot rahim.
Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar
progesteron dan estrogen dalam darah, tetapi pada akhir
kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his.
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28
minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, dan
pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga
otot rahim lebih sensitive terhadap oxitosin. Akibatnya otot
rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesterone tertentu.
(2) Teori Oxitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst
posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan
progesterone dapat mengubah sensitivitas otot rahim,
sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Di akhir
kehamilan kadar progesteron menurun sehingga oxitocin
bertambah dan meningkatkan aktivitas otot-otot rahim
yang memicu terjadinya kontraksi sehingga terdapat tanda-
tanda persalinan.
(3) Keregangan Otot-otot.
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam
batas tertentu. Setelah melewati batas tertentu terjadi
kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. Seperti
halnya dengan Bladder dan Lambung, bila dindingnya
teregang oleh isi yang bertambah maka timbul kontraksi
untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim,
maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot
dan otot-otot rahim makin rentan. Contoh, pada kehamilan
ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu
sehingga menimbulkan proses persalinan.
(4) Pengaruh Janin
Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya
juga memegang peranan karena pada anencephalus
kehamilan sering lebih lama dari biasa, karena tidak
terbentuk hipotalamus. Pemberian kortikosteroid dapat
menyebabkan maturasi janin, dan induksi (mulainya )
persalinan.
(5) Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur
kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua.
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua diduga
menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari
percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2
yang diberikan secara intravena, intra dan extra amnial
menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur
kehamilan. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat
menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi
dapat keluar. Prostaglandin dapat dianggap sebagai pemicu
terjadinya persalinan. Hal ini juga didukung dengan adanya
kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban
maupun daerah perifer pada ibu hamil, sebelum melahirkan
atau selama persalinan.
e) Tanda dan gejala persalinan
Tanda dan gejala persalinan yaitu :
(1) Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat
(a) Lightening
Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu
merasa bahwa keadaannya menjadi lebih enteng. Ia
merasa kurang sesak, tetapi sebaliknya ia merasa
bahwa berjalan sedikit lebih sukar, dan sering
diganggu oleh perasaan nyeri pada anggota bawah.
(b) Pollikasuria
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan
didapatkan epigastrium kendor, fundus uteri lebih
rendah dari pada kedudukannya dan kepala janin
sudah mulai masuk ke dalam pintu atas panggul.
Keadaan ini menyebabkan kandung kencing tertekan
sehingga merangsang ibu untuk sering kencing yang
disebut Pollakisuria.
(c) False labor
Tiga (3) atau empat (4) minggu sebelum
persalinan, calon ibu diganggu oleh his pendahuluan
yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari
kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini
bersifat:
 Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah
 Tidak teratur
 Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat
dengan majunya waktu dan bila dibawa jalan
malah sering berkurang
 Tidak ada pengaruh pada pendataran atau
pembukaan cervix
(d) Perubahan cervix
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan
cervix menunjukkan bahwa serviks yang tadinya
tertutup, panjang dan kurang lunak, kemudian
menjadi lebih lembut, dan beberapa menunjukkan
telah terjadi pembukaan dan penipisan. Perubahan ini
berbeda untuk masingmasing ibu, misalnya pada
multipara sudah terjadi pembukaan 2 cm namun pada
primipara sebagian besar masih dalam keadaan
tertutup.
(e) Energy Sport
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan
energi kira-kira 24-28 jam sebelum persalinan mulai.
Setelah beberapa hari sebelumnya merasa kelelahan
fisik karena tuanya kehamilan maka ibu mendapati
satu hari sebelum persalinan dengan energi yang
penuh. Peningkatan energi ibu ini tampak dari
aktifitas yang dilakukannya seperti membersihkan
rumah, mengepel, mencuci perabot rumah, dan
pekerjaan rumah lainnya sehingga ibu akan
kehabisan tenaga menjelang kelahiran bayi, sehingga
persalinan menjadi panjang dan sulit.
(f) Gastrointestinal Upsets
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-
tanda seperti diare, obstipasi, mual dan muntah
karena efek penurunan hormon terhadap sistem
pencernaan.
(2) Tanda-tanda persalinan
Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah :
(a) Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his
pembukaan yang mempunyai sifat sebagai berikut :
 Nyeri melingkar dari punggung memancar ke
perut bagian depan.
 Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan.
 Sifatnya teratur, inerval makin lama makin
pendek dan kekuatannya makin besar.
 Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau
pembukaan cervix.
 Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan
kontraksi.
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan
pada servix (frekuensi minimal 2 kali dalam 10
menit). Kontraksi yang terjadi dapat
menyebabkan pendataran, penipisan dan
pembukaan serviks.
(b) Penipisan dan pembukaan servix
Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan
adanya pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda
pemula.
(c) Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari
canalis cervicalis keluar disertai dengan sedikit
darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena
lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen
bawah rahim hingga beberapa capillair darah
terputus.
(d) Premature Rupture of Membrane
Adalah keluarnya cairan banyak dengan
sekonyong-konyong dari jalan lahir. Hal ini terjadi
akibat ketuban pecah atau selaput janin robek.
Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan lengkap
atau hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya
cairan merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi
kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan
kecil, malahan kadang-kadang selaput janin robek
sebelum persalinan. Walaupun demikian persalinan
diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air
ketuban keluar
f) Tahapan Persalinan
(1) Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi
uterus dan pembukaan servix hingga mencapai
pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I
berlangsung 18 – 24 jam dan terbagi menjadi dua fase
yaitu fase laten dan fase aktif.
(a) Fase laten persalinan
 Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan servix secara bertahap
 Pembukaan servix kurang dari 4 cm
 Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam.
(b) Fase aktif persalinan
Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi,
dilatasi maximal, dan deselerasi
 Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya
meningkat (kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih
dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama
40 detik atau lebih
 Servix membuka dari 4 ke 10 cm biasanya
dengan kecepatan 1 cm atau lebih perjam hingga
permbukaan lengkap (10 cm)
 Terjadi penurunan bagian terendah janin
(2) Kala II
Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap
dari serviks dan berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
(3) Kala III
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
(4) Kala IV
Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam
setelah itu. (Kurniarum, 2016)
5) Pasca Salin / Nifas
a) Dalam Wahyuningsih (2018) terdapat beberapa pengertian
tentang masa nifas sebagai berikut:
(1) Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta
lahir dan berakhir ketika alatalat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil. masa nifas berlangsung
kirakira 6 minggu, akan tetapi, seluruh alat genital baru
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam
waktu 3 bulan (Prawirohardjo, 2009; Saifuddin, 2002).
(2) Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6
minggu. selama masa ini, fisiologi saluran reproduktif
kembali pada keadaan yang normal (Cunningham, 2007).
(3) Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali,
mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan
kembali seperti prahamil. Lama masa nifas 6-8 minggu
(Mochtar, 2010).
(4) Masa puerperium atau masa nifas dimulai setelah
persalinan selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6
minggu (Wiknjosastro, 2005).
(5) Periode pasca partum (Puerperium) adalah masa enam
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi
kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,
2004).
b) Tahapan pada masa nifas adalah sebagai berikut:
(1) Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24
jam. Pada masa ini merupakan fase kritis, sering terjadi
insiden perdarahan postpartum karena atonia uteri. Oleh
karena itu, bidan perlu melakukan pemantauan secara
kontinu, yang meliputi; kontraksi uterus, pengeluaran
lokia, kandung kemih, tekanan darah dan suhu.
(2) Periode early postpartum (>24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam
keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau
busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan
dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
(3) Periode late postpartum (>1 minggu-6 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan asuhan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling perencanaan KB.
(4) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk
pulih dan sehat terutama bila selama hamil atau bersalin
memiliki penyulit atau komplikasi.
(Wahyuningsih, 2018)
f. Informasi tentang infeksi menular seksual, infeksi saluran reproduksi
serta HIV dan AIDS
1) Infeksi Menular Seksual
IMS adalah penyakit infeksi yang ditularkan melalui hunungan
seksual.
Gejala IMS :
a) Adanya duh tubuh/cairan yang keluar dari alat kelamin
(vagina, penis) atau cairan dari anus, yang berbeda dari
biasanya
b) Rasa perih atau nyeri atau panas pada saat kencing atau
setelah kencing, atau menjadi sering kencing.
c) Ada luka terbuka/ basah di sekitar kelamin atau sekitar mulut.
Luka ini bisa terasa nyeri bisa juga tidak.
d) Ada semacam jaringan yang tumbuh seperti jengger ayam
atau kutil disekitar kelamin
e) Terjadi pembekakan pada lipatan paha
f) Pada laki-laki, terdapat bengkak dan nyeri pada kantung
pelit/kantung zakar
g) Sakit perut di bagian bawah yang kambuh, tetapi tidak
berhubungan dengan haid/ menstruasi
h) Keluar darah setelah berhubungan seksual
i) Demam
Jenis – Jenis IMS
(1) Gonore (Kencing Nanah)
Gejala gonore menurut Kemenkes RI (2018) adalah:

(a) Pada laki-laki: keluarnya cairan dari alat kelamin,


bernanah, kental, berwarna putih kekuningan.
(b) Pada perempuan; seringkali tanpa gejala, bila ada berupa
cairan dari alat kelamin berwarna putih atau kuning.
Cairan terutama akan banyak terlihat di daerah mulut
rahim melalui pemeriksaan dalam oleh tenaga kesehatan.
Komplikasi gonore menurut Kemenkes (2018) adalah:

(a) Pada laki-laki menyebabkan kemandulan.


(b) Pada perempuan menyebabkan mandul dan kehamilan
luar rahim/ektopik.
(c) Pada bayi baru lahir dari perempuan dengan gonorea,
menyebabkan konjungtivitas gonore yaitu berupa
kemerahan pada salah satu atau kedua mata dengan
adanya cairan yang keluar dari mata dengan nanah dan
megakibatkan kebutaan.
(2) Sifilis (Raja Singa)
Gejala Sifilis menurut Kemenkes RI (2018) adalah
Luka atau koreng, biasanya berjumlah satu, berbentuk bulat
atau lonjong, dasar bersih dan bila diraba terasa kenyal
sampai keras, tidak ada rasa nyeri bila ditekan. Kelenjar getah
bening dilipat paha bagian dalam membesar, kenyal, juga
nyeri bila ditekan.
Komplikasi menurut Kemenkes RI (2018) yaitu pada
perempuan penderita sifilis dapat mengalami keguguran,
melahirkan bayi cacat atau lahir dalam keadaan sudah mati.
(3) Herpes Genitaslis
Gejala Herpes Genitalis menurut Kemenkes RI (2018) adalah

 Herpes genital pertama: timbul bintil-lentingan-luka


berkelompok di atas dasar kemerahan, sangat nyeri,
pembesaran kelenjar lipat paha, kenyal dan disertai gejala
yang menyeluruh dan saling berhubungan (sistemik)
 Herpes genitaliss kambuhan timbul bila ada faktor stress
pikiran, hubungan seksual berlebihan, kelelahan dan lain-
lain. Umumnya luka / lesi sebanyak dan seberat gejala
pertama
Komplikasi herpes genitalis menurut Kemenkes RI (2018)
adalah dapat menjadi pintu masuk infeksi lain dan bersifat
kambuhan seumur hidup.
(4) Klamidia
Gejala klamidia menurut Kemenkes RI (2018) adalah

 Pada laki-laki keluarnya cairan dari alat kelamin, bernanah,


encer kadang kental, berwarna putih kekuningan, dapat
disertai peradangan pada kulit alat kelamin.
 Pada perempuan keluarnya cairan dari alat kelamin,
benanah encer, berwarna putih atau kuning, leher rahim
mudah berdarah.
Komplikasi klamidia menurut Kemenkes RI (2018) adalah

 Pada laki-laki menyebabkan kemandulan


 Pada perempuan menyebabkan kehamilan di luar
kandungan / ektopik dan kemandulan
Pada bayi baru lahir dari perempuan dengan klamidia,
menyebabkan Konjungtivitis klamidiosis yaitu berupa
sembab, kemerahan pada salah satu atau kedua mata dengan
adanya cairan yang keluar dari mata dengan nanah yang tidak
terlalu banyak dan dapt menimbulkan kebutaan.
(5) Kondiloma Akuminata (Jengger Ayam)
Gejala kondiloma akuminata menurut Kemenkes RI
(2018) adalah bintil-bintil tonjolan berbentuk seperti kutil
terutama pada daerah yang lembab. Bersifat kambuhan
seumur hidup
Komplikasi kondiloma akuminata menurut Kemenkes RI
(2018) adalah

 Dapat membesar dan tumbuh menjadi satu


 Pada lakilaki dapat menimbulkan kanker penis
 Pada wanita dapat menimbulkan kanker mulut rahim
Pencegahan terinfeksi IMS menurut Kemenkes RI (2018)
adalah

 Jaga kebersihan kelamin


 Tidak berhubungan seksual
 Menggunakan kondom
 Setia pada pasangan
 Menghindari faktor pencetus
 Bila ada gejala, segera periksa ke fasilitas pelayanan
kesehatan dan minum obat sesuai anjuran
Tindakan jika terinfeksi IMS menurut Kemenkes RI
(2018) adalah

 Jangan mengobati sendiri


 Segera periksakan ke fasilitas pelayanan kesehatan
 Minum obat teratur dan sampai tuntas sesuai dengan
petunjuk dokter
 Jangan berhubungan seksual sampai IMS sembuh
 Minta pasangan segera memeriksakan diri ke fasilitas
pelayanan kesehatan untuk mencegah dan mengetahui
adanya penularan.
2) Infeksi Saluran Reproduksi (ISR)
ISR adalah masuk dan berkembangbiaknya kuman penyebab
infeksi ke dalam saluran reproduksi. ISR dapat ditularkan tanpa
hubungan seksual.
Jenis – Jenis ISR
a) Kandidiasis Vaginalis
Gejala :
 Gatal pada kelamin, kemerahan dan peradangan pada bibir
vagina dan liang vagina, disertai bengkak atau luka
sobekan kecil.
 Keluarnya cairan yang banyak serta bergumpal dari vagina,
kadang-kadang dapat kental, berwarna putih seperti susu
kental atau kekuningan atau berbau asam.
Komplikasi : lecet pada kulit disekitar kelamin.
Pencegahan :
 Jaga kebersihan alat kelamin
 Pakaian dalam tetap bersih dan kering.
b) Vaginosis Bakterial
Gejala : vagina berbau amis terutam setelah berhubungan
seksual, keluarnya cairan dari vagina namun tidak terlalu
banyak, berwarna putih keabu-abuan, melekat pada dinding
vagina, tidak ada tanda-tanda peradangan.
Komplikasi : menyebabkan penyakit radang panggul dan pada
ibu hamil dapat meyebabkan ketuban pecah dini, kelahiran
rematur, bayi berat badan lahir rendah.
Pencegahan :
 Jaga kebersihan alat kelamin
 Tidak berhubungan seksual
 Menggunakan kondom
 Setia pada pasangan.
c) Trikomoniasis
Gejala : keluarnya cairan yang banyak dari vagina, bernanah,
kadang-kadang berbusa, peradangan pada vagina, berbau
seperti ikan busuk, dapat disertai rasa gatal pada alat kelamin
Komplikasi : pada ibu hamil dapat menyebabkan kelahiran
prematur dan bayi berat badan lahir rendah.
Pencegahan :
 jaga kebersihan alat kelamin
 Tidak berhubungan seksual
 Menggunakan kondom
 Setia pada pasangan.
3) HIV dan AIDS
HIV (human immunodeficiency Virus) merupakan kuman/
virus penyebab AIDS. AIDS (aquired Immuno Deficiency
Syndrome) adalah kumpulan gejala/ penyakit akibat menurunnya
kekebalan tubuh yang didapat dari infeksi HIV. Infeksi Hiv
ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh manusia. Beberapa
cara yang berisiko menularkan HIV diantaranya:

a) Hubungan seksual tidak aman. Pada saat berhubungan seksual


tanpa kondom, HIV dapat menular dari darah orang terinfeksi,
cairan mani/sperma atau cairan vagina langsung ke aliran
darah pasangannya, atau melalui selaput lendir yang berada
dibagian dalam vagina, penis atau dubur.
b) HIV dapat menular melalui transfusi darah yang mengandung
HIV atau melalui alat tindakan medis lain yang tercemar HIV.
c) Penggunaan jarum suntik bersama/bergantian pada pecandu
narkoba suntuk beresiko tertular HIV.
d) HIV menular dari ibu ke bayi pada saat kehamilan, persalinan
dan ketika menyusui (penularan HIV dari ibu ke anak).
HIV tidak menular melalui :
a) Makan/minum bersama, memakai peralatan makan/minum
mereka
b) Bersentuhan, berjabat tangan, berpelukan
c) Hidup serumah, menggunakan Wc/toilet bersama, berenang
bersama.
d) Bergantian pakaian, handuk, sapu tangan
e) Hubungan sosial lainnya
f) Gigitan serangga.
Adapun gelaja HIV menurut Kemenkes RI (2018) adalah

a) Setelah seseorang terinfeksi HIV, dia terlihat biasa saja


seperti halnya orang lain karena tidak menunjukan gejala
klinis. Tetapi orang tersebut bisa menularkan virus HIV
melalui penularan cairan tubuh (darah, cairan sperma, cairan
vagina, ASI). Hal ini bisa terjadi selama 5-10 tahun.
b) Setelah itu orang tersebut mulai menunjukan kumpulan gejala
akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh setelah terinfeksi
HIV.
Pencegahan HIV AIDS menurut Kemenkes RI (2018)
adalah

a) Tidak berhubungan seksual


Tidak melakukan hubungan seksual yang beresiko.

b) Saling setia
Masing-masing setia pada pasangan dan tidak
melakukan hubungan seksual dengan orang lain.

c) Kondom
Gunakan kondom secara benar setiap kali berhubungan
seksual apabila salah satu pasangan ada yang menderita HIV
positif atau status HIV pasangan belum diketahui.

d) Hindari penggunaan narkoba suntik


Menggunakan jarum suntik beresiko menularkan HIV
dalam jarum yang tercemar darah. Namun apapun bentuknya,
hindari NARKOBA karena hanya akan merugikan diri sendiri.

e) Penggunaan alat-alat steril


Jangan gunakan jarum, alat suntik, atau alat peluka
(penembus luka) kulit lainnya (tindik atau tato) secara
bergantian. Penularan akan lebih mudah terjadi melalui darah.

f) Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA)


 Apabila salah satu/kedua pasangan mempunyai faktor
resiko maka lakukan tes HIV
 Jika salah satu/kedua pasangan mengidap HIV , minum
obat ARV sesuai anjuran secara teratur seumur hidup
 Pasangan ODHA harus minum obat ARV dan selalu
menggunakan kondom setiap berhubungan seksual
 Jika pasangan ODHA ingin memiliki anak, konsultasikan
dengan tenaga kesehatan untuk merencanakan waktu yang
tepat untuk hamil sesuai dengan staus kesehatan pasangan
 Lakukan tes HIV pada saat pemeriksaan kehamilan
trimester I dan berikan ARV profilaksis pada bayi dari ibu
HIV.
g. Informasi tentang deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara
1) Kanker Leher Rahim
Kanker leher rahim adalah keganasan yang terjadi dan
berasal dari sel leher rahim. Faktor Resiko :
a) Menikah atau melakukan hubungan seksual pertama kali
sebelum usia 20 tahun.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bramanuditya
(2018) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara menikah usia muda dengan kejadian kanker
serviks (CI 2,064-7,750). Hasil Odd ratio yang didapat dari
penelitian ini yaitu 4,000. Hal ini berarti bahwa wanita yang
pertama kali menikah pada usia < 20 tahun beresio 4 kali
lebih besar terjadi kanker serviks daripada wanita yang
pertama kali menikah pada usia ≥ 20 tahun. (Bramanuditya,
2018)
b) Memilik banyak pasangan seksual (baik perempuan atau
pasangannya).
c) Pernah terpapar penyakit IMS.
d) Ibu atau saudara perempuan menderita kanker leher rahim.
e) Hasil tes papsmear sebelumnya yang tak normal.
f) Merokok atau terpapar asap rokok. (Pitriani, 2013)
Penelitian yang dilakukan Pitriani (2013) didapatkan
hasil analisis Odds Ratio (OR) terhadap kebiasaan merokok
didapatkan OR sebesar 3,547 dan bermakna (p < 0,05) yang
berarti bahwa ibu atau suami dengan status merokok 3,547
kali lebih besar untuk terkena kanker serviks dibandingkan
yang tidak merokok. Penelitian ini menemukan bahwa
merokok merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker
serviks.
g) Melahirkan banyak anak (> 3 anak).
h) Penurunan kekebalan tubuh (imunosupresi) seperti yang
terjadi pada penderita HIV/AIDS ataupun pada penggunaan
kortikosteroid untuk jangka waktu yang lama.
Pencegahan :
Pencegahan primer kanker leher rahim dilakukan melalui
imunisasi HPV secara mandiri.
Deteksi dini :
a) Deteksi dini kanker leher rahim di anjurkan untuk perempuan
usia 30-50 tahun yang sudah berhubungan seksual dan bisa
dilakukan setiap tahun, minimal 3-5 tahun sekali.
b) Deteksi dini kanker leher rahim dapat dilakukan dengan Tes
IVA (Inspkesi Visual dengan Asam Asetat) dan Pap Smear.
c) perbedaan IVA dan Pap Smear antara lain :
(1)Hasil tes IVA dapat segera diketahui satu menit setelah di
oles asam asetat sedangkan Pap smear membutuhkan
waktu 1-2 minggu kemudian.
(2)Tes IVA dapat dilakukan kapan saja kecuali dalam
keadaan hamil atau haid yang banyak.
(3)Pemeriksaan tes IVA lebih murah dibandingkan dengan
Pap smear.
d) Deteksi dini kanker leher rahim dapat dilakukan di
dokter/bidan, puskesmas, klinik swasta, rumah sakit.
e) Pada stadium awal umumnya kanker leher rahim tidak
memiliki gejala. Pada stadium lanjut, gejalanya antara lain :
(1) Pendarahan pasca hubungan seksual.
(2) Pendarahan tidak normal dari vagina mulai bercak-bercak
hingga menggumpal disertai bau busuk.
(3) Keputihan berbau busuk.
(4) Nyeri pinggang saat buang air
2) Kanker Payudara
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel
kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak
termasuk kulit payudara.
Faktor resiko :
(a)Merokok atau terpapar asap rokok.
(b)Ibu atau saudara ibu/klien yang memiliki kanker payudara.
(c)Menopause (berhenti haid) lebih dari 50 tahun.
(d)Menstruasi pertama kali sebelum usia 12 tahun.
(e)Tidak memiliki anak/infertilitas.
(f) Melahirkan anak pertama setelah usia 35 tahun.
(g)Tidak pernah menyusui.
(h)Riwayat adanya penyakit tumor jinak payudara.
(i) Adanya riwayat penyakit kanker pada anggota keluarga
lainnya.
(j) Diet dan faktor yang berhubungan dengan diet (peningkatan
berat badan/obesitas, pola makan yang buruk tinggi lemak dan
rendah serat, mengandung zat pengawet/pewarna, minuman
beralkohol).
Tanda-tanda :
(a) Penambahan ukuran/besar yang tidak biasa pada payudara.
(b) Salah satu payudara menggantung lebih rendah dari biasanya.
(c) Lekukan seperti lesung pipit pada kulit payudara.
(d) Pembengkakan pada lengan bagian atas.
(e) Perubahan penampilan putting payudara.
(f) Keluar cairan seperti susu atau darah dari salah satu putting.
(g) Benjolan pada payudara.
(h) Pembesaran kelenjar getah bening pada lipat ketiak (axilla).
Deteksi dini :
(a) SADARI (pemerikSAan payuDara sendiRI), yang dilakukan
pada hari ketujuh sampai sepuluh di hitung mulai dari hari
pertama haid atau bagi yang telah menopause atau tidak haid
karena menggunakan KB dilakukan rutin setiap bulan pada
tanggal yang sama.
(b) SADANIS (perikSAan payuDAra KliNIS) oleh tenaga
kesehatan yaitu dokter/bidan, sebaiknya dilakukan satu
tahun/kali, minimal 3-5 tahun sekali atau bila terdapat
kelainan pada saat melakukan SADARI.
(c) Pemeriksaan Ultrasonography (USG), USG dilakukan
terutama untuk membuktikan adanya massa kistik dan
solid/padat yang mengarah pada keganasan, dan pada
perempuan di bawah usia 40 tahun.
(d) Pemeriksaan Skirining Mammografi, di anjurkan untuk
melakukan pemeriksaan secara berkala, yaitu pada permpuan
usia 40-50 tahun setiap 2 tahun sekali dan setiap satu tahun
sekali pada perempuan di atas 50 tahun kecuali yang
mempunyai faktor resiko.
Tata cara SADARI (pemerikSAan payuDara sendiRI)

 Langkah 1 :
(a) Mulai dengan melihat payudara anda di cermin dengan
posisi kedua lengan di samping tubuh. Kemudian angkat
kedua tangan ke atas dan perhatikan apakah ada perubahan
pada payudara.
(b) Anda harus melihat : Perubahan payudara dari ukuran,
bentuk dan warna kulit atau ada kerutan pada kulit (kulit
jeruk) atau ada cekungan/ada tarikan kulit ke dalam.
(c) Jika anda melihat perubahan berikut ini, segera anda ke
dokter untuk berkonsultasi :
 Perubahan ukuran dan bentuk payudara.
 Kulit payudara mengeras, mengelupas, mengkerut
seperti kulit jeruk, atau terdapat cekungan seperti
lesung pipi.
 Perubahan pada putting, seperti putting tertarik ke
dalam atau keluar cairan dari putting.
 Benjolan/kelainan lainnya dari payudara.
 Kemerahan, nyeri, ruam-ruam, atau bengkak.
 Langkah 2 :
Letakkan kedua tangan di pinggang sambil menekan
agar otot dada berkontraksi dan perhatikan apakah terjadi
perubahan pada payudara. Kemudian bungkukkan badan
untuk melihat apakah kedua payudara menggantung
seimbang.
 Langkah 3 :
Kemudian, dilakukan perabaan payudara. Pemeriksaan
ini dapat dilakukan sambil berdiri atau berbaring, bila dalam
keadaan berbaring sebaiknya letakkan sebuah bantal di bawah
pundak sisi payudara yang akan diperiksa.
 Langkah 4 :
Angkat salah satu lengan ke atas dan tekuk siku
sehingga tangan memegang bagian atas punggung/kepala,
kemudian dengan menggunakan permukaan jari tangan yang
lain raba dan tekan payudara dengan gerakan melingkar
dimulai dari bagian luar yaitu tepi payudara sampai ke bagian
dalam yaitu putting, selanjutnya cubit areola putting apakah
keluar cairan atau tidak, cermati seluruh bagian payudara kiri
hingga ke daerah ketiak, ulangi gerakkan yang sama pada
payudara kanan.
 Langkah 5 :
Dalam posisi berbaring tekuk salah satu siku sehingga
tangan menyentuh kepala belakang. Kemudian dengan tangan
yang lain rasakan apakah terdapat benjolan atau penebalan.
Pastikan untuk memeriksa daerah yang berada di antara
payudara, dari atas sampai bawah, kiri kanan, dan tulang
pundak.

2. Tinjauan Teori KEK


A. Definisi KEK
Kekurangan Energi Kronik ( KEK ) adalah salah satu keadaan
malnutrisi dimana keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang
berlangsung menahun ( kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan
kesehatan pada ibu secara relative atau absolute satu atau lebih zat gizi
( Helena, 2013)
Menurut Depkes RI (2002) menyatakan bahwa KEK merupakan
keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung
pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil. Kurang gizi akut
disebabkan oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah cukup atau
makanan yang baik ( dari segi kandungan gizi) untuk satu periode tertentu
untuk mendapatkan tambahan kalori dan protein.
B. Etiologi KEK
Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa
jenis zat gizi yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan
tubuh kekurangan zat gizi antara lain : jumlah zat gizi yang dikonsumsi
kurang, mutunya rendah, atau keduanya. Zat gizi yang dikonsumsi juga
mungkin gagal untuk diserap dan digunakan untuk tubuh ( Helena, 2013)
Faktor – faktor yang mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik (KEK)
Menurut (Djamaliah, 2008) :
1) Jumlah asupan makanan
2) Usia ibu hamil
3) Beban kerja
4) Penyakit/ infeksi
5) Pengetahuan ibu tentang gizi
6) Pendapatan keluarga

C. Patofisiologi KEK 
Krisis Ekonomi, politik, sosial

Pengangguran, inflasi, kurang pangan, dan kemiskinan

Kurang pendidikan, penghetahuan dan ketrampilan Obesitas terjadi

Persediaan makan Pola asuh Kesling dan


tidak cukup tidak memadai yankes tidak memadai

Konsumsi gizi tidak cukup Penyakit


Ibu Hamil KEK
D. Penatalaksanaan KEK
Penatalaksanaan untuk remaja wanita pranikah dengan KEK adalah
dengan memberikan konseling mengenai gizi seimbang pada calon
pengantin, dengan konseling diharapkan calon pengantin mau melakukan
apa yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan untuk bisa meningkatkan
asupan nutrisi, sehingga masalah KEK dapat teratasi.

3. Tinjauan Teori Asuhan Pranikah


a. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di
gunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikirandan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien Asuhan kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang
berurutan, yang di mulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi. Tujuh langkah tersebut membentuk kerangka yang
lengkap dan bisa di aplikasikan dalam suatu situasi (Varney, Helen &
Marlyn HE, David W, 2012).
b. Tahapan Asuhan Kebidanan
Dalam praktiknya bidan menggunakan manajemen kebidanan
dalam memberikan asuhan kebidanan. Menurut Varney (2012),
manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan, keterampilan dalam tahapan yang
logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.
manajemen kebidanan:
1) Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap yang berkaitan dengan kondisi klien. Pendekatan ini
harus bersifat komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan
hasil pemeriksaan.
2) Langkah II (Interpretasi Data Dasar)
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa
dan masalah yang spesifik.
3) Langkah III (Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan
Mengantisipasi Penanganannya)
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang
telah diidentifikasikan.
4) Langkah IV (Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera)
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
5) Langkah V (Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh)
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,
ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar
yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
6) Langkah VI (Pelaksanaan Langsung Asuhan Efisien dan Aman)
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah
kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman.
7) Langkah VII (Mengevaluasi Hasil Tindakan)
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan. Rencana dapat dianggap efektif jika memang
benar efektif dalam pelaksanaannya.
c. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan
1) Data Subyektif (S)
Data subjektif berhubungan dengan masalah dari sudut pandang
klien. Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang
dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan
berhubungan langsung dengan diagnosis (Handayani, 2017).
a) Nama Klien dan Pasangan
Digunakan untuk memperlancar komunikasi dalam asuhan,
sehingga antara bidan dan pasien menjadi lebih akrab (Walyani,
2015).
b) Umur
Dikaji untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi
atau tidak, < 16 tahun atau > 35 tahun (Walyani, 2015).
c) Agama
Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan
pada ibu selama memberikan asuhan. Informasi ini terkait
dengan pentingnya agama dalam kehidupan klien, tradisi agama
dalam kehamilan dan lain - lain (Walyani, 2015).
d) Suku Bangsa
Dikaji untuk menentukan adat istiadat atau budayanya. Ras,
etnis, dan keturunan harus diidentifikasi dalam rangka
memberikan perawatan yang peka budaya kepada klien
(Walyani, 2015).
e) Pendidikan
Tanyakan tingkat pendidikan tertinggi klien. Mengetahui
pendidikan klien berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan
untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga
bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya
(Walyani, 2015).
f) Pekerjaan
Mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk mengetahui
kemungkinan pengaruh lingkungan kerjan pasien terhadap
kehamilan yang dapat merusak janin, dan persalinan prematur
(Walyani, 2015).
g) Alamat
Dikaji untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat
tinggal klien, sehingga lebih memudahkan pada saat akan
bersalin sert mengetahui jarak rumah dengan tempat pelayanan
kesehatan (Walyani, 2015).
h) Alasan Datang
Ditanyakan untuk mengetahui alasan datang ke bidan/ klinik,
apakah untuk memeriksakan keadannya atau untuk
memeriksakan keluhan lain yang disampaikan dengan kata –
katanya sendiri (Hani, Ummi, 2010).
i) Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien
datang ke ke fasilitas kesehatan (Sulistyawati, 2011).
j) Riwayat Obstetri
(1) Menarch : Dikaji untuk mengetahui kapan pertama kali
pasien menstruasi. Umumnya menarche terjadi pada usia 12-
13 tahun (Sulistyawati, 2011).
(2) Siklus : Siklus merupakan jarak antara menstruasi yang
dialami dengan menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari.
Dikaji teratur atau tidaknya setiap bulan. Biasanya sekitar
23-32 hari (Sulistyawati, 2011).
(3) Lamanya : Menurut Walyani (2015) lamanya haid yang
normal adalah kurang lebih 7 hari. Apabila sudah mencapai
15 hari berarti sudah abnormal dan kemungkinan adanya
gangguan ataupun penyakit yang mempengaruhi.
(4) Nyeri haid : Nyeri haid perlu ditanyakan untuk mengetahui
apakah klien menderita atau tidak di tiap haid.Nyeri haid
juga menjadi tanda kontraksi uterus klien begitu hebat
sehingga menimbulkan nyeri haid (Walyani 2015).
(5) Banyaknya : Dikaji untuk mengetahui berapa banyak darah
yang keluar saat menstruasi. Menurut Walyani (2015)
normalnya yaitu 2 kali ganti pembalut dalam sehari.Apabila
darahnya terlalu berlebihan,itu berarti telah menunjukan
gejala kelainan banyaknya darah haid.
k) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan identifikasi keluhan sekarang,
penyakit umum yang pernah diderita, serta penyakit yang
dialami dahulu (Marmi, 2011)
l) Riwayat Imunisasi
Pemberian imunisasi TT pada wanita harus didahului dengan
skrining untuk mengetahui jumlah dosis dan status imunisasi TT
yang telah diperoleh selama hidupnya (Kemenkes RI, 2013).
m) Rencana KB
Untuk mengetahui rencana pemakaian kontrasepsi, apakah
akan menunda kehamilan atau tidak (Mandriwati, 2011).
n) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – Hari
(1) Pola Nutrisi
Beberapa hasil yang perlu ditanyakan pada pasien
berkaitan dengan pola makan adalah menu, frekuensi,
jumlah per hari dan pantangan (Sulistyawati, 2011).
(2) Pola Eliminasi
BAB dan BAK seperti frekuensi perhari, warnanya, ada
masalah selama BAB/BAK atau tidak (Walyani, 2015).
(3) Personal Hygiene
Untuk mengetahui kebersihan diri pasien. Dianjurkan
untuk mandi minimal 2 kali sehari, ganti baju minimal 1
kali, ganti celana dalam minimal 2 kali sehari, berkeramas
lebih sering dan menjaga kebersihan kuku (Sulistyawati,
2011).
(4) Pola Istirahat Tidur
Untuk mengetahui kecukupan istirahat pasien. Istirahat
sangat diperlukan calon pengantin. Lama tidur siang hari
normalnya 1 – 2 jam, malam hari yang normal adalah 6-8
jam (Sulistyawati, 2011).
(5) Pola Aktivitas dan Olahraga
Mengkaji aktivitas sehari-hari pasien untuk gambaran
tentang seberapa berat aktivitas pasien, (Sulistyawati,2011)
(6) Kebiasaan yang Merugikan Kesehatan
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu memiliki
kebiasaan seperti minum jamu, merokok, minum-minuman
keras, dan obat terlarang dan kebiasaan lainnya (Walyani,
2015).
o) Riwayat Psikososial Spiritual
(1) Persiapan Acara Pernikahan
(2) Persiapan Membina Rumah Tangga
Kursus pra nikah merupakan upaya pemerintah dalam
menekan tingginya angka perceraian, kekerasan dalam rumah
tangga dan problem keluarga lainnya. Tata cara pelaksanaan
dan materi yang akan disampaikan dalam kursus pra nikah
telah diatur dalam Peraturan Dirjen Bimas Islam No.
DJ.491/11 tahun 2009 tentang Kursus Calon Pengantin yang
kemudian disempurnakan dengan Peraturan Dirjen Bimas
Islam No. DJ.II/542 tahun 2013 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah.
(3) Persiapan Psikologis
(4) Persiapan Spiritual
(5) Identitas Karakter
(6) Tingkat Pengetahuan
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan
pasien dan pasangan mengenai persiapan pernikahan yang
akan dilakukan.

2) Data Obyektif (O)


Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi
yang jujur, hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan
laboratorium. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang
lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data
penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis klien dan
fakta yang berhubungan dengan diagnosis (Handayani, 2017).
a) Pemeriksaan Umum
• Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan
mengamati keadaan pasien secara keseluruhan, yaitu : Baik,
jika pasien memperlihatkan respons yang baik terhadeap
lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak
mengalami ketergantungan dalam berjalan, dan dikatakan
lemah, pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang
atau tidak memberikan respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain dan pasien sudah tidak mampu
lagi untuk berjalan sendiri (Sulistyawati, 2011).
• Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran
pasien, kita dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran
mulai dari keadaan composmentis sampai dengan koma
(Sulistyawati, 2011).
• Tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan
antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi
(tekanan darah > 140/90 mmHg) (Kemenkes RI, 2013).
Menurut Walyani (2015) tekanan darah normal berkisar
systole/diastole 110/80 – 120/80 mmHg.
• Nadi
Normalnya frekuensi denyut jantung teratur kira – kira
70 denyut per menit dengan rentang antara 60 – 100 denyut
per menit (Mandriwati, 2011).
• Suhu
Suhu normal antara 35,8 – 37° C (Mandriwati, 2011).
• Respirasi
Frekuensi pernafasan normal adalah 16 – 24 x/menit. Bila
frekuensi pernafasaon lebih dari normal disebut takipnue
dan jika frekuensi pernafasan kurang dari normal disebut
bradipnue (Astuti, 2012).
• Berat Badan
Berat badan adalah parameter antropometri yang
sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan
kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan
kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang
mengikuti pertambahan umur. Sebnaliknya dalam
keadaan yang abnormal, terhadap dua kemungkinan
perkembangan barat badan, yaitu dapat berkembang
cepat atau lambat dari kedaan normal. Berat badan harus
selalu dimonitor agar memberikan informasi yang
memungkinkan intervensi gizi yang preventif sedini
mungkin guna mengatasi kecenderungan penurunan atau
penambahan berat badan yang tidak dikehendaki. Berat
badan harus selalu dievaluasi dalam konteks riwayat
berat badan yang meliputi gaya hidup maupun status
berat badan yang terakhir. Penentuan berat badan
dilakukan dengan cara menimbang (Anggraeni, 2012).
• Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang
dapat melihat keadaan status gizi sekaran dan keadaan
yang telah lalu. Pertumbuhan tinggi/panjang badan tidak
seperti berat badan, relatif kurang sensitif pada masalah
kekurangan gizi pada waktu singkat (Anggraeni, 2012).
Salah satu cara untuk menentukan status gizi yaitu
dengan membandingkan berat badan dan tinggi badan.
IMT = BB (Kg)/ TB2 (dalam meter
(1) Untuk Perempuan
Kurus : < 17 Kg/m2
Normal : 17 – 23 Kg/ m2
Kegemukan : 23 – 27 Kg/ m2
Obesitas : > 27 Kg/ m2
(2) Untuk Laki – Laki
Kurus : < 18 Kg/m2
Normal : 18 – 25 Kg/ m2
Kegemukan : 25 – 27 Kg/ m2
Obesitas : > 27 Kg/ m2
• LILA
Ukuran LILA yang normal adalah 23,5 cm, diukur
sebelum hamil. Bila ditemukan pengukuran kurang dari
23,5 cm maka status gizi ibu kurang (Mandriwati, 2011).
b) Status Present
• Kepala : Untuk mengetahui kebersihan kepala.
Normalnya bentuk mesochepal, kulit kepala
bersih dan rambut tidak rontok (Mandriwati,
2011).
• Muka : Simetris, kemerahan, tidak bengkak.
• Mata : Untuk mengetahui warna sklera (ikterik atau
tidak, menilai kelainan fungsi hati) dan warna
konjungtiva (pucat atau cukup merah, sebagai
gambaran tentang anemia secara kasar) dan
secret (Sulistyawati, 2011).
• Hidung : Untuk memeriksa kebersihan, dan adanya
polip. Normalnya tidak ada polip dan sekret
(Sulistyawati, 2011).
• Mulut : Saat hamil pada ibu hamil normalnya bibir
tidak kering, tidak terdapat stomatitis, gigi
bersih tidak ada karies, tidak ada gigi palsu
(Saminem, 2008).
• Telinga : Dikaji untuk memeriksa kebersihan dan
kemungkinan adanya kelainan. Normalnya
adalah simetris dan tidak ada serumen berlebih
(Saminem, 2008).
• Leher : Normalnya tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada bendungan vena jugularis
(Saminem, 2008).
• Ketiak : Untuk memeriksa kemungkinan adanya massa
atau pembesaran pada aksila. Normalnya tidak
ada benjolan (Saminem, 2008).
• Dada : Normalnya simetris, denyut jantung teratur,
dan tidak ada gangguan pernapasan
(Sulistyawati, 2011).
• Abdomen : Dikaji ada tidak bekas luka operasi, ada massa
atau tidak (Sulistyawati, 2011).
• Genetalia : Pada keadaan normal tidak terdapat bau busuk,
dan tidak ada condiloma (Saminem, 2008). Pada
vulva mungkin didapat cairan jernih atau sedikit
berwarna putih tidak berbau, pada keadaan
normal, terdapat pengeluaran cairan tidak ada
rasa gatal, luka atau perdarahan (Walyani,
2015).
• Punggung : Teraba lurus, tidak ada lubang atau kelainan
bentuk.
• Anus : Normalnya tidak ada haemoroid
(Sulistyawati,
2011).
• Ekstremitas : Pemeriksaan tangan dan kaki yang dikaji
untuk mengetahui adanya edema sebagai tanda
awal preeklampsia dan warna kuku yang
kebiruan sebagai gejala anemia (Hani dkk,
2010). Normalnya kedua tangan dan kaki tidak
oedem, gangguan pergerakan tidak ada
(Saminem, 2008).
c) Status Obstetrik
• Mamae : Tidak terdapat benjolan/masa yang abnormal.
• Abdomen : Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada
tidaknya nyeri tekan.
• Genetalia : Pada keadaan normal tidak terdapat bau busuk,
dan tidak ada condiloma (Saminem, 2008). Pada
vulva mungkin didapat cairan jernih atau sedikit
berwarna putih tidak berbau, pada keadaan
normal, terdapat pengeluaran cairan tidak ada
rasa gatal, luka atau perdarahan (Walyani,
2015).
d) Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan darah rutin
(1) HB : Apabila kadar Hb rendah, penyebabnya harus
dipastikan dan diberikan terapi yang tepat. Hb
juga dapat dideteksi dari sampel darah.
(2) Trombosit
(3) Leukosit
• Pemeriksaan yang dianjurkan
(1) Golongan Darah dan Rhesus
(2) Gula Darah Sewaktu (GDS)
(3) Thalasemia
(4) Hepatitis B dan C
(5) TORCH (TOksoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus
dan Herpes simpleks)
• Pemeriksaan Urin: Urin Rutin
3) Analisa (A)
Langkah ini merupakan pendokumentasian hasil analisis dan
intrepretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena
keadaan klien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan
ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif,
maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Di dalam
analisis menuntut bidan untuk sering melakukan analisis data yang
dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan klien.
Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data klien
akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada klien, dapat terus
diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat. Analisis data
adalah melakukan intrepretasi data yang telah dikumpulkan,
mencakup diagnosis, masalah kebidanan, dan kebutuhan. Diagnosa:
Nn... umur... calon pengantin dengan kebutuhan.
a) Masalah: Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang
dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil
pengkajian,normalnya tidak terjadi masalah (Marni, 2011).
b) Diagnosa Potensial: Pada keadaan normal, diagnosa potensial
dapat diabaikan
c) Tindakan Segera: Pada keadaan normal, langkah ini dapat
diabaikan
4) Penatalaksanaan (P)
Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan,
dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan. Tujuan
penatalaksanaan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien
seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraanya.
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA PRA NIKAH

Tanggal : Selasa, 2 Februari 2021


Jam : 09.30 WIB
Tempat : R. KIA UPTD Puskesmas
Todanan

A. PENGKAJI
AN
Nama : Nn. VR Nama Suami : Tn. A
Umur : 20 tahun Umur : 20 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Manggir 3/1

B. DATA SUBJEKTIF

1. Alasan Datang

Klien mengatakan ingin mendapatkan suntik imunisasi TT untuk syarat


pernikahan

2. Keluhan Utama

Klien mengatakan tidak ada keluhan

3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi :

- Menarche : 12 tahun

- Siklus :± 28 hari

- Dismenorhea : tidak ada

- Lama : 5-7 hari

- Banyaknya :±2-3 kali ganti pembalut /hari

4. Riwayat kesehatan
- Penyakit yang pernah/sedang diderita :

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC,


hepatitis. Penyakit menahun seperti jantung. Penyakit menurun seperti DM,
dan hipertensi

- Riwayat yang pernah sedang diderita keluarga :

Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular
seperti TBC, hepatitis. Penyakit menahun seperti jantung. Penyakit menurun
seperti DM, dan hipertensi

5. Riwayat Imunisasi: Pernah/Tidak pernah

Jenis Tanggal Keluhan Tempat


Imunisasi Pelaksanaan Pemberian

TT1 2006 Tidak ada Sekolah

TT2 2007 Tidak ada Sekolah

TT3 16 Sept 2020 Tidak ada UPTD


Puskesmas
Todanan

TT4

TT5

6. Rencana KB: Ibu mengatakan belum berencana menggunakan alat kontrasepsi


apapun.
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan sehari-hari :
a. Nutrisi
1) Makan
 Frekuensi makan pokok : 3 x perhari
 Komposisi
 Nasi : 3 x 1 piring sedang
 Lauk : 3 x 1 potong sedang
Jenis : telur, tempe, tahu, ayam
 Sayuran : 1 x 1 mangkuk sayur
Jenis : ibu mengatakan tidak begitu menyukai
sayur
 Buah : 1 x/ hari
Jenis : pisang, jeruk, semangka dsb
 Camilan : 2 x sehari
Jenis : snack, makanan ringan
 Pantangan : ibu mengatakan tidak
ada pantangan makan.
2) Minum
 Jumlah total : 6-8 gelas perhari
b. Eliminasi
1) Buang Air Kecil
 Frekuensi perhari : 4 x
Warna : kuning jernih
 Keluhan / masalah
Ibu mengatakan tidak ada keluhan dan tidak ada masalah
2) Buang Air Besar
 Frekuensi per hari : 1 x, warna kuning kecoklatan,
konsistensi lembek.
 Keluhan / masalah: ibu mengatakan tidak ada keluhan
BAB nya
c. Personal hygiene
 Mandi 2 x perhari
 Keramas 2-3 x per hari
 Gosok gigi 2 x perhari
 Ganti pakaian 2 x perhari; celana dalam 2 x perhari
d. Istirahat / tidur
 Tidur malam 6 jam
 Tidur siang 1 jam
 Keluhan / masalah : ibu mengatakan tidak ada masalah
dalam pola tidurnya.
e. Aktivitas fisik dan olahraga
 Aktivitas fisik (beban pekerjaan) : Ibu mengatakan selama
di rumah melakukan pekerjaan seperti menyapu, mencuci,
menyetrika pakaian dan memasak.
f. Kebiasaan yang merugikan kesehatan
 Merokok : ibu mengatakan tidak pernah merokok
 Minuman beralkohol : ibu mengatakan tidak pernah minum
minuman beralkohol.
 Obat-obatan : ibu tidak pernah konsumsi obat kecuali
dari tenaga kesehatan.
 Jamu : ibu mengatakan tidak pernah minum
jamu.
 Sex bebas : ibu mengatakan tidak pernah
melakukan sex bebas.
8. Riwayat Psikososial-spiritual
a. Persiapan Acara Pernikahan
 Syarat pendaftaran
Ibu mengatakan sudah menyelesaikan persyaratan
pernikahan sesuai ketentuan di KUA
 Penyesuaian cuti
Ibu mengatakan bahwa dirinya dan calon suami mengambil
cuti sebelum menikah selama 3 hari
 Tanggal-tanggal penting terkait
Ibu mengatakan tidak ada tanggal tangal penting dalam
persiapan pernikahan
b. Persiapan Membina Rumah Tangga
 Persiapan fisik/kesehatan (medical check up, vaksin)
Ibu mengatakan telah melakukan medikal check up dan
imunisasi TT di puskesmas.
 Persiapan Psikososial :
Perbedaan latar belakang budaya
Ibu mengatakan tidak ada perbedaan budaya/ tradisi yang
berpengaruh buruk dalam kehidupan sehari - hari
c. Persiapan psikologis
 Pengetahuan catin terhadap sifat pasangannya
Ibu mengatakan sudah mengetahui sifat dan karakter calon
suaminya
 Cara berkomunikasi dengan pasangan
Ibu mengatakan melakukan komunikasi secarara langsung
dalam waktu senggang dan melakukan komunikasi via
telepon apabila sedang sibuk.
d. Persiapan spiritual
 Cara catin melakukan ibadah beserta pasangannya
Ibu mengatakan bahwa dirinya dan calon suaminya melakukan
sholat 5 waktu dan berdo’a kepada Tuhan Yang Maha Esa
e. Indentifikasi karakter
 Harapan / keinginan kebutuhan antar pasangan
Ibu mengatakan bahwa dirinya dan calon suami setelah
menikah berkeinginan memiliki rumah sendiri untuk tinggal
bersama
 Teknik manajemen konflik.
Ibu mengatakan ingin menyelesaikan masalahnya dengan
berdiskusi kepada suami setelah menikah nanti.
f. Pernikahan ini diharapkan/tidak oleh ibu, pasangan, dan keluarga
Ibu mengatakan pernikahan ini diharapkan oleh ibu, pasangan
maupun keluarga dari dua belah pihak.
g. Respon & dukungan keluarga terhadap pernikahan ini :
Ibu mengatakan keluarga mendukung dan merespon serta
membantu dalam proses pernikahannya nanti.
h. Rencana setelah menikah tinggal serumah dengan :
Ibu mengatakan setelah menikah akan tinggal serumah dengan
orang tuanya.
i. Pengambil keputusan utama pernikahan dalam keluarga :
Ibu mengatakan pengambil keputusan utama adalah dirinya dan
calon suaminya.
j. Orang terdekat ibu :
Ibu mengatakan orang terdekatnya adalah orang tua.
k. Tingkat pengetahuan ibu :
 Hal-hal yang diketahui ibu terkait pemberian imunisasi
pranikah
Ibu mengatakan hanya mengetahui sekilas terkait imunisasi
sebelum menikah bahwa imunisasi penting karena bermanfaat
sebagai pencegahan penyakit tetanus toksoid.
 Hal-hal yang belum diketahui ibu dalam persiapan kehamilan.
Ibu mengatakan belum mengetahui hal-hal yang perlu
disiapkan dalam kehamilan.
 Hal-hal yang ingin diketahui.
Ibu mengatakan ingin mengetahui terkait persiapan gizi
pranikah.
A. DATA OBYEKTIF

1. PEMERIKSAAN FISIK

a. Pemeriksaan Umum :

1) Keadaan Umum : Baik

2) Kesadaran : Komposmentis

3) Tensi : 110/80 mmhg

4) Suhu : 36,6 oC

5) Nadi : 84 x/menit

6) RR : 22 x/ menit

7) BB : 48 kg

8) TB : 152 cm

9) LILA : 23 cm

10) IMT : 48 = 20,77

1,52 x 1,52

b. Status Present

Kepala : Simetris, tidak ada luka, rambut hitam, tidak ada kutu,

kulit kepala bersih, tidak mudah dicabut, tidak ada

benjolan, tidak nyeri tekan.


Muka : Simetris, tidak ada luka, tidak ada cloasma
Mata : Simetris, bersih, tidak ada luka, konjungtiva merah

muda, sklera putih, reflek pupil kanan kiri sama.


Hidung : Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada sekret, tidak

ada polip.
Mulut : Simetris, bersih, tidak ada luka, bibir tidak kering,

tidak ada stomatitis, lidah bersih, tidak ada caries gigi,

tidak ada ginggivitis.


Telinga : Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada serumen,

tidak ada benjolan, fungsi normal.


Leher : Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, kelenjar limfe dan vena jugularis, tidak

nyeri tekan.
Ketiak : Bersih, bersih, tidak ada luka, tidak ada pembesaran

kelenjar limfe, tidak nyeri tekan.


Dada : Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada retraksi

dinding dada, tidak ada nyeri tekan, tidak ada ronchi,

tidak ada wheezing, tidak terdengar murmur, gallop

dan suara jantung ketiga.


Perut : Simetris, bersih, tidak ada luka bekas operasi.
Lipat paha : Bersih, tidak ada luka, tidak ada pembesaran kelenjar

limfe.
Vulva : Bersih, tidak ada luka, tidak oedema, tidak ada varises.
Ekskremitas: Atas : Simetris, bersih, tidak ada luka tidak ada

oedema, tidak cyanosis, fungsi gerak normal, turgor

kulit baik.

Bawah : Simetris, bersih, tidak ada luka tidak ada

oedema, tidak ada varises, tidak cyanosis, fungsi gerak

normal, turgor kulit baik.


Punggung : Simetris, bersih, tidak ada luka, lordosis fisiologis.
Anus : Bersih, tidak ada luka, tidak ada haemoroid.

c. Status Obsterik

Muka : Tidak pucat konjungtiva mera muda, sklera putih.


:
Mamae : Tidak dilakukan pemeriksaan
:
Abdomen: Tidak ada massa, tidak ada bekas operasi
:
Vulva : Tidak dilakukan pemeriksaan
:
2. Pemeriksan penunjang :

a. Pemeriksaan darah rutin


1) HB : 12 g/dl

2) Trombosit :-

3) Leukosit :-

b. Pemeriksaan darah yang dianjurkan

1) Golongan darah :B

2) HbsAg : Negatif

3) HIV : Negatif

4) Sifilis : Negatif

5) Plano Test : Negatif

B. ANALISA

Diagnosa Kebidanan : Nn. VR umur 20 tahun pra nikah

Masalah : KEK mengatakan ingin suntik TT untuk


persyaratan menikah dan KEK

Kebutuhan : Pendidikan kesehatan tentang imunisasi TT


(Tetanus Toksoid) dan Penanganan KEK

C. PELAKSANAAN

Tanggal : 2 Februari 2021


Jam : 09. 40 WIB
1. Melakukan pemeriksaan pada klien.
KU : Baik RR : 22 /menit
TD : 110/80 mmg
N : 84x /menit
Hasil : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan pada klien manfaat dan prosedur imunisasi TT
Imunsasi TT bermanfaat untuk menghindarkan Ibu dari Penyakit
tetanus. Prosedur penyuntikan dilakukan dilengan kiri (yang tidak
dominan) secara IM sebesar 0,5 ml.
Hasil : Klien mengetahui manfaat imunisasi TT dan prosedur
pemberian imunisasi TT.
3. Melakukan penyuntikan imunisasi TT sesuai prosedur
Hasil : Telah dilakukan pemberian imunisasi TT kepada ibu sesuai
SOP.

4. Menganjurkan klien periksa ke bidan setempat jika mengalami


keluhan pada bekas penyuntikan
Hasil : Klien bersedia periksa ke bidan setempat jika mengalami
keluhan
5. Memberikan pendidikan kesehatan tentang nutrisi pra nikah.
Pendidikan kesehatan meliputi pengertian gizi pranikah, manfaat gizi
pranikah, menjelaskan zat gizi yang diperlukan seperti Vitamin B12,
Vitamin E, Zat besi, Zink, kebutuhan protein dan asam folat serta
menelaskan komposisi pangan masing-masing gizi yang diperlukan.
Hasil : Klien telah memahami dan dapat menjelaskan beberapa
materi yang telah disampaikan bidan.
6. Memberikan pendidikan kesehatan tentang persiapan kehamilan
meliputi kehamilan yang ideal, hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam
kehamilan dan tanda-tanda kehamilan.
Hasil : Klien paham dan mengerti serta dapat menjelaskan kembali
materi yang telah disampaikan.

7. Memberitahu klien bahwa akan dilakukan kunjungan ulang


pemeriksaan, disesuaikan dengan waktu yang ibu bisa
Hasil : Klien bersedia untuk dikunjungi dan dilakukan pemeriksaan

8. Melakukan pendokumentasian
Hasil : Telah dilakukan
Catatan Perkembangan I

Tanggal : Kamis,4 Februari 2021 Pukul : 15.00 WIB

Subjektif
Klien mengatakan setelah di berikan suntik TT dilengan kiri tidak mengalami
keluhan apapun.

Objektif

a. Keadaan umum : baik


b. Kesadaran : composmentis
c. TTV : TD : 110/70 mmHg

HR : 88 x/ menit

RR : 20x/ menit

T : 36,8°C
BB : 48 kg
Analisa

Nn. VR usia 20 tahun pranikah dengan KEK

Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada klien

TD : 110/70 mmHg
HR : 88 x/ menit
RR : 20 x/ menit
BB : 48 kg
Temp : 36,8°C

Hasil : Klien sudah mengetahui hasil pemeriksaannya


2. Menjelaskan kepada klien mengenai manfaat mengkonsumsi zat besi
sebelum menikah, kebutuhan zat besi perhari, waktu minum tablet,
cara minum tablet, cara menyimpan tablet yang benar, dan efek
samping setelah mengkonsumsi zat besi.
Hasil : Klien paham dan mengerti serta dapat menjelaskan kembali
materi yang telah disampaikan.
3. Menjelaskan kepada klien untuk mengkonsumsi anekaragam makanan
dengan gizi seimbang untuk meningkatkan perbaikan LILA.
Hasil : Klien mengerti dan bersedia melakukan anjuran bidan

4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang menjaga kesehatan


reproduksi sebelum menikah antara lain: Sebaiknya pakaian dalam
diganti minimal 2 kali sehari. Tidak menggunakan pakaian dalam yang
ketat dan berbahan non sintetik. Membersihkan organ reproduksi luar
dari depan kebelakang dengan menggunakan air bersih dan
dikeringkan menggunakan handuk atau tisu. Menggunakan pembalut
ketika menstruasi dan diganti paling lama setiap 4 jam sekali atau
setelah buang air.
Hasil : Klien telah memahami dan dapat menjelaskan beberapa
materi yang telah disampaikan bidan.

5. Memberitahu Klien bahwa akan dilakukan kunjungan ulang


pemeriksaan, disesuaikan dengan waktu yang ibu bisa
Hasil : Klien bersedia untuk dikunjungi dan dilakukan pemeriksaan
6. Melakukan Pendokumentasian
Hasil : Telah dilakukan

Catatan Perkembangan II

Tanggal : Selasa, 9 Februari 2021 Pukul : 15.00 WIB

Subjektif
Klien mengatakan kondisinya sehat dan tidak ada keluhan

Objektif

a. Keadaan umum : baik


b. Kesadaran : composmentis
c. TTV : TD : 100/70mmHg

HR : 80 x/ menit

RR : 22x/ menit

T : 36,6°C

BB : 49 kg
Analisa

Nn. VR usia 20 tahun pranikah dengan KEK

Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada klien

TD : 100/70 mmHg
HR : 80 x/ menit
RR : 22x/ menit
BB : 49 kg
Temp : 36,6°C
Hasil : Klien sudah mengetahui hasil pemeriksaannya
2. Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu mengenai pemeriksaan
SADARI, manfaat melakukan pemeriksaan dan cara melakukan
pemeriksaan
Hasil : Klie paham dan mengerti mengenai pemeriksaan SADARI
serta ibu dapat melakukan kembali langkah-langkah pemeriksaan

3. Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu tentang penyakit Infeksi


Menular Seksual, Infeksi Saluran Reproduksi dan HIV/AIDS antara
lain: gejala, tindakan jika terinfeksi, Penularan, dan cara mencegah jika
terinfeksi.
Hasil : Klien telah memahami dan dapat menjelaskan beberapa
materi yang telah disampaikan bidan.

4. Melakukan pendokumentasian
Hasil : telah dilakukan

PEMBAHASAN

Pada kasus ini Nn.VR ingin mengetahui tentang gizi sebelum menikah.
Berdasarkan pengkajian data subyektif diperoleh bahwa Nn.VR berusia 20 tahun.
Sesuai peraturan menteri kesehatan nomor 97 tahun 2014, pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil ditujukan pada 3 kelompok sasaran yaitu remaja, catin, dan PUS.
Pada Pasien sudah sesuai dengan sasaran yaitu Catin. Pada catin dan PUS, pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil bertujuan untuk mempersiapkan pasangan agar sehat
sehingga perempuan dapat menjalankan proses kehamilan, persalinan yang sehat dan
selamat, serta melahirkan bayi yang sehat.

Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil bagi calon PUS diberikan kepada
PUS laki-laki maupun perempuan, baik yang belum mempunyai anak maupun yang
sudah memiliki anak dan ingin merencanakan kehamilan selanjutnya
Pada riwayat menstruasi diperoleh bahwa ibu memiliki siklus haid 28 hari
teratur tiap bulan, lama sekitar 5-7 hari, tidak ada nyeri haid. Siklus menstruasi pada
wanita normal berkisar antara 21-32 hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus
menstruasi 28 hari (Sulistyawati, 2009). Sedangkan untuk lama menstruasi
normalnya berlangsung 3-7 hari. Sementara itu menurut (Sulistyawati, 2009).) lama
menstruasi berlangsung selama 3-5 hari dan ada juga yang 7-8 hari. Dengan demikian
tidak ada gangguan pada Ny. S terkait menstruasi. Bila ditemukan gangguan
menstruasi, baik siklus, lama menstruasi, nyeri haid berlebihan, maka dapat berakibat
pada gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan. Riwayat kesehatan
keluarga pada Nn. VR dalam batas normal.

Pada data objektif, Nn. VR memiliki Lila 23 cm yang termasuk dalam kategori
KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko Kurang Energi Kronis bilamana LILA
(Lingkar Lengan Atas) < 23,5 cm berarti risiko Kekurangan Energi Kronis dan ≥ 23,5
cm berarti tidak berisiko Kekurangan Energi Kronis (Lubis, 2003). Status
Kekurangan Energi Kronis sebelum kehamilan dalam jangka panjang dan selama
kehamilan akan menyebabkan ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.
Di samping itu, akan mengakibatkan anemia pada bayi baru lahir, mudah terinfeksi,
abortus, dan terhambatnya pertumbuhan otak janin (Supariasa, 2016).

Dari hasil pemeriksaan laboratorium kepada pasien bahwa Hb 12 gr/dL yang


berarti ibu Hb sangat baik, normalnya untuk wanita tidak hamil 12-16 gr/dL,
golongan darah pasien AB, pemeriksaan HIV, sifilis, HbSAg negative yang berarti
pasien tidak mengalami penyakit menular dan kelamin serta plano test negatif yang
berarti pasien dalam keadaan tidak hamil. Teori menjelaskan bahwa ukuran kadar
hemoglobin tergantung usia dan jenis kelamin. Pada wanita dewasa di atas usia 18
tahun, kadar hemoglobin normal yaitu 12 sampai 15 g/dl. Kemudian, untuk pria
dewasa diatas usia 18 tahun, kadar hemoglobin normal yaitu 13 sampai 17
g/dl.Batasan kadar Hb normal untuk wanita usia 16–35 tahun adalah 12 gr/dl
(Handayani & Hariwobowo,2008: 37). Pada pembahasan ini tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktik.

Menurut Yunica (2015) alam penelitiannya yang berjudul Hubungan Antara


Pengetahuan dan Umur dengan Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada
Ibu Hamil di Desa Sungai Dua Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin Tahun
2014 memnyebutkan bahwa penyakit infeksi dan Tetanus Neonatorum sebenarnya
dapat dicegah dengan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) yang lengkap pada wanita usia
subur (WUS) dan wanita hamil. Seorang wanita yang sudah di imunisasi TT lengkap
dengan interval 4-6 minggu diharapkan mempunyai kekebalan terhadap tetanus
selama 3 tahun.

Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif, maka dilakukan


analisis terhadap Nn. VR dengan pemberian pemberian imunisasi pada catin
(pranikah). Penatalaksanaan yang diberikan pada Nn. VR diantaranya dengan
pemberian konseling mengenai pemberian imunisasi TT, dan pemeriksaan cek
laboratorium. Manfaat pemberian imunisasi TT untuk pencegahan dan perlindungan
diri yang aman terhadap penyakit tetanus dilakukan dengan pemberian 5 dosis
imunisasi TT untuk mencapai kekebalan penuh.
Konseling selanjutnya menganjurkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi agar
memelihara kesuburan, meningkatkan kualitas sperma, memantau dan mengusahakan
berat badan ideal, kebutuhan (zink dan zat besi, protein, asam folat, vitamin E,
vitamin B12) tercukupi, menciptakan kualitas generasi penerus yang lebih baik.
Menganjurkan pasien makan – makanan yang bergizi (nasi, lauk, sayur, buah),
mencukupi kebutuhan cairan dengan minimal 1,5 liter perhari , menganjurkan pasien
untuk memperbanyak makan sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, daging
merah, hati ayam dan tidak pantang makanan.

Pada kunjungan selanjutnya Nn. VR tidak memiliki keluhan dan pemeriksaan


kesehatan dalam batas normal. Dari hasil pemeriksaan tersebut, Nn. VR diharapkan
mampu memenuhi nutrisi selama masa pranikah sesuai yang telah dianjurkan untuk
mempersiapkan agar pasangan sehat, serta menghasilkan keturunan yang berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, A. C. (2012) Asuhan Gizi, Nutritional Care Process. Yogyakarta: Graha


Ilmu.
Astuti, H. P. (2012) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Yogyakarta:
Rohima Press.
Bramanuditya, A. (2018) ‘Hubungan Antara Pernikahan Usia Muda Dengan Kejadian
Kanker Serviks di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta’.
Dheny Rohmatika, & Tresia Umarianti. (2017). Efektifitas Pemberian Ekstrak Bayam
Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Dengan Anemia
Ringan. Jurnal Kebidanan, IX(02).
Depkes. 2011. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa dengan
Indeks Massa Tubuh (IMT). Jakarta: Depkes RI.
Estiwara, E. M. (2018) Fikih Kedokteran Kontemporer. Jakarta Timur: Pustaka Al-
Kautsar.
Handayani, S. R. & T. S. M. (2017) Dokumentasi Kebidanan. Jakarta Selatan:
BPPSDMK Kemenkes RI.
Hani, Ummi, D. (2010) Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Malang:
Edward Tanujaya.
Kemenkes RI (2013) Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Kemenkes RI (2015) Pedoman Penanggulangan Kurang Energi Kronik (KEK) Pada
Ibu Hamil. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI (2018) Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon
Pengantin. Kementrian Kesehatan RI.
Kurniarum, A. (2016) Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta
Selatan: Pusdik SDM Kesehatan BPPSDMK.
Mandriwati, G. . (2011) Asuhan Kebidanan Antenatal : Penuntun Belajar Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Marni (2011) Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Menkes RI (2014) Permenkes Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi
Seimbang, Applied Microbiology and Biotechnology. doi:
10.1016/j.bbapap.2013.06.007.
Pitriani (2013) ‘Faktor Risiko Kejadian Kanker Serviks Pada Pasien Rawat Inap di
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar’.
Putri, S. I., & Sumarni, S. (2013). Perbandingan Konsumsi Zat Gizi, Status Gizi, Dan
Kadar Hemoglobin Pengantin Wanita Di Wilayah Pantai Dan Pertanian
Kabupaten Probolinggo. Media Gizi Indonesia, 9(1), 72–77.

Rahayu, S. dan I. P. (2016) Praktikum Kesehatan Reproduksi dan Keluarga


Berencana. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan BPPSDMK.
Retnorini, D. L., & Widatiningsih, S. (2017). Pengaruh Pemberian Tablet Fe Dan
Sari Kacang Hijau. Jurnal Kebidanan, 6(12), 8–16.
Ristyaning, P., & L, I. M. A. S. (2016). Madu Sebagai Peningkat Kadar Hemoglobin
Pada Remaja Putri Yang Mengalami Anemia Defisiensi Besi Honey To
Increases Haemoglobin Concentration In Girls Who Experience Iron
Deficiency Anemia, 5, 49–53.
Rosmawati, I. (2013) ‘Pengaruh Pendidikan Pranikah Terhadap Kesiapan
Menghadapi Kehamilan Pertama Pada Calon Pengantin Putri di KUA
Kecamatan Kalasan Sleman Yogyakarta Tahun 2013’, pp. 1–11.
Saminem (2008) Kehamilan Normal Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.
Sulistyawati, A. (2011) Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba
Medika.
Varney, Helen & Marlyn HE, David W, M. L. (2012) Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC.
Wahyuningsih, H. P. (2018) Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta Selatan:
Pusdik SDM Kesehatan BPPSDMK.
Walyani, E. S. & E. P. (2015) Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: Pustaka Baru Pers.

Anda mungkin juga menyukai