Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA

DENGAN ANEMIA RINGAN

DI TPMB LILIK HIDAYATI SURABAYA

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Stase Asuhan Kebidanan Remaja dan Pranikah

Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun Oleh :

Nama : Leanita Brilliantika, S.Tr. Keb


NIM : 21159010092
Kelas :B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
TAHUN 2021-2022
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN ANEMIA RINGAN


DI TPMB LILIK HIDAYATI SURABAYA

Disusun Oleh :

Nama : Leanita Brilliantika, S.Tr. Keb


NIM : 21159010092
Kelas :B

Tanggal Pemberian Asuhan 23 April 2022


Disetujui :

Kepala Ruangan dan pembimbing Klinik

Tanggal : 28 April 2022

Di : TPMB Lilik Hidayati (Lilik Hidayati, S.Keb.Bd)

Pembimbing Institusi

Tanggal : 28 April 2022

Di : TPMB Lilik Hidayati (Vivin Wijiastutik, S.Tr.Keb., M.Keb)


NIDN :0726079201
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama


negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia.
Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada remaja dan ibu hamil. Anemia
pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut World Health
Organization (WHO) (2013).

Angka kejadian anemia di Indonesia terbilang masih cukup tinggi. Berdasarkan


Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada remaja sebesar 32%, artinya 3-4 dari 10
remaja menderita anemia. Hal tersebut dipengaruhi oleh kebiasaan asupan gizi yang
tidak optimal dan kurangnya aktifitas fisik.

Remaja yang sehat merupakan investasi masa depan bangsa. Generasi muda
memiliki peranan penting untuk melanjutkan estafet pembangunan dan
perkembangan bangsa. Di tangan merekalah arah negara ini ditentukan. Untuk itu
kesehatan dan status gizi para remaja harus dipersiapkan sejak dini sehingga prediksi
Indonesia mendapatkan bonus demografi pada 2030 mendatang dapat menghasilkan
generasi penerus bangsa yang produktif, kreatif, dan berdaya saing. Salah satu
masalah kesehatan yang menjadi focus pemerintah adalah penanggulangan anemia
pada remaja putri. (Kementerian Kesehatan, 2021)

Sesuai dengan tujuan pembangunan kesehatan yang tertuang dalam Nawacita


kelima yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia, diperlukan upaya untuk
mewujudkan generasi yang berkualitas melalui keluarga sehat. Hal ini dapat dimulai
dengan menyiapkan remaja yang memiliki status kesehatan baik, utamanya pada
remaja perempuan yang kelak akan hamil dan melahirkan (kementerian kesehatan
dan kementerian agama, 2017).

Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya untuk menurunkan AKI


dan AKB melalui pendekatan siklus kehidupan (continuum of care). Intervensi tidak
hanya dilaksanakan pada ibu hamil saja namun harus dimulai sejak saat sebelum
hamil yaitu pada calon pengantin dengan pemberian Komunikasi Informasi dan
Edukasi (KIE) dan konseling kesehatan reproduksi serta pemeriksaan kesehatan bagi
calon pengantin oleh tenaga kesehatan.
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah di antaranya :
1. Bagaimanakah konsep remaja ?
2. Bagaimanakah pencegahan dan penanganan anemia pada remaja ?

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dari makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui konsep remaja
2. Untuk mengetahui pencegahan dan penanganan anemia pada remaja ?

1.3 Manfaat Penulisan


1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan makalah ini dapat dijadikan acuan untuk pengembangan
keilmuan dimasa yang akan datang terutama pada pelayanan kebidanan .
2. Bagi Penulis
1. Penulisan makalah yang dilakukan diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman mengenai pencegahan dan penanganan anemia pada remaja.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dasar Teori Remaja


1. Pengertian Remaja
Kata remaja berasal dari bahasa Inggris “teenager” yakni manusia usia 13-19
tahun. Remaja dalam bahasa Latin disebut adolescence yang artinya tumbuh atau
tumbuh untuk mencapai kematangan (Ali, 2009, p.9). Masa remaja adalah masa
transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Menurut
WHO, yang disebut remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara
masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12
sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum
kawin. Remaja adalah anak usia 10-24 tahun yang merupakan usia antara masa
kanak-kanak dan masa dewasa dan sebagai titik awal proses reproduksi, sehingga
perlu dipersiapkan sejak dini (Romauli, 2009).
Remaja adalah suatu masa ketika individu yang berkembang dari saat pertama
kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai
kematangan seksual (Sarwono, 2006 p.12). Monks, Knoer dan Haditono
membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra remaja 10-12
tahun, masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun,
masa remaja akhir 18-21 tahun (Deswita, 2006).
Para ahli merumuskan bahwa istilah pubertas digunakan untuk menyatakan
perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologis yang terjadi dengan cepat dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi. Sedangkan
istilah adolescence lebih ditekankan pada perubahan psikososial atau kematangan
yang menyertai masa pubertas (Soetjiningsih,2004).
Menurut Kemenkes RI (2018) calon pengantin adalah pasangan yang akan
melangsungkan pernikahan. Calon pengantin dapat dikatakan sebagai pasangan yang belum
mempunyai ikatan, baik secara hukum Agama atau Negara dan pasangan tersebut berproses
menuju pernikahan serta proses memenuhi persyaratan dalam melengkapi data-data yang
diperlukan untuk pernikahan (Depag Surabaya, 2010). Calon Pengantin menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia merupakan istilah yang digunakan pada wanita usia subur yang menpunyai
kondisi sehat sebelum hamil agar dapat melahirkan bayi yang normal dan sehat serta Calon
Pengantin laki-laki yang akan diperkenalkan dengan permasalahan kesehatan reproduksi
dirinya serta pasangan yang akan dinikahinya (KBBI, 2019).
2. Tahapan Remaja
a. Masa Yang Penting
Pada masa ini adanya akibat yang langsung terhadap sikap dan tingkah laku serta
akibat-akibat jangka panjangnya menjadikan periode remaja lebih penting
daripada periode lainnya. Baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang
serta pentingnya bagi remaja karena adanya akibat fisik dan akibat psikologis.
b.Masa Transisi
Merupakan tahap peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya,
maksudnya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan membekas pada apa yang
terjadi sekarang dan yang akan datang.
c. Masa Perubahan
Selama masa remaja perubahan sikap dan perilaku sejajar dengan tingkat perubahan fisik.
Perubahan yang terjadi pada masa remaja memang beragam, tetapi ada perubahan yang
terjadi pada semua remaja.
d.Emosi yang tinggi
Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok social
menimbulkan masalah baru. Perubahan nilai-nilai sebagai konsekuensi perubahan
minat dan pola tingkah laku. Bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan.remaja
menghendaki dan menuntut kebebasan, tetapi sering takut bertanggung jawab akan
resikonya dan meragukan kemampuannya untuk mengatasinya.
e. Masa Bermasalah
Setiap periode memiliki masalah sendiri, masalah masa remaja termasuk masalah
yang sulit diatasi, baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan karena pada
masa remaja dia ingin mengatasi masalahnya sendiri, dia sudah mandiri.
f. Masa Pencarian Identitas
Menyesuaikan diri dengan standar kelompok dianggap jauh lebih penting bagi
remaja dari pada individual. Bagi remaja penyesuaian diri dengan kelompok pada
tahun-tahun awal masa remaja adalah penting. Secara bertahap, mereka mulai
mengharapkan identitas diri dan tidak lagi merasa puas dengan adanya kesamaan
dalam segala hal dengan teman-teman sebayanya.

g. Masa Munculnya Ketakutan

Persepsi negative terhadap remaja seperti tidak dapat dipercaya, cenderung


merusak dan perilaku merusak, mengindikasikan pentingnya bimbingan dan
pengawasan orang dewasa. Demikian pula terhadap kehidupan remaja muda yang
cenderung tidak simpatik dan takut bertanggung jawab.
h.Masa Yang Tidak Realistik
Mereka memandang diri sendiri dan orang lain berdasarkan keinginannya, dan
bukan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya. Apabila dalam hal cita-cita yang
tidak realistic ini berakibat pada tingginya emosi yang merupakan ciri awal masa
remaja.
i. Masa Menuju Masa Dewasa
Saat usia kematangan kian dekat, para remaja merasa gelisah untuk meninggalkan
stereotip usia belasan tahun yang indah disatu sisi, dan harus bersiap-siap
menuju usia dewasa disisi lainnya (Gunawan, 2011)
3. Kurun waktu masa remaja
Wong, et al (2009) mengemukakan masa remaja terdiri atas tiga subfase yang
jelas, yaitu:
a. Masa remaja awal usia 11-14 tahun
b. Masa remaja pertengahan usia 15-17 tahun
c. Masa remaja akhir usia 18-20 tahun Agustiani (2006 p.29) mengemukakan
masa remaja menjadi tiga bagian, yaitu :
1) Masa remaja awal (12-15 tahun), pada masa ini individu mulai meninggalkan
peran sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu
yang unik dan tidak tergantung pada orangtua. Fokus dari tahap ini adalah
penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang
kuat dengan teman sebaya.

Masa remaja pertengahan (15-18 tahun), masa ini ditandai dengan


berkembangnya kemampuan berpikir yang baru. Teman sebaya masih
memiliki peran yang penting, namun individu sudah lebih mampu
mengarahkan diri sendiri. Pada masa ini remaja mulai mengembangkan
kematangan tingkah laku. Belajar mengendalikan impulsivitas, dan membuat
keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vaksional yang ingin
dicapai. Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.
2) Masa remaja akhir (19-22 tahun), masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk
memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha
memantapkan tujuan vaksional dan mengembangkan sense of
personal identity. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima
dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri dari tahap
ini.
Tahap-tahap yang di persiapkan bagi pasangan pranikah sebagai berikut :
a. Persiapan Fisik:
1. Pemeriksaan status kesehatan :
- Tanda-tanda vital (suhu, nadi, frekuensi nafas, tekanan darah
- Pemeriksaan Darah rutin : Hb, Trombosit, Lekosit,
- Pemeriksaan Darah yang dianjurkan : Golongan Darah dan
Rhesus, Gula Darah Sewaktu (GDS), Thalasemia, Hepatitis B
dan C
- TORCH (toksoplasmosis, rubella, citomegalovirus dan herpes
simpleks)
- Pemeriksaan Urin: urin rutin
b. Persiapan Gizi :
- Peningkatan status gizi remaja terutama perempuan melalui
penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia
gizi besi serta defisiensi asam folat.
c. Status Imunisasi TT:
Pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap penyakit tetanus
dilakukan dengan pemberian 5 dosis imunisasi TT untuk mencapai
kekebalan penuh.

Dosis Saat pemberian % perlindungan Lama perlindungan

TT I Pada saat kunjungan pertama atau 0 % 1 tahun


sedini mungkin pada kehamilan

Minimal 4 minggu setelah TT I


TT II 80 % 2 tahun
Minimal 6 minggu setelah TT II
TT III 95 % 5 tahun
atau selama kehamilan berikutnya

Minimal setahun setelah TT III


TT IV kehamilan berikutnya 99 % 10 tahun

TT V Minimal setahun setelah TT 99% Selama seumur


kehamilan berikutnya hidup
TT 1 Langkah awal untuk mengembangkan kekebalan tubuh terhadap infeksi

TT 2 4 minggu setelah TT I untuk menyempurnakan kekebalan

TT 3 6 bulan atau lebih setelah TT 2 untuk menguatkan kekebalan

TT 4 1 tahun atau lebih setelah TT 3 untuk meneluarkan kekebalan

TT 5 1 tahun atau lebih setelah TT 4 untuk mendapat kekebalan penuh

d. Menjaga kebersihan organ reproduksi


Sebaiknya pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari. Tidak
menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahannon
sintetik.Membersihkan organ reproduksi luar dari depan kebelakang
dengan menggunakan air bersih dan dikeringkanmenggunakan handuk
atau tisu. Pakailah handuk yang bersih, kering, tidak lembab/bau.

Khusus untuk perempuan : Tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan


pembilas vagina. Jangan memakai pembalut tipis dalam waktu lama.
Pergunakan pembalut ketika menstruasi dan diganti paling lama setiap
4 jam sekali atau setelah buang air. Bagi perempuan yang sering
keputihan, berbau dan berwarna harap memeriksakan diri ke petugas
kesehatan.
- Bagi laki-laki dianjurkan disunat untuk kesehatan
e. Perubahan Fisiologis Remaja
Perubahan fisik pada pubertas merupakan hasil aktivitas hormonal di
bawah pengaruh sistem saraf pusat. Perubahan fisik yang sangat jelas
tampak pada pertumbuhan peningkatan fisik dan pada penampakan serta
perkembangan karakteristik seks sekunder.
f. Perubahan Psikologis Remaja
- Teori psikososial tradisional menganggap bahwa krisis perkembangan pada
masa remaja menghasilkan terbentuknya identitas. Pada masa remaja mereka
mulai melihat dirinya sebagai individu yang lain.
g. Penyakit yang perlu diwaspadai oleh remaja
Menurut Kemenkes RI (2018) fisik dan mental yang sehat merupakan pondasi
awal keluarga dalam mewujudkan generasi yang berkualitas, oleh karena itu
pasangan calon pengantin harus terbebaskan dari penyakit yang dapat
mempengaruhi kesehatan janin dan tumbuh kembang anak. Terdapat beberapa
penyakit yang perlu diwaspadai pada masa sebelum dan selama kehamilan, antara
lain :
1) HIV-AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan Virus yang
menyerang dan melemahkan sistem pertahanan tubuh untuk melawan infeksi
sehingga tubuh mudah tertular penyakit (Kemenkes RI, 2013). Pencegahan
dan penanganan Infeksi menular Seksual dan HIV/AIDS bagi calon sangat
penting, baik bagi calon pengantin perempuan maupun laki-laki, mengingat
calon pengantin merupakan salah satu populasi rentan terhadap penularan
penyakit tersebut. Perilaku remaja/pranikah (calon pengantin) yang berisiko
tinggi terhadap Infeksi Menular Seksual dan HIV/AIDS antara lain
penyalahgunaan narkoba, penggunaan jarum suntik bersama, seks tidak aman,
tato, dan tindik (Kemenkes RI, 2017)
2) Infeksi Menular Seksual (IMS)
Menurut Kemenkes RI (2013) Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah
berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain
melalui kontak seksual. Semua teknik hubungan seksual baik lewat vagina,
dubur, atau mulut baik berlawanan jenis kelamin maupun dengan sesama jenis
kelamin bisa menjadi sarana penularan penyakit kelamin.
a) IMS yang disebabkan bakteri, yaitu : Gonore, infeksi genital non spesifik,
sifilis, Ulkus Mole, Limfomagranuloma Venerum, Vaginosis bakterial
b) IMS yang disebabkan virus, yaitu : Herpes genetalia, Kondiloma
Akuminata, Infeksi HIV, dan AIDS, Hepatitis B, Moluskus Kontagiosum.
c) IMS yang disebabkan jamur, yaitu : Kandidiasis genetalia
d) IMS yang disebabkan protozoa dan ektoparasit, yaitu : Trikomoniasis,
Pedikulosis Pubis, Skabies (Kemenkes RI, 2013)
3) Hepatitis B
Hepatitis B merupakan penyakit hati yang disebabkan oleh virus
DeoxyriboNucleic Acid anggita family Hepadnavirus dari Genus
Orthohepadnavirus yang berdiameter 40-42 nm (Hardjoeno, 2007). Virus
tersebut penyebab terjadinya radang hati akut atau kronis bila berlanjut
menjadi sirosis hati atau kanker hati (Mustofa & Kurniawaty, 2013).
Menurut Kemenkes RI (2013) faktor penyebab terjadinya penyakit
Hepatitis B adalah kontak lensi atau sekret dengan penderita hepatitis B,
tranfusi darah dan belum mendapat vaksinasi Hepatitis B. Jalur penularan
infeksi virus Hepatitis B di Indonesia terbanyak adalah secara parenteral yaitu
secara vertikal (tranmisi) maternal-neonatal atau melalui hubungan seksual,
iatrogenik, dan penggunaan jarum suntik bersama (Juffrie et al, 2010).
Penanda seseorang teridentifikasi Hepatitis B adalah melalui saliva, air mata,
cairan seminal, serebrospinal, asites, dan air susu ibu (Thedja, 2012).
4) Penyakit Genetik (penyakit keturunan)
Remaja perlu mengetahui tentang penyakit genetik karena :
a) Penyakit genetik disebabkan oleh kelainan gen yang diturunkan saat
terjadinya pembuahan sperma terhadap ovum. Penyakit genetik
(Thalasemia dan Hemofilis) dapat dilihat dengan riwayat keluarga
remaja/pranikah (calon pengantin).
b) Bila salah satu calon pengantin menderita penyakit genetik maka mungkin
anak yang dilahirkan berpotensi menderita kelainan tersebut. Konseling
sebelum pernikahan diperlukan apabila salah satu dari calon pengantin atau
garis keturunannya menderita penyakit tersebut.
c) Penyakit genetik yang dapat mempengaruhi kehamilan dan kesehatan janin
(Thalasemia dan Hemofilia) (Tjokroprawi, 2015).

B. Konsep Dasar Anemia


1. Definisi
Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah
merah yang sehatatau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik.
Akibatnya, organ tubuh tidak mendapat cukup oksigen, sehingga membuat
penderita anemia pucat dan mudah lelah.
Anemia dapat terjadi sementara atau dalam jangka panjang, dengan tingkat
keparahan yang bisa ringan sampai berat. Anemia terjadi ketika kadar
hemoglobin (bagian utama dari sel darah merah yang mengikat oksigen) berada
di bawah normal.
Orang dewasa dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya di
bawah 14 gr/dL untuk laki-laki, dan di bawah 12 gr/dL untuk wanita. Untuk
mengatasi anemia tergantung kepada penyebab yang mendasarinya, mulai dari
konsumsi suplemen zat besi, transfusi darah, sampai operasi.

2. Penyebab
Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehat atau hemoglobin.
Akibatnya, sel-sel dalam tubuh tidak mendapat cukup oksigen dan tidak berfungsi
secara normal
Secara garis besar, anemia terjadi akibat tiga kondisi berikut ini:

a) Produksi sel darah merah yang kurang.


b) Kehilangan darah secara berlebihan.
c) Hancurnya sel darah merah yang terlalu cepat
Berikut ini adalah jenis-jenis anemia yang umum terjadi berdasarkan penyebabnya :

a) Anemia akibat kekurangan zat besi


Kekurangan zat besi membuat tubuh tidak mampu
menghasilkan hemoglobin (Hb). Kondisi ini bisa terjadi akibat
kurangnya asupan zat besi dalam makanan, atau karena tubuh tidak
mampu menyerap zat besi.
b) Anemia pada masa kehamilan
Ibu hamil memiliki nilai hemoglobin yang lebih rendah dan hal ini normal.
Meskipun demikian, kebutuhan hemoglobin meningkat saat hamil,
sehingga dibutuhkan lebih banyak zat pembentuk hemoglobin, yaitu zat
besi, vitamin B12, dan asam folat. Bila asupan ketiga nutrisi tersebut
kurang, dapat terjadi anemia yang bisa membahayakan ibu hamil maupun
janin.
c) Anemia akibat perdarahan
Anemia dapat disebabkan oleh perdarahan berat yang terjadi secara
perlahan dalam waktu lama atau terjadi seketika. Penyebabnya bisa
cedera, gangguan menstruasi, wasir, peradangan pada lambung, kanker
usus, atau efek samping obat, seperti obat antiinflamasi nonsteroid
(OAINS).
d) Anemia aplastik
Anemia aplastikterjadi ketika kerusakan pada sumsum tulang membuat
tubuh tidak mampu lagi menghasilkan sel darah merah dengan optimal.
Kondisi ini diduga dipicu oleh infeksi, penyakit autoimun, paparan zat
kimia beracun, serta efek samping obat antibiotik dan obat untuk
mengatasi rheumatoid arthritis.
e) Anemia hemolitik
Anemia hemolitik terjadi ketika penghancuran sel darah merah lebih cepat
daripada pembentukannya. Kondisi ini dapat diturunkan dari orang tua,
atau didapat setelah lahir akibat kanker darah, infeksi bakteri atau virus,
penyakit autoimun, serta efek samping obat-obatan, seperti paracetamol,
penisilin, dan obat antimalaria.
f) Anemia akibat penyakit kronis
Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses pembentukan sel darah
merah, terutama bila berlangsung dalam jangka panjang. Beberapa di
antaranya adalah penyakit Crohn, penyakit ginjal, kanker, rheumatoid
arthritis, dan HIV/AIDS.
g) Anemia sel sabit (sickle cell anemia)
Anemia sel sabit disebabkan oleh mutasi (perubahan) genetik pada
hemoglobin. Akibatnya, hemoglobin menjadi lengket dan berbentuk tidak
normal, yaitu seperti bulan sabit. Seseorang bisa terserang anemia sel sabit
apabila memiliki kedua orang tua yang sama-sama mengalami mutasi
genetik tersebut.
h) Thalasemia
Thalasemiadisebabkan oleh mutasi gen yang memengaruhi produksi hemoglobin.
Seseorang dapat menderita thalasemia jika satu atau kedua orang tuanya memiliki
kondisi yang sama.

3. Gejala Anemia
Gejala anemia sangat bervariasi, tergantung pada penyebabnya. Penderita
anemia bisa mengalami gejala berupa:
a) Lemas dan cepat lelah
b) Sakit kepala dan pusing
c) Kulit terlihat pucat atau kekuningan
d) Detak jantung tidak teratur
e) Napas pendek
f) Nyeri dada
g) Dingin di tangan dan kaki
4. Diagnosis
Untuk menentukan apakah pasien menderita anemia, dokter akan
melakukan hitung darah lengkap. Dengan memeriksa sampel darah pasien,
dokter dapat mengetahui kadar hemoglobin yang terdapat dalam darah.
Kadar hemoglobin normal tergantung pada usia, kondisi, dan jenis kelamin.
Seseorang bisa dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobin berada di
bawah angka berikut:
a) Anak-anak: 11-13 gram per desiliter.
b) Ibu hamil: 11 gram per desiliter.
c) Laki-laki: 14-18 gram per desiliter.
d) Perempuan: 12-16 gram per desiliter
5. Klasifikasi berdasarkan derajat anemia
a. Kriteria yang umum dipakai
 Ringan sekali : Hb 10 – 13 gr/dl
 Ringan : Hb 8 – 9,9 gr/dl
 Sedang : Hb 6 – 7,9 gr/dl
 Berat : Hb < 6 gr/dl
b. Menurut WHO
 Derajat 0 (nilai normal) : > 11 gr/dl
 Derajat 1 (Ringan ) : 9,5 – 10 gr/dl
 Derajat 2 (Sedang) : 8 – 9,4 gr/dl
 Derajat 3 (Berat) : 6,5 – 7,9 gr/dl
 Derajat 4 (Mengancam Jiwa) : < 6,5 gr/dl

Melalui tes darah, dokter juga akan mengukur kadar zat besi, vitamin B12,
dan asam folat dalam darah, serta memeriksa fungsi ginjal. Pemeriksaan
tersebut dilakukan untuk mengetahui penyebab dari anemia.

Selain tes darah, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan lain untuk
mencari penyebab anemia, seperti:

a) Endoskopi, guna melihat apakah lambung atau usus mengalami perdarahan.


b) USG panggul, guna mengetahui penyebab gangguan menstruasi yang
menimbulkan anemia.
c) Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang, guna mengetahui kadar, bentuk,
serta tingkat kematangan sel darah dari ‘pabriknya’ langsung.
d) Pemeriksaan sampel cairan ketuban saat kehamilan guna mengetahui
kemungkinan janin menderita kelainan genetik yang menyebabkan anemia.

6. Pegobatan
Metode pengobatan anemia tergantung pada jenis anemia yang diderita
pasien. Perlu diketahui, pengobatan bagi satu jenis anemia bisa berbahaya bagi
anemia jenis yang lain. Oleh karena itu, dokter tidak akan memulai pengobatan
sebelum mengetahui penyebabnya dengan pasti.
Beberapa contoh pengobatan anemia berdasarkan jenisnya adalah:
a) Anemia akibat kekurangan zat besi
Kondisi ini diatasi dengan mengonsumsi makanan dan suplemen zat besi.
Pada kasus yang parah, diperlukan transfusi darah.
b) Anemia pada masa kehamilan
Kondisi ini ditangani dengan pemberian suplemen zat besi, vitamin B12
dan asam folat, yang dosisnya ditentukan oleh dokter.
c) Anemia akibat perdarahan
Kondisi ini diobati dengan menghentikan perdarahan. Bila diperlukan,
dokter juga akan memberikan suplemen zat besi atau transfusi darah.
d) Anemia aplastik
Pengobatannya adalah dengan transfusi darah untuk meningkatkan jumlah
sel darah merah, atau transplantasi (cangkok) sumsum tulangbila sumsum
tulang pasien tidak bisa lagi menghasilkan sel darah merah yang sehat.
e) Anemia hemolitik
Pengobatannya dengan menghentikan konsumsi obat yang memicu anemia
hemolitik, mengobati infeksi, mengonsumsi obat-obatan imunosupresan,
atau pengangkatan limpa.
f) Anemia akibat penyakit kronik
Kondisi ini diatasi dengan mengobati penyakit yang mendasarinya. Pada
kondisi tertentu, diperlukan transfusi darah dan suntik hormon eritropoietin
untuk meningkatkan produksi sel darah merah.
g) Anemia sel sabit
Kondisi ini ditangani dengan suplemen zat besi dan asam folat, cangkok
sumsum tulang, dan pemberian kemoterapi, seperti hydroxyurea. Dalam
kondisi tertentu, dokter akan memberikan obat pereda nyeri dan antibiotik.
h) Thalassemia
Dalam menangani thalasemia, dokter dapat melakukan transfusi darah,
pemberian suplemen asam folat, pengangkatan limpa, dan cangkok sumsum
tulang.
7. Pencegahan
Beberapa jenis anemia, seperti anemia pada masa kehamilan dan anemia
akibat kekurangan zat besi, dapat dicegah dengan pola makan kaya nutrisi,
terutama:
a) Makanan kaya zat besidan asam folat, seperti daging, sereal, kacang-
kacangan, sayuran berdaun hijau gelap, roti, dan buah-buahan
b) Makanan kaya vitamin B12, seperti susu dan produk turunannya, serta
makanan berbahan dasar kacang kedelai, seperti tempe dan tahu.
c) Buah-buahan kaya vitamin C, misalnya jeruk, melon, tomat, dan stroberi.

Untuk mengetahui apakah asupan nutrisi Anda sudah cukup, berkonsultasilah


dengan dokter spesialis gizi. Bila Anda memiliki keluarga penderita anemia akibat
kelainan genetik, seperti anemia sel sabit atau thalasemia, konsultasikan dengan
dokter sebelum merencanakan kehamilan, agar kondisi ini tidak terjadi pada anak

8. Komplikasi
Jika dibiarkan tanpa penanganan, anemia berisiko menyebabkan beberapa
komplikasi serius, seperti:
a) Kesulitan melakukan aktivitas akibat kelelahan.
b) Masalah pada jantung, seperti gangguan irama jantung (aritmia) dan
gagal jantung.
c) Gangguan pada paru-paru, misalnya hipertensi pulmonal.
d) Komplikasi kehamilan, antara lain melahirkan prematur atau bayi
terlahir dengan berat badan rendah.
e) Gangguan proses tumbuh kembang jika anemia terjadi pada anak-anak
atau bayi.
f) Rentan terkena infeksi

C. Standart Asuhan Kebidanan


1. Langkah- langkah asuhan kebidaanan menurut varney:
a) Pengumpulan data dasar secara lengkap
Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan secara lengkap dan akurat dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan kondisi klien secara keseluruhan. Untuk
memperoleh data dilakukan dengan cara:
1. Data subjektif / anamnesa
a. Biodata

Nama : Berguna untuk memperlancar komunikasi dalam


asuhan sehingga tidak terlihat kaku dan lebih akrab
(Astuti, 2012).

Umur : Faktor Umur Ibu, Melahirkan anak pada usia ibu yang
muda atau terlalu tua mengakibatkan kualitas
janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan
kesehatan ibu. ibu yang terlalu muda (kurang dari 20
tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan
ibunya sendirii yang masih dalam masa pertumbuhan.
Umur ibu dalam kehamilan yang sekarang diukur
dengan umur yang ≤ 20 tahun, 21-35 tahun, > 35 tahun
(Muliawati, 2013).

Suku bangsa : Ras, etnis, dan keturunan haris diidentifikasi dalam


rangka memberikan perawatan yang peka budaya
kepada klien dan keluarga (Astuti, 2012).

Agama : tanyakan pilihan agama klien dan berbagai praktik


terkait agama yang harus diobservasi (Astuti, 2012)

Pendidikan : tanyakan pendidikan tertinggi yang klien tamatkan,


informasi ini membantu klinisi memahami klien
sebagai individu dan memberikan gambaran
kemampuan baca-tulisnya dan tanyakan pengetahuan
terhadap kandungan gizi dalam makanan karena dapat
mempengaruhi dalam pemilihan makanan (Astuti,
2012).

Pekerjaan : Untuk mengetahui apakah wanitaa usia subur terlalu


lelah dalam pekerjaan yang berhubungan dengan
keseimbangan tubuh.
b. Keluhan Utama : Mengeluh lemas, pusing, mudah lelah
c. Riwayat Mentruasi
Menarche : 10-16 tahun
Siklus : 21 – 35 hari
Banyaknya : 30 – 40 cc
Lamanya : 2 – 7 hari
Sifat darah : encer, merah, tidak bergumpal
Teratur / tidak : Teratur
Disminorche : Tidak
d. Riwayat kesehatan lalu
Beberapa data penting dalam riwayat kesehatan pasien yang perlu kita
ketahui adalah apakah pasien pernah atau sedang menderita penyakit, seperti
jantung, diabetes mellitus, ginjal, hipertensi, dan hepatitis (Sulistyawati,
2009)
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Beberapa data penting dalam riwayat kesehatan pasien yang perlu kita
ketahui adalah apakah pasien pernah atau sedang menderita penyakit, seperti
jantung, diabetes mellitus, ginjal, hipertensi, dan hepatitis (Sulistyawati,
2009)
f. Kebiasaan
Dikaji apakah mempunyai kebiasaan merokok, minum alkohol / jamu-
jamuan.
g. Pola aktivitas sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Ini penting untuk diketahui sepaya kita mendapatkan gambaran
bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya. Kita bias menggali dari
pasien tentang makanan yang disukai atau tidak disukai, seberapa sering
dan banyak ia mengkonsumsinya, sehingga jika memperoleh data yang
tidak sesuai dengan standar pemenuhan, maka kita dapat memberikan
klasifikasi dalam memberikan pendidikan kesehatan mengenai gizi ibu
hamil. Beberapa yang perlu ditanyakan adalah menu, frekuensi, jumlah
per hari, dan pantangan (Sulistyawati, 2009)
2) Pola Eliminasi
BAB : dikaji frekuensi dan konsistensi
BAK : dikaji frekuensi dan warna
3) Pola Istirahat
Beberapa yang perlu ditanyakan adalah berapa lama istirahat malam hari
dan istirahat siang hari.
4) Pola Aktivitas
Mengkaji aktivitas sehari-hari pasien karena data ini memberikan tentang
seberapa berat aktifitas yang biasa dilakukan pasien dirumah
(Sulistyowati, 2009)
2. Data objektif
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Untuk mengetahui data ini kita cukup mengamati
pasien secara keseluruhan (Sulistyawati, 2009).
Kesadaran : untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran
pasien, kita dapat melakukan pengkajian tingkat
kesadaran mulai dari keadaan composmentis
(kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien
sedang tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati,
2009).
BB : untuk mengetahui status gizi pasien
TB : Penting kaitannya dalam penentuan Indeks Masa
Tubuh (IMT)
LILA : Pengukuran LILA bertujuan untuk mendapatkan
gambaran situasi gizi klien. Ambang batas LILA
pada WUS dengan risiko KEK adalah 23,5 cm yaitu
diukur menggunakan pita ukur (Astuti, 2012)

2) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : normalnya 110/70 – 130/90 mmHg
Nadi : normalnya 60 – 100 x/menit
Respirasi : normalnya 16 – 20 x/menit
Suhu : normalnya 36,5-37,5⁰C
3. Pemeriksaan fisik
Kepala : Rambut hitam, bersih, tidak rontok
Muka : Tidak pucat
Mata : Melputi warna sclera dan konjungtiva
Mulut / gigi : Meliputi pemeriksaan keadaan bibir, stomatitis, dan
karies
Leher : Tidak nampak pembesaran vena jugularis, kelenjar
thyroid dan kelenjar limfe
Dada / payudara : Tidak ada massa abnormal pada payudara
Abdomen : Tidak ada kelainan
Ekstremitas : Tidak ada oedem, tidak ada varices, reflek patella +

4. Pemeriksaan penunjang laboratorium


Menurut Kemenkes RI (2018) menyatakan bahwa pemeriksaan
penunjang (laboratorium) yang diperlukan oleh remaja terdiri dari
Pemeriksaan darah meliputi Hemoglobin (Hb) dan golongan darah.

Nilai Hb : 9-11 gr/dL (Anemia Ringan)


7-8 gr/dL (Anemia Sedang)

< 7 gr/dL (Anemia Berat)

Golongan darah : A / B / AB / O
b) Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa
atau masalah dan kebutuhan klien, berdasarkan interpretasi yang benar atas data-
data yang dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diidentifikasikan
sehingga ditemukan masalah atau masalah yang spefisik.Interpretasi data
terdiri dari diagnosa kebidanan, diagnosa masalah dan diagnosa kebutuhan.
Interpretasi data pada remaja dengan anemia ringan adalah :
1) Diagnosa kebidanan
Merupakan diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.Dasar
diagnosa tersebut adalah data subjektif berupa pernyataan pasien tentang
sering lelah, lesu, lemah, dan lunglai.
Hasil data objektif meliputi pemeriksaan umum, fisik, dan ginekologi serta
hasil pemeriksaan penunjang. Diagnosa kebidanan ditulis dengan lengkap
berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan data penunjang.

2) Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
ditemukan dari hasil pengkajian atau yang ditemukan dari hasil pengkajian
atau yang menyertai diagnosis. Masalah dapat muncul tapi dapat pula tidak.
Hal ini muncul berdasarkan sudut pandang klien dengan keadaan yang
dialami apakah menimbulkan masalah terhadap klien atau tidak. Masalah
pada kasus ini yaitu anemia ringan dengan keluhan sering merasa lelah dan
sulit berkonsentrasi.
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan
melakukan analisis data. Kebutuhan yang muncul setelah dilakukan
pengkajian. Ditemukan hal- hal yang membutuhkan asuhan, dalam hal ini
klien tidak menyadari. Kebutuhan pada klien anemia ringan yaitu pemberian
tablet penambah darah.
c) Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Diagnosa potensial ditegakkan berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasi. Bidan dituntut untuk tidak hanya merumuskan masalah tetapi juga
merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi.
Sehingga langkah ini merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau
logis. Diagnosa potensial pada remaja dengan anemia ringan adalah kerentanan
terhadap infeksi karena daya tahan tubuh menurun. Dan jika berdampak pada jangka
panjang, kelak akan mempengaruhi saat hamil dan persalinan. Oleh karena perlu
adanya tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan.
d) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
Menentukan kebutuhan klien terhadap tindakan yang segera dilakukan oleh bidan
atau untuk konsultasi, kolaborasi serta melakukan rujukan terhadap penyimpangan
abnormal. Antisipasi pertama yang dilakukan pada anemia ringan yaitu dengan
memperbaiki nutrisi dan pola hidup sehat serta pemberian tablet Fe.
e) Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Merupakan pengembangan rencana asuhan yang menyeluruh dan ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana
harus mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek kesehatan dan
disetujui oleh kedua belah pihak (bidan dan klien).

Rencana yang diberikan pada gizi kurang adalah :


a. Konseling psikologis, sosial, budaya dan spiritual
b. Medikamentosa meliputi pemberian tablet Fe
f) Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan secara efisien dan aman.
Langkah ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau anggota tim kesehatan
lainnya. Selama melakukan tindakan intervensi, bidan menganalisa dan memonitor
keadaan kesehatan pasiennya.
Pelaksanaan pada anemia adalah:
a. Setelah diberikan konseling psikologis, sosial, budaya dan spiritual diharapkan
pasien atau klien dapat mengerti tentang anemia secara umum.
b. Setelah pemberian tablet Fe selama 30 hari ke depan, diharapkan kadar Hb
meningkat.
g) Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengkaji keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian
belum efektif. Proses evaluasi ini dilaksanakan untuk menilai mengapa proses
penatalaksanaan efektif / tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana
asuhan tersebut.
Evaluasi yang diharapkan pada gizi kurang adalah:
a. Setelah rutin mengkonsumsi tablet Fe, rasa sering kelelahan bisa berkurang,
bisa berkonsentrasi dengan baik, dan kadar Hb meningkat
b. Pasien atau klien dapat beraktifitas seperti biasa

c. Keadaan umum baik


Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)
1) Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesis sebagai langkah pertama.
2) Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan uji diagnostic lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung asuhan sebagai langkah kedua.

3) Analisa
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:
a) Diagnosis atau masalah

b) Antisipasi diagnosis / masalah potensial

c) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi / kolaborasi dan /
atau rujukan sebagai langkah II, III,dan IV
4) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah
dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dari
rujukan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA
Nn “R” UMUR 21 TH DENGAN ANEMIA RINGAN
DI TPMB LILIK HIDAYATI SURABAYA

A. Pelaksanaan Asuhan
Hari : Sabtu
Tanggal : 23 April 2022
Tempat : TPMB Lilik Hidayati
Jam : 07.30 WIB
Pemberi Asuhan : Leanita Brilliantika, S.Tr.Keb
B. Identitas Remaja
Nama : Nn “R”
Umur : 21 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Bulak Kali Tinjang Baru IV no. 8-C
C. Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengumpulan data dasar
a. Data Subjektif
1. Keluhan Utama
Merasa lemas, sering capek, dan pusing sudah hampir 1 minggu
2. Riwayat kesehatan sekarang.
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit seperti DM, Asma,
Jantung, dan tidak ada penyakit menular seperti TBC, Hepatitis.
3. Riwayat kesehatan keluarga.
Klien mengatakan baik dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
keturunan seperti DM, Asma, Jantung, dan tidak ada penyakit menular
seperti TBC, Hepatitis.
4. Riwayat haid.
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari
Lama haid : 7 hari
Jumlah : ± 3 x / hari ganti kotex. Konsistensi encer
Nyeri haid : kadang-kadang.
Flour albus : ada dan sebelum haid tidak bau, tidak gatal
5. Riwayat kebiasaan sehari-hari.
a) Pola nutrisi.
Makan 3 x/ hari dengan menu nasi, lauk, sayur dan buah, minum ± 6-8
gelas/hari air putih. Tidak ada pantang makanan,dan tidak ada alergi.
b) Pola istirahat dan tidur. Tidur siang ± 30 menit. Tidur malam ± 7-8 jam.
c) Pola aktivitas.
Pekerjaan klien setiap hari di perusahaan swasta, sering lembur untuk
memenuhi target bulanan. Jika libur klien membantu pekerjaan orang
tuanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti membantu mencuci
dan menyetrika.
d) Personal hygiene
Mandi 2 x / hari,gosok gigi 2 x / hari, ganti pakaian 2 x / hari atau bila
kotor, keramas 2-3 x / minggu atau bila perlu ganti celana dalam 2x /
hari.
e) Pola eleminasi.
BAB I x / hari konsistensi lembek.
BAK 4-5 x / hari warna kuning jernih, bau khas, tidak ada nyeri.
f) Pola kebiasaan lain
Klien mengatakan tidak pernah merokok, minum jamu, minum alkohol,
dan obat – obatan
6. Riwayat Psiklogis dan Spiritual
Klien mengatakan cemas dengan keadaannya sekarang karena mudah lelah
dan pusing
b. Data objektif
1. Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum : baik
BB/TB : 45 kg/154 cm
Lila : 23,7 cm
Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,5x/menit

IMT : 18,98
b) Pemeriksaan fisik
Kepala : Rambut berwarna hitam, tidak mudah rontok
Muka : terlihat pucat
Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterus
Mulut : terdapat karies gigi geraham kanan bawah, gusi tidak
bengkak, gigi tidak mudah goyah, tidak terdapat jaringan
parut di sudut bibir, lidah tidak bengkak
Kulit : kulit tampak lembab
Leher : Tidak terjadi pembengkakan kelenjar tiroid dan parotis
Dada : payudara sudah tunbuh, tidak teraba massa.
Abdomen: tidak ada kelainan
Ekstremitas : Tidak oedem, Reflek patella +/+
c) Pemeriksaan penunjang

Hb :9,1 gr/dL

Golongan darah : B
2. Interprestasi Data Dasar:
Tanggal : 23-04-2022
Jam : 07.37 WIB
a) Diagnosis
Nn “R” 21 Tahun remaja dengan anemia ringan
b) Masalah
Lemas
c) Kebutuhan
Pemberian tablet Fe
a) Identifikasi diagnose dan masalah potensial
Anemia berat

3. Identifikasi Kebutuhan/ Tindakan segera

1. Pemberian tablet Fe

2. Konseling Gizi

4. Intervensi

Tanggal 23-04-2022

Jam 07.40 WIB

a. Jalin Komunikasi interpersonal

b. Fasilitasi informed consent kesediaan menjadi responden

c. Informasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan

d. Anjurkan mengonsumsi makan makanan dengan gizi seimbang terutama sayur-


sayuran hijau, danging sapi dan/atau ayam, hati sapi.

e. Anjurkan untuk menyusun Planning pekerjaan agar pekerjaan lebih efektif sehingga
mengurangi jam lembur

f. Berikan tablet tambah darah (Fe)

g. Monitoring tiap minggu menggunakan video call

5. Implementasi

Tanggal 23 april 2022


Jam : 07.50

a. Menjalin komunikasi interpersonal, remaja kooperatif

b. Memfasilitasi informed consent kesediaan menjadi responden, remaja bersedia

c. Menginformasikan hasil pemeriksaan, klien mengalami anemia ringan, dan


menginformasikan asuhan yang akan diberikan, remaja memahami hasil
pemeriksaan
d. Menganjurkan mengonsumsi makan makanan dengan gizi seimbang terutama sayur-
sayuran hijau, daging sapi dan/atau ayam, hati sapi; remaja bersedia mengikuti
anjuran
e. Mengnjurkan untuk menyusun Planning pekerjaan agar pekerjaan lebih efektif
sehingga mengurangi jam lembur, remaja berssedia mengikuti anjuran

f. Memberikan tablet Fe sebanyak 30 tablet dan menganjurkan untuk diminum 1 x 1,


remaja bersedia meminumnya sesuai dengan anjuran.

g. Memonitoring tiap minggu menggunakan video call, remaja bersedia

6. Evaluasi
Tanggal: 23 april 2022
Jam : 08.00
S : pasien memahami konseling yang telah diberikan
O : Tablet tambah darah sudah diberikan
A : Nn “R” 21 Tahun dengan anemia ringan
P : Anjurkan cek Hb ulang 1 bulan lagi
BAB IV
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Pengkajian yang dilakukan dihasilkan data subyektif meliputi alasan pada saat
datang. Data obyektif didapatkan keadaan umum baik namun dtemukan masalah pada
remaja yaitu anemia.
Interpretasi data pada diagnose kebidanan adalah Nn “R” 21 Tahun remaja
dengan anemia. Perencanaan pada kasus ini yaitu jalin komunikasi interpersonal,
Fasilitasi informed consent kesediaan menjadi responden, informasikan hasil
pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan, anjurkan mengonsumsi makan makanan
dengan gizi seimbang terutama sayur-sayuran hijau, danging sapi dan/atau ayam, hati
sapi, berikan tablet tambah darah (Fe), Jadwalkan kunjungan ulang. Pada tahap
pelaksanaan dari semua rencana ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun
kolaborasi dengan dokter, pelaksanaan telah sesuai dengan perencanaan sehingga tidak
terjadi kesenjangan antara teori dan kasus dilapangan. Evaluasi didapatkan keadaan
remaja baik sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus dilapangan
2. SARAN
1. Bagi profesi
Bidan dapat meningkatkan pengetahuan dan mutu pelayanan yang menyeluruh
dalam melakukan asuhan kebidanan pada remaja dengan anemia ringan sesuai
dengan manajemen kebidanan menurut varney
2. Bagi institusi
a) bagi TPMB
diharapkan dapat mempertahankan mutu pelayanan yang optimal dalam
melaksanakan asuhan kebidanan pada remaja dengan anemia ringan.
b) bagi pendidikan
diharapkan bagi institusi pendidikan lebih menambah refrensi terbaru tentang
kebutuhan remaja
c) bagi Pasien
Untuk Pasien, hendaknya pasien lebih memperhatikan kesehatan dirinya, karena
nantinya akan hamil dan melahirkan dan akan melahirkan calon penerus bangsa.
Maka perlunya gizi yang baik dimulai saat remaja.
DAFTAR PUSTAKA

Astute, H.P.2012. Asuhan Kebidanan Ibu I Kehamilan. Yogyakarta: Rohima Press


Bothamley, judy dan Maureen boyle. 2011. Patofisiologi Dalam Kebidanan. Jakarta: EGC
Depkes RI. 2007. Resiko Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia untuk
melahirkan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR ). Penelitian Gizi dan
Makanan jilid 21. Jakarta : Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007
Jones lewcilnya Derek, 1997. Kesehatan Wanita. Jakarta : Gaya favorit
Kartono kartini, 1992. Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Bandung : CV Mandar
Maju.
Kartono kartini, 1997. Konseling Pra Perkawinan. Bandung : CV Mandar Maju.
M, Judith wilkinson dan Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9.
Jakarta: EGC
Manuaba, I.G.B.2008.Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi & Obstetri-Ginekologi
Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC
Maryati, Dwi. 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika
Sosial Untuk Profesi Bidan.Jakarta:EGC
Sulistyawati, A. 2009. Asuhan kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba Medika
Varney, H. 2007. Asuhan Kebidanan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG

Anda mungkin juga menyukai