Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

(PKPA) DI
RUMAH SAKIT RSUD PROVINSI HAJI SURABAYA
(08 AGUSTUS – 02 OKTOBER 2022)

Disusun Oleh :
1. Anggita Nur Anjani 40121065
2. Atika Kurniasari 40121068
3. Ella Sofitri 40121075
4. Ika Lupita Sari 40121084
5. Indah Pratiwi 40121085
6. Intan Suryaningtias 40121087
7. Mohammad Nor Dwi 40121095
8. Marianuss Sawu 40121092
9. Nila Agustina 40121101
10. Nina Amalia 40121102
11. Novita Al ‘Alaa 40121103
12. Novitalisa Ika Dessy A 40121104
13. Sarah Naili Zakiah 40121110
14. Silvera Selanova A.P 40121111
15. Wirdatus Solihah 40121116

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2022
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
(PKPA) DI
RUMAH SAKIT RSUD HAJI PROVINSI JAWA TIMUR
(08 AGUSTUS – 02 OKTOBER 2022)

Disusun Oleh :
1. Anggita Nur Anjani 40121065
2. Atika Kurniasari 40121068
3. Ella Sofitri 40121075
4. Ika Lupita Sari 40121084
5. Indah Pratiwi 40121085
6. Intan Suryaningtias 40121087
7. Mohammad Nor Dwi 40121095
8. Marianuss Sawu 40121092
9. Nila Agustina 40121101
10. Nina Amalia 40121102
11. Novita Al ‘Alaa 40121103
12. Novitalisa Ika Dessy A 40121104
13. Sarah Naili Zakiah 40121110
14. Silvera Selanova A.P 40121111
15. Wirdatus Solihah 40121116

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
202

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) dapat terselesaikan dengan baik. Laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) ini disusun berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan PKPA yang
telah dilaksanakan oleh penulis di RSUD Haji Surabaya pada tanggal 08 Agustus
– 02 Oktober 2022.
Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker merupakan salah satu sarana
untuk mengembangkan wawasan kefarmasian di Rumah Sakit sebelum
melakukan pengabdian sebagai Apoteker, dan merupakan salah satu syarat yang
harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker di Fakultas
Farmasi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri. Dalam pengerjaan laporan
ini, banyak pihak telah terlibat dan membantu. Oleh sebab itu, penulis
menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada :
1. apt. Dra.Dewi Ramdani, M.Farm.Klin selaku pembimbing PKPA di RSUD
Haji Surabaya dan pembimbing PKPA di yang telah membimbing, membagi
ilmu, saran, dan dukungan selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi
Apoteker.
2. apt. Nur Palestin Ayumuyas,M.Farm,Klin selaku Kepala Instalasi Farmasi di
RSUD Haji Surabaya sekaligus Preceptor yang telah membimbing,berbagi
ilmu,saran, dan dukungan selama pelaksnaan PKPA
3. Dra. Ec. Lianawati., MBA, selaku Ketua Yayasan Pendidikan Bhakti Wiyata
Kediri.
4. apt. Tri Puji Lestari, M.Farm, selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
5. apt. Erni Anikasari, M. Farm. Klin. selaku dosen pembimbing PKPA di RSUD
Haji Provinsi Jawa Timur yang telah memberikan bimbingan selama
penyusunan laporan ini.
6. Seluruh Apoteker beserta staf dan karyawan RSUD Haji Provinsi Jawa Timur
yang telah membantu selama pelaksanaan praktek kerja di RSUD Haji

iii
Provinsi Jawa Timur.
7. Keluarga yang selalu memberikan dukungan, semangat, cinta dan doa serta
teman-teman semua atas kebersamaan dan kerjasama selama pelaksanaan
praktek kerja.
8. Semua mahasiswa Program Pendidikan Profesi Apoteker angkatan 5 dan
Almamater tercinta, Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas dukungan dan
bantuannya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis selalu menerima segala bentuk kritik dan saran yang
membangun. Akhirnya penulis berharap semoga laporan praktek kerja ini
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang farmasi.
Besar harapan penulis, semoga kerja sama antara RSUD Haji Provinsi Jawa
Timur dan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri dapat terus berlanjut di
masa mendatang.

Surabaya, 2 Oktober 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................. Error! Bookmark not defined.


KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................1
B. Tujuan PKPA ......................................................................................................3
C. Manfaat PKPA ....................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4
A. Tinjauan Rumah Sakit .........................................................................................4
1. Definisi Rumah Sakit .......................................................................................4
2. Klasifikasi Rumah Sakit ...................................................................................5
3. Jenis Rumah Sakit............................................................................................6
4. Akreditasi Rumah Sakit ...................................................................................8
B. Tugas dan Fungsi.................................................................................................9
C. Ketentuan Umum dan Peraturan Perundang-undangan ....................................... 11
D. Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker ................................................................ 12
BAB III TINJAUAN TEMPAT PKPA .............................................................. 21
A. Sejarah RSU Haji Surabaya ............................................................................... 21
B. Visi, Misi, dan Motto ......................................................................................... 21
C. Lokasi, Sarana dan Prasarana ............................................................................. 22
D. Struktur Organisasi RSUD Haji Provinsi Jawa Timur ........................................ 27
BAB IV KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN ......................................... 28
A. Kegiatan Yang Dilakukan .................................................................................. 28
B. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ... 28
D. Pembahasan....................................................................................................... 41
BAB V PENUTUPAN ....................................................................................... 47
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 47
B. Saran ................................................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 48
LAMPIRAN ...................................................................................................... 49

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 36 Tahun
2009 merupakan keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial
dan ekonomis. Kesehatan merupakan salah satu indikator tingkat
kesejahteraan manusia sehingga menjadi prioritas dalam pembangunan
nasional suatu bangsa. Salah satu komponen kesehatan yang sangat penting
merupakan tersedianya obat sebagai bagian dari pelayanan kesehatan
masyarakat. Obat merupakan bahan atau paduan bahan, termasuk produk
biologi, yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi untuk manusia (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
Upaya kesehatan merupakan setiap kegiatan dan atau serangkaian
kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi, sinergi dan
berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit (preventif), peningkatan
kesehatan (promotif), pengobatan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) oleh pemerintah dan/atau masyarakat.Pemerintah memegang
dan bertanggung-jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan,
membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan
terjangkau oleh masyarakat melalui fasillitas pelayanan Kesehatan (Undang-
Undang Republik Indonesia No.36, 2014).
Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undang-
Undang Republik Indonesia no 44, 2014).
Pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak terlepas dari pelayanan
kefarmasian. Untuk melakukan pekerjaan kefarmasian yang termasuk

1
pengadaan, produksi, distribusi atau penyaluran dan pelayanan sediaan
farmasi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan yaitu tenaga kefarmasian yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga
Teknis Kefarmasian (Peraturan Pemerintah No.51, 2009).
Seorang Apoteker di rumah sakit merupakan salah satu sumber daya
manusia yang mendukung serta terlibat dalam upaya meningkatkan pelayanan
kesehatan. Seorang Apoteker yang baru saja lulus telah menguasai ilmu
kefarmasian secara teoritis, namun pengalaman secara praktis belum ada. Hal
ini membuat seorang Apoteker akan kesulitan dalam menerapkan ilmu yang
diperoleh dibangku perkuliahan. Ditambah lagi pelayanan kefarmasian yang
kini telah berubah orientasinya dari Product Oriented menjadi Patient
Oriented. Sehingga, pengalaman menghadapi pasien sangat diperlukan. Oleh
sebab itu, setiap calon Apoteker harus meningkatkan wawasan, pengetahuan,
keterampilan, dan keahlian di bidang kefarmasian sehingga calon apoteker
setidaknya mempunyai bekal untuk memasuki dunia kerja sebagai tenaga
farmasi yang profesional. Dalam rangka pembinaan terhadap generasi baru di
rumah sakit, yaitu tenaga apoteker, Rumah Sakit Umum Haji Provinsi Jawa
Timur Surabaya memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk
melaksanakan PKPA.
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di rumah sakit merupakan salah
satu cara menimba ilmu, memperluas wawasan, mengasah ketrampilan, dan
sarana pembekalan diri sebagai upaya persiapan sebagai apoteker penanggung
jawab di instalasi farmasi rumah sakit. Dalam rangka pembinaan terhadap
generasi baru di rumah sakit Fakultas Farmasi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti
Wiyata Kediri bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Haji Provinsi Jawa
Timur Surabaya guna memberikan pengalaman nyata terhadap calon apoteker
sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja profesi apoteker yang
sesungguhnya dikemudian hari sehubungan dengan peningkatan mutu dan
kualitas hidup masyarakat. Pelaksanaan PKPA berlangsung dari tanggal 08
Agustus sampai dengan 02 Oktober 2022

2
B. Tujuan PKPA
Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di RSUD Haji
Provinsi Jawa Timur Surabaya :
1. Meningkatan pemahaman calon Apoteker tentang peran, fungsi, posisi
dan tanggungjawab Apoteker dalam rumah sakit.
2. Membekali calon Apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian di rumah sakit.
3. Memberi kesempatan kepada calon Apoteker untuk melihat dan
mempelajari standar pelayanan kefarmasian pada aspek pengelolaan
sediaan farmasi dan BMHP serta aspek farmasi klinik dan penerapannya
dalam rumah sakit.
4. Mempersiapkan calon Apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai
tenaga farmasi yang profesional.

C. Manfaat PKPA
Manfaat yang diperoleh dari praktek kerja profesi apoteker di Rumah
Sakit Umum Haji Provinsi Jawa Timur Surabaya, antara lain :
1. Mengetahui, memahami tugas dan tanggung jawab Apoteker dalam
menjalankan tugas kefarmasian di Rumah Sakit.
2. Mendapatkan pengetahuan pengalaman praktis tentang pekerjaan
kefarmasian yang dilakukan di Rumah Sakit.
3. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi Apoteker yang
professional.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Rumah Sakit


1. Definisi Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 pengertian rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Pelayanan secara paripurna yang dimaksud yaitu :
a. Promotif adalah kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan oleh
tenaga medis untuk membantu masyarakat agar gaya hidup mereka
menjadi sehat.
b. Preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap masalah
kesehatan atau penyakit.
c. Kuratif adalah suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan pengobatan
yang memiliki tujuan untuk menyembuhkan penyakit, mengurangi
penderitaan yang diakibatkan suatu penyakit, pengendalian penyakit
serta mengendalikan kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga
secara optimal.
d. Rehabilitatif adalah suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat
berfungsi sebagai anggota masyarakat yang berguna bagi dirinya dan
masyarakat sekitar.
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang
berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau
bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik (PMK
NO 72 tahun 2016).

4
2. Klasifikasi Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, rumah sakit
dapat diklasifikasikan menurut bentuk dan jenis pelayanan yang diberikan.
Berdasarkan bentuknya Rumah Sakit dibedakan menjadi Rumah Sakit
statis, Rumah Sakit bergerak, dan Rumah Sakit lapangan.
a. Rumah Sakit Statis
Rumah Sakit Statis merupakan rumah sakit yang didirikan di
suatu lokasi dan bersifat permanen untuk jangka waktu lama dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan
kegawatdaruratan.
b. Rumah Sakit Bergerak
Rumah Sakit Bergerak merupakan Rumah Sakit yang siap guna
dan bersifat sementara dalam jangka waktu tertentu dan dapat
dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain. Rumah Sakit bergerak
dapat berbentuk bus, pesawat, kapal laut, karavan, gerbong kereta api,
atau kontainer. Rumah Sakit bergerak dapat difungsikan pada daerah
tertinggal, perbatasan, kepulauan, daerah yang tidak mempunyai
Rumah Sakit, dan/atau kondisi bencana serta situasi darurat lainnya.
c. Rumah Sakit Lapangan
Rumah Sakit Lapangan merupakan rumah sakit yang didirikan
di lokasi tertentu dan bersifat sementara selama kondisi darurat dan
masa tanggap darurat bencana atau selama pelaksanaan kegiatan
tertentu. RS lapangan dapat berbentuk tenda, kontainer, atau bangunan
permanen yang dapat digunakan sementara sebagai Rumah Sakit.

5
3. Jenis Rumah Sakit
Klasifikasi Rumah Sakit berdasarkan jenis pelayanan yang
diberikan dapat dikategorikan menjadi Rumah Sakit Umum dan Rumah
Sakit Khusus.
a. Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua
bidang dan jenis penyakit, dimana pelayanan kesehatan yang diberikan
paling sedikit terdiri atas:
1) Pelayanan medik dan penunjang medik, yang terdiri atas:
a. Pelayanan medik umum, yaitu berupa pelayanan medik dasar.
b. Pelayanan medik spesialis, yang berupa pelayanan medik
spesialis dasar (meliputi meliputi pelayanan penyakit dalam,
anak, bedah, obstetri serta ginekologi) dan pelayanan medik
spesialis lain.
c. Pelayanan medik subspesialis, yaitu berupa pelayanan medik
subspesialis dasar dan pelayanan medik subspesialis lain.
2) Pelayanan keperawatan dan kebidanan, meliputi asuhan
keperawatan generalis dan/atau asuhan keperawatan spesialis, dan
asuhan kebidanan.
3) Pelayanan non-medis, yang terdiri atas pelayanan farmasi,
pelayanan laundry/binatu, pengolahan makanan/gizi, pemeliharaan
sarana prasarana dan alat kesehatan, informasi dan komunikasi,
pemulasaran jenazah, dan pelayanan non-medik lainnya. Sumber
daya di rumah sakit umum terdiri atas tenaga medis;tenaga
psikologi klinis; tenaga keperawatan; tenaga kebidanan; tenaga
kefarmasian; tenaga kesehatan masyarakat; tenaga kesehatan
lingkungan; tenaga gizi; tenaga keterapian fisik; tenaga keterapian
medis; tenaga keterapian biomedika; tenaga kesehatan lain; tenaga
non-kesehatan. Rumah sakit umum sendiri terdiri atas beberapa
kelas yakni:
a) Rumah sakit umum kelas A: minimal memiliki 250 buat tempat

6
tidur.
b) Rumah sakit umum kelas B: minimal memiliki 200 buah tempat
tidur.
c) Rumah sakit umum kelas C: minimal memiliki 100 buah tempat
tidur.
d) Rumah sakit umum kelas D (RS umum kelas D dan RS umum
kelas D pratama): minimal memiliki 50 buah tempat tidur.
b. Rumah Sakit Khusus
Rumah Sakit khusus memberikan pelayanan utama pada satu
bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
Pelayanan lain di luar kekhususannya meliputi pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan kegawatdaruratan. Pelayanan rawat inap untuk
pelayanan lain di luar kekhususannya paling banyak 40% dari seluruh
jumlah tempat tidur. Pelayanan lain di luar kekhususannya dapat
meliputi pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan kegawatdaruratan.
Rumah Sakit khusus terdiri atas Rumah Sakit ibu dan anak, mata, gigi
dan mulut, ginjal, jiwa, infeksi, telinga-hidung-tenggorok kepala leher,
paru, ketergantungan obat, bedah, otak, orthopedi, kanker serta rumah
sakit jantung dan pembuluh darah. Pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh Rumah Sakit khusus paling sedikit terdiri atas:
1) Pelayanan medik dan penunjang medik, terdiri atas pelayanan
medik umum, pelayanan medik spesialis sesuai kekhususan,
pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan, pelayanan medik
spesialis lain, dan pelayanan medik subspesialis lain.
2) Pelayanan keperawatan dan/atau kebidanan, meliputi asuhan
keperawatan generalis, asuhan keperawatan spesialis, dan/atau
asuhan kebidanan, sesuai kekhususannya.
3) Pelayanan non medis, meliputi pelayanan farmasi, pelayanan
laundry/binatu, pengolahan makanan/gizi, pemeliharaan sarana
prasarana dan alat kesehatan, informasi dan komunikasi,

7
pemulasaran jenazah, dan pelayanan non medis lainnya.
Sumber daya manusia pada Rumah Sakit khusus berupa tenaga
tetap meliputi: tenaga medis; tenaga keperawatan dan/atau tenaga
kebidanan; tenaga kefarmasian; tenaga kesehatan lain; dan tenaga non
kesehatan, Rumah sakit khusus sendiri terdiri atas beberapa kelas
yakni:
1) Rumah Sakit khusus kelas A: memiliki jumlah tempat tidur paling
sedikit 100 (seratus) buah.
2) Rumah Sakit khusus kelas B: memiliki jumlah tempat tidur paling
sedikit 75 (tujuh puluh lima) buah.
3) Rumah Sakit khusus kelas C: memiliki jumlah tempat tidur paling
sedikit 25 (dua puluh lima) buah.

4. Akreditasi Rumah Sakit


Berdasarkan KMK No. 1128 Tahun 2022 tentang Standar
Akreditasi Rumah Sakit. Standar Akreditasi Rumah Sakit
dikelompokkan menurut fungsifungsi penting yang umum dalam
organisasi perumahsakitan. Standar dikelompokkan menurut fungsi
yang terkait dengan penyediaan pelayanan bagi pasien (good clinical
governance) dan upaya menciptakan organisasi rumah sakit yang
aman, efektif, dan dikelola dengan baik (good corporate governance).
Standar Akreditasi Rumah Sakit dikelompokkan sebagai berikut:
1) Kelompok Manajemen Rumah Sakit terdiri atas: Tata Kelola
Rumah Sakit (TKRS), Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS),
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK), Peningkatan Mutu
dan Keselamatan Pasien (PMKP), Manajemen Rekam Medik dan
Informasi Kesehatan (MRMIK), Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI), dan Pendidikan dalam Pelayanan Kesehatan (PPK).
2) Kelompok Pelayanan Berfokus pada Pasien terdiri atas: Akses dan
Kontinuitas Pelayanan (AKP), Hak Pasien dan Keluarga (HPK),
Pengkajian Pasien (PP), Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP),

8
Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB), Pelayanan Kefarmasian dan
Penggunaan Obat (PKPO), dan Komunikasi dan Edukasi (KE).
3) Kelompok Sasaran Keselamatan Pasien (SKP).
4) Kelompok Program Nasional (PROGNAS).

B. Tugas dan Fungsi


Tugas rumah sakit berdasarkan Undang – Undang Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 yaitu memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat. Fungsi rumah sakit berdasarkan Undang –
Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 yaitu :
1) Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan matriks.
3) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian
pelayanan kesehatan.
4) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidangkesehatan dalam ranga peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.
Sedangkan tentang Kewajiban rumah sakit dalam Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2009 meliputi:
1) Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah
Sakit kepada masyarakat.
2) Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan
pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
3) Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai

9
dengan kemampuan pelayanannya.
4) Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada
bencana,sesuai dengan kemampuan pelayanannya.
5) Menghormati dan melindungi hak-hak pasien.
6) Melaksanakan etika rumah sakit.
7) Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan
bencana.
8) Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik
secara regional maupun nasional.
9) Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran
atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.
10) Menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit
(Hospital By Laws).
11) Melindungi dan memberikan bantuan hokum bagi semua petugas
rumah sakit dalam melaksanakan tugas.
12) Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan
tanpa rokok.
13) Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu
atau miskin.
14) Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan
fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat
darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban
bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi
misikemanusiaan.
15) Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit sebagai acuan dalam melayani pasien.
16) Menyelenggarakan rekam medis.
17) Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain
sarana ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat,
wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia.
18) Melaksanakan sistem rujukan.

10
19) Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar
profesi dan etika serta peraturan perundang-undangan.
20) Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak
dan kewajiban pasien.

C. Ketentuan Umum dan Peraturan Perundang-undangan


Peraturan perundang-undangan sebagai regulasi yang mengatur
rumah sakit dan setiap kegiatannya meliputi sebagai berikut:
1. Undang- Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1998 Tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian
6. Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Bidang Perumahsakitan
7. Peraturan Presiden Nomor 77 tahun 2015 Tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
9. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 3 tahun 2020 Tentang Klasifikasi
dan Perizinan Rumah sakit
10. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 5 tahun 2020 Tentang Perubahan
Penggolongan Narkotika
11. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 12 tahun 2020 Tentang Akreditasi
Rumah Sakit
12. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 80 tahun 2020 Tentang Komite
Mutu Rumah Sakit
13. Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 1439 tahun 2002 Tentang Gas
Medis

11
D. Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker
Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang
menjamin seluruh rangkaian kegiatan perbekalan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan ketentuan yang
berlaku serta memastikan kualitas, manfaat, dan keamanannya. Terdapat 2
kegiatan dalam sistem pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit yaitu
sebagai berikut: (Permenkes, 2016)
a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai
1. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan.
Pemilihan berdasarkan Formularium dan Standar pengobatan atau
pedoman diagnosa dan terapi, Standar Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang telah ditetapkan, Pola
Penyakit, Efektifitas dan keamanan, Pengobatan berbasis bukti, Mutu,
Harga, dan ketersediaan di pasaran.
2. Perencanaan kebutuhan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan
jumlah dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk
menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu
dan efisien. Tujuan untuk menghindari kekosongan obat dengan
menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-
dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,
epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan
disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Perencanaan harus
mempertimbangkan anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, sisa

12
persediaan, data pemakaian periode yang lalu, waktu tunggu
pemesanan, dan rencana pengembangan.
3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus
menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga
yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan
kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan
jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana,
pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan
spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengadaan antara lain yaitu;
bahan baku obat harus disertai Sertifikat Analisa, bahan berbahaya
harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS), Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
mempunyai Nomor Izin Edar, masa kadaluarsa (expired date) minimal
2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain),
atau pada kondisi tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan.
4. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan
baik
5. Penyimpanan
Perlu dilakukan penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian.
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan
persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud
meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya,

13
kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Komponen yang harus
diperhatikan antara lain: Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk
mempersiapkan Obat diberi label yang secara jelas terbaca memuat
nama, tanggal pertama kemasan dibuka, tanggal kadaluwarsa dan
peringatan khusus, Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit
perawatan kecuali untuk kebutuhan klinis yang penting, Elektrolit
konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan
disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah
penatalaksanaan yang kurang hati-hati, Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa oleh pasien
harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi, Tempat
penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang
lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
Untuk penyimpanan yang harus terpisah yaitu; Bahan yang mudah
terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda khusus
bahan berbahaya. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat,
dan diberi penandaaan untuk menghindari kesalahan pengambilan
jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari
tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas medis di
ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan.
6. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada
unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis,
jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus menentukan sistem
distribusi yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan
pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai di unit pelayanan.

14
Sistem pendistribusian terdiri dari yaitu: Sistem Resep Perorangan
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat jalan dan
rawat inap melalui Instalasi Farmasi. Sistem Unit Dosis
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit
dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien.
Sistem unit dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap dan Sistem
Kombinasi Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan
menggunakan kombinasi a + b atau b + c atau a + c.
7. Pemusnahan dan Penarikan
Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar
berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)
dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM. Penarikan
Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap
produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai bila: produk tidak memenuhi persyaratan
mutu, telah kadaluwarsa, tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan
dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan;
dan/atau dicabut izin edarnya.
Tahapan pemusnahan terdiri dari; membuat daftar Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang akan
dimusnahkan; membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang akan dimusnahkanb, menyiapkan
Berita Acara Pemusnahan, mengoordinasikan jadwal, metode dan
tempat pemusnahan kepada pihak terkait, menyiapkan tempat
pemusnahan; dan melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis

15
dan bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku.
8. Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan
penggunaan, dapat dilakukan oleh instalasi farmasi yang harus
Bersama dengan komite atau tim farmasi dan terapi di rumah sakit
dengan tujuan untuk; penggunaan Obat sesuai dengan Formularium
Rumah Sakit, penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi,
memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan
dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan
serta pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai. Cara untuk mengendalikan; melakukan
evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving), melakukan
evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan
berturut-turut (death stock).
9. Administrasi
Harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk
memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Kegiatan
administrasi tediri dari; pencatatan dan pelaporan, administrasi
keuangan, adminitrasi penghapusan.

b. Pelayanan Farmasi Klinik


1. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengkajian Resep dilakukan untuk menganalisa adanya masalah
terkait Obat, bila ditemukan masalah terkait Obat harus
dikonsultasikan kepada dokter penulis Resep. Apoteker harus
melakukan pengkajian Resep sesuai persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat
inap maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi: nama, umur, jenis kelamin, berat
badan dan tinggi badan pasien, nama, nomor ijin, alamat dan paraf
dokter; tanggal Resep, ruangan/unit asal resep. Persyaratan farmasetik

16
meliputi; nama Obat, bentuk dan kekuatan sediaan, dosis dan Jumlah
Obat, stabilitas, aturan dan cara penggunaan. Persyaratan klinis
meliputi; ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat,
duplikasi pengobatan, alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki
(ROTD), kontraindikasi, dan interaksi obat.
Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,
penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai
pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep
dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat
(medication error).
2. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
Penelusuran riwayat penggunaan Obat merupakan proses untuk
mendapatkan informasi mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain
yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat
diperoleh dari wawancara atau data rekam medik/pencatatan
penggunaan Obat pasien.
3. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi
pengobatan dengan Obat yang telah didapat pasien. Tujuannya untuk
mencegah terjadinya kesalahan Obat (medication error) seperti obat
tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat.
Kesalahan obat (medication error) rentan terjadi pada pemindahan
pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, antar ruang
perawatan, serta pada pasien yang keluar dari rumah sakit ke layanan
kesehatan primer dan sebaliknya.
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi,
rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan
komprehensif yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar

17
rumah sakit. Bertujuan untuk; menyediakan informasi mengenai obat
kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit dan
pihak lain di luar rumah sakit, menyediakan informasi untuk membuat
kebijakan yang berhubungan dengan obat atau Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, terutama bagi Komite/Tim
Farmasi dan Terapi, menunjang penggunaan obat yang rasional.
5. Konseling
Merupakan suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi obat dari apoteker (konselor) kepada pasien dan atau
keluarganya. Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap
di semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker,
rujukan dokter, keinginan pasien atau keluarganya. Pemberian
konseling yang efektif memerlukan kepercayaan pasien dan atau
keluarga terhadap Apoteker. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan
hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi Obat yang tidak dikehendaki
(ROTD), dan meningkatkan costeffectiveness yang pada akhirnya
meningkatkan keamanan penggunaan Obat bagi pasien (patient
safety).
6. Visite
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang
dilakukan Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan
untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji
masalah terkait Obat, memantau terapi Obat dan Reaksi Obat yang
Tidak Dikehendaki, meningkatkan terapi Obat yang rasional, dan
menyajikan informasi Obat kepada dokter, pasien serta profesional
kesehatan lainnya.
7. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan untuk
memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.
Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan
meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD).

18
8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek Samping
Obat adalah reaksi Obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan
kerja farmakologi. MESO beryujuan untuk; menemukan Efek
Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang berat, tidak
dikenal, frekuensinya jarang, menentukan frekuensi dan insidensi
ESO yang sudah dikenal dan yang baru saja ditemukan, mengenal
semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi angka
kejadian dan hebatnya ESO, meminimalkan risiko kejadian reaksi
Obat yang idak dikehendak dan mencegah terulangnya kejadian reaksi
Obat yang tidak dikehendaki.
9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
Merupakan program evaluasi penggunaan Obat yang terstruktur
dan berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif dengan tujuan
untuk; mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan
Obat, membandingkan pola penggunaan Obat pada periode waktu
tertentu, memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan Obat dan
menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan Obat.
10. Dispensing Sediaan Steril
Hanya dapat dilakukan oleh Rumah Sakit yang mempunyai sarana
untuk melakukan produksi sediaan steril. Dispensing sediaan steril
harus dilakukan di Instalasi Farmasi dengan teknik aseptik untuk
menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas dari
paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan
pemberian Obat dengan tujuan untuk; menjamin agar pasien
menerima Obat sesuai dengan dosis yang dibutuhkan, menjamin
sterilitas dan stabilitas produk, melindungi petugas dari paparan zat
berbahaya; dan menghindari terjadinya kesalahan pemberian Obat.

19
20
BAB III
TINJAUAN TEMPAT PKPA

A. Sejarah RSU Haji Surabaya


Rumah Sakit Umum (RSU) Haji Surabaya adalah rum m ah sakit yang dimiliki
oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang terletak di Jalan Manyar Kertoadi,
Kecamatan Sukolilo, Surabaya. RSU Haji Surabaya didirikan karena adanya peristiwa
yang menimpa Jemaah Haji Indonesia pada tahun 1990 di Terowongan Mina. RSU
Haji Surabaya resmi dibuka pada 17 April 1993 dengan adanya bantuan dana yang
diberikan oleh Pemerintah Arab Saudi dan dana dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Kemudian sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur nomor 136 tahun 1997, RSU
Haji Surabaya termasuk kedalam jenis Rumah Sakit Umum kelas C. Pada tahun 1998,
sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1006/Menkes/SK/IX/1998
yang dikeluarkan pada tanggal 21 September 1998, RSU Haji Surabaya berkembang
menjadi Rumah Sakit Umum kelas B Non Pendidikan. Lalu RSU Haji Surabaya
berubah statusnya menjadi Rumah Sakit Umum kelas B Pendidikan pada tanggal 30
Oktober 2008 sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor
1003/Menkes/SK/X/2008. Ditahun yang sama RSU Haji Surabaya ditetapkan sebagai
rumah sakit dengan status Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) pada tanggal 30
Desember 2008 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur nomor
118/441/KPTS/013/2008.
B. Visi, Misi, dan Motto
1. Visi RSU Haji Surabaya
Visi dari Rumah Sakit Umum Haji Surabaya adalah “Rumah Sakit Pilihan
Masyarakat, Prima, Dan Islami Dalam Pelayanan Yang Berstandar Internasional,
Didukung Pendidikan Dan Penelitian Yang Berkualitas”.
2. Misi RSU Haji Surabaya
a. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan menuju standar internasional
didukung pendidikan dan penelitian yang berkualitas.
b. Menyediakan Sumber Daya Manusia yang profesional, jujur, amanah dan
mengutamakan kerjasama.
c. Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai perkembangan IPTEKDOK.

21
d. Meningkatkan kemandirian Rumah Sakit dan kesejahteraan karyawan.
3. Motto RSU Haji Surabaya
“Menebar Salam dan Senyum dalam Pelayanan”
C. Lokasi, Sarana dan Prasarana
1. Lokasi
Lokasi Rumah Sakit Umum Daerah Haji Surabaya berada di Jl. Manyar Kertoadi,
Klampis Ngasem, Kec. Sukolilo, Kota Surabaya, Jawa Timur 60116.
2. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di RSU Haji Surabaya yaitu sebagai berikut :
a. Sarana umum merupakan sarana dan prasarana yang dapat digunakan secara
umum oleh pasien maupun karyawan yang bekerja untuk memberikan
kemudahan dalam melakukan aktifitas di rumah sakit. Contoh Sarana umum
yang tersedia :
- Masjid
- Kantin/Koperasi
- ATM
- Ruang Tunggu
- Tempat Parkir
- Toilet
b. Sarana Penunjang
1) IGD
Pelayanan Gawat Darurat disediakan di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
dengan jam buka pelayanan selama 24 jam. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
melayani pertolongan pertama pada kasus/penyakit yang tergolong emergency,
yaitu melakukan diagnosis dan pengobatan atau tindakan pada penyakit akut
sertcidera yang memerlukan tindakan segera. Pasien yang datang di IGD akan
dinilai kegawatannya menjadi 3 prioritas yaitu:
a. Prioritas 1 : kasus/ penyakit dengan kegawat daruratan yang mengancam
jiwa.
b. Prioritas 2 : kasus/ penyakit dengan kegawat daruratan yang ringan.
c. Prioritas 3 : kasus/ penyakit yang bukan gawat darurat.

22
Pasien dengan prioritas 1 akan didahulukan pelayanannya oleh petugas
sampai kondisi pasien stabil, kemudian pasien prioritas ke 2 dan Selanjutnya
Fasilitas:
− Ambulance
− Ruang Triage
− Ruang Observasi Medik
− Ruang Observasi Bedah
− Ruang Resusitasi
− Ruang HCU
− Ruang Operasi Kecil (OK Minor)
− Ruang Operasi Emergency
− Radiologi Laboratorium
2) Rawat jalan
Pelayanan Rawat Jalan Diselenggarakan di Instalasi Rawat Jalan. Instalasi
Rawat Jalan Menyediakan Berbagai Pelayanan Klinik Spesialis dan Beberapa
Sub Spesialis.
a. Klinik Respirologi Anak
b. Klinik Tumbuh Kembang Anak
c. Klinik Kulit Dan Kelamin
d. Klinik Bedah Umum
e. Klinik Bedah Plastik
f. Klinik Psikologi
g. Klinik Anestesi
h. Klinik Mata
i. Klinik Bedah Saraf
j. Klinik Jiwa
k. Klinik Bedah Orthopedi
l. Klinik Bedah Saraf
m. Klinik Anak
n. Klinik Bedah Urologi
o. Klinik Bayi

23
p. Klinik Anak
3) Instalasi Gigi Dan Mulut
Memberikan Pelayanan:
a. Perawatan Kedokteran Gigi Dasar / penyakit mulut
b. Perawatan gigi Anak (Pedodonsi)
c. Bedah Mulut (Minor Surgery)
d. Perawatan Pengawetan gigi (Konservasi)
e. Perawatan Perataan gigi (orthodonsi)
f. Perawatan Jaringan Penyangga gigi (Periodonsi)
g. Pemasangan Gigi Tiruan (Prostodonsi)
4) Pelayanan Rawat Inap
Pelayanan Rawat Inap dilengkapi dengan Ruang Isolasi untuk kasus
menular yang terdiri dari 4 (empat) tempat tidur. RSU Haji Surabaya
memiliki 4 (empat) gedung untuk pelayanan Rawat Inap, yaitu :
a. Gedung Shofa
1. Lt.2 Ruang perawatan ibu pasca melahirkan bayi dan ruang NICU
2. Lt. 3 Ruang Perawatan Kelas II
3. Lt. 4 Ruang Perawatan Kelas I dan Ruang Isolasi
b. Gedung Marwah
1. Lt. 1 Ruang Perawatan Kasus Bedah Kelas II dan Kelas III
2. Lt. 2 Ruang Perawatan Anak Kelas II dan Kelas III
3. Lt. 3 Ruang Perawatan Laki-laki Kelas II dan Kelas III, Ruang
Perawatan Stroke, Ruang Perawatan Diabetes
4. Lt. 4 Ruang Perawatan Perempuan Kelas II dan Kelas III, Ruang
Perawatan Stroke, Ruang Perawatan Diabetes
c. Gedung Graha Nuur Afiyah
1. Lt. 2 Ruang Perawatan Nuur Afiyah. kelas B, C dan D
2. Lt. 3 Ruang Perawatan Perawatan Nuur Afiyah.kelas B, C dan D
3. Lt. 4 Ruang Perawatan Perawatan Nuur Afiyah.kelas A dan B

24
d. Gedung Al-Aqsa
1. Lt. 3 Ruang Perawatan Jantung dan Ruang Verlos Kamer (VK)
2. Lt. 4 Ruang Perawatan Ibu
3. Lt. 5 Ruang Perawatan Bedah
4. Lt. 6 Ruang Perawatan Paru dan Ruang Isolasi
5. Instalasi Graha Nuur Afiyah
Instalasi Graha Nuur Afiyah merupakan instalasi pavilyun RSU
Haji Surabaya yang menyediakan layanan eksekutif untuk pasien baik
layanan rawat jalan maupun rawat inap. Pelayanan pavilyun di Instalasi
Graha Nuur Afiyah berada di gedung Graha Nuur Afiyah dan Gedung
Shofa Lantai 2 dengan rincian sebagai berikut :
a) Gedung Graha Nuur Afiyah
1. Lantai 1, Ruang pelayanan Poli Eksekutif
2. Lantai 2, Ruang perawatan Rawat Inap Nuur Afiyah kelas VIP
Ruby dan VVIP Emerald
3. Lantai 3, Ruang perawatan Rawat Inap Nuur Afiyah kelas VIP
Ruby dan VVIP Emerald
4. Lantai 3, Ruang perawatan Rawat Inap Nuur Afiyah kelas VVIP
Berlian
b) Gedung Shofa
Lantai 2 Gedung Shofa, Ruang Perawatan Rawat Inap Pavilyun Anak
Graha Nuur Afiyah.
1. Medical Check Up
RSU Haji Surabaya menyadari hal tersebut, untuk itu kami
menawarkan berbagai Program Pelayanan Medical Check UP
sebagai salah satu upaya preventif dalam menjaga kualitas
kesehatan seseorang. Dengan kualitas pelayanan yang baik ,
tempat yang nyaman dan harga yang terjangkau kami siap
melayani masyarakat secara prima dan Islami. Fasilitas yang
tersedia di MCU:
A. Ruang yang nyaman dan bersih

25
B. Dilayani oleh dokter-dokter (umum dan spesialis) yang
berpengalaman dan ramah
C. Tempat pemeriksaan penunjang dalam 1 atap sehingga mudah
dijangkau
D. Harga Terjangkau
E. Klinik pembinaan kesehatan haji
Khusus bagi calon jamaah haji/umroh yang memerlukan
pelayanan kesehatan haji lebih lanjut termasuk senam haji
2. Intensif Care Unit (ICU)
Pelayanan intensif RSU Haji Surabaya dilakukan di Instalasi
Intensif Care Unit (ICU). Instalasi ICU terdiri dari Ruang ICU,
Ruang PICU, Ruang Neonatus Instensif Care Unit (NICU), dan
Ruang ICCU.
3. Instalasi bedah Sentral
Dilayani oleh para dokter spesialis yang berpengalaman, terdiri
dari:
a. Bedah Umum
b. Bedah Syaraf
c. Bedah Urologi
d. Bedah Plastik
e. Bedah Obstetri & Ginekologi \
f. Bedah THT
g. Bedah Mata
h. Bedah Kulit & Kosmetik

26
D. Struktur Organisasi RSUD Haji Provinsi Jawa Timur

Gambar I. 1 Struktur Organisasi RSUD Haji Provinsi Jawa Timur

27
BAB IV
KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN

A. Kegiatan Yang Dilakukan


Pada tanggal 8 Agustus – 2 Oktober 2022 dilakukan Praktik Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di RSUD Haji Surabaya. Kegiatan ini dilakukan setiap hari
Senin – Minggu sesuai jadwal shift yang sudah di berikan. Jadwal yang diberikan
yaitu 6 jam kerja dibagi menjadi 3 shift yaitu shift pagi 08.00 – 14.00, shift siang
10.00 – 16.00 dan shift sore jam 12.00-18.00. Kegiatan ini dilakukan berdasarkan
standar pelayanan rumah sakit yaitu pengelolaan sediaan farmasi,alat
kesehatan,bahan habis pakai dan pelayanan farmasi klinik.
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
meliputi pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan
administrasi. Sedangkan pelayanan farmasi klinik meliputi pengkajian dan
pelayanan resep, penelusuran riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi obat,
Pelayanan Informasi Obat (PIO), konseling, visite, Pemantauan Terapi Obat
(PTO), Monitoring Efek Samping Obat (MESO), Evaluasi Penggunaan Obat
(EPO), dispensing sediaan steril, dan Pemantauan Kadar Obat dalam Darah
(PKOD).

B. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis


Pakai
1. Pemilihan
Dalam menetapkan jenis sediaan farmasi, alat Kesehatan, dan bahan medis
habis pakai sesuai dengan kebutuhan di Rumah Sakit, pemilihan di RSU Haji
Surabaya dilakukan dengan mengacu pada FORNAS (Formularium Nasional)
dimana formularium nasional ini dijadikan sebagai formularium rumah sakit
(FORKIT). Pemilihan didasarkan pada kriteria penambahan atau

28
penghapusan obat dari formularium rumah sakit, formularium nasional
(FORNAS) dan e-catalog. Obat di usulkan dokter sebagai user menggunakan
format resmi, diseleksi oleh komite farmasi dan terapi (KFT), selanjutnya
diajukan direktur untuk mendapatkan persetujuan.
Formularium Nasional adalah daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan
digunakan sebagai acuan penulisan resep pada pelaksanaan pelayanan
kesehatan dalam penyelenggaraan program jaminan Kesehatan (Kepmenkes,,
2019). Formularium Rumah sakit (FORKIT) adalah
2. Perencanaan
Penyusunan perencanaan atau usulan dari instalasi farmasi didasarkan
pada data kebutuhan tahun sebelumnya. Penyusunan daftar rencana
kebutuhan obat, alat medis habis pakai dan bahan medis habis pakai sesuai
skala prioritas terhadap estimasi kebutuhan 2021 dan disesuaikan dengan
anggaran yang dialokasikan. Perencanaan disusun dengan menggunakan
metode konsumsi, berdasarkan data penggunaan obat periode sebelumnya.
Perencanana dilakukan dengan Menyusun RKO (Rencanan Kebutuhan Obat),
pembuatan RKO melalui Healty Plus.
3. Pengadaan
Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan oleh pejabat pembuatan
komitmen obat, alat medis habis pakai dan bahan medis habis pakai yang
sudah mempunyai sertifikat dan ditunjuk berdasarkan keputusan direktur.
Pengadaan perbekalan farmasi berpedoman pada formulaarium nasional,
formularium rumah sakit, daftar obat e-catalog, dan mempertimbangkan sisa
stok sediaan farmasi. Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan dengan cara
pembeliaan langsung dengan PBF melalui proses e-purchasing untuk obat,
alat medis habis pakai dan bahan medis habis pakai yang ada dalam daftar e-
catalog dan surat pesanan manual untuk obat.
1) Sistem pengadaan
System pengadaan atau belanja obat obatan, alat kesehatan habis pakai,
dan BMHP dilakuakn dengan system e-purchasing ke LKPP,apabila
barang tidak ada di e-purchasing maka bisa dilakukan pembelian melalui

29
pengadaan langsung atau tender.
2) Stok persediaan
Untuk mengetahui jumlah stok persediaan perbekalan farmasi pada akhir
tahun maka dilakukan kegiatan stok opname setiap satu bulan sekali yang
dilaksanakan pada akhir bulan.
4. Penerimaan
Perbekalan farmasi dilakukan oleh panitia penerima dan pemeriksa barang
semuanya sesuai spesifikasi barang yang tercantum dalam surat pesanan,
faktur dan barangnya meliputi nama, jumlah barang, spesifikasi barang.
Setelah barang sesuai faktur di stemple dan di tandatangani oleh panitia
penerima. Faktur yang berisi precursor, OOT, narkotik dan psikotropika di
tanda tangani oleh kepala instalasi rumah sakit.
Alur penerimaan obat di depo rawat inap, depo rawat jalan, dan depo IGD,
dan depo Rawat Inap dilakukan dengan cara:
a. Barang datang diantarkan oleh petugas gudang
b. Dilakukan serah terima antara petugas gudang dengan petugas depo
c. Petugas depo melakukan pemeriksaan kesesuaian antara fisik barang
dengan lembar permintaan transit barang
d. Setelah sesuai, barang dapat diletakkan pada rak obat sesuai FIFO/FEFO
dan disimpan pada ruang penyimpanan di depo.
5. Penyimpanan
Penyimpanan perbekalan farmasi di instalasi farmasi harus mengikuti
sesuai dengan prosedur penyimpanan sediaan farmasi, alat Kesehatan habis
pakai, dan bahan habis pakai penyimpanan sesuai dengan penggolongan :
a. Jenis barang, diurut sesuai alfabetis
b. Stabilitas sediaan
c. Syarat penyimpana barang
d. Pisahkan obat yang termasuk highalert medication pada rak/tempat
tersendiri dan diberi label penanda “High Alert” pada obat, kemasan
obat dan rak obat yang ditempati serta garis berwarna merah disekeliling
rak obat tersebut.

30
e. Untuk obat larutan konsentrat dan elektrolit konsentrasi tertentu harus di
simpan diinstalasi farmasi dengan lokasi terpisah di lemari terkunci dan
diberi label High Alert pada obat dan lemari obat untuk meningkatkan
kewaspadaan.
f. Untuk obat yang termasuk NORUM beri label penanda “NORUM” pada
kotak obat dan rak obat yang di tempati dan simpan dengan diselingi
minimal dua obat lain.
g. Letakkan dan atur perbekalan farmasi secara FIFO (First In First Out)
dan FEFO (First Expired First Out).
h. Sedangkan untuk penyimpanan sediaan farmasi khusus:
a. Obat termolabil
- Untuk obat yang stabil dibawah 25℃ simpan pada ruang
penyimpanan dengan suhu terkontrol dibawah 25℃.
- Untuk obat yang stabil pada suhu dibawah 8℃ simpan pada
kulkas dengan suhu terkontrol dibawah 8℃.
- Untuk obat yang stabil dibwah 2℃ simpan pada freezer.
b. Obat narkotik dan psikotropika
- Obat narkotika dan psikotropika disimpan pada lemari khusus
narkotika double pintu.
- Untuk narkotika diletakkan terpisah dengan obat psikotropika.
- Obat injeksi dipisahkan dengan obat oral.
- Pintu harus selalu dengan kondisi terkunci dan mempunyai
penanggung jawab yang di tunjuk yaitu apoteker.
c. Nutrisi parentral
- Nutrisi parentral di tempatkan ditempat terpisah dari obat-obat
lain dan disimpan sesuai dengan syarat penyimpanan yang telah
tertera dikemasan produk.
- Diatur secara FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired
First Out).
d. Bahan beracun dan berbahaya (B3)

31
- B3 disimpan di tempat terpisah dari tempat penyimpanan sediaan
gfarmasi lainnya (terpisah dengan tembok)
- Simpan B3 sesuai dengan sifat sediaan dan syarrat penyimpanan
dan beri simbol sesuai sifat sediaan.
- Tempelkan MSDS pada masing-masing box tempat menyimpan
sediaan B3.
- Siapkan semua kelengkapan yang dibutuhkan apabila terjadi
kecelakaan kerja, seperti kena tumpahan bahan korosif atau bahan
beracun (spill kit tumpahan B3)
e. Stostatika
- Sitostatika disimpan pada lemari/ rak atau lemari pendingin
terpisah dengan obat yang lain.
- Beri label High Alert pada rak atau lemari obat serta label
penandaan obat sitotoksik .
- Obat sitostatika disimpan sesuai dengan syarat penyimpanan yang
telah tertera dikemasan produk.
- Penempatan di atur sesuai secara FIFO (First In First Out) dan
FEFO (First Expired First Out).
- Sesuai kelengkapan yang disiapkan sesuai kebutuhan apabila
terjadi kecelakaan kerja, seperti kena tumpahan sitotastika (spill
kit sitotastika)
f. Bahan radioaktif
- Diinstalasi farmasi tidak melakukan penyimpanan obat radioaktif
g. Obat precursor farmasi
- Obat precursor disimpan dalam tempat yang aman, dalam
kotak/dos aslinya, dan terpisah dan penyimpana bahan obat lain
dengan penandaan obat yang jelas.
h. Obat program pemerintah atau obat hibah
- Untuk vaksin disimpan dalam cold chain sesuai persyaratan
penyimpanan yang tertera pada kemasan produk.

32
- Obat program ARV dan TBC serta obat hibah disimpan pada
tempat yang aman sesuai syarat penyimpanan sediaan dengan
label obat yang jelas di rak atau lemari obat
- Penempatan di atur secara secara FIFO (First In First Out) dan
FEFO (First Expired First Out).
i. Obat dan alat Kesehatan Sampel/Penelitian
- Obat dan alat Kesehatan sampel disimpan dilogistik farmasi pada
lemari kusus
- Penyimpanan sesuai dengan syarat penyimpanan yang telah
tertera dikemasan produk.
- Penempatan di atur secara secara FIFO (First In First Out) dan
FEFO (First Expired First Out).
6. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan /
menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan
tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah
Sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya
pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai di unit pelayanan.
Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:
1) Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)
a) Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Paka untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan
dikelola oleh Instalasi Farmasi.
b) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang
sangat dibutuhkan.
c) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang
mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya
didelegasikan kepada penanggung-22- jawab ruangan.

33
d) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor
stock kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.
e) Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan
kemungkinan interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang disediakan
di floor stock.
2) Sistem Resep Perorangan
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat jalan
dan rawat inap melalui Instalasi Farmasi.
3) Sistem Unit Dosis
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan
dalam unit dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali
dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk pasien rawa inap.
4) Sistem Kombinasi
Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan
kombinasi a + b atau b + c atau a + c. Sistem distribusi Unit Dose
Dispensing (UDD) sangat dianjurkan untuk pasien rawat inap
mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian Obat dapat
diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor
stock atau resep individu yang mencapai 18%. Sistem distribusi
dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan
mempertimbangkan:
a) Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada
b) Metode sentralisasi atau desentralisasi.
7. Penarikan
Penarikan obat atau alkes merupakan prosedur pengembalian obat atau
alkes kesuplier atau distributor dikarenakan obat atau alkes telah kadaluarsa
dan adanya informasi penarikan obat atau alkes dari supplier atau distributor
obat atau alkes.

34
Langkah-langkah penarikan sebagai berikut :
a) Obat atau alkes ditarik dari depo farmasi dikumpulkan seluruhnya
kegudang depo farmasi.
b) Petugas depo farmasi mencari faktur pembelian dan dijadikan satu dengan
obat atau alkes yang akan ditarik.
c) Petugas Gudang depo farmasi mengembalikan obat atau alkes yang ditarik
kepada supplier atau distributor dengan menandatangani tanda terima
barang yang berisi nama obat atau alkes, jumlah obat atau alkes, tanggal
dan nomer faktur.
d) Distributor akan membuatkan nota retur.
7. Pendistribusian
Pendistribusian Obat dan Alat Medis Habis Pakai dilakukan melalui
pelayanan resep dari depo farmasi IGD, depo farmasi rawat jalan, depo
farmasi rawat inap. Pendistribusian BMHP dilakukan secara sentralisasi oleh
logistik farmasi rumah sakit. Penanggung jawab ruangan mengajukan lembar
permintaan dan diserahkan ke penanggung jawab gudang, perbekalan farmasi
dan petugas menyiapkan dan menyerahkan kepada petugas ruangan dengan
menandatangani bukti pengambilan BMHP.
Untuk mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan
alat kesehatan di ruang perawatan, maka dibuatkan sistem distribusi Unit
Dose Dispensing dan One Day Dose Dispensing. Dengan sistem ini pasien
menerima obat / alat kesehatan yang dibutuhkan untuk pemakaian 24 jam.
Oabat dan alat medis habis pakai untuk pasien BPJS yang tidak digunakan
dalam 24 jam karena diganti atau ada KTD, maka obatnya dikembalikan ke
depo farmasi rawat inap sebelum diserahkan obat pada hari berikutnya dan
dilakukan koreksi jumlah pemberian pada resep. Bagi pasien umum masih
menggunakan sistem substitus i obat hari sebelumnya jika ada obat yang lebih
dan sama dengan hari selanjutnya, utuk menghindari penumpukan obat
diruangan. Kartu stok manual dan stok aplikasi komputerisasi yang
memudahkan dalam melakukan monitoring, juga untuk menjamin
ketersediaan perbekalan farmasi dan menghindarai perbekalan farmasi.

35
8. Pengendalian dan pelaporan
1. Pengendalian persediaan obat dan BMHP dilakukan dengan stock
opname yang dilakukan pada 1 bulan sekali diakhir bulan
2. Adanya informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi
sesuai kebutuhan
3. Penempatan mempermudah pengawasan dan pemeliharaan

Pelaporan narkotika dan psikotropika yang dilakukan di RSU Haji


Surabaya setiap satu bulan sekali pada tanggal 10 dilaporkan melalui SIPNAP
(Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropik)

Pengawasan dan pengendalian mutu layanan sebagai berikut:

1. Analisis waktu tunggu / respond time pelayanan resep


2. Pengendalian obat sesuai formularium
3. Penulisan resep sesuai formularium
4. Kepuasan pelanggan

C. Tugas yang dikerjakan


1. Depo Rawat Inap
Tugas yang diberikan oleh apoteker depo rawat inap yaitu membuat
laporan telaah resep / skrinning resep meliputi kelengkapan resep, nama obat,
bentuk obat, kekuatan obat, dosis, jumah, aturan pakai, stabilitas, ketersediaan
obat, interaksi obat, dan kontraindikasi serta melakukan pelayanan resep di
depo rawat inap. Mahasiswa melakukan stock obat dari gudang dan apabila
ada obat/alkes dari bangsal dengan pasien KRS maka di return.
2. Bangsal (Rawat Inap)
a) Rekonsiliasi Terapi Obat
Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi
pengobatan dengan Obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi
dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan Obat (medication error)
seperti Obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi
Obat. Kesalahan Obat (medication error) rentan terjadi pada pemindahan

36
pasien dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain, antar ruang
perawatan, serta pada pasien yang keluar dari Rumah Sakit ke layanan
kesehatan primer dan sebaliknya.
Tujuan dilakukannya rekonsiliasi Obat adalah:
a) Memastikan informasi yang akurat tentang Obat yang digunakan
pasien
b) Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya
instruksi dokter
c) Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi
dokter.
Tahap proses rekonsiliasi Obat yaitu:
1) Pengumpulan data
Mencatat data dan memverifikasi Obat yang sedang dan akan
digunakan pasien, meliputi nama Obat, dosis, frekuensi, rute, Obat
mulai diberikan, diganti, dilanjutkan dan dihentikan, riwayat alergi
pasien serta efek samping Obat yang pernah terjadi. Khusus untuk
data alergi dan efek samping Obat, dicatat tanggal kejadian, Obat
yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi dan efek samping, efek
yang terjadi, dan tingkat keparahan.
Data riwayat penggunaan Obat didapatkan dari pasien, keluarga
pasien, daftar Obat pasien, Obat yang ada pada pasien, dan rekam
medik/medication chart. Data Obat yang dapat digunakan tidak lebih
dari 3 (tiga) bulan sebelumnya.Semua Obat yang digunakan oleh
pasien baik Resep maupun Obat bebas termasuk herbal harus
dilakukan proses rekonsiliasi.
2) Komparasi
Petugas kesehatan membandingkan data Obat yang pernah, sedang
dan akan digunakan. Discrepancy atau ketidakcocokan adalah
bilamana ditemukan ketidakcocokan/perbedaan diantara data-data
tersebut. Ketidakcocokan dapat pula terjadi bila ada Obat yang
hilang, berbeda, ditambahkan atau diganti tanpa ada penjelasan yang

37
didokumentasikan pada rekam medik pasien. Ketidakcocokan ini
dapat bersifat disengaja (intentional) oleh dokter pada saat penulisan
Resep maupun tidak disengaja (unintentional) dimana dokter tidak
tahu adanya perbedaan pada saat menuliskan Resep.
3) Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan
ketidaksesuaian dokumentasi.
Bila ada ketidaksesuaian, maka dokter harus dihubungi kurang dari
24 jam.
Hal lain yang harus dilakukan oleh Apoteker adalah:
a) Menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja atau
tidak disengaja
b) Mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau
pengganti
c) Memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya
rekonsilliasi Obat.
4) Komunikasi
Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga pasien
atau perawat mengenai perubahan terapi yang terjadi. Apoteker
bertanggung jawab terhadap informasi Obat yang diberikan.
Petunjuk teknis mengenai rekonsiliasi Obat akan diatur lebih lanjut
oleh Direktur Jenderal.
b) Troly Emergency
Mahasiswa diberi tugas untuk melakukan pengecekan troly
emergency di setiap ruangan / bangsal meliputi nama obat dan alkes,
jumlah, Expired date harus sesuai dengan form data yang telah
disediakan. Apabila ada obat atau alkes yang tidak sesuai maka dilakukan
entry atau pemesanan di depo rawat inap. Jika terdapat obat atau alkes
yang mendekati expired date maka dilakukan return.
3. Depo Rawat Jalan
Mahasiswa PKPA diberikan tugas untuk melakukan telaah resep serta
memberikan etiket dan label BUD pada setiap obat. Setelah melakukan

38
pelabelan etiket dilakukan double check obat oleh apoteker yang telah
disiapkan oleh TTK. Mahasiswa juga melakukan rekonstitusi obat sirup
kering.

a. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi Obat yang independen, akurat, tidak
bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada
dokter, Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan
pihak lain di luar Rumah Sakit.
PIO bertujuan untuk:
1) Menyediakan informasi mengenai Obat kepada pasien dan tenaga
kesehatan di lingkungan Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah
Sakit
2) Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang
berhubungan dengan Obat/Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai, terutama bagi Komite/Tim Farmasi dan
Terapi
3) Menunjang penggunaan Obat yang rasional.
Kegiatan PIO meliputi:
1) Menjawab pertanyaan
2) Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter
3) Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan
dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit
4) Bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat
inap
5) Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya
6) Melakukan penelitian.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam PIO:

39
1) Sumber daya manusia
2) Tempat
3) Perlengkapan.
Petunjuk teknis mengenai Pelayanan Informasi Obat akan diatur lebih
lanjut oleh Direktur Jenderal.
b. Konseling
Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran
terkait terapi Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau
keluarganya. Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di
semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker,
rujukan dokter, keinginan pasien atau keluarganya. Pemberian konseling
yang efektif memerlukan kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap
Apoteker. Pemberian konseling Obat bertujuan untuk mengoptimalkan
hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi Obat yang tidak dikehendaki
(ROTD), dan meningkatkan costeffectiveness yang pada akhirnya
meningkatkan keamanan penggunaan Obat bagi pasien (patient safety).
Secara khusus konseling Obat ditujukan untuk:
1) Meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan pasien
2) Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien
3) Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan Obat
4) Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan
Obat dengan penyakitnya
5) Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan
6) Mencegah atau meminimalkan masalah terkait Obat
7) Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam
hal terapi.
4. Depo IGD
Mahasiswa PKPA mendapat tugas membantu pelayanan obat dan alat
kesehatan dan menulis di kartu stock untuk pasien IGD. Melakukan
rekonsiliasi terapi obat pada pasien IGD. Mahasiswa melakukan KIE dan
menulis lembar Catatan Penyerahan Obat (CPO) dan formulir pengkajian

40
resep. Melakukan pengecekan stok ketersediaan obat narkotika dan
psikotropika dilakukan setiap hari.

5. Gudang Farmasi
Mahasiwa PKPA mendapat tugas dari preseptor apoteker penanggung
jawab untuk mempelajari SOP Rumah Sakit, MSDS, Surat pemesanan dari
masing-masing depo dengan menggunakan sistem Healthy plus. Mengamati
alur permintaan barang dari depo rawat jalan, rawat inap, IGD, depo
produksi steril, depo bedah (OK) ke depo farmasi dan permintaan barang
dari laboratorium, instalasi lain, poliklinik, bangsal, CSSD ke gudang
logistik.

D. Pembahasan
Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) yang
bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi
klinik.Pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi dua kegiatan, yaitu kegiatan yang
bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP dan
kegiatan pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
BMHP di RSUD Haji Surabaya dilakukan dengan sistem satu pintu oleh Instalasi
Farmasi Rumah Sakit (IFRS).
Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP di RSUD Haji Surabaya
dilakukan oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) RSUD Haji Surabaya yang
beranggotakan dokter spesialis, apoteker dan tenaga kesehatan lainnya yaitu perawat.
Dasar pemilihan obat mengacu Formularium Nasional (FORNAS) dan Formularium
Rumah Sakit (FORKIT).
Sistem perencanaan perbekalan farmasi pada RSUD Haji Surabaya menggunakan
metode konsumsi berdasarkan data penggunaan obat pada periode sebelumnya.
Perencanaan dilakukan dengan menyusun Rencana Kebutuhan Obat (RKO), pembuatan
RKO melalui Healthy Plus, dan perencanaan bulanan. Pengadaan dilakukan secara e-

41
purchasing untuk obat yang masuk di e-katalog. Apabila obat tersebut tidak terdapat di e-
katalog maka dapat dilakukan pembelian secara manual menggunakan Surat Pesanan
(SP) manual.
Penerimaan obat di gudang farmasi instalasi rumah sakit dilakukan pemeriksaan fisik
barang meliputi nama barang, bentuk sediaan, kekuatan, jumlah, expired date, dan nomor
batch yang disesuaikan dengan faktur. Setelah barang sesuai, faktur distempel dan
ditanda tangani oleh Panitia Penerima. Faktur yang berisi prekusor, OOT, narkotik dan
psikotropik ditandatangani oleh kepala instalasi farmasi rumah sakit.
Penyimpanan obat, alat kesehatan dan BMHP di RSUD Haji Surabaya dikelompokkan
berdasarkan jenis sediaan dan diurutkan berdasarkan alfabetis, dengan memperhatikan
FIFO (First in First Out) FEFO (First Expired First Out). Di RSUD Haji Surabaya
penyimpanan obat dilakukan sesuai dengan standar pengelolaan dengan tujuan untuk
meningkatkan keamanan, khususnya obat yang perlu diwaspadai (high- alert
medication). High-alert medication adalah obat yang harus diwaspadai karena sering
menyebabkan terjadi kesalahan/ kesalahan serius (sentinel event) dan obat yang berisiko
tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD). Kelompok obat high-
alert adalah obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip / NORUM, atau Look Alike Sound A like / LASA) tidak ditempatkan
berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan
pengambilan obat. Untuk obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus
yang berpintu dan berkunci ganda. Kunci lemari bagian dalam dipegang oleh apoteker
dan bagian luar dipegang oleh TTK yang ditunjuk. Untuk obat prekursor dan OOT
disimpan dirak tersendiri yang mudah untuk diawasi. Sedangkan untuk obat-obatan yang
memerlukan suhu dingin disimpan dilemari pendingin dengan suhu 2˚C – 8˚C yang
dilengkapi dengan termometer. Penyimpanan sediaan B3 diletakkan di ruang khusus
yang dilengkapi dengan APAR dan MSDS.
Penyimpanan obat, alat kesehatan dan BMHP di RSUD Haji Surabaya dikelompokkan
berdasarkan jenis sediaan dan diurutkan berdasarkan alfabetis, dengan memperhatikan
FIFO (First in First Out) FEFO (First Expired First Out). Di RSUD Haji Surabaya
penyimpanan obat dilakukan sesuai dengan standar pengelolaan dengan tujuan untuk
meningkatkan keamanan, khususnya obat yang perlu diwaspadai (high- alert
medication). High-alert medication adalah obat yang harus diwaspadai karena sering
menyebabkan terjadi kesalahan/ kesalahan serius (sentinel event) dan obat yang berisiko
tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD). Kelompok obat high-

42
alert adalah obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip / NORUM, atau Look Alike Sound A like / LASA) tidak ditempatkan
berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan
pengambilan obat. Untuk obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus
yang berpintu dan berkunci ganda. Kunci lemari bagian dalam dipegang oleh apoteker
dan bagian luar dipegang oleh TTK yang ditunjuk. Untuk obat prekursor dan OOT
disimpan dirak tersendiri yang mudah untuk diawasi. Sedangkan untuk obat-obatan yang
memerlukan suhu dingin disimpan dilemari pendingin dengan suhu 2˚C – 8˚C yang
dilengkapi dengan termometer. Penyimpanan sediaan B3 diletakkan di ruang khusus
yang dilengkapi dengan APAR dan MSDS.
Alur distribusi di depo IGD menggunakan sistem Unite Dose Dispensing (UDD).
Depo IGD juga bertanggung jawab atas penyimpanan dan pengendalian sediaan farmasi
pada Trolly Emergency dimana berisikan obat dan peralatan untuk menangani kegawat
daruratan dan selalu dikunci. Pendistribusian pada depo rawat jalan menggunakan sistem
individual prescribing atau resep perseorangan. Depo rawat jalan di RSUD Haji Surabaya
menerima resep pasien BPJS. Pendistribusian yang dilakukan oleh depo rawat inap yaitu
dengan metode individual prescribing dengan kombinasi Unit Dose Dispensing (UDD).
Floor Stock merupakan salah satu bagian dari depo rawat inap yang terletak di
ICU/ICCU yang digunakan untuk kebutuhan penanganan segera (CITO).
Pengendalian dan pelaporan di RSUD Haji Surabaya dengan cara melakukan stok
opname di akhir bulan. Stok opname dilakukan dengan cara mencocokkan stok fisik
dengan kartu stok serta stok sistem. Tujuan dilakukan stok opnam adalah untuk
pengendalian agar mengetahui sisa stok barang serta tanggal kadaluarsa dari masing-
masing barang. Stok opname di RSUD Haji Surabaya dilakukan setiap 1 bulan sekali.
Pelayanan farmasi klinik di RSUD Haji Surabaya meliputi pengkajian dan pelayanan
resep, penelusuran riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi, pelayanan informasi obat,
konseling, pemantauan terapi obat, monitoring efek samping obat dan evaluasi
penggunaan obat. Pengkajian dan pelayanan resep dilakukan dengan melakukan telaah
resep dan diakhiri dengan telaah obat. Telaah resep meliputi telaah administrasi yang
mencakup identitas pasien (Nama, Tanggal Lahir dan Nomor Rekam Medis), identitas
dokter (Nama, SIP, Paraf atau TTD Dokter), tanggal resep dan asal resep. Telaah
farmasetik meliputi nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan, dosis obat, jumlah obat dan
aturan penggunaan. Telaah klinis meliputi tepat indikasi, dosis, waktu penggunaan,
duplikasi obat, alergi, kontra indikasi dan interaksi obat. Telaah obat dilakukan setelah

43
obat selesai disiapkan oleh TTK dan sebelum diserahkan ke pasien dilakukan telaah obat
oleh apoteker terlebih dahulu. Telaah obat meluputi benar obat, benar jumlah, benar
dosis, benar waktu pemberian dan benar cara pemberian/rute.
Alur pelayanan resep rawat inap dimulai dari pengkajian/skrining resep. Resep
diperiksa/diskrining untuk memastikan ketepatan pemilihan obat pada resep dan tidak
adanya interaksi obat. Namun, skrining farmasetis dan klinis kurang begitu diperhatikan
secara detail dan hanya dicek dosis serta ketersediaan obat agar dilakukan substitusi
untuk obat yang tidak tersedia. Skrining klinis yang dilakukan hanya sebatas melihat ada
atau tidaknya interaksi antar obat yang dapat terjadi secara potensial. Skrining klinis tidak
begitu diperhatikan.
Pengkajian resep ini dilakukan untuk resep pasien rawat jalan, rawat inap, dan IGD.
Apabila terjadi ketidaksesuaian, maka akan segera dikonfirmasikan kepada dokter penulis
resep atau bisa melalui perawat yang mengantarkan resep. Ketidaksesuaian yang
dikonfirmasi adalah ketidaksesuaian yang signifikan, seperti kejadian interaksi obat yang
memang membahayakan bagi pasien. Kegiatan pengkajian dan pelayanan resep ini sudah
sesuai dengan PMK 58 tahun 2014, namun pelaksanaannya masih belum maksimal
karena banyaknya jumlah resep dan sumber daya manusia yang terbatas.
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan
obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi obat di instalasi farmasi RSUD Haji Provinsi
Surabaya dilakukan apabila pasien dipindah dari ruang perawatan satu ke ruang
perawatan lainnya. Misalnya pasien pertama kali datang melalui IGD dan mendapatkan
beberapa obat, kemudian pasien harus dipindahkan ke ruang rawat inap, maka obat-obat
yang diberikan di IGD tadi di bawa ke ruang perawatan selanjutnya dan juga di catat di
rekam medik.
Pencatatan tersebut berguna untuk mengetahui obat-obat apa saja yang sudah
digunakan pasien, kemudian obat tersebut harus dilanjutkan atau dihentikan. Apoteker
melakukan perbandingan obat dan melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan
ketidaksesuaian dokumentasi obat. Apoteker juga melakukan rekonsiliasi saat pasien
akan pulang setelah di rawat inap. Selanjutnya Apoteker juga melakukan komunikasi
kepada pasien terkait obat-obat yang didapat dan memberikan penjelasan apabila terdapat
perubahan terapi. Rekonsiliasi obat ini sudah sesuai dengan PMK nomer 58 tahun 2014.
Kegiatan konseling biasa dilakukan untuk pasien-pasien rawat jalan, rawat inap, dan
IGD yang dilakukan di instalasi farmasi RSUD Haji Subaraya Provinsi Jawa Timur.
Konseling dilakukan secara berhadapan yaitu apoteker memberikan konseling dihadapan

44
pasien. Konseling ditujukan untuk semua pasien terutama dengan penyakit kronis seperti
jantung, diabetes, dan HIV-AIDS. Biasanya konseling juga dilakukan pada pasien kronis
yang rutin meminum obat dengan kombinasi obat lebih dari dua.
Konseling yang dilakukan pada pasien dengan riwayat penyakit diabetes mellitus
(DM) dikhususkan untuk pasien yang mendapatkan resep insulin. Dalam hal ini, apoteker
memberikan konseling pada pasien DM mengenai cara penyuntikan insulin, cara
penyimpanan, tempat penyuntikan untuk pasien yang belum pernah menggunakan
suntikan insulin dan hal-hal lain yang ingin atau perlu diketahui oleh pasien terkait
pengobatan penyakitnya.
Sedangkan untuk pasien HIV, konseling yang dilakukan apoteker lebih diarahkan
dalam hal memberikan motivasi kepada pasien agar pasien bisa menerima penyakitya.
Selain itu, konseling juga diberikan pada pasien yang baru mendapatkan obat-obat
dengan cara penggunaan khusus, sepeti inhaler dan suppositoria. Konseling yang telah
dilakukan di catat pada lembar konseling. Berdasarkan penjelasan di atas, kegiatan
konseling di RSUD Haji Subaraya Provinsi Jawa Timur telah dilaksanakan sesuai dengan
PMK 58/2014.
Visite merupakan salah satu kegiatan pelayanan farmasi klinik di rumah sakit dan
melibatkan peran apoteker. Visite kepada pasien merupakan hal yang penting untuk
meningkatkan efektivitas terapi dan menjamin keselamatan pasien terkait pengobatan
yang dilakukan. Ketika melakukan visite, apoteker dapat berkomunikasi secara efektif
dengan pasien/keluarga, dokter dan profesi kesehatan lain, serta terlibat aktif dalam
keputusan terapi obat untuk mencapai hasil terapi (clinical outcome) yang optimal.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa keberadaan apoteker di ruang rawat mampu
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah terkait obat, serta menurunkan medication
errors.
Visite yang dilakukan apoteker yaitu visite secara mandiri dengan melihat data rekam
medik pasien dan berdiskusi dengan dokter penanggung jawab pasien terkait pengobatan,
tetapi tidak bertemu langsung dengan pasien atau keluarganya. Visite yang dilakukan
oleh RSUD Haji Subaraya Provinsi Jawa Timur telah dilaksanakan sesuai dengan PMK
58/2014.
Kegiatan pelayanan informasi obat yang biasa dilakukan yaitu memberikan informasi
obat pada pasien rawat jalan, menjawab pertanyaan yang berasal dari pasien, keluarga,
atau tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit dan pihak lain di luar rumah sakit.
Informasi obat yang seharusnya disampaikan meliputi indikasi, cara penggunaan obat,

45
waktu penggunaan obat, efek samping yang ditimbulkan, serta durasi atau lamanya obat
tersebut diminum dan terapi nonfarmakologi yang sebaiknya dilakukan. Pelayanan
informasi obat kepada pasien atau keluarga pasien tersebut sudah dilakukan secara
maksimal.
Pemantauan terapi obat (PTO) seharusnya dilaksanakan untuk seluruh pasien.
Mengingat terbatasnya jumlah apoteker di RSUD Haji Surabaya dibandingkan dengan
jumlah pasien, maka perlu ditentukan prioritas pasien yang akan dipantau. Seleksi pasien
dilakukan berdasarkan kondisi pasien dan obat yang diterima. Kondisi pasien meliputi
pasien geriatri yang menerima polifarmasi, pasien gagal jantung, gangguan fungsi hati
dan ginjal, pasien dan pediatri dan pasien dengan perawatan intensif.
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) di depo rawat jalan lebih bisa dilakukan pada
pasien yang menerima obat program (terutama ARV), karena dilakukan konseling tiap
kedatangan pasien. Selanjutnya keluhan tersebut ditulis oleh apoteker dalam form MESO.
Form MESO berisikan tentang nama pasien (inisial), penyakit utama, kesudahan penyakit
utama, riwayat ESO, manifestasi ESO, onset dan durasi timbul ESO, kesudahan ESO,
regimen obat beserta dosis dan aturan pakai, obat yang dicurigai.
Pelayanan aceptic dispensing merupakan pencampuran obat dengan menggunakan
teknik dan perlengkapan aseptis. Aceptic dispensing meliputi pelayanan pencampuran
obat suntik, pencampuran obat sitostatika, dan pembuatan Total Parenteral Nutrition
(TPN). Saat ini yang beroperasi pencampuran obat suntik, pencampuran obat sitostatika
dan dispensing sediaan steril. Petugas pelayanan ruang aseptis saat melakukan dispensing
sediaan harus memakai APD lengkap guna menghindari kontaminasi. Ruang aseptis
sendiri harus dijaga kebersihan dan kadar kelembapannya yaitu (±45- 55%) dan suhu
ruangan (±25˚C). Aliran udara didalam ruang aseptis juga harus diperhatikan karena
udara merupakan sumber timbulnya kontaminan. Ruang aseptis di rumah sakit gambiran
telah memenuhi standar dan spesifikasi.

46
BAB V
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan praktek kerja profesi apoteker yang telah
dilaksanakan di RSUD Haji Surabaya pada tanggal 08 Agustus 2022 – 02
Oktober 2022 , dapat disimpulkan bahwa :
1. Mahasiswa Praktek Kerja Profesi di RSUD Haji Surabaya memperoleh
pengetahuan dan pemahaman secara mendalam mengenai peran dan fungsi
apoteker di RSUD Haji Surabaya baik dari aspek manajerial maupun klinis.
2. Mahasiswa Praktek Kerja Profesi di RSUD Haji Surabaya mampu
memahami dan mempraktekkan konsep Pharmaceutical care dalam
pelayanan kepada pasien.
3. Mahasiswa Praktek Kerja Profesi di RSUD Haji Surabaya menjalin
kerjasama dan komunikasi dengan tenaga kesehatan maupun pasien secara
profesional
4. Mahasiswa Praktek Kerja Profesi di RSUD Haji Surabaya memperoleh
bekal pengetahuan praktis dan keterampilan tentang pengelelohan dan
pelaksanaan pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa Mahasiswa dapat lebih aktif dalam mempelajari standar
pelayanan kefarmasian di rumah sakit baik klinis maupun non klinis.
2. Bagi Institusi Institusi dapat memberikan bimbingan atau pembekalan yang lebih
mendalam sebelum dilakukannya PKPA.

47
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2009. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Departemen Kesehatan RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia


Nomor:1197/Menkes/SK/X/2004 Tentang Standar PelayananKefarmasian di Rumah Sakit
Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Kementrian Kesehatan. 2015. Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan


Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Kemenkes RI

Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


2009 tentang Kesehatan. Jakarta

Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang RI No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.


Jakarta

48
LAMPIRAN

Lampiran 1. Tugas PIO

49

Anda mungkin juga menyukai