Anda di halaman 1dari 73

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGKA TAHUN 2017

Disusun oleh:

Achsa Fradhita (144840101)

Anggi Nora Safitri (144840105)

Dwi Sasmita Sari (144840109)

Fatra Jaya (144840112)

Nurjanah (144840127)

Rizki Oktavia Lestari (144840131)

JURUSAN FARMASI

POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG

TAHUN 2017
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGKA TAHUN 2017

Disusun oleh:

Achsa Fradhita (144840101)

Anggi Nora Safitri (144840105)

Dwi Sasmita Sari (144840109)

Fatra Jaya (144840112)

Nurjanah (144840127)

Rizki Oktavia Lestari (144840131)

JURUSAN FARMASI

POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG

TAHUN 2017

ii
HALAMAN PERSETUJUAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGKA TAHUN 2017

NAMA : Achsa Fraditha (144840101)


Anggi Nora Safitri (144840105)
Dwi Sasmita Sari (144840109)
Fatra Jaya (144840112)
Nurjanah (144840127)
Rizki Oktavia Lestari(144840131)
JURUSAN : FARMASI

Telah diuji dan disetujui oleh dewan pembimbing dan dapat diterima sebagai

syarat responsi di Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

Pembimbing I Lahan Praktek Dosen Pembimbing I

Herlina S.Si.,Apt Eva Dewi R Purba M,Kes


NIP 198304102009032005 NIP 197901152012122002

Pembimbing II Lahan Praktek Dosen Pembimbing II

Devi Irawati, S.Si,Apt Zulfiawan, AMF,SKM


NIP 197512252005012014 NIP 198607222010121004

Mengetahui
Kepala Dinas Kesehatan Pjs. Ketua Jurusan Farmasi
Kabupaten Bangka Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

dr. Then Suyanti, MM Rachmawati Felani Djuria, S.Farm.,Apt., MPH


NIP 197709192005012012 NIP 198707082012122003

iii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.

Alhamdulillahi raabbil alamin, segala puji dan syukur praktikan

panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) di Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Tahun

2017 untuk memenuhi salah satu persyaratan akademis dalam rangka

menyelesaikan studi Diploma III pada Jurusan Farmasi di Poltekkes

Kemenkes Pangkalpinang.

Praktikan menyadari bahwa dalam penulisan Laporan PKL ini

tidak lepas dari dukungan dengan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,

peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu, terutama kepada:

1. Bapak drg. Harindra, MKM selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

Pangkalpinang.

2. Ibu Rachmawati Felani Djuria, S. Farm., Apt., MPH selaku Pjs. Ketua

Jurusan Farmasi.

3. Ibu Herlina, S.Si., Apt selaku pembimbing I lahan PKL yang telah

bersedia meluangkan waktu, memberikan arahan, bimbingan, dan

masukan kepada praktikan sampai selesainya penyusunan laporan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini.

4. Ibu Devi Irawati, S.Si,Apt selaku pembimbing II lahan PKL yang telah

bersedia meluangkan waktu, memberikan arahan, bimbingan, dan

iv
masukan kepada praktikan sampai selesainya penyusunan laporan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini.

5. Ibu Eva Dewi R Purba M, Kes selaku pembimbing I yang telah bersedia

meluangkan waktu, memberikan arahan, bimbingan, dan masukan

kepada praktikan sampai selesainya penyusunan laporan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) ini.

6. Bapak Zulfiawan AMF., SKM selaku pembimbing II yang telah

bersedia meluangkan waktu, memberikan arahan, bimbingan, dan

masukan kepada praktikan sampai selesainya penyusunan laporan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini.

7. Untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

terimakasih untuk dukungan dalam bentuk apapun.

Praktikan menyadari dalam penulisan laporan ini masih terdapat

kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu praktikan mengharapkan

kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

Akhir kata praktikan mengharapkan semoga laporan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) di lahan PKL dapat bermanfaat bagi semua pihak dan

terutama bagi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang, serta dapat menambah

pengetahuan.

Pangkalpinang, Maret 2017

Praktikan

v
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Tujuan .................................................................................................. 4

C. Manfaat ................................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 6

A. Tinjauan Teori ...................................................................................... 6

1. Dinas Kesehatan ............................................................................. 6

2. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Gudang Farmasi ......................... 8

3. Perbekalan Farmasi ........................................................................ 9

B. Profil Lahan PKL ................................................................................. 27

1. Kondisi Geografi ............................................................................ 27

2. Kependudukan................................................................................ 28

3. Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka............. 29

4. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Bangka ......................................... 29

vi
5. Struktur, Visi, dan Misi UPT Gudang Farmasi .............................. 31

C. Pengelolaan Obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka .................. 32

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN ........................................................ 34

A. Waktu dan Tempat ............................................................................... 34

B. Uraian Kegiatan ................................................................................... 34

C. Identifikasi dan Saran Penyelesaian Masalah ...................................... 34

1. Identifikasi Masalah ....................................................................... 34

2. Penyelesaian Masalah .................................................................... 35

BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 37

A. Kesimpulan .......................................................................................... 37

B. Saran..................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 39

LAMPIRAN ..................................................................................................... 41

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi .............................................................................. 28

Gambar 2. Struktur Organisasi UPT Gudang Farmasi ......................................... 30

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Nama Pegawai ........................................................................ 41

Lampiran 2 Surat Permintaan Barang ................................................................... 42

Lampiran 3 Dokumen Mutasi Barang ................................................................... 43

Lampiran 4 Kartu Stok Induk ............................................................................... 44

Lampiran 5 Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) ........... 45

Lampiran 6 Distribusi Buffer Stock Tahun 2016................................................... 46

Lampiran 7 Daftar Hapalan Obat .......................................................................... 47

Lampiran 8 Distribusi Obat Tahun 2016 .............................................................. 51

Lampiran 9 Standar Operational Procedures (SOP) ............................................. 52

Lampiran 10 SOP Penerimaan ............................................................................. 53

Lampiran 11 SOP Permintaan dan Distribusi Obat & Perbekalan Farmasi.......... 54

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah

satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang

bermutu dan terjangkau seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang

Dasar 1945 pasal 28. Pasal tersebut menyatakan bahwa setiap orang berhak

hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan

kesehatan. Hal tersebut diperkuat oleh Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012

tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN), serta berbagai peraturan

perundang-undangan yang lain, baik sebagai kerangka regulasi maupun

sebagai landasan dalam perencanaan program dan kegiatan (Direktorat Bina

Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2015).

Pembangunan di bidang kesehatan selaras dengan misi Presiden

Republik Indonesia yang keempat, yaitu Mewujudkan kualitas hidup

manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera karena hanya manusia

yang sehatlah yang mampu untuk mandiri dan berdaulat (Direktorat Bina

Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2015). Kabupaten/kota pemerintah

dan pemerintah daerah bertanggung jawab terhadap pengaturan, pembinaan,

pengawasan dan peningkatan mutu tenaga kesehatan (Kemenkes, 2014).

1
2

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui

pendidikan di bidang kesehatan untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan

untuk melakukan upaya kesehatan. Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP)

adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan

yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit,

pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan

perseorangan (Kemenkes, 2014a).

Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang

diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan, yang terdiri dari

sediaan farmasi, alat kesehatan, gas medik, reagen dan bahan kimia,

radiologi, dan nutrisi (Kemenkes, 2014a). Sediaan Farmasi adalah obat, bahan

obat, obat tradisional dan kosmetika (Kemenkes, 2016)

Subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan yang

tercantum di dalam SKN menjelaskan bahwa pemerintah menjamin

keamanan, khasiat, manfaat, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan

makanan melalui pembinaan, pengawasan, dan pengendalian secara

profesional, bertanggung jawab, independen, transparan, dan berbasis bukti

ilmiah. Subsistem tersebut merupakan tatanan yang menghimpun berbagai

upaya yang menjamin ketersediaan, pemerataan, serta mutu obat dan

perbekalan kesehatan secara terpadu dan saling mendukung dalam rangka

tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Direktorat Bina Obat

Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2015).


3

Dalam pelayanan kesehatan, obat dapat menyelamatkan kehidupan

dan meningkatkan kualitas kesehatan. Akses terhadap obat, terutama obat

esensial merupakan salah satu hak asasi manusia sehingga penyediaan obat

esensial merupakan kewajiban bagi pemerintahan di semua level, baik Pusat,

Provinsi dan Kabupaten/Kota (Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan, 2015).

Satuan kerja pemerintah daerah yang bertanggung jawab

menyelenggarakan urusan pemerintah dalam bidang kesehatan di

kabupaten/kota yaitu Dinas kesehatan kabupaten/kota (Kemenkes, 2014a).

Salah satu bagian dari Dinas Kesehatan adalah Unit Pelayanan Teknis (UPT)

Gudang Farmasi yang memiliki tujuan tugas melaksanakan pengelolaan,

penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian perbekalan farmasi dan alat

kesehatan yang diperlukan dalam rangka pelayanan kesehatan, pencegahan

dan pemberantasan penyakit dan pembinaan kesehatan masyarakat di

kabupaten/ kota (Kemenkes, 2013).

Hal ini menjadi faktor pendorong dilaksanakan PKL di UPT Gudang

Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka agar mengetahui seluruh

kegiatan yang dilakukan di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan. Kegiatan

tersebut meliputi pengelolaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian

perbekalan Farmasi dan alat kesehatan yang diperlukan dalam rangka

pelayanan kesehatan, pencegahan, dan pemberantasan penyakit serta

pembinaan kesehatan masyarakat di kabupaten/kota sehingga dapat menjadi


4

Ahli Madya Farmasi yang professional dengan pengetahuan dan kemampuan

yang baik, agar pelayanan kefarmasian dapat dilaksanakan secara optimal.

B. Tujuan

1. Mengetahui pelaksanaan seleksi obat publik dan perbekalan kesehatan

untuk pelayanan kesehatan dasar.

2. Mengetahui perhitungan kebutuhan obat publik dan perbekalan kesehatan

untuk pelayanan kesehatan dasar.

3. Mengetahui proses perencanaan dan pengadaan perbekalan kesehatan.

4. Mengetahui prosedur penerimaan dan penyimpanan obat publik dan

perbekalan kesehatan yang berasal dari berbagai sumber anggaran.

5. Mengetahui prosedur pendistribusian obat publik dan perbekalan

kesehatan yang berasal dari berbagai sumber anggaran sesuai dengan

kebutuhan unit pelayanan kesehatan.

6. Mengetahui dan memahami pencatatan pelaporan obat publik dan

perbekalan kesehatan.

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

a. Sebagai wahana untuk melatih diri dalam melakukan pelayanan

kefarmasian.

b. Dapat menambah keahlian dan keterampilan mahasiswa dalam

melakukan pekerjaan kefarmasian.

c. Mengetahui peran farmasi dalam pelayanan kefarmasian di Dinas

Kesehatan Kabupaten Bangka


5

2. Bagi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

a. Menjadi bahan referensi

b. Menambah informasi bagi mahasiswa/i Poltekkes Kemenkes

Pangkalpinang.

c. Sebagai bahan teori ataupun studi kasus bagi mahasiswa.

3. Bagi UPT Gudang Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka

Menjadi bahan evaluasi dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian

di Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka sehingga dapat dijadikan

pertimbangan dalam mengambil kebijakan agar meningkatkan kinerja

Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Dinas Kesehatan

a. Pengertian

Menurut Permenkes No. 75 tahun 2014, Dinas Kesehatan

adalah satuan kerja Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota yang

bertanggung jawab menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam

bidang kesehatan di Kabupaten/Kota. Menurut Peraturan Bupati

Bangka No. 51 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan

Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Kesehatan

Tipe A Kabupaten Bangka, Dinas Kesehatan Tipe A adalah unsur

pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah di

bidang kesehatan.

Tugas dan Fungsi

Menurut Peraturan Bupati Bangka No. 51 Tahun 2016

Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta

Tata Kerja Dinas Kesehatan Tipe A Kabupaten Bangka, tugas dan

fungsi Dinas Kesehatan Tipe A sebagai berikut:

1) Tugas

Dinas Kesehatan Tipe A mempunyai tugas membantu

Bupati dalam melaksanakan urusan pemerintah di bidang

6
7

kesehatan yang menjadi kewenangan daerah dan pelaksanaan

tugas pembantuan yang diberikan/ didelegasikan kepada daerah.

Guna menyelenggarakan tugas Dinas Kesehatan Tipe A

mempunyai fungsi:

a) Perumusan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat,

pencegahan, pengendalian penyakit, dan penyehatan

lingkungan, pelayanan kesehatan, serta sumber daya

kesehatan.

b) Pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat,

pencegahan, pengendalian penyakit, dan penyehatan

lingkungan, pelayanan kesehatan, serta sumber daya

kesehatan.

c) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan

masyarakat, pencegahan, pengendalian penyakit, dan

penyehatan lingkungan, pelayanan kesehatan, serta sumber

daya kesehatan.

d) Pelaksanaan administrasi Dinas sesuai dengan lingkup

tugasnya.

e) Pembinaan Unit Pelaksanaan Teknis (UPT).

f) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait

dengan bidang kesehatan.


8

2. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Gudang Farmasi

a. Pengertian

Gudang Farmasi adalah tempat penerimaan penyimpanan,

pendistribusian, dan pemeliharaan barang persediaan berupa obat

alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya (seperti ddt,

pompa, pipa, perbekalan keluarga berencana (KB), sepeda

motor/sepeda roda dua, susu bubuk, dan lain-lain) yang tujuannya

akan ditujukan untuk melaksanakan program kesehatan di

Kabupaten/ Kota Madya yang bersangkutan (Yannas, 2013).

Menurut Peraturan Bupati Bangka No. 51 Tahun 2016 Tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata

Kerja Dinas Kesehatan Tipe A Kabupaten Bangka, UPT adalah

unsur pelaksanaan operasional Dinas Kesehatan Tipe A Kabupaten

Bangka.

b. Tugas

Menurut Peraturan Bupati Bangka No. 51 Tahun 2016

Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta

Tata Kerja Dinas Kesehatan Tipe A Kabupaten Bangka, UPT

Dinas mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas

Kesehatan Tipe A yang mempunyai wilayah kerja satu atau

beberapa kecamatan.
9

3. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Menurut Kemenkes (2010), Kegiatan pengelolaan Perbekalan

Farmasi meliputi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai meliputi: proses perencanaan, pengadaan, penerimaan,

penyimpanan dan pendistribusian.

Proses perencanaan obat dan perbekalan kesehatan melalui

beberapa tahap sebagai berikut :

a. Tahap Perencanaan Kebutuhan Obat

Pengadaan obat diawali dengan perencanaan kebutuhan

dimana kegiatan yang dilakukan adalah:

1) Tahap Pemilihan Obat

Pemilihan obat berdasarkan pada Obat Generik terutama

yang tercantum dalam Daftar Obat Pelayanan Kesehatan Dasar

(PKD) dan Daftar Obat Essensial Nasional (DOEN) yang masih

berlaku dengan patokan harga sesuai dengan Keputusan Menteri

Kesehatan tentang Daftar Harga Obat untuk Obat Pelayanan

Kesehatan Dasar (PKD) dan Obat Program Kesehatan

Fungsi pemilihan obat adalah untuk menentukan apakah

obat benar-benar diperlukan sesuai dengan pola penyakit yang

ada. Pada perencanaan kebutuhan obat, apabila dana tidak

mencukupi, perlu dilakukan analisa kebutuhan sesuai anggaran

yang ada (dengan menggunakan metode perhitungan (ABC) dan


10

untuk seleksi obat perlu dilakukan analisa Vital Esensial

Nonesensial (VEN).

Guna mendapatkan perencanaan obat yang tepat, seleksi

kebutuhan obat harus mempertimbangkan beberapa hal berikut :

a) Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan statistik yang

memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek

samping yang akan ditimbulkan.

b) Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin, hal ini untuk

menghindari duplikasi dan kesamaan jenis.

c) Hindari penggunaan obat kombinasi kecuali jika obat tersebut

mempunyai efek yang lebih baik dibandingkan obat tunggal.

d) Memiliki rasio manfaat/biaya yang paling menguntungkan.

2) Tahap Kompilasi Pemakaian Obat

Kompilasi pemakaian obat berfungsi untuk mengetahui

pemakaian setiap bulan dari masing-masing jenis obat di Unit

Pelayanan Kesehatan/ Puskesmas selama setahun, serta untuk

menentukan stok optimum (stok kerja ditambah stok pengaman =

stok optimum).

Data pemakaian obat di puskesmas diperoleh dari

Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dan

Pola Penyakit (LB 1). Informasi yang didapat dari kompilasi

pemakaian obat adalah:


11

a) Jumlah pemakaian tiap jenis obat pada masing-masing Unit

Pelayanan Kesehatan/ Puskesmas.

b) Persentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaian

setahun seluruh Unit Pelayanan Kesehatan/ Puskesmas.

c) Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat untuk tingkat

Kabupaten/ Kota.

d) Pola penyakit yang ada.

Manfaat informasi yang didapat:

a) Sebagai sumber data dalam menentukan jenis dan kebutuhan

obat.

b) Sebagai sumber data dalam menghitung kebutuhan obat untuk

pemakaian tahun mendatang.

3) Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat

Menentukan kebutuhan obat merupakan salah satu

pekerjaan kefarmasian yang harus dilakukan oleh Apoteker di

Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota. Dengan koordinasi dan

proses perencanaan untuk pengadaan obat secara terpadu

(termasuk obat program) maka diharapkan obat yang

direncanakan dapat tepat jenis, jumlah dan waktu serta mutu

yang terjamin. Guna menentukan kebutuhan obat dilakukan

pendekatan perhitungan melalui metoda konsumsi dan atau

morbiditas.
12

a) Metoda Konsumsi

Didasarkan atas analisa data konsumsi obat tahun

sebelumnya. Guna menghitung jumlah obat yang dibutuhkan

berdasarkan metoda konsumsi perlu diperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

i. Pengumpulan dan pengolahan data

ii. Analisa data untuk informasi dan evaluasi

iii. Perhitungan perkiraan kebutuhan obat

iv. Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana

Guna memperoleh data kebutuhan obat yang mendekati

ketepatan, perlu dilakukan analisa trend (regresi linier)

pemakaian obat 3 (tiga) tahun sebelumnya atau lebih.

Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan metode

konsumsi :

i. Daftar nama obat

ii. Stok awal

iii. Penerimaan

iv. Pengeluaran

v. Sisa stok

vi. Obat hilang, rusak, kadaluarsa

vii. Kekosongan obat

viii. Pemakaian rata-rata obat per tahun

ix. Waktu tunggu (lead time)


13

x. Stok pengaman (buffer stok)

xi. Pola kunjungan

b) Metoda Morbiditas

Metoda morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat

berdasarkan pola penyakit. Adapun faktor yang perlu

diperhatikan adalah perkembangan pola penyakit dan lead

time. Langkah - langkah dalam metoda ini adalah:

i. Memanfaatkan pedoman pengobatan.

ii. Menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani.

iii. Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan

frekuensi penyakit.

iv. Menghitung jumlah kebutuhan obat.

Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan

metode morbiditas:

i. Perkiraan jumlah populasi

ii. Komposisi demografi dari populasi yang akan

diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin untuk umur

antara:

0 4 tahun

5 14 tahun

15 44 tahun
14

45 tahun (disesuaikan dengan LB-1) Atau ditetapkan

berdasarkan kelompok dewasa (> 12 tahun) dan anak ( 1

12 tahun )

iii. Menetapkan pola morbiditas penyakit

iv. Masing-masing penyakit pertahun untuk seluruh

populasi pada kelompok umur yang ada.

v. Menghitung perkiraan jenis dan jumlah obat sesuai

dengan pedoman pengobatan dasar di puskesmas.

vi. Frekuensi kejadian masing-masing penyakit pertahun

untuk seluruh populasi pada kelompok umur yang ada.

vii. Menghitung kebutuhan jumlah obat, dengan cara jumlah

kasus di kali jumlah obat sesuai pedoman pengobatan

dasar di puskesmas.

viii. Untuk menghitung jenis, jumlah, dosis, frekwensi dan

lama pemberian obat dapat menggunakan pedoman

pengobatan yang ada.

ix. Menghitung jumlah kebutuhan obat yang akan datang

dengan mempertimbangkan faktor antara lain, Pola

penyakit, Lead time, Buffer stock.

x. Menghitung kebutuhan obat tahun anggaran yang akan

datang.
15

b. Pengadaan

Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan merupakan proses

untuk penyediaan obat yang dibutuhkan di Unit Pelayanan

Kesehatan. Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan dilaksanakan

oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/ Kota sesuai dengan

ketentuan-ketentuan dalam Pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa

Instansi Pemerintah dan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara.

Pengadaan obat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-

ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah

Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan

Keputusan Presiden No. 80 tahun 2003 tentang Pedoman

Pelaksanaan Pengadaan barang/jasa Instansi Pemerintah melalui :

1) Lelang

2) Pemilihan Langsung

3) Penunjukan langsung untuk pengadaan skala keci

4) Pengadaan bersifat mendesak

5) Penyediaan barang/jasa tunggal

6) Swakelola

Tujuan pengadaan obat adalah :

1) Tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai

kebutuhan pelayanan kesehatan


16

2) Mutu obat terjamin

3) Obat dapat diperoleh pada saat diperlukan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan obat adalah :

1) Kriteria obat dan perbekalan kesehatan/ memilih metoda

pengadaan

2) Persyaratan pemasok

3) Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat

4) Penerimaan dan pemeriksaan obat

5) Pemantauan status pesanan

c. Penerimaan

Berdasarkan permenkes No.72 tentang Rumah Sakit,

penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,

spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera

dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.

Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan

baik.

Pemantauan status pesanan bertujuan untuk :

1) Mempercepat pengiriman sehingga efisiensi dapat ditingkatkan

2) Pemantauan dapat didasarkan kepada sistem VEN.

3) Petugas Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota memantau status

pesanan secara berkala.


17

4) Pemantauan dan evaluasi pesanan harus dilakukan dengan

memperhatikan :

a) Nama obat

b) Satuan kemasan

c) Jumlah obat diadakan

d) Obat yang sudah diterima

e) Obat yang belum diterima

d. Penyimpanan

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan

memelihara dengan cara menempatkan obat dan perbekalan

kesehatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari

pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat dan

perbekalan kesehatan.

Tujuan penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan

adalah untuk :

1) Memelihara mutu obat

2) Menghindari penyalahgunaan dan penggunaan yang salah

3) Menjaga kelangsungan persediaan

4) Memudahkan pencarian dan pengawasan


18

Kegiatan penyimpanan obat meliputi:

1) Penyiapan sarana penyimpanan

Ketersediaan sarana yang ada di unit pengelola obat dan

perbekalan kesehatan bertujuan untuk mendukung jalannya

organisasi. Adapun sarana yang minimal sebaiknya tersedia

adalah sebagai berikut :

a) Gedung dengan luas 300 m2 600 m2

b) Kendaraan roda dua dan roda empat, dengan jumlah 1 3

unit

c) Komputer + Printer dengan jumlah 1 3 unit

d) Telepon & Facsimile dengan jumlah 1 unit

e) Sarana penyimpanan:

i. Rak : 10 - 15 unit

ii. Pallet : 40 - 60 unit

iii. Lemari : 5 - 7 unit

iv. Lemari Khusus : 1 unit

v. Cold chain (medical refrigerator)

vi. Cold Box

vii. Cold Pack

viii. Generator

f) Sarana Administrasi Umum:

i. Brankas : 1 Unit

ii. Mesin Tik : 1 2 unit


19

iii. Lemari arsip : 1 2 unit

g) Sarana Administrasi Obat dan Perbekalan Kesehatan:

i. Kartu Stok

ii. Kartu Persediaan Obat

iii. Kartu Induk Persediaan Obat

iv. Buku Harian Pengeluaran Barang

v. SBBK (Surat Bukti Barang Keluar)

vi. LPLPO (Laporan Pemakaian dan Laporan Permintaan

Obat)

vii. Kartu Rencana Distribusi

viii. Lembar bantu penentuan proporsi stok optimum

2) Pengaturan tata ruang

Guna mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan,

penyusunan, pencarian dan pengawasan obat maka diperlukan

pengaturan tata ruang gudang dengan baik. Pengaturan tata

ruang selain harus memperhatikan kebersihan dan menjaga

gudang dari kebocoran dan hewan pengerat juga harus

diperhatikan ergonominya.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam

merancang gudang adalah sebagai berikut :

a) Kemudahan bergerak

Guna kemudahan bergerak, maka gudang perlu

ditata sebagai berikut:


20

i. Gudang jangan menggunakan sekat-sekat karena akan

membatasi pengaturan ruangan. Jika digunakan sekat,

perhatikan posisi dinding dan pintu untuk mempermudah

gerakan.

ii. Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran obat,

ruang gudang dapat ditata berdasarkan sistem :

- Arus garis lurus

- Arus U

- Arus L

b) Sirkulasi udara yang baik

Salah satu faktor penting dalam merancang

gudang adalah adanya sirkulasi udara yang cukup di

dalam ruangan gudang. Sirkulasi yang baik akan

memaksimalkan stabilitas obat sekaligus bermanfaat

dalam memperbaiki kondisi kerja petugas. Idealnya

dalam gudang terdapat AC namun biayanya akan menjadi

mahal untuk ruang gudang yang luas. Alternatif lain

adalah menggunakan kipas angin/ventilator/rotator. Perlu

adanya pengukur suhu di ruangan penyimpanan obat dan

dilakukan pencatatan suhu.


21

c) Rak dan Pallet

Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet

akan dapat meningkatkan sirkulasi udara dan pemindahan

obat. Penggunaan pallet memberikan keuntungan :

i. Sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan

terhadap banjir, serangan serangga (rayap)

ii. Melindungi sediaan dari kelembaban

iii. Memudahkan penanganan stok

iv. Dapat menampung obat lebih banyak

v. Pallet lebih murah dari pada rak

d) Kondisi penyimpanan khusus

i. Vaksin dan serum memerlukan Cold Chain khusus

dan harus dilindungi dari kemungkinan putusnya

aliran listrik (harus tersedianya generator).

ii. Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan

dalam lemari khusus dan selalu terkunci sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

iii. Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol, eter

dan pestisida harus disimpan dalam ruangan

khusus, sebaiknya disimpan di bangunan khusus

terpisah dari gudang induk


22

e) Pencegahan kebakaran

Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-

bahan yang mudah terbakar seperti dus, karton dan lain-

lain. Alat pemadam kebakaran harus diletakkan pada

tempat yang mudah dijangkau dan dalam jumlah yang

cukup. Contohnya tersedia bak pasir, tabung pemadam

kebakaran, karung goni, galah berpengait besi.

3) Penyusunan obat

Obat disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis.

Guna memudahkan pengendalian stok maka dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut :

a) Gunakan prinsip First Expired date First Out (FEFO) dan

First In First Out (FIFO) dalam penyusunan obat FEFO

obat yang masa kadaluwarsanya lebih awal harus

digunakan lebih awal. Penyusunan obat secara FIFO obat

yang datang lebih awal digunakan lebih awal. Penerapan

teknik FEFO atau FIFO dimaksudkan untuk menghindari

ada obat yang sudah kadaluarasa terkirim atau diserahkan

kepada pengguna.

b) umumnya obat yang datang lebih awal biasanya juga

diproduksi lebih awal dan umurnya relatif lebih tua dan

masa kadaluarsanya mungkin lebih awal.


23

c) Susun obat dalam kemasan besar di atas pallet secara rapi

dan teratur. Obat kemasan kecil dan jumlahnya sedikit

disimpan dalam rak dan pisahkan antara obat dalam dan

obat untuk pemakaian luar dengan memperhatikan

keseragaman nomor batch.

d) Gunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan

psikotropika.

e) Simpan obat yang stabilitasnya dapat dipengaruhi oleh

temperatur, udara, cahaya dan kontaminasi bakteri pada

tempat yang sesuai. Perhatikan untuk obat yang perlu

penyimpanan khusus

f) Cantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan

rapi.

g) Apabila persediaan obat cukup banyak, maka biarkan obat

tetap dalam box masing-masing.

4) Pengamatan mutu obat

Mutu obat yang disimpan di ruang penyimpanan

dapat mengalami perubahan baik karena faktor fisik maupun

kimiawi yang dapat diamati secara visual. Jika dari

pengamatan visual diduga ada kerusakan yang tidak dapat

ditetapkan dengan cara organoleptik, harus dilakukan

sampling untuk pengujian laboratorium.


24

e. Distribusi

Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka

pengeluaran dan pengiriman obat, terjamin keabsahan, tepat jenis

dan jumlah secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan

unit-unit pelayanan kesehatan. Distribusi obat dilakukan agar

persediaan jenis dan jumlah yang cukup sekaligus menghindari

kekosongan dan menumpuknya persediaan serta mempertahankan

tingkat persediaan obat.

Tujuan distribusi adalah sebagai berikut:

1) Terlaksananya pengiriman obat secara merata dan teratur

sehingga dapat diperoleh pada saat dibutuhkan.

2) Terjaminnya mutu obat dan perbekalan kesehatan pada saat

pendistribusian.

3) Terjaminnya kecukupan dan terpeliharanya penggunaan obat di

unit pelayanan kesehatan.

4) Terlaksananya pemerataan kecukupan obat sesuai kebutuhan

pelayanan dan program kesehatan.

Kegiatan distribusi obat di Kabupaten/ Kota terdiri dari :

1) Kegiatan distribusi rutin yang mencakup distribusi untuk

kebutuhan pelayanan umum di unit pelayanan kesehatan

2) Kegiatan distribusi khusus yang mencakup distribusi obat untuk :

a) Program kesehatan

b) Kejadian Luar Biasa (KLB)


25

c) Bencana (alam dan sosial)

Tata Cara Pendistribusian Obat di Instalasi Farmasi adalah sebagai

berikut :

1) IFK Kabupaten/ Kota melaksanakan distribusi obat ke

Puskesmas dan di wilayah kerjanya sesuai kebutuhan masing-

masing Unit Pelayanan Kesehatan.

2) Puskesmas Induk mendistribusikan kebutuhan obat untuk

Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan Unit-unit

Pelayanan Kesehatan lainnya yang ada di wilayah binaannya.

3) Distribusi obat-obatan dapat pula dilaksanakan langsung dari IFK

ke Puskesmas Pembantu sesuai dengan situasi dan kondisi

wilayah atas persetujuan Kepala Puskesmas yang

membawahinya.

Tata cara distribusi obat ke Unit Pelayanan Kesehatan dapat

dilakukan dengan cara penyerahan oleh IFK ke Unit Pelayanan

Kesehatan, pengambilan sendiri oleh UPK di IFK, atau cara lain

yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.

f. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan data obat di Instalasi Farmasi

Kabupaten/Kota merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka

penatausahaan obat-obatan secara tertib baik obat-obatan yang

diterima, disimpan, didistribusikan maupun yang digunakan di

Puskesmas dan unit pelayanan kesehatan lainnya.


26

Tujuan dari kegiatan pencatatan dan pelaporan adalah

sebagai berikut :

1) Tersedianya data mengenai jenis dan jumlah penerimaan,

persediaan, pengeluaran/ penggunaan dan data mengenai waktu

dari seluruh rangkaian kegiatan mutasi obat.

2) Sebagian dari kegiatan pencatatan dan pelaporan obat ini telah

diuraikan pada masing-masing aspek pengelolaan obat. Berikut

ini akan diuraikan secara ringkas kegiatan pencatatan dan

pelaporan obat yang perlu dilakukan oleh IFK.

Kegiatan Pencatatan dan Pelaporan meliputi:

1) Pencatatan dan Pengelolaan Data untuk mendukung

Perencanaan Pengadaan Obat melalui kegiatan perhitungan

tingkat kecukupan obat per UPK.

2) Kegiatan ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa rencana

distribusi akan dapat didukung sepenuhnya oleh sisa stok obat di

IFK.

3) Perhitungan dilakukan langsung pada Kartu Rencana Distribusi

Obat.

4) Tingkat kecukupan dihitung dari sisa stok obat di IFK dibagi

dengan pemakaian rata-rata obat di Unit Pelayanan Kesehatan.

Laporan Pengelolaan Obat Sebagai unit kerja yang secara

fungsional berada di bawah dan langsung bertanggung jawab

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, maka IFK


27

memiliki kewajiban untuk melaporkan kegiatan pengelolaan obat

yang dilaksanakan.

Laporan yang perlu disusun IFK terdiri dari :

1) Laporan dinamika logistik dilakukan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota ke Walikota/Bupati dengan tembusan kepada

Kadinkes Provinsi tiga bulan sekali dan dari Provinsi ke

Kementerian Kesehatan Cq. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alkes

tiga bulan sekali.

2) Laporan tahunan/ profil pengelolaan obat Kab/ Kota dikirim

kepada Dinkes Provinsi dan setelah dikompilasi oleh Dinkes

Provinsi dikirimkan kepada Kemenkes Cq. Ditjen Bina

Kefarmasian dan Alkes.

B. Profil Lahan PKL

1. Kondisi Geografi

Wilayah Kabupaten Bangka terletak di Pulau Bangka dengan

luas lebih kurang 2.950,68 km2 atau 295.068 Ha. Secara administratif

wilayah Kabupaten Bangka berbatasan langsung dengan daratan

wilayah kabupaten/kota lainnya di Propinsi Kepulauan Bangka

Belitung, yaitu dengan wilayah Kota Pangkalpinang, Kabupaten

Bangka Tengah dan Kabupaten Bangka Barat. Bangka secara

geografis terletak antara 10 20 LU 30 70 LS dan 1050 - 1070 BT.

Memiliki luas daratan 11.534,14 Km2. berada pada jalur international

yang menghubungkan dua samudera dan dua benua, merupakan suatu


28

peluang yang dapat dimanfaatkan untuk berdirinya kawasan industri

maritim. Bangka dibatasi oleh laut dan selat sebagai berikut : Sebelah

Utara (Laut Natuna), Sebelah Selatan (Laut Jawa), Sebelah Barat

(Selat Bangka), dan Sebelah Timur (Selat Gaspar). Jarak yang paling

jauh dari Ibukota Kabupaten Bangka ke Ibukota Kabupaten lain adalah

Toboali (Kabupaten Bangka Selatan) kemudian Muntok (Kabupaten

Bangka Barat). Jarak Ibukota Kabupaten Bangka (Sungailiat) ke

Ibukota Kabupaten lain yaitu: ke Toboali (158 km), Mentok (140 km),

Koba (90 km), dan ke Provinsi Pangkalpinang (33 km).

2. Kependudukan

Berdasarkan hasil registrasi penduduk di Kabupaten Bangka,

jumlah penduduk pada tahun 2016 sebanyak 309.067 jiwa. Data yang

tersedia pada tahun 2016, jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di

Kabupaten yaitu laki-laki sebanyak 159.361 jiwa dan perempuan

sebanyak 149.706 jiwa. Usia muda/nonproduktif 82.106 jiwa, usia

produktif 212.368 jiwa, dan usia tua/ nonproduktif 14.593 jiwa (Dinas

Kependudukan Catatan Sipil).


29

3. Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka

Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka terdiri

dari:

Gambar 1. Struktur Organisasi


Sumber: Dinas Kesehatan Bangka (2017)

4. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Bangka

a. Visi

Terwujudnya Dinas Kesehatan sebagai institusi yang professional,

mampu memberikan pelayanan prima untuk menuju masyarakat

Bangka yang sehat, mandiri dan bermartabat.


30

b. Misi

1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui

pemberdayaaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat

mandiri.

2) Melindungi kesehatan mayarakat dengan menjamin tersedianya

upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan

berperikeadilan.

3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya

kesehatan.

4) Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik diperlukan

suatu indikator yang tercantum dalam petunjuk teknis ini

menyajikan data indikator kesehatan dan indikator terkait

kesehatan yang meliputi (1) indikator derajat kesehatan yang

terdiri atas indikator-indikator untuk mortalitas dan morbilitas

status gizi, (2) indikator upaya kesehatan yang terdiri atas

pelayanan kesehatan, perilaku hidup sehat, dan keadaan

lingkungan, (3) indikator sumber daya kesehatan terdiri atas

sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaaan

kesehatan, dan (4) indikator lain yang terkait dengan kesehatan.

5. Struktur, Visi dan Misi UPT Gudang Farmasi

UPT Gudang Farmasi sebagai salah satu unit pelaksana teknis di

linkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka mempunyai peran yang

sangat strategis karena mempunyai tanggung jawab sebagai pelaksana


31

teknis operasional pengelolaan obat publik, perbekalan kesehatan,

reagensia maupun vaksin. UPT Gudang Farmasi bertanggung jawab

langsung kepada Kepala Dinas Kabupaten Bangka.

a. Struktur Organisasi UPT Gudang Farmasi

KEPALA UPT GUDANG

FARMASI

KEPALA SUBBAGIAN

TATA USAHA

PELAKSANA OPERASIONAL JABATAN PELAKSANA

FUNGSIONAL OPERASIONAL
PENERIMAAN,

PENYIMPANAN, DAN
PENCATATAN,
DISTRIBUSI
PELAPORAN, DAN

EVALUASI
Gambar 2. Struktur Organisasi UPT Gudang Farmasi

a. Visi

Menjadi satu-satunya unit di lingkungan Dinas Kesehatan

Kabupaten Bangka yang melakukan pengelolaan obat, perbekalan

farmasi, dan vaksin.


32

b. Misi

1) Meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di

Kabupaten Bangka dengan menyediakan obat, perbekalan

kesehatan, dan vaksin yang terjamin kualitasnya di seluruh

Unit Pelayanan Kesehatan wilayah Kabupaten Bangka.

2) Melakukan pengelolaan obat publik, perbekalan kesehatan ,

reagensia, dan vaksin sesuai dengan standar dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

C. Pengelolaan Obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka

1. Perencanaan

Perencanaan obat yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten Bangka yaitu dari data kebutuhan pengguna seperti

Puskesmas, Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT),

dan Obat Program. Data dilihat dari kebutuhan konsumsi pengguna

obat-obatan di Puskesmas dan SPGDT. Data perencanaan obat

program dilihat dari kebutuhan konsumsi dan epidemiologi.

Perencanaan dilakukan oleh Tim Perencanaan Obat Terpadu

(TOPT), yang terdiri dari Kepala Dinas, Kepala Bidang, Kepala Seksi

Kefarmasiaan dan Alkes, Kepala Puskesmas dan Pengelola Program.

TPOT melakukan kompilasi data kebutuhan obat dan perbekalan

kesehatan dari Puskesmas dan pengelola program terkait.

TPOT menghitung kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan

sesuai dengan metode konsumsi atau metode morbiditas. Perhitungan


33

perencanaan obat dilakukan untuk satu tahun ke depan dengan

tambahan buffer stock sebagai antisipasi agar tidak terjadi kekosongan

obat. TPOT melakukan penyesuaian rencana pengadaan obat dan

perbekalan kesehatan sesuai dengan jumlah anggaran yang tersedia.

2. Pengadaan

Pengadaan obat yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten Bangka melalui beberapa cara yaitu, pembelian secara

online (e-purchasing), lelang umum dan pengadaan langsung. Setelah

dilakukan perencanaan obat, obat dibeli melalui e-catalogue dan bila

obat tersebut tidak terdapat pada e-catalogue maka dilakukan

pembelian secara lelang umum. Bila anggaran dibawah 200 juta maka

diadakan pengadaan secara langsung.

3. Penerimaan

Penerimaan obat yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten Bangka dengan cara melihat dari faktur pembelian dan fisik

barang datang. Selanjutnya dilihat kesesuaian antara jumlah

kesesuaian barang datang dengan pesanan barang.

4. Penyimpanan

Penyimpanan obat oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka

dilakukan secara alfabetis sesuai dengan sediaan obat dan menerapkan

sistem FEFO (First Expired First Out).


34

5. Pendistribusian

Pendistribusian obat yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten Bangka dilakukan setiap tiga bulan sekali. Bila ada

permintaan obat sebelum jadwal pendistribusian pengguna (Puskesmas

dan SPGDT) dapat meminta langsung obat atau alat kesehatan ke

Dinas Kesehatan dengan membawa bon obat.

6. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan data obat di gudang farmasi

merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatausahaan obat-

obatan secara tertib baik obat-obatan yang diterima, disimpan,

didistribusikan maupun yang digunakan di Puskesmas dan unit

pelayanan kesehatan lainnya.Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah

agar tersedianya data mengenai jenis dan jumlah penerimaan,

persediaan, pengeluaran/penggunaan dan data mengenai waktu dari

seluruh rangkaian kegiatan mutasi obat.


BAB III

PEMBAHASAN

A. Waktu dan Tempat

Kegiatan PKL mahasiswa DIII Farmasi Poltekkes Kemenkes

Pangkalpinang dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka selama

dua minggu berlangsung dari tanggal 10 Maret- 23 Maret 2017. Kegiatan

PKL di Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka dilaksanakan setiap hari

Senin Kamis pukul 07.30 WIB 14.00 WIB, Jumat pukul 07.30 WIB

11.00 WIB, Sabtu pukul 07.30 WIB 13.00 WIB.

B. Uraian Kegiatan

1. Melakukan pencatatan obat dan perbekalan farmasi keluar pada kartu

stok.

2. Melakukan penyusunan obat pada rak obat dan membersihkan rak

obat.

3. Membantu Persiapan obat yang dipesan oleh puskesmas, baik obat

program maupun non program.

C. Identifikasi dan Saran Penyelesaian Masalah

1. Identifikasi Masalah

PKL yang dilaksanakan di Instalasi Farmasi di UPT Gudang

Farmasi Kabupaten Bangka ditempatkan pada 2 ruangan yaitu Gudang

Farmasi (Instalasi Farmasi) dan Seksi Farmasi. Berdasarkan hasil kerja

PKL di Dinkes Kabupaten Bangka ditemukan beberapa masalah dalam

penyimpanan obat di Gudang Farmasi yang kurang sesuai yaitu:

34
35

a) Lemari khusus narkotika dan psikotropika tidak terkunci rapat dan

tidak memiliki dua buah kunci

b) Pengukuran dan pencatatan suhu tidak dilakukan

c) Ada obat yang tidak ditempatkan di atas pallet atau rak.

2. Penyelesaian Masalah

a. Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika

Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika di Dinas

Kesehatan Kabupaten Bangka berada di salah satu ruangan yang

ada di gudang farmasi. Kondisi lemari khusus narkotika dan

psikotroika belum memenuhi persyaratan yakni lemari terbuat

dari kaca, tidak tekunci rapat dan tidak memiliki kunci ganda.

Menurut Permenkes No 3 Tahun 2015 Tentang

Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika,

Psikotropika, dan Prekursor Farmasi, Obat Narkotika dan Bahan

Berbahaya harus disimpan dalam lemari khusus dan selalu

terkunci sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dinding lemari

khusus terbuat dari tembok dan hanya mempunyai pintu yang

dilengkapi dengan pintu jeruji besi dengan 2 (dua) buah kunci

yang berbeda. Kunci lemari khusus dipegang oleh Apoteker

penanggung jawab/Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang

dikuasakan. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika yang

diterapkan oleh UPT Gudang Farmasi Kabupaten Bangka

sebaiknya dilengkapi dengan lemari khusus penyimpanan obat


36

narkotika dan psikotropika sehingga aman dari pencurian serta

gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.

b. Pengaturan dan pencatatan suhu

Pengaturan dan pencatatan suhu di Dinas Kesehatan

Kabupaten Bangka belum dilakukan secara teratur, padahal

menurut Kemenkes (2010), salah satu faktor penting dalam

merancang gudang agar sirkulasi udara di dalam ruangan gudang

terjaga. Idealnya dalam gudang terdapat AC, namun biayanya

akan menjadi mahal untuk ruang gudang yang luas. Alternatif

lain adalah menggunakan kipas angin/ventilator/rotator. Ruangan

gudang juga perlu adanya pengukur suhu di ruangan

penyimpanan obat dan dilakukan pencatatan suhu. Pengukuran

dan pencatatan suhu penyimpanan obat yang diterapkan oleh UPT

Gudang Farmasi Kabupaten Bangka perlu dilakukan untuk

pemantauan sirkulasi udara dan suhu penyimpanan obat.

c. Rak dan pallet

Penyusunan obat di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan

Kabupaten Bangka sudah menggunakan rak dan pallet namun

masih ada beberapa obat yang belum diletakkan di atas rak dan

pallet. Menurut Depkes (2007), penempatan rak yang tepat dan

penggunaan pallet akan dapat meningkatkan sirkulasi udara dan

pemindahan obat. Penggunaan pallet memberikan keuntungan

yaitu Sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan terhadap


37

banjir, serangan serangga (rayap), melindungi sediaan dari

kelembaban, memudahkan penanganan stok, dan dapat

menampung obat lebih banyak.

Sebaiknya penempatan obat yang dilakukan di Gudang

Farmasi Kabupaten Bangka dapat diperbaiki karena ada obat yang

tidak ditempatkan di atas Pallet atau rak. Obat-obat yang

diletakkan tanpa menggunakan pallet atau rak akan memberikan

kerugian seperti tidak terlindungi jika sewaktu-waktu terjadi

banjir, akan mudah terserang rayap dan akan membuat sediaan

obat mudah menjadi lembab.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kegiatan pengelolaan Perbekalan Farmasi meliputi Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai melalui proses seleksi

obat, proses seleksi obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka

dilakukan oleh TPOT.

2. Perhitungan kebutuhan obat public dan perbekalan farmasi Dinas

Kesehatan Kabupaten Bangka dengan cara perhitungan rumus metode

konsumsi dan rumus metode epidemiologi.

3. Proses perencanaan dan pengadaan obat yang dilakukan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten Bangka melalui beberapa cara yaitu, pembelian

secara online (e-purchasing), lelang umum dan pengadaan langsung.

4. Prosedur penerimaan dan penyimpanan obat yang dilakukan oleh

Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka yaitu dengan melakukan

pemerikasaan cara melihat dari faktur pembelian dan fisik barang

datang. Selanjutnya dilihat kesesuaian antara jumlah kesesuaian

barang datang dengan pesanan barang. Penyimpanan obat dilakukan

secara alfabetis sesuai dengan sediaan obat. dan menerapkan sistem

FEFO (First Expired First Out).

5. Pendistribusian obat yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

Bangka dilakukan setiap tiga bulan sekali. Bila ada permintaan obat

sebelum jadwal pendistribusian pengguna (Puskesmas dan SPGDT)

38
39

dapat meminta langsung obat atau alat kesehatan ke Dinas Kesehatan

dengan membawa bon obat.

6. Pencatatan dan pelaporan data obat di gudang farmasi merupakan

rangkaian kegiatan dalam rangka penatausahaan obat-obatan secara

tertib baik obat-obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan

maupun yang digunakan di Puskesmas dan unit pelayanan kesehatan

lainnya.

B. Saran

1. Menambah jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) di gudang farmasi

sesuai dengan latar belakang farmasi agar dapat terorganisir sesuai

dengan standar yang berlaku.

2. Melakukan pengecekan suhu, tanggal kadaluarasa obat, dan kondisi

obat secara berkala agar mutu dan khasiat obat tetap terjaga.

3. Lemari khusus narkotika dan psikotropika sebaiknya terbuat dari

bahan yang kuat, memiliki dua buah kunci yang berbeda, diletakkan di

ruang khusus pada bagian sudut ruangan agar tidak mudah diakses

oleh orang selain staff gudang farmasi.

4. Obat yang tidak di atas pallet, sebaiknya obat disusun di atas pallet

agar obat tidak rusak.

5. Sebaiknya penyusunan obat tidak melebihi tumpukan sesuai anjuran

peraturan.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2007. Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di


Daerah Kepulauan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Dinas Kependuduk dan Catatan Sipil Kabupaten Bangka. 2015. Data Jumlah
Penduduk kabupaten bangka 2015. http://www.ducapil.bangka.go.id. 20
Oktober 2016.
Dinkes, 2017. Profil Dinas Kesehatan Bangka. Bangka.
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. 2015. Rencana Aksi
Kegiatan Tahun 2015-2019. Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan. Jakarta.
Kemenkes. 2010. Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Instalasi Farmasi
Kabupaten / Kota. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
________. 2013. Pengelolaan Obat Perbekalan kesehatan dan Pelayanan
Kefarmasian di Era Pelayanan Kesehatan Berbasis Jaminan Kesehatan
Nasional. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
a
_________. 2014 . Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58
Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
________. 2014b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
________. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan
Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
________. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Pemerintah. 1945. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28. Jakarta.
_________. 2003. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta.
_________. 2007. Peraturan Pemerintah Repubik Indonesia Tahun 2007 Tentang
Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota. Jakarta.

40
41

_________. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009


Tentang Kesehatan. Jakarta.
_________. 2016. Peraturan Bupati Bangka Nomor 51 Tahun 2016 Tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja
Dinas Kesehatan Tipe A Kabupaten Bangka. Bangka.
_________. 2014. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014
Tentang Tenaga Kesehatan. Jakarta.
Perpres. 2012. Peraturan Presiden Republik Indonesia No 72 Tahun 2012
Tentang Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.
Yannas, H. 2013. Manajemen Farmasi Kelas XII. SMK Kesehatan Yannas
Husada. Jakarta
42

LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Nama Pegawai

No. Nama
1. Herlina, S.Si,Apt
2. Evi Triana, SKM
3. Arlis Danita, SKM
4. Ferly Yunandar, SKM
5. Juliwanda
6. Ruswanto, SP
7. Elin Septianika, SH
8. Mariani, AMK
9. Ardi
43

Lampiran 2 Surat Permintaan Barang


44

Lampiran 3 Dokumen Mutasi Barang


45

Lampiran 4 Kartu Stok Induk


46

Lampiran 5 Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat


47

Lampiran 6 Distribusi Buffer Stock Tahun 2016


48

Lampiran 7 Daftar Hapalan Obat

Mekanisme Efek Samping


Nama Obat Indikasi Kontraindikasi
Kerja Obat
Analgetik Golongan Narkotika
Menghambat Mengantuk,
Kodein Mengurangi
reseptor GABA Pusing, Hipersensitifitas
Tramadol nyeri berat
pada SSP Halusinasi
Analgetik Golongan Non-Narkotika
Antalgin
Asam
mefenamat
Ibuprofen
Fenilbutazon
Kalium Mengurangi Menghambat
Mual, Muntah,
diclofenak nyeri ringan enzim Hipersensitifitas
Sakit Kepala.
Natrium hingga sedang prostaglandin
diklofenak
Meloixcam
Peroxicam
Paracetamol
Ketoprofen
Mukolitika
Asetil sistein
Amonium
klorida
Mengencerkan
Calium iodida Batuk Berdahak Mual, Muntah Hipersensitifitas
dahak
Bromexin
GG

Mekanisme Efek Samping


Nama Obat Indikasi Kontraindikasi
Kerja Obat
Kortikosteroid
Efedrine
Salbutamol Meredakan efek
Susah tidur,
Hidrokortison Obat asma mediator Hipersensitifitas
tremor
Prednisolon (bronchodilator)
Aminopilin
Psikotropika
Alprazolam Bekerja
Hipersensitifitas
Clobazam langsung pada Mengantuk, rasa
terhadap
Diazepam Anti Ansietas reseptor GABA lemas, cepat
benzodiazepine dan
Penobarbital neuron. lelah
glaukoma
Amitriptilin Sehingga
49

Haloperidol hiperaktivitas
Klorpromazin dapat mereda
Gol. Tiazid
Mengurangi
Furosemid Gangguan Wanita hamil dan
Obat diuretik reabsorbsi
Hidroklortiazide lambung usus menyusui
natrium
Anti diabetika

Glibenklamide
Menurunkan Gangguan
Glimepirid Obat diabetes Hipersensitifitas
kolesterol LDL lambung usus
Akarbose
Metformin
Laksansia
Bekerja
langsung
Bisakodil Perasaan
Obat pencahar terhadap Hipersensitifitas
Laktulos kembung
dinding usus
besar
Obat Gout
Menurunkan
Mual, muntah,
Alopurinol Obat asam urat kadar urat Hipersensitifitas
nyeri abdomen
dalam darah
Golongan Statin dan Fibrat
Menghambat
Simvastatin
sintesa
Atrovastatin Obat kolesterol Kerusakan hati Hipersensitifitas
kolesterol
Fenofibrat
dalam darah
Golongan Penisilin
Aminopilin Menghambat Reaksi alergi,
Infeksi saluran
Amoksisilin sintesa dinding gangguan Hipersensitifitas
kemih
Ampisilin sel kuman lambung usus
Gol. Sefalosporin
Menghambat
Cefadroxil Infeksi saluran Gangguan Wanita hamil dan
sintesa dinding
Cefixim nafas lambung usus menyusui
sel
Gol. Aminoglikosida
Kerusakan pada
Menghambat
Infeksi bakteri organ Wanita hamil dan
Gentamisin biosintesa
gram negatif pendengaran dan menyusui
protein kuman
keseimbangan
Gol. Makrolida
Klindamisin Infeksi salurran Menghambat Gangguan Wanita hamil dan
Eritromisin nafas dan kulit sintesa protein lambung usus menyusui
50

kuman
Gol. Tetrasiklin
Menghambat
Infeksi saluran Gangguan Wanita hamil dan
Doksisiklin sintesa protein
kemih dan kulit lambung usus menyusui
kuman
Gol. Kuinolon
Infeksi saluran Menghambat Gangguan Wanita hamil dan
Ciprofloxacin
kemih sintesa DNA lambung usus menyusui
PENGEL UARAN
SALDO31 janu S I S ASTOCK31
NAMA OBAT SATUANKEMASAN Pratama Spgdt TOTAL
2016 Sliat sinar baru riau silip Gmuda belinyu kenanga B rusa petaling penagan pemali bakam Lain Lain ED maret 2016 KET
P besar
Alprazolam tab 0,5 mg 39,500 100 400 100 300 1,800 2,300 1,000 6,000 33,500
Kotak 10 X 10 tablet
Ambroxol tab 192,200 5,000 9,000 1,500 5,000 5,000 1,500 6,000 5,000 38,000 154,200
Kotak 10 X 10 tablet
Ambroxol syrup 15mg/ml 12,509 300 100 250 150 100 300 200 100 200 300 4 2,204 10,305
Botol 60 mL
Aminofilin tablet 200 mg 26,100 2,000 200 1,300 2,000 500 500 100 6,600 19,500
Botol @ 100 tablet
Amitriptilin hcl tablet salut 25 mg 21,300 100 1,000 1,100 20,200
Kotak 10 X 10 tablet
Amoksisilin sirup kering 125 mg / 5 ml 29,195 300 120 120 300 60 180 360 180 60 300 180 9 2,169 27,026
Botol 60 mL
Amoksisilin kapsul 250 mg 30,240 4,800 1,200 2,400 8,400 21,840
Kotak 12 x 10 tablet
Amoksisilin kaplet 500 mg 412,800 10,000 5,000 15,000 5,000 7,000 10,000 10,000 10,000 10,000 1,500 5,000 5,000 2,200 94,700 318,100
Kotak 10 X 10 tablet
Albendazol tablet 400 mg
Kotak 5 X 6 tablet
Alopurinol tablet 300 mg 1,500 600 300 600 900 600 600 900 390 6,390 3,390
Lampiran 8 Distribusi Obat Tahun 2016

kotak @v 30 tab 9,780


Alopurinol tablet 100 mg
Kotak 10 X 10 tablet
Antasida DOEN tablet,kombinasi 146,400 7,200 7,200 3,000 1,000 10,000 7,200 7,200 3,000 5,000 2,000 500 4,200 57,500 88,900
Kotak 10 X 10 tablet
Antasid DOEN suspensi 16,083 200 100 200 200 50 500 300 250 100 200 200 500 35 2,835 13,248
Botol 60 mL
antalgin inj 720 240 240 480
30 ampul
atrophin inj
vial 5 mL
Antalgin (Metampiron) tablet 500 mg 89,700 3,000 2,000 6,000 500 3,000 3,000 2,000 5,200 5,200 300 1,300 33,500 56,200
Kotak 10 X 10 tablet
Anti bakteri doen krim
Tube 5 gr
51
52

Lampiran 9 Standar Opertional Procedures (SOP)


53

Lampiran 10 SOP Penerimaan Barang

DIAGRAM ALIR SOP (STANDAR OPERATIONAL PROCEDURE)


PENERIMAAN OBAT DAN PERBEKALAN FARMASI
UPT GUDANG FARMASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGKA

Berita acara penerimaan

CEK FISIK BERDASARKAN


OBAT
DAN SURAT
PERBEKALAN
FARMASI TANDA TERIMA
PEMERIKSAAN
KUALITAS
&
KUANTITAS FISIK OBAT

PENCATATAN
&
PELAPORAN OBAT MASUK

PENYIMPANAN OBAT
&
PERBEKALAN FARMASI
DI DALAM GUDANG

KEPALA UPT GUDANG FARMASI


DINAS KESEHATAN KABUPATEN
BANGKA

Herlina,S.Si,Apt
NIP.19830410 200903 2005
54

Lampiran 11 SOP Permintaan Dan Distribusi Obat & Perbekalan Farmasi

DIAGRAM ALIR SOP (STANDAR OPERATIONAL PROCEDURE)


PERMINTAAN DAN DISTRIBUSI OBAT & PERBEKALAN FARMASI
UPT GUDANG FARMASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGKA

LPLPO/SBBK/Surat Permintaan

PEMBAGIAN
PERMINTAAN OBAT &
DAN
PERBEKALAN FARMASI
PENCATATAN
OLEH PUSKESMAS ATAU
OBAT
PIHAK LAIN YANG
SESUAI
MEMERLUKAN
PERMINTAAN

RE-CHECK
PENGELUARAN OBAT

DISTRIBUSI OBAT

KEPALA UPT GUDANG FARMASI


DINAS KESEHATAN KABUPATEN
BANGKA

Herlina,S.Si,Apt
NIP.19830410 200903 2005
55
56
57
58
59
60
61
62
63

Anda mungkin juga menyukai