Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM VIROLOGI

PEMBIAKAN VIRUS PADA TELUR EMBRIO TERTUNAS (TET)


22 Oktober 2019

Disusun Oleh:

Rifqi Akmal Muqsith (130210180003)


Dianita Gustina (130210180033)
Adinda Rachmani N (130210180039)
Aisya Dwiastiti (130210180044)
Izza Nurul Adni (130210180048)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAH HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................2
1.2 Tujuan......................................................................................................................3
BAB II METODE....................................................................................................................4
2.1 Alat dan Bahan.........................................................................................................4
2.2 Prosedur...................................................................................................................4
BAB III HASIL.......................................................................................................................6
3.1 Hasil.........................................................................................................................6
3.2 Prinsip Dasar............................................................................................................6
3.3 Pembahasan..............................................................................................................7
BAB IV KESIMPULAN..........................................................................................................9
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................10

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Virus sebagai jasad paling sederhana banyak menimbulkan masalah kesehatan.
Tidak hanya menginfeksi manusia, virus juga menyebabkan penyakit pada hewan dan
tumbuhan. Infeksi virus terhadap sel inang yang dimasukinya dapat berefek ringan
atau bahkan tidak berefek sama sekali namun mungkin juga bisa membuat sel inang
rusak atau bahkan mati. Di antara penyakit-penyakit ayam, penyakit dari
Poxvirus  merupakan penyakit yang sangat penting di Indonesia, karena telah
menyebar di seluruh Indonesia dan menimbulkan kerugian besar. Penyakit ini
menimbulkan kerugian yang sangat besar karena memiliki tingkat morbiditas dan
mortalitas yang tinggi (Radji, 2010).
Poxvirus merupakan virus lengkap yaitu virion dan dari inti asam nukleat yang
dikelilingi lapisan protein yang bersifat antigenik yang disebut dengan
kapsid dan terdapat selubung luar (envelope) yang terdiri dari protein dan lipid. Ciri
mencolok dari DNA poxvirus adalah bahwa kedua untai komplementer bergabung.
Intermediet replikatif, hadir dalam sitoplasma, yang concatemers khusus berisi
pasang genom tersambung baik kepala atau ekor.
Poxvirus ini berasal dari family poxviridae, merupakan penyakit penyebab
cacar. Biasanya terjadi infeksi pada kulit. virus ini menyebar dari orang ke orang
dengan menyentuh kulit yang terkena. Virus ini juga dapat menyebar dengan
menyentuh permukaan dengan virus di atasnya, seperti handuk, pakaian, atau mainan.
Setelah seseorang memiliki virus, benjolan dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh
mereka dengan menyentuh atau menggaruk benjolan dan kemudian menyentuh
bagian lain dari tubuh.
Telur ayam berembrio telah lama merupakan sistem yang telah digunakan
secara luas untuk isolasi. Embrio dan membran pendukungnya menyediakan
keragaman tipe sel yang dibutuhkan untuk kultur berbagai tipe virus yang berbeda.

2
Membran kulit telur yang fibrinous terdapat di bawah kerabang. Membran membatasi
seluruh permukaan dalam telur dan membentuk rongga udara pada sisi tumpul telur.
Membran kulit telur bersama dengan cangkan telur membantu mempertahankan
intregitas mikrobiologi dari telur, sementara terjadinya difusi gas kedalam dan keluar
telur. Distribusi gas di dalam telur dibantu dengan pembentukan CAM yang sangat
vaskuler yang berfungsi sebagai organ respirasi embrio (Alexander, 1991).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan praktikum inokulasi virus pada telur berembrio adalah untuk
memberikan pemahaman tentang macam-macam inokulasi virus,
mengetahui bagaimana cara menginokulasikan virus pada telur ayam
berembrio, dan mengetahui ciri-ciri embrio ayam yang terinfeksi virus Pox.

3
BAB II
METODE

2.1 Alat dan Bahan


a. Telur embrio tertunas umur 11-12 hari.
b. Inokulum yang berupa suspensi virus Pox yang telah ditambahkan antibiotic
dengan dosis 10.000 IU penicillin dan 10.000 μg streptomicyn tiap milliliter
suspensi virus.
c. Alat suntik (syringe) 1 ml.
d. Bor telur.
e. Alat candling.
f. Bulp karet.
g. Kolodion atau bahan lain.
h. Kapas dan alcohol 70%.

2.2 Prosedur
a. Adakan peneropongan (candling) pada telur yang akan digunakan. Tentukan
batas kantung udara dan letak kepla embrio. Beri 2 tanda menggunakan
pensil, satu dipuncak kanton udara dan kedua pada bagian yang berlawanan
dengan posisi embrio.
b. Letakkan telur memanjang kemudian hapus hamakan daerah tersebut dengan
mengoleskan alcohol 70%.
c. Buat lubang daerah yang telah ditandai/ kantong udara dan tempat yang sudah
diberi tanda dari bagian kulit telur menggunakan bor telur tetapi jangan
sampai merusak “shell membrane”. Hisap udara pada bagian kantong udara
menggunakan bulp karet perlahan – lahan sampai kantong udara berpindah ke
bagian atas permukaan telur yang telah ditandai. Dengan demikian akan
terbentuk kantong udara buatan.

4
d. Inokulasikan 0,2 ml suspensi virus (inoculum) ke dalam ruang antara
membrane chorioallantois dengan “shell membrane” kantong udara buatan.
Telur tersebut digoyang – goyangkan perlahan – lahan agar inoculum
menyebar rata dipermukaan CAM.
e. Tutup kembali kedua lubang dengan kolodin atau bahan penutup lainnya/cat
kuku.
f. Eramkan dalam incubator 38ºC - 39ºC dengan posisi kantong udara buatan
ada diatas. Eramkan sampai hari keenam dan kemudian disimpan dalam
refrigator sampai saat akan diamati pada praktikum selanjutnya

5
BAB III
HASIL

3.1 Hasil
Pada praktikum kali ini dilakukan inokulasi Poxvirus pada 5 telur
embrio tertunas. Inokulasi dilakukan di chorioalantois dari telur embrio tertunas
tersebut lalu di inkubasi dan di amati selama 4 hari.

Telur yang di Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4
inokulasi
1 Mati Mati Mati Mati
2 Mati Mati Mati Mati
3 Mati Mati Mati Mati
4 Hidup Mati Mati Mati
5 Hidup Hidup Mati Mati

3.2 Prinsip Dasar


Avian pox merupakan penyakit virus yang menyerang berbagai spesies
unggas baik liar maupun domestikasi. Virus pox dapat diidentifikasi sebagai agen
penyakit yang mamu menimbulkan lesi cacar dengan kemampuan menular yang
tinggi. Memiliki morfologi bentuk sperikal, berwarna eosinofilik dengan badan
inklusi yang menempati hamper pada seluruh bagian sel Diketahui virus pox
memiliki taksonomi :
Famili : Poxviridae
Subfamily : Chorodopoxvirinae
Genus : Avipoxvirus
Spesies : Fowlpox virus, Canarypox virus, Juncopox virus, dan beragam
spesies lainnya.
Dalam menginfeksi sel hidup, virus pox melakukan replikasi pada sel
epitel dermal atau folikular pada ayam dan sel ectodermal pada selaput
chorioallantoic membrane (CAM) embrio ayam. Setelah virus melakukan penetrasi,

6
virus akan mengalami proses uncoating terlebih dahulu sebelum sintesis virus baru.
Sintesis virus pada epitel kulit akan menyebabkan hiperplasi epitel dengan lesi
nodular yang dapat teramati pada CAM akibat terjadinya proses budding dan
penambahan membrane luar yang diperoleh dari membrane sel.
Metode yang dapat dilakukan untuk membiakan virus pox dapat
dilakukan dengan inokulasi pada Telur Embrio Tertunas (TET) berusia sekitar 11
bulan dengan keadaan hidup, dapat teramati pembuluh darah, dan dari induk yang
tidak divaksin

3.3 Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untukmenginokulasi virus pox ke telur ayam
berembrio bagian membran chorioalanois usia 11-12 hari. Terlur berusia usia 11-12
hari merupakan usia yang pas untuk menginokulasi virus pox, dikarenakan ukuran
embrio belum terlalu besar sehingga membran chorioalntois mudah di jangkau.
Hasil yang kami dapatkan pasca inokulasi virus pox adalah dari 5 telur yang
kami inokulasi, 3 telur mengalami kematian dalam kurun waktu <24 jam, 1 telur
dalam waktu 24-48 jam, dan 1 telur dalam waktu 48-72 jam.
Menurut Ayu, dalam modulnya dikatakan bahwa kematian dibawah <24 jam
terjadi dikarenakan kontaminasi dari mikroorganisme lain. Penggunaan alat yang
tidak steril merupakan salah satu penyebabnya, adapun pengerjaan jauh dari bunsen
sehingga ada kemungkinan mikroorganisme dapat mengkontaminasi lewat udara.
Faktor lain yang menyebabkan kematian dari embrio tersebut adalah proses
pembuatan kantung udara artifisial yang menurut kami susah dikarenakan kurangnya
pengalaman dalam melakukan hal tersebut, akibatnya bisa terjadi tekanan didalam
telur yang mencederai embrio. Kesalahan pembuatan lubang pada sisi lain dari
kantung udara alami pun turut menyebabkan kematian embrio, dikarenakan bila tidak
tepat sasaran, terdapat pembuluh darah dibawah kerabang tersebut yang kemungkinan
akan tertusuk oleh bor telur dan menyebabkan pendarahan.
Pada telur yang mati dalam kurun waktu 24-72 jam dikarenakan embrio yang
lemah dan tidak dapat bertahan. Menurut Chivers dan Randall, 1969, yang

7
disampaikan kembali dalam jurnal Universitas Udayana. Sintesis virus pox pada
membran chorioalantois memiliki dua fase. Fase pertama adalah fase penyesuain
dengan host yang terjadi selama 72 jam. Fase kedua merupakan fase sintesis virus
yang terjadis selama 72-96 jam. Berkaca dari pernyataan tersebut, virus pada telur
kelompok kami belum ada yang melakukan sistesis terhadap inangnya, proses sintesis
tidak terjadi dikarenakan host terlebih dahulu mengalami kematian. Bila telur dapat
bertahan, setelah fase pertama, selama 12-24 jam virus akan melakukan replikasi dan
titer virus akan didapatkan secara maksimal dalam kurun waktu 72-96 jam setelah
fase pertama (144-168 jam pasca inokulasi) dengan perbandingan 2:1antara DNA
virus dan DNA inang

8
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, masing – masing anggota kelompok
mendapatkan hasil yang berbeda – beda pada waktu hidup embrionya. Terdapat
embrio yang mati di 24 jam, 48 jam, dan 72 jam. Perbedaan waktu hidup embrio ini
dipengaruhi oleh adanyan kontaminasi mikroorganisme lain, penggunaan alat yang
tidak steril, kesalahan pada saat pembuatan kantong udara buatan serta tidak tepat
sasaran, dan kondisi embrio yang lemah.

4.2 Saran
Diperlukan penguasaan materi terlebih dahulu sebelum melakukan praktikum
untuk kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya, hal ini akan berpengaruh terhadap
efektivitas kerja yang dapat dilakukan pada saat melakukan praktikum sehingga
alokasi waktu dapat digunakan dengan baik juga hasil perlakuan praktikum yang
teliti.

9
DAFTAR PUSTAKA

Alexander,D.J. 1991. ND and Other Paramyxovirus Injection in Disease of


Poultry,  9thed.USA:      Iowa  State University Press. 
Ayu, Gusti .(2017). Cara Mengisolasi Virus dan Mengidentifikasi Dengan Uji
Serologi Hemaglutinasi. Bali : Universitas Udayana Press
Cheever and Randall. (1969). Growth Cycle of Fowlpox Virus and Change in Plaque
Morpholgy and Cytopathology by Contaminating Mycoplasma.
https://sinta.unud.ac.id/. Disunting pada Minggu, 27 Oktober 2019 Pukul 18.00
WIB
Pudjiatmoko dkk. 2014. Manual Penyakit Unggas. Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan.
Radji, M., 2010. Imunologi dan Virologi. Jakarta: PT Isfi Penerbitan
Villegas, Pedro. 2011. Value Beyond the Label : Chicken Embryo Inoculation Route.
Merial selection vol.7.

10

Anda mungkin juga menyukai