Anda di halaman 1dari 19

ASKEP PASCA OPERATIF SISTEM PENGLIHATAN

Disusun oleh :

Kelompok 2

Ersa Aliefia Arianti (PO.71.20.4.7.011) Mutiara Agel S (PO.71.20.4.7.016)

Farah Nadhiah (PO.71.20.4.7.012) Nathalia Ramadhanti (PO.71.20.4.7.017)

Gumbreg Sunu Baroto (PO.71.20.4.7.013) Ni Nyoman Cyntia D (PO.71.20.4.7.018)

Haidir Ali (PO.71.20.4.7.014) Nuraini (PO.71.20.4.7.019)

Mia Pebriani (PO.71.20.4.7.015) Putri Maharani (PO.71.20.4.7.020)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

PRODI D-IV KEPERAWATAN

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Perioperatif yang berjudul
“Asuhan Keperawatan pasca operatif sistem penglihatan”.
Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan baik di lihat dari segi isi maupun cara penulisannya. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan bagi para pembaca

Palembang, September 2020

                                                                                                           Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1

C. Tujuan Pembahasan...................................................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................3
A. Pengertian..................................................................................................................................3

B. Etiologi......................................................................................................................................3

C. Tanda dan Gejala.......................................................................................................................4

D. Manifestasi Klinis......................................................................................................................4

E. Komplikasi................................................................................................................................5

F. Patofisiologi...............................................................................................................................6

G. Pemeriksaan Diagnostik............................................................................................................8

H. Penatalaksanaan Medis..............................................................................................................8

BAB III....................................................................................................................................................9
ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................................................9
A. Pengkajian.................................................................................................................................9

B. Diagnosa....................................................................................................................................9

C. Intervensi Keperawatan...........................................................................................................10

BAB IV..................................................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................................................15
A. Kesimpulan..............................................................................................................................15

B. Saran........................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutaan di Indonesia merupakan bencana Nasional. Sebab kebutaan
menyebabkan kualitas sumber daya manusia rendah. Hal ini berdampak pada
kehilangan produktifitas serta membutuhkan biaya untuk rehabilitasi dan pendidikan
orang buta. Berdasarkan hasil survey nasional tahun 1993 – 1996, angka kebutaan di
Indonesia mencapai 1,5 %. Angka ini menempatkan Indonesia pada urutan pertama
dalam masalah kebutaan di Asia dan nomor dua di dunia pada masa itu.
Salah satu penyebab kebutaan adalah katarak. sekitar 1,5 % dari jumlah
penduduk di Indonesia, 78 % disebabkan oleh katarak. Pandangan mata yang kabur
atau berkabut bagaikan melihat melalui kaca mata berembun, ukuran lensa kacamata
yang sering berubah, penglihatan ganda ketika mengemudi di malam hari , merupakan
gejala katarak. Tetapi di siang hari penderita justru merasa silau karena cahaya yang
masuk ke mata terasa berlebih.
Begitu besarnya resiko masyarakat Indonesia untuk menderita katarak
memicu kita dalam upaya pencegahan. Dengan memperhatikan gaya hidup,
lingkungan yang sehat dan menghindari pemakaian bahan-bahan kimia yang dapat
merusak akan membuta kita terhindar dari berbagai jenis penyakit dalam stadium
yang lebih berat yang akan menyulitkan upaya penyembuhan.
Sehingga kami sebagai mahasiswa keperawatan memiliki solusi dalam
mencegah dan menanggulangi masalah katarak yakni dengan memberikan sebuah
raangkuman makalah tentang katarak sebagai bahan belajar dan pendidikan bagi
mahasiswa keperawatan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulis merumuskan masalah bagaimana cara
memberikan asuhan keperawatan yang komperhensif pada pasien dengan katarak
sesudah dilakukan tindakan operasi.

1
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk melakukan pengkajian dengan Gangguan Sistem Penglihatan : Katarak
2. Untuk merumuskan diagnosa keperawatan dengan Gangguan Sistem
Penglihatan : Katarak
3. Untuk menyusun rencana tindakan keperawatan dengan Gangguan Sistem
Penglihatan : Katarak

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Katarak menyebabkan penglihatan menjadi berkabut/buram. Katarak
merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan
lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau
kabut merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman
penglihatan berkurang (Corwin, 2000).
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang
mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam
mata, seperti melihat air terjun.
Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur – angsur
penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara C.Long, 1996).
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau
kapsullensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang
lebih dari65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).

B. Etiologi
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000) :
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau
bahan beracun lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya
diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti :
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:
penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau
diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang,
seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.

3
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik.

C. Tanda dan Gejala


1. Kehilangan pengelihatan secara bertahap dan tidak nyeri.
2. Pengelihatan baca yang buruk.
3. Pandangan seilau yang mengganggu dan pengelihatan buruk pada sinar
matahari yang terang.
4. Pandangan silau yang membutakan akibat lampu sorot mobil pada pengemudi
dimalam hari.
5. Kemungkinan memiliki pengelihatan pada cahaya yang redup dibandingkan
dengan cahaya yang terang.
6. Area putih keabu – abuan dibelakang pupil.

D. Manifestasi Klinis
Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau
sitemik atau kelainan (katarak senil dan juvenil) atau kelainan kongenital mata. Lensa
yang sedang dalam proses pembentukan katarak ditandai adanya sembab lensa,
perubahan protein, nekrosis, dan terganggunya kesinabungan normal serabut-serabut
lensa. Pada umumnya, terjadinya perubahan lensa sesuai dengan tahap perkembangan
katarak. Kekeruhan lensa pada katarak imatur (insipien) tipis. Akan tetapi, pada
katarak matur,(perkembangan agak lanjut) kekeruhan lensa sudah sempurna dan agak
sembab. Jika kandungan airnya maksimal dan kapsul lensa teregang, katarak ini
dinamakan intumesens (sembab). Katarak hipermatur (katarak lanjut) ditandai
keluarnya air meninggalkan lensa yang relatif mengalami dehidrasi, sangat keruh, dan
kapsulnya keriput. Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat yang
awam sampai kekeruhannya sudah cukup padat (matur atau hipermatur) yang
menyebabkan kebutaan. Walaupun demikian, katarak stadium dini dapat dipantau
dengan oftalmoskop, lup, atau lampu celah dengan pupil yang telah dilebarkan.
Semakin padat kekeruhan lensa, semakin sulit memantau fundus okuli, sampai
akhinya refleks fundus negatif. Pada tahap ini, katarak sudah masak dan pupilnya
tampak putih.

4
Klien katarak mengeluh pengelihatan seperti berasap dan tajam penglihatan
menurun secara progresif. Kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan
sehingga pupil berwarna putih atau abu-abu. Pada mata, akan tampak kekeruhan lensa
dalam beragam bentuk dan tingkat. Kekeruhan ini juga ditemukan pada berbagai
lokasi di lensa seperti koretks dan nukleus. Pemeriksaan yang dilakukan pada klien
katarak adalah pemeriksaan dengan lampu celah (splitlamp), funduskopi pada kedua
mata bila mungkin, dan tonometer selain pemeriksaan prabedah yang diperlukan
lainnya.

E. Komplikasi
1. Glaucoma
2. Uveitis
3. Kerusakan endotel kornea
4. Sumbatan pupil
5. Edema macula sistosoid
6. Endoftalmitis
7. Fistula luka operasi
8. Pelepasan koroid
9. Bleeding

5
F. Patofisiologi
Katarak pada umumnya merupakan penyakit usia lanjut dan pada usia di atas
70th, dapat diperkirakaan adanya katarak dalam berbagai derajat, namun katarak
dapat juga diakibatkan oleh kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal
menahun.
Secara kimiawi, pembentukan katarak ditandai oleh berkurangnya ambilan
oksigen dan bertambahnya kandungan air yang kemudian diikuti dengan dehidrasi.
Kandungan natrium dan kalsium bertambah, sedangkan kandungan kalium, asam
natrium dan kalsium bertambah, sedangkan kandungan kalium, asam askorbat, dan
protein berkurang. Lensa yang mengalami katarak tidak mengandung glutation. Usaha
mempercepat atau memperlambat perubahan kimiawi ini dengan cara pengobatan
belum berhasil, dan penyebab maupun implikasinya tidak diketahui. Akhir-akhir ini,
peran radiasi sinar ultraviolet sebagai salah satu faktor dalam pembentukan katarak
senil, tampak lebih nyata. Penyelidikan epidemiologi menunjukkan bahwa di daerah-
daerah yang sepanjang tahun selalu ada sinar matahari yang kuat, insiden kataraknya
meningkat pada usia 65th atau lebih. Pada penelitian lebih lanjut, ternyata sinar
ultraviolet memang mempunyai efek terhadap lensa. Pengobatan katarak adalah
dengan tindakan pembedahan. Setelah pembedahan, lensa diganti dengan kacamata
afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraokular.

6
PATHWAY KATARAK

Usia lanjut dan Congenital atau cedera mata Penyakit


proses penuaan bisa diturunkan. metabolik(misalnya
DM)

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi


Kurang coklat kekuningan
pengetahuan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus


Tidak multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier
Kurang
mengenal kesekitar daerah lensa)
sumber terpaparterhadap
informasi informasi tentang
Hilangnya tranparansi prosedur tindakan
lensa
pembedahan

Resiko Cedera Perubahan kimia dlm protein lensa

CEMAS
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/status
mengabutkan pandangan
organ indera

Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive


influks air kedalam lensa pengangkatan
Menurunnya katarak
ketajaman
penglihatan Usia meningkat
Resiko tinggi
terhadap infeksi
Penurunan enzim menurun
Gangguan
persepsi sensori-
perseptual Degenerasi pd lensa
penglihatan
KATARAK
7
Post op Nyeri
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kartu mata snellen/mesin telebinokular (test ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan)
2. Lapang penglihatan
3. Pengukuran tonografi
4. Test provokatif
5. Pemeriksaan oftalmoskopi
6. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED)
7. Test toleransi glaukosa/ FBS

H. Penatalaksanaan Medis
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai
ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya
konservatif. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan
akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila
ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi
segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit
retina atau sarf optikus, seperti diabetes dan glaukoma. Ada 2 macam teknik
pembedahan :
1. Ekstraksi katarak intrakapsuler adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai
satu kesatuan.
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler Merupakan tehnik yang lebih disukai dan
mencapai sampai 98 % pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk
melihat struktur mata selama pembedahan.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001) Adapun
data-data dari pengkajian Katarak adalah:
a. Aktivitas /Istirahat: Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas biasanya/ hobi
sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b. Makanan/cairan: Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut)
c. Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas),sinar
terang menyebabkan silau  dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,
kesulitan memfokus kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,
kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Dan tandanya ytaitu
Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), Pupil menyepit ddan
merah/mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat),danPeningkatan air
mata.
d. Nyeri/Kenyamanan :Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata berair
(glaukoma kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar
mata, sakit kepala  (glaukoma akut).
e. Penyuluhan / Pembelajaran :Gejala yaitu Riwayat keluarga glaukoma, diabetes,
gangguan sistem vaskuler, Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh
peningkatan tekanan vena), dan ketidakseimbangan endokrin, diabetes
(glaukoma).

B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia ( status kesehatan dan resiko perubahan sosial) dari individu atau kelompok.
Dimana perawat secara kontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberi intervensi

9
secara pasti untuk menjaga status kesehatan , menurunkan,membatasi,  mencegah dan
merubah (Nursalam, 2001)
Menurut Doenges Marylin diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien
dengan  penyakit katarak adalah:
1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan intraokuler,
kehilangan vitreous.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).
3. Gangguan sensori-perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan
sensori/status organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d menurunnya
ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap
rangsang.s
4. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi, prognosis, pengobatan
b/d  tidak mengenal sumber informasi , salah interprestasi informasi, keterbatasan
kognitif.

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Hambatan Hambatan NOC: NIC: Fall


berjalan berjalan prevention 1. Mengetahui
Fall prevention
(00088) akan dapat kebiasaan-
behaviour 1. Identifikasi
berhubungan dikontrol kebiasaan
kebiasaan dan
dengan oleh klien Indikator: klien yang
faktor-faktor
adanya setelah berpotensi
a. Penggunaan yang
gangguan diberikan mengakibatka
alat bantu mengakibatka
penglihatan intervensi n jatuh pada
dengan n risiko jatuh
(katarak) keperawatan klien
benar 2. Kaji riwayat
selama 1x24 2. Mengetahui
b. Tidak ada jatuh pada
jam penyebab
penggunaan klien dan
jatuh klien
karpet keluarga
agar untuk
c. Hindari
selanjutnya
barang- 3. Identifikasi
dapat
barang karakteristik

10
berserakan lingkungan dihindari
di lantai yang dapat 3. Memodifikasi
meningkatkan lingkungan
terjadinya yang berisiko
risiko jatuh menyebabkan
(lantai licin) jatuh klien
4. Sediakan alat
bantu
(tongkat, 4. Membantu
walker) klien untuk
berjalan, agar
5. Ajarkan cara dapat
penggunaan menghindari
alat bantu benda yang
(tongkat atau menghalangi
walker) klien ketika
6. Instruksikan berjalan
pada klien 5. Agar klien
untuk dapat
meminta menggunakan
bantuan alat bantu
ketika dengan tepat
melakukan 6. Bantuan
perpindahan, dibutuhkan
joka klien untuk
diperlukan melakukan
7. Ajarkan pada mobilitas
keluarga karena
untuk terganggunya
menyediakan penglihatan
lantai rumah klien karena
yang tidak katarak
licin 7. Lantai rumah
8. Ajarkan pada yang licin
11
keluarga dapat
untuk mengakibatka
meminimalka n klien
n risiko tergelincir dan
terjadinya jatuh
jatuh pada 8. Keluarga juga
pasien harus berperan
serta dalam
meminimalka
n risiko
terjadinya
jatuh pada
klien
2. Ansietas Ansietas NIC: Anxiety NIC: Anxiety
berhubungan klien self control reduction 1. Agar klien
dengan berkurang dapat
Indikator: 1. Berikan
stress setelah memperoleh
informasi
situasional dilakukan 1. mencari informasi yang
faktual
akibat perawatan informasi sesuai fakta
meliputi
prosedur 1x24 jam untuk
dignosa,
medis mengurangi 2. Pendampingan
prognosis,
ansietas bertujuan agar
dan terapi
2. menggunaka klien tidak
sesuai kondisi
n koping merasa sendiri
klien
yang efektif sehingga
2. Dampingi
3. mengontrol menimbulkan
klien untuk
respon ketakutan
mengurangi
ansietas 3. Respon
ketakutan
4. menggunaka kecemasan
klien
n teknik digunakan
relaksasi untuk
3. Kaji respon
untuk mengetahui
kecemasan
mengurani adanya
verbal
ansietas perubahan

12
maupun non emosi pada
verbal klien klien
4. Komunikasi
4. Gunakan terapeutik
komunikasi untuk
terapeutik dan membina
pendekatan hubungan
yang baik saling percaya
pada klien dan
mengurangi
5. Berikan terapi kecemasan
nonfarmakolo klien akan
gis untuk terapi
mengurangi 5. Terapi non
ansietas klien farmakologis
digunakan
6. Kolaborasi untuk
dengan tim membuat klien
medis terkait nyaman
pemberian sekaligus
obat untuk mengurangi
menurunkan kecemasan
kecemasan yang dialami
klien klien
6. Obat-obatan
digunakan jika
kecemasan
klien
meningkat dan
mengganggu
kehidupan
klien.

13
14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang
mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam
mata, seperti melihat air terjun. menjadi kabur atau redup, mata silau yang
menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat Katarak didiagnosis
terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman
penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang
diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi
pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pendangan di malam hari.Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau
putih.

B. Saran
Katarak adalah suatu penyakit degeneraf karena bertambahnya faktor usia,jadi
untuk mencegah terjadinya penyakit katarak ini dapat dilakukan dengan pola hidup
yang sehat seperti tidak mengkonsumsi alcohol dan minum minuman keras yang
dapat memicu timbulnya katarak.dan salalu mengkonsumsi buah-buahan serta
sayuran yang lebih banyak untuk menjaga kesehatan mata.

15
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth.(2001).Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC : Jakarta


Barbara C, Long.(1996). Perawatan medikal bedah. EGC : Jakarta
Corwin, J Elizabeth.(2000). “buku saku patofisiologi”. EGC : Jakarta
Doenges, E. Marilynn. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.EGC : Jakarta
Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa.
Jakarta . EGC Long, C Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah : 2.Bandung. Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata.
Yogyakarta . Yayasan Essentia Medica Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik
Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari. Jakarta. EGC Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit
Mata. Jakarta. FKUI Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC

16

Anda mungkin juga menyukai