Anda di halaman 1dari 6

TUGAS INDIVIDU

SOP PERAWATAN WSD (WATER SEAL DRAINAGE) DAN

SOP PEMASANGAN OPA (OROPHARINGEAL AIRWAY)

Dosen Pengampu : Mardi Hartono, S.Kep., Ns., M.Kes

Disusun Oleh :

Meiliani Uswatun Khasanah

P1337420320072

3 Reguler B

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI D-III KEPERAWATAN PEKALONGAN

TAHUN 2022/2023
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR WSD (WATER SEALING DRAINAGE)

A. Pengertian
WSD Merupakan suatu tindakan drainase intrapleural yang digunakan setelah
prosedur intrathorakal. Satu atau lebih karakter dada dipasang dalam rongga pleura
dan difiksasi ke dinding dada yang kemudian disambung ke system drainase (suction).
Bertujuan untuk mengeluarkan gas, cairan darah asing yang bersifat solid dari rongga
dada pleura atau rongga thoraks dan ruang mediastinum.
B. Tujuan
Untuk mengeluarkan gas, cairan darah atau cairan asing yang bersifat solid dari
rongga dada pleura atau rongga thoraks dan ruang mediastinum.
C. Alat-Alat
1. Satu buah meja dengan satu set bedah minor
2. Botol WSD berisi larutan bethadin yang telah diencerkan dengan NaCl 0,9% dan
ujung selang terendam sepanjang dua cm.
3. Kasa steril dalam tromol
4. Korentang
5. Plester dan gunting
6. Nierbekken/kantong balutan kotor
7. Alkohol 70%
8. Bethadin 10%
9. Handscoon steril
D. Persiapan Pasien Dan Lingkungan
1. Pasien dan keluarga diberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Memasang sampiran sekeliling tempat tidur
3. Membebaskan pakaian pasien bagian atas
4. Mengatur posisi setengah duduk atau sesuai kemampuan pasien
5. Alat-alat didekatkan ke tempat tidur pasien
E. Prosedur
1. Tahap Pra Interaksi
a) Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
b) Mencuci tangan
c) Menyiapkan alat
2. Tahap Orientasi
a) Mengucapkan salam
b) Memperkenalkan diri pada pasien/ keluarganya
c) Menjelaskan tujuan
d) Menjelaskan prosedur pelaksanaan
e) Meminta ijin dan kesediaan untuk dilakukan tindakan
3. Tahap Kerja
a) Atur posisi pasien
b) Perawat mencuci tangan, kemudian memasang handscoon
c) Membuka set bedah minor steril
d) Membuka balutan dengan menggunakan pinset secara hati-hati, balutan koor
dimasukkan ke dalam nierbekken
e) Mendisinfeksi luka dan selang dengan bethadin 10% kemudian dengan
alcohol 70%
f) Menutup luka dengan kasa steril yang sudah dipotong tengahnya kemudian
diplester
g) Selang WSD diklem
h) Melepaskan sambungan antara selang WSD dengan selang botol, Ujung
selang WSD dibersihkan dengan Alkohol 70%, kemudian selang WSD
dihubungkan dengan selang penyampung botol WSD yang baru
i) Klem selang WSD dibuka
j) Amjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan bimbingan pasien. Bimbing
cara batuk efektif. Latih dan anjurkan pasien untuk secara rutin 2-3 kali sehari
melakukan latihan gerak pada persendian bahu daerah pemasangan WSD.
k) Merapikan pakaian pasien dan lingkungannya, kemudian membantu pasien
dalam posisi yang paling nyaman
l) Membersihkan alat-alat dan botol WSD yang kotor, kemudian di sterilisasikan
kembali. Melepas handscoon dan mencuci tangan
m) Menulis prosedur yang telah dilakukan pada catatan perawatan
4. Tahap Terminasi
a) Melakukan evaluasi tindakan
b) Berpamitan dengan Klien
c) Membereskan alat-alat
d) Mencuci tangan
e) Mendokumentasikan
SOP PEMASANGAN OROPHARINGEAL AIRWAY (OPA)

A. Pengertian
Pembebasan jalan nafas dengan oropharyngeal tube adalah cara yang ideal untuk
mengembalikan sebuah kepatenan jalan nafas yang menjadi terhambat oleh lidah
pasien yang tidak sadar atau untuk membantu ventilasi (Sally Betty, 2005).
B. Indikasi
1. Untuk mempertahankan jalan napas tetap terbuka
2. Tidak sadar
3. Kejang yang akan berkembang menjadi tonik atau gerakan klonik
C. Tujuan
1. Untuk menjaga kepatenan jalan nafas pasien
2. Memudahkan penghisapan lender
D. Alat-alat
1. Mayo / Guidel / Oropharyngeaal tube sesuai kebutuhan
2. Sarung tangan/ handscoon
3. Gunting dan plester
4. Bengkok
5. Tongue spatel
6. Kassa steril
7. Suction
8. Selang penghisap
E. Prosedur
1. Fase Orientasi
a) Salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri pada pasien/ keluarganya
c) Evaluasi/ Validasi kondisi pasien
d) Menjelaskan tujuan
e) Menjelaskan prosedur Pelaksanaan
f) Melakukan inform Consent
g) Menyiapkan pasien dalam posisi nyaman sesuai kebutuhan yaitu posisikan
pasien terlentang
2. Fase Kerja
a) Mencuci tangan dan menggunakan handsoon
b) Membuka mulut pasien, tahan dengan menggunakan tongue spatel
c) Bersihkan mulut dengan kassa steril menggunakan ujung penyedot faring yang
kaku (Yaunker), bila memungkinkan
d) Pilihlah ukuran airway yang sesuai dengan pasien, yaitu dengan menempatkan
OPA disamping wajah, dengan ujung OPA pada sudut mulut, ujung yang lain
pada sudut rahang bawah, Bila OPA diukur dan dimasukkan dengan tepat,
maka OPA akan tepat sejajar dengan pangkal glottis. Ukuran yang tersedia :
 Dewasa besar = 100 cm (Guedel no.5)
 Dewasa sedang = 90 cm (Guedel n0.4)
 Deasa kecil = 80 cm (Guedel no.3)
 Anak-anak = Guedel no.1 dan no.2
e) Buka mulut pasien dengan maneuver chin lift atau teknik crossed finger
f) Masukkan oropharing tube dengan mengikuti salah satu teknik dibawah ini :
1) Balik oropharing tube sehingga bagian atasnya menghadap ke muka atau
ke palatum. Setelah masuk didnding posterior pharing lalu putar
oropharingeal tube 180 ̊ sampai posisi ujung mengarah ke oropharing.
2) Gunakan penekan lidah, gerakkan lidah keluar untuk menghindari
terdorong ke belakang masuk faring posterior. Masukkan oropharing tube
oral ke dalam posisi yang seharusnya bagian atas masuk kebawah dan
tidak perlu diputar.
g) Jika reflek cegukan pasien terangsang, cabut jalan nafas dengan segera dan
masukkan kembali
h) Lakukan fiksasi dipangkal oropharing tube dengan plester tanpa menutup
lubang oropharing tube
i) Berikan posisi yang nyaman
j) Rapikan pasien
k) Rapikan alat
l) Melepas handscoon
m) Mencuci tangan
3. Fase Terminasi
a) Evaluasi respon klien
b) Evaluasi subjektif
c) Tindak lanjut klien
d) Kontrak : Topik/ waktu/ tempat
4. Sikap
a) Tenang
b) Bekerja dengan cepat dan cermat
c) Bersikap sopan dan menjaga privasi pasien
d) Peka terhadap reaksi-reaksi klien (reaksi takut, sakit, dsb)

Anda mungkin juga menyukai