Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEBIDANAN KDPK

DENGAN KEBUTUHAN DASAR ELIMINASI DI RUANG

INTERNA DUA RSUD dr.R.SOEDJONO SELONG

DI SUSUN OLEH:
Nama: RINI ASTUTI
Nim : 113422040

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

STIKES HAMZAR LOMBOK TIMUR

S1 PENDIDIKAN BIDAN

2023/2024
A. MEMBANTU KLIEN BAB DAN BAK DI TEMPAT TIDUR

1. Pengertian

Eliminasi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan kepada klien yang


tidak mampu buang air besar dan buang air kecil secara sendiri dikamar kecil
misalnya, klien yang mempunyai luka dikaki dan tidak bisa berjalan, klien yang
lemah, bad areas, dll dengan menggunakan pispot (penampung) untuk buang air
besar ditempat tidur.

2. Tujuan

 Untuk pemenuhan kebutuhan dasar BAB dan BAKdi tempat tidur.

 Memenuhi kebutuhan eliminasi pasien.

 memberi rasa nyaman pada klien.

 mengobservasi output.

3. Indikasi/ Kontra Indikasi

a. Indikasi

 Dilakukan pada pasien yang tidak mampu ke toilet.

 Pada pasien yang bedrest total.

 Pada klien selesai operasi agar luka bekas operasitidak infeksi karena terlalu
banyak bergerak.

b. Kontra Indikasi

 Pasien yang mampu ke toilet atau bisa BAB dan BAK secara mandiri.

 Pasien dengan fraktur vertebra dan femur.

4. Alat dan Bahan

a. Las/ perlak

b. Tisu

c. Bel

d. Bengkok

e. Handuk
f. Pispot/badpan bertutup dan urinal

g. Botol berisi air bersih untuk cebok

h. Kapas cebok dalam mangkok

i. Sampiran

j. Sarung tangan/ handscon bersih/ celemek

k. Sabun

5. Prosedur

a. Berikan salam, sapa nama klien

b. Mencuci tangan

c. Memakai sarung tangan

d. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga kegiatan, tujuan,


waktu, tempat, serta peran perawat dan klien

e. Membaca do'a f. Menutup/menyelimuti klien secara melintang dapat diganti


dengan selimut mandi, lepas pakaian bawah klien

g. Menganjurkan klien menekuk lutut dan mengangkat pantat (dorsal recumbent)

h. Memasang alas alas pantat dan bantu klien mengangkat bokong klien
menggunakan tangan kanan dan tangan kiri mengatur pispot sampai terpasang tepat
dan nyaman

i. Bila klien sudah selesai, kakinya direnggangkan dan selimut dibuka. Anus dan
daerah genitalia dibersihkan dengan kapas cebok (tangan kanan menyiram dan
tangan kiri membersihkan). Kapas cebok dibuang kedalam pispot. Angkat pispot
dan tutup kembali

j. Bila klien ingin membersihkan sendiri, perawat membantu menyiramkan air

k. Keringkan bokong klien dengan pengalas

1. Klien dirapihkan

m. Alat dirapihkan

n. Pintu dan sampiran dibuka

o. Mencuci tangan
B. HUKNAH

1. Pengertian

Enema/huknah/klisma adalah suatu tindakan memasukkan cairan secara perlahan-


lahan ke dalam rektum dan kolon sigmoid melalui anus dengan menggunakan
kanul rektal. Terdapat tiga jenis enema; enema rendah, enema tinggi, dan enema
gliserin. Enema rendah adalah memasukkan cairan melalui anus sampai ke kolon
desenden. Enema tinggi adalah memasukkan cairan melalui anus (rektum) sampai
ke kolon asenden. Enema gliserin adalah memasukkan cairan melalui anus ke
dalam kolon sigmoid dengan menggunakan spuit gliserin.

2. Tujuan

a. Merangsang peristaltik usus dan defekasi untuk mengatasi konstipasi dan


impaksi.

b. Membersihkan kolon untuk persiapan operasi atau pemeriksaan diagnostic.

c. Melunakkan feses yang telah mengeras atau mengosongkan rectum dan kolon

bawah untuk prosedur diagnostic atau pembedahan.

d. Membantu defekasi yang normal sebagai bagian dari program latihan defekasi
(

e. bowel training program).

f. Memberikan terapi seperti: mengurangi kadar kalium yang tinggi dengan


enema

g. Natrium Polystyrene Sulfonate (Kayexalate) dan mengurangi bakteri kolon


dengan enema Neomycin.

3. Indikasi / Kontraindikasi

a. Indikasi

• Klien yang mengalami konstipasi.

• Klien yang mengalami impaksi.


• Pemeriksaan radiologi seperti kolonoskopi, endoskopi membutuhkan
pengosongan usus supaya hasil pembacaan yang diperoleh maksimal.

• Anastesia umum (GA) dalam pembedahan bisa diberikan melalui enema


dengan tujuan untuk mengurangi efek muntah selama dan setelah operasi, juga
mencegah terjadinya aspirasi.

• Melahirkan.

• Memulai program bowel training.

b. Kontra Indikasi

• Klien yang mengalami dehidrasi dan bayi yang masih muda, bila diberikan
enema dengan tipe larutan hipertonik.

• Keadaan patologi klinis pada rektum dan kolon seperti hemoroid bagian
dalam atau hemoroid besar.

• Tumor rektum dan kolon.

• Klien dengan gangguan fungsi jantung atau gagal ginjal.

• Klien post operasi.

4. Alat dan Bahan

1. 1 set enema berisi

a) wadah untuk tempat larutan.

b) pipa untuk menghubungkan wadah ke selang rektum.

c) klem untuk menjepit pipa, untuk mengontrol aliran larutan ke pasien.

d) Kanul rektal ukuran: 22-30 G Fr (dewasa), 12-18 G Fr (anak) atau paket

enema dengan rektal tip.

e) pelumas yang digunakan untuk rectal tube sebelum dimasukkan.

f) termometer untuk mengukur suhu larutan.

g) sabun/jelly/garam

h) sejumlah larutan yang dibutuhkan dengan suhu yang tepat. Larutan


ditempatkan di wadahnya, diperiksa suhunya, kemudian ditambahkan
sabun/garam.

2. selimut mandi untuk menutupi klien

3. perlak agar tempat tidur tidak basah


4. kertas toilet

5. baskom, waslap dan handuk serta sabun

6. Bedpan

5. Prosedur

1. Cuci tangan.

2. Kaji status klien.

3. Siapkan alat dan tempatkan di dekat tempat tidur klien.

4. Jelaskan alasan/tujuan dan prosedur.

5. Pertahankan privasi klien: tutup pintu/pasang gorden, buka area rektal yang
diperlukan.

6. Berikan posisi yang nyaman: tinggikan tempat tidur yang sesuai dan pasang
pengaman tempat tidur pada sisi yang berlawanan, atur posisi klien: miring ke
kiri atau posisi Sim's dengan lutut kanan fleksi.

7. Pasang perlak dan alasnya serta dekatkan bedpen.

8. Pasang sarung tangan, siapkan set enema, lumasi ujung kanul dengan jelly
7,5- 10 cm.

9. Tentukan letak anus dengan tangan non-dominan.

10. Masukkan ujung kanul perlahan-lahan 7,5-10 cm (dewasa); 5-7,5 cm


(anak); 2,5-3,75 cm (anak). Anjurkan klien rileks & napas dalam.

11. Alirkan cairan enema dengan buka klem dan tinggikan kontainer perlahan:
30- 45 cm (high enema) dan 7,5 cm (low enema).

12. Bila sudah selesai, tarik kanul perlahan.

13. Anjurkan klien menahan 5-10 menit atau sesuai kemampuan klien (untuk
anak, rapatkan gluteus beberapa menit).

14. Bantu klien defekasi dan bersihkan.

15. Rapikan klien dan beri posisi nyaman.

16. Kumpulkan dan bersihkan alat-alat.

17. Cuci tangan.

C. Pemasangan Kateter
1. Pengertian

Pemasangan kateter atau kateter urine adalah suatu tindakan keperawatan


memasukan kateter kedalam kandung kemih melalui uretra. Pemasangan
kateter ini seringkali digunakan pada pasien-pasien yang tidak mampu untuk
membuang air kecil sendiri dengan normal semisal pada pasien-pasien
dengan pembesaran prostat sehingga memerlukan alat bantuan kateter.

2. Tujuan

a. Menghilangkan distensi pada kandung kemih

b. Mengosongkan kandung kemih secara lengkap

C. Eksplorasi uretra apakah terdapat seanosis atau lesi

d. Mengetahui residual urine setelah miksi

e. Memasukan kontras kedalam buli - buli

f. Mendapatkan specimen urine steril

g. Therapeutic: memenuhi kebutuhan eliminasi urine

h. Kateterisasi menetap (indwelling catherezation)

i. Kateterisasi sementara (intermitter catherization)

3. Indikasi / Kontraindikasi

a. Indikasi Diagnostik Pemasangan Kateter:

 Mengambil spesimen urin tanpa terkontaminasi

 Monitoring dari produksi urin (urine output), sebagai indikator status

 cairan dan menilai perfusi renal (terutama pada pasien kritis)

 Pemeriksaan radiologi pada saluran kemih

 Diagnosis dari perdarahan saluran kemih, atau obstruksi saluran kemih


(misalnya striktur atau hipertropi prostat) yang ditandai dengan kesulitan

 memasukkan kateter

b. Indikasi Terapi Pemasangan kateter :

 Kateterisasi uretra digunakan sebagai terapi pada kondisi berikut:

 Retensi urin akut (misalnya pada benign prostatic hyperplasia, bekuan

darah, gangguan neurogenik)


 Obstruksi kronik yang menyebabkan hidronefrosis, serta tidak dapat

diperbaiki dengan obat atau tindakan bedah

 Inkontinensia urin yang tidak tertangani dengan terapi lainnya, yang juga

dapat menyebabkan iritasi pada kulit sekitar kemaluan

Inisiasi irigasi kandung kemih berkelanjutan

 Dekompresi intermiten pada gangguan kandung kemih neurogenik

 Pemeliharaan kondisi higiene atau sebagai terapi paliatif (pasien


terminal)

 pada kondisi pasien yang memerlukan istirahat (bedrest) dalam waktu


lama

4. Alat dan Bahan

a. Handshoen steril

b. Handschoen on steril

c. Kateter steril sesuai ukuran dan jenis

d. Urobag

e. Doek lubang steril

f. Jelly

g. Lidokain 1% dicampur jelly (perbandingan 1:1) masukkan dalam spuit


(tanpa jarum)

h. Larutan antiseptic + kassa steril

i. Perlak dan pengalas

j. Pinset anatomis

k. Bengkok

1. Spuit 10 cc berisi aquades

m. Urinal bag

n. Plester / hypavik

o. Gunting
p. Sampiran

5. Prosedur

1) Melakukan pengecekan program terapi

2) Mencuci tangan

3) Menyiapkan alat

4) Memberikan salam dan menyapa nama pasien

5) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan

6) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien

7) Menjaga privacy Pasien dengan memasang sampiran dan selimut


extra

8) Mengatur posisi pasien dalam posisi terlentang dan melepaskan


pakaian bawah

9) Memasang perlak dan pengalas

10) Memasang pispot di bawah bokong pasien

11) Menyiapkan plester fiksasi kateter dan label waktu pemasangan


kateter, membuka kemasan luar kateter dengan tetap mempertahankan
kesterilannya, menyiapkan pelumas pada kasa steril dan dijaga
kesterilannya.

12) Memakai sarung tangan

13) Tangan tidak dominan pegang penis pakai kasa steril, desinfeksi
dengan tangan dominan dengan menggunakan kapas sublimat/betadin
sol pada metaus uretra.

14) Mengganti sarung tangan steril, memasang duk steril.

15) Masukkan jelly anestesi atau pelumas pada uretra kira-kira 10 cc,
tahan ujung penis dan meatus uretra dengan ibu jari dan telunjuk untuk
mencegah refluk jelly, tunggu sebentar kira-kira 5 menit agar efek
anestesi bekerja.

16) Pilih foley kateter sesuai ukuran, (besar: 18 dan 20, kecil: 8 dan 10
french catheter) atau sesuai persediaan

17) Masukkan foley kateter ke uretra secara perlahan dengan sedikit


mengangkat penis hingga urin keluar (klien dianjurkan tarik napas
panjang)
18) Menampung urin pada botol bila diperlukan untuk pemeriksaan

19) Mendorong lagi foley kateter kira-kira 5 cm ke dalam

20) bladder (1-2 inc)

21) Kembungkan balon dengan cairan aquadest sesuai ukuran, kira-kira


20 cc

22) Menarik kateter dengan perlahan sampai terasa ada tahanan dan
meletakkannya di atas abdomen bagian bawah.

23) Menyambungkan kateter dengan urine bag

24) Melepas duk, pengalas dan sarung tangan

25) Memfiksasi kateter di atas abdomen bagian bawah

26) Menempel label waktu pemasangan kateter

27) Melakukan evaluasi tindakan yang baru dilakukan

28) Merapikan pasien dan lingkungan

29) Berpamitan dengan klien

30) Membereskan alat-alat dan kembalikan alat ketempat semula

31) Mencuci tangan

32) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan

D. Pelepasan kateter

1. Pengertian

Suatu tindakan keperawatan melepaskan drainage urine padak lien yang


dipasang kateter

2. Tujuan

Melatih pasien untuk BAK normal tanpa kateter

3. Indikasi / Kontraindikasi

•Kateter yang sudah tidak berfungsi

• Kateter yang kurang lebih 2 minggu

•Kateter yang sudah tidak diperlukan lagi

•Terdapat tanda - tanda infeksi.

4. Alat dan Bahan


 Handschoen

 Spuit 10cc

 Pinset cirurgis / anatomis

 Antiseptic betadin 10%

 Bengkok

 Plester

 Lidi kapas

 Sampiran

5. Prosedur

• Memperkenalkan diri

• Beritahu dan jelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan dan lihat
respon klien

Pasang sampiran, tutup jendela

• Dekatkan alat ke klien

• Cuci tangan dan pasang handschoen

• Desinfeksi daerah glans dengan betadin 10%

• Keluarkan isi balon dengan spuit sampai benar-benar habis

• Tarik kateter dan anjurkan klien untuk menarik napas panjang sambil
melihat repon klien, kemudian buang kateter pada bengkok

• Olesi area meatus eksterna dengan betadin 10%

• Bereskan alat dan lepaskan handschoen

• Cuci tangan

• Dokumentasikan tindakan

E. Pemasangan Kondom Kateter

1. Pengertian

Alat drainase urine eksternal yang mudah digunakan dan aman untuk
mengalirkan urine pada klien

2. Tujuan

a. Mengumpulkan urine dan mengontrol urine inkontinen.


b. Klien dapat melakukan aktifitas fisik tanpa harus merasa malu
karena adanya kebocoran urine (ngompol).

c. Mencegah iritasi pada kulit akibat urine inkontinen.

3. Alat dan Bahan

a. Selaput kondom kateter.

b. Strip elastic.

c. Kantung penampung urine dengan selang drainase

d. baskom dengan air hangat dan sabun.

e. handuk dan waslap.

f. Selimut mandi.

g. Sarung tangan.

h. Gunting

4. Prosedur

a. Cuci tangan

b. Tutup pintu atau tirai samping tempat tidur

c. Jelaskan prosedurpada pasien

d. Gunakan sarung tangan

e. bantu klien pada posisi terlentang. letakkan selimut diatas bagian


tubuh bagian atas dan tutup ekstremitas bawahnya dengan selimut
mandi sehingga hanya genitalia yang terpajan

f. bersihkan genitalia dengan sabun dan air keringkan secara


menyeluruh

g. Siapkan drainase kantong urine dengan menggantungkannya ke


rangka tempat tidur.

h. dengan tangan nonn dominan genggam penis klien dengan kuat


sepanjang batangnya.dengan tangan dominan pegang kantung kondom
pada ujung penis dan dengan perlahan pasangkan pada ujung penis

i. Sisakan 2,5 sampai 5 cm ruang antara glands penis dan ujung


kondom

j. lilitkan batang penis dengan perekat elastic.


k. hubungkan selang drainase pada ujung kondom kateter

1. Posisikan klien pada posisi yang aman

m. Pasien dirapihkan kembali

n. Alat dirapihkan kembali

o. Mencuci tangan

p. Melaksanakan dokumentasi: 1. catat tindakan yang dilakukan dan


hasil serta respon klien pada lembar catatan klien. 2. catat tgl dan jam
melakukan tindakan dan nama perawat yang melakukan dan
tandatangan/paraf pada lembar catatan klien.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1995."Diagnosa Keperawatan".Jakarta :EGC

Harnawatiaj.2008.Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


(http://wordpress.com/, diakses 24 April 2010)

Mubarak, Wahid.I & Chayatin, NSNurul..2008."Kebutuhan Dasar


Manusia".Jakarta:EGC.

Hall, J.E & A.C. Guyton. 2011. Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Edisi Keduabelas.

Syaifuddin. 2011. Atlas Berwarna Tiga Bahasa Anatomi Tubuh


Manusia. Jakarta: Salemba iMedika.

Alimul, Aziz.2006. Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta: Salemba


Medika.

Anda mungkin juga menyukai