Anda di halaman 1dari 16

KONSEP TEORI

ELIMINASI ATAU KATETER

A.Definisi

Eliminasi merupakan suatu proses pengeluaran zat-zat sisa yang tidak


diperlukan oleh tubuh. Eliminasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : eliminasi
urine dan eliminasi fekal.

Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme


tubuh. Pembuangan dapat melalui urine dan bowel (Eko, sulistiani. 2014).

Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa


urine atau alvi (buang air besar). Kebutuhan eliminasi terdiri dari atas dua, yakni
eliminasi urine (kebutuhan buang air kecil) dan eliminasi alvi (kebutuhan buang
air besar).

Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme


tubuh. Pembuangan tersebut dapat melalui urin ataupun bowel.

Eliminasi materi sampah merupakan salah satu dari proses metabolic


tubuh. Produk sampah dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan
pencernaan.

Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh


baik yang berupa urin maupun fekal.

Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik Berupa


urin atau bowel (feses).

1. Eliminasi BAB

Eliminasi BAB adalah proses pembuangan atau pengeluaran metabolisme


berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Manusia dapat
melakukan buang air besar berapa kali dalam satu hari atau satu kali dalam
berapakali. Tetapi bahkan dapat mengalami gangguan yaitu hingga hanya
beberapa kali saja dalam satu minggu atau dapat berkali- kali dalam satu hari,

1
biasanya gangguan-gangguan tersebut diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak
benar dan jika dibiarkan dapat menjadi masalah yang lebih besar.( Alimul Aziz.
2014)

2. Eliminasi BAK

Eliminasi urine merupakan suatu proses penyaringan darah sehingga darah


bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang
masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh
larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).( Alimul Aziz. 2009)

3.Pemasangan Kateter

a. Definisi
Memasukkan selang karet atau plastic melalui uretra dan kedalam kandung
kemih pada wanita
b. Tujuan
1) Mengatasi distensi kandung kemih
2) Pengambilan specimen urin/bahan pemeriksaan laboratorium
3) Mengukur jumlah urin setelah miksi
4) Mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama pembedahan
c. Indikasi
a. Pada pasien yang tidak dapat buang air kecil sendiri.
b. Pada pasien yang tidak bisa mengontrol kencing (inkontinensia urine)
atau aliran urinenya.
c. Pada pasien yang memiliki masalah kesehatan kandung kemih.
d. Pada pasien yang di rawat inap untuk operasi..
d. Kontra indikasi
Tidak ada
e. Efek samping
Terasa sedikit mengganjal dan terasa sedikit sakit.
f. Prosedur pelaksanaan
1) Informent consent, jelaskan prosedur tindakan dan minta
persetujuan tindakan

2
2) Siapkan alat secara ergonomis
3) Pasang sampiran dan pintu ditutup, dekatkan alat
4) Atur posisi klien dengan posisi dorsal recumbent dan lepaskan
pakaian bawah
5) Perlak dan alasnya dipasang dibawah gluteus
6) Letakkan 2 bengkok diantara kedua tungkai klien
7) Pakai alat pelindung diri dan cuci tangan secara benar
8) Pakai sarung tangan
9) Pada klien pria: lakukan penis hygiene, pasang duk bolong,selang
kateter diberi jelly secukupnya pada permukaan yang akan
dimasukkan pada uretra, penis ditegakkan lurus keatas dan kateter
urine dimasukkan perlahan sedalam 15-23 cm atau hingga urine
keluar, anjurkan kliean untuk menarika nafas dalam
10) Pada klien wanita: labia mayora dibuka dengan ibu jari dan
telunjuk tangan petugas lakukan vulva hygiene/bersihkan vulva
sekurang-kurangnya tiga kali, pasang duk bolong steril, selang
kateter diberi jeli secukupnya pada permukaan yang akan
dimasukkan pada uretra kurang lebih 2-3 cm, memasukkan kateter
perlahan-lahan sedalam 5-7,5 cm atau hingga urine keluar, klien
dianjurkan menarik nafas dalam.
11) Menyambungkan kateter dengan urine bag
12) Isi balon kateter urine dengan aquabidest/nacl 0,9% -m10 cc sesuai
dengan petunjuk yang tertera pada pembungkus kateter urine
13) Fiksasi kateter urine di daerah pangkal paha
14) Letakkan urine bag lebih rendah dari pada kantung kemih atau
gantung urine bag di bed
15) Disinfeksi sambungan urine bag dengan kateter urine
16) Marapikan pasien, bersihkan alat
17) Rendam sarung tanagan dalam larutan klorin 0,5% lepaskan secara
terbalik keringkan
18) Memberikan penjeasan kembali tentang prsedur tindakan yang
sudah dilakukan pada klien

3
19) Dokumentasi, hari tangal dan jam pemasangan kateter, tipe dan
ukuran katater yang digunnakan, jumlah,warna, bau urine dan
kelainan-kelainan lain yang ditemukan, nama terang dan tanda
tangan pemasang.( Kusyati.2016)

4.Pelepasan Kateter

a. Definisi
Melepaskan drainase urine pada klien yang terpasang kateter
b. Tujuan
1. Untuk melatih klien berkemih secara normal tanpa menggunakan
kateter
2. Untuk menghindari adanya infeksi pada saluran perkemihan karena
pemakaian kateter dalam jangka waktu yang lama.
c. Indikasi
1. Pada pasien yang sudah bisa berkemih secara normal
2. Pada pasien yang sudah terpasang kateter lebih dari 7 hari
d. Kontra indikasi
Tidak ada
e. Efek samping
Terasa sedikit mengganjal dan terasa sedikit sakit.
f. Prosedur pelaksanaan
1) Informent consent, jelaskan prosedur tindakan dan minta
persetujuan tindakan
2) Siapkan alat secara ergonomis
3) Pasang sampiran dan pintu ditutup, dekatkan alat
4) Atur posisi klien dengan posisi dorsal recumbent dan lepaskan
pakaian bawah
5) Perlak dan alasnya dipasang dibawah gluteus
6) Letakkan 2 bengkok diantara kedua tungkai klien
7) Pakai alat pelindung diri dan cuci tangan secara benar
8) Membuka plester
9) Pakai sarung tangan

4
10) Mengeluarkan isi balon kateter dengan spuit
11) Menarik kateter dan anjurkan pasien untuk tarik nafas panjang
kemudian letakkan kateter pada bengkok
12) Olesi area preputium (meatus,uretra) degan betadin
13) Merapikan pasien,bereskan alat
14) Rendam sarung tanagn dalam larutan klorin 0.5% lepaskan secara
terbalik cuci tangan dan keringkan
15) Memberikan penjelasan kembali tentang prosedur tindakan yang
sudah dilakuakan pada klien
16) Dokumentasi (Kusyati.2016)

5.Huknah Rendah

a. Definisi
Tindakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan hangat ke
dalam kolon desendens melalui anus dengan menggunakan kanula
rektal. Kanul masuk 10-15 cm ke dalam rektal dengan ketinggian
irigator 50 cm posisi sims kiri.
b. Tujuan
1) Merangsang peristaltik usus, sehingga pasien dapat air besar
karena kesulitan untuk defeksi (obstipasi konstipasi)
2) Mengosongkan usus sebagai persiapan tindakan operasi
3) Tindakan Pengobatan
c. Indikasi
1) Pasien yang obstipasi
2) Pasien yang akan di operasi
3) Persiapan tindakan diagnostika misalnya (pemeriksaan radiologi)
4) Pasien dengan melena
d. Kontra indikasi
Tumor dan hemoroid (ambien)
e. Efek samping
Tidak ada
f. Mekanisme kerja

5
1) Cleansing(membersihkan)
2) Carminative(untuk mengobati flakulance)
3) Retensi(menahan)
4) Mengembalikan aliran
g. Prosedur pelaksanaan
1) Informed consent, jelaskan prosedur tindakan dan minta
persetujuan tindakan
2) Siapkan alat secara ergonomis
3) Pasang sampiran dan pintu ditutup, dekatkan alat
4) Pakai celemek/alat pelindung diri, mencuci tangan
5) Berdiri disebelah tangan klien dan pasang sarung tangan
6) Pasang perlak dan pengalas
7) Pasang selimut mandi sambil pakaian bagian bawah klien
ditinggalkan
8) Atur posisi klien sim k iri
9) Sambung selang karet dan klem (tertutup) dengan irigator
10) Isi irigator dengan cairan yang sudah disediakan
11) Gantung irigator dengan ketinggian 40-50 cm dari bokong klien
12) Keluarkan udara dari selang dengan mengalirkan cairan ke dalam
bengkok
13) Pasang kanul rekti dan olesi dengan jelly
14) Masukkan kanul ke anus sedalam 10-15 cm, klem dibuka
masukkan cairan secara perlahan
15) Jika cairan habis, klem selang dan cabut kanul dan masukkan ke
dalam bengkok
16) Atur kembali posisi klien dan minta klien menahan sebentar
17) Bantu klien ke wc jika mampu, jika tidak tetap dalam posisi
miring lalu pasang pispot di bokong klien.
18) Klien dirapikan
19) Alat dirapikan kembali
20) Rendam handscoon dalam larutan klorin 0,5%. Lepaskan secara
terbalik dan cuci tangan keringkan

6
21) Melaksanakan dokumentasi :
1) Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien
pada lembar catatan klien
2) Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama
petugas yang melakukan dan tanda tangan/paraf pada
lembar catatan klien.(Kusmiati, Sri 2013)

6.Huknah Tinggi

a. Definisi
Tindakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan hangat ke
dalam kolon desendens melalui anus dengan menggunakan kanula
rektal. Kanul masuk 15-20 cm ke dalam rektal dengan ketinggian
irigator 30 cm posisi sims kiri.
b. Tujuan
1) Membantu mengeluarkan fesces akibat konstipasi
2) Tindakan pengobatan/pemeriksaan diagnostic
c. Indikasi
1) Pasien yang obstipasi
2) Pasien yang akan dioperasi
3) Persiapan tindakan diagnostika misalnya (pemeriksaan radiologi)
4) Pasien dengan melena
d. Kontra indikasi
Tumor dan hemoroid (ambien)
e. Efek samping
Tidak ada
f. Mekanisme kerja
1) Cleansing(membersihkan)
2) Carminative(untuk mengobati flakulance)
3) Retensi(menahan)
4) Mengembalikan aliran

7
g. Prosedur kerja
1) Informed consent, jelaskan prosedur tindakan dan minta
persetujuan tindakan
2) Siapkan alat secara ergonomis
3) Pasang sampiran dan pintu ditutup, dekatkan alat
4) Pakai celemek/alat pelindung diri, mencuci tangan
5) Berdiri disebelah tangan klien dan pasang sarung tangan
6) Pasang perlak dan pengalas
7) Pasang selimut mandi sambil pakaian bagian bawah klien
ditinggalkan
8) Atur posisi klien sim kiri
9) Sambung selang karet dan klem (tertutup) dengan irigator
10) Isi irigator dengan cairan yang sudah disediakan
11) Gantung irigator dengan ketinggian 40-50 cm dari bokong klien
12) Keluarkan udara dari selang dengan mengalirkan cairan ke dalam
bengkok
13) Pasang kanul rekti dan olesi dengan jelly
14) Masukkan kanul ke anus sedalam 10-15 cm, klem dibuka
masukkan cairan secara perlahan
15) Jika cairan habis, klem selang dan cabut kanul dan masukkan ke
dalam bengkok
16) Atur kembali posisi klien dan minta klien menahan sebentar
17) Bantu klien ke wc jika mampu, jika tidak tetap dalam posisi miring
lalu pasang pispot di bokong klien.
18) Klien dirapikan
19) Alat dirapikan kembali
20) Rendam handscoon dalam larutan klorin 0,5%. Lepaskan secara
terbalik dan cuci tangan keringkan
21) Melaksanakan dokumentasi :
a) Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon
klien pada lembar catatan klien

8
b) Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama
petugas yang melakukan dan tanda tangan/paraf pada
lembar catatan klien (Kusmiati, Sri. 2013)

7.Buang Air Besar (BAB) Buang Air Kecil (BAK)

a. Definisi
Membantu pasien buang air besar (BAB) atau buang air kecil (BAK)
menggunakan pispot dan urinal.
b. Tujuan
1) Membantu memenuhi eliminasi BAK/BAB
2) Mengurangi pergerakan pasien
3) Menolong pasien yang tidak dapat/tidak boleh bergerak ke kamar
mandi (bedrest)
4) Untuk pemeriksaan feses/urine secara langsung tau pemeriksaan
specimen
c. Indikasi
Pasien yang tidak bisa turun dari tempat tidur
d. Kontra indikasi
1) Pasien yang mampu ke toilet atau bisa BAB secara mandiri
2) Pasien dengan fraktur vertebra dan femur
e. Efek samping
Tidak ada
f. Mekanisme kerja
Persiapan alat
1) Pispot/urinal
2) Handscoon
3) Tissue
4) Botol berisi air bersih
5) Kapas Btt
6) Pinset
7) Bengkok
8) Perlak

9
9) Larutan klorin 0.5%
g. Prosedur pelaksanaan
1) Memberi tahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
3) Memasang selimut mandi dan menurunkan selimut pasien
4) Meminta pasien untuk mengangkat bokongnya atau
membentangkan alas bokong pasien
5) Menanggalkan pakaian pasien bagian bawah
6) Memakai sarung tangan
7) Menganjurkan pasien untuk mengangkat bokong atau memiringkan
badannya dan memasang pispot dengan tepat
8) Tinggikan bagian kepala 30 derajat dari tempat tidur (bila tidak ada
kontra indikasi) dan kedua lutut ditekuk
9) Tinggalkan pasien dan anjurkan untuk membunyikan bel jika
sudah selesai atau memberitahu perawat
10) Kalau sudah selesai tarik pispot dan letakkan lengkap dengan
tutupnya
11) Membersihkan anus pasien dengan tissue atau kertas pembersih
12) Pada pasien wanita, bagiann vulva/vagina disiram dengan air
kemudian dikeringkan
13) Mengangkat pot, menganjurkan pasien miring membelakangi
perawat kemudian membersihkan daerah anus dan pembersih
14) Mengiringkan daerah anus dengan handuk
15) Mengangkat alas bokong
16) Megenakan pakaian bawah dan merapikan pasien
17) Mengangkat selimut mandi dan sekaligus menarik selimut pasien
ke atas
18) Membuka tabir,jendela dan pintu
19) Melepas sarung tangan dan merendam dalam larutan klorin 0,5%
20) Mencuci tangan
21) Catat dalam catatan perawat
a) Volume dan warna, bau urin/tinja

10
b) Banyaknya dan konsistensi tinja
c) catat kondisi perianal/anus (Siswanto. 2017)

11
KONSEP SOAP
PRAKTIK KLINIK KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN
MEMBANTU PROSES PEMASANGAN KATETER

A. Pengkajian
Tanggal :
Jam :
Tempat :
Nama Pengkaji :
No. Register :
1. DATA SUBJEKTIF
a. Identitas Pasien
Nama : Nama Suami :
Umur : Umur :
Pendidikan : Pendidikan :
Agama : Agama :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat : Alamat :
b. Keluhan Utama
Pasien mengatakan bahwa ia tidak dapat menahan untuk tidak
buang air kecil, dan pasien kemih dalam sehari 8 kali.
c. Riwayat Penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengatakan bahwa ia tidak dapat menahan untuk tidak
buang air kecil, dan pasien kemih dalam sehari 8 kali
2).Riwayat penyakit dahulu :
Pasien mengatakan dahulu tidak pernah menderita penyakit
jantung, stroke, diabetes mellitus, kanker payudara, TBC.
3).Riwayat penyakit keluarga :
Pasien mengatakan dari keluarga tidak pernah menderita penyakit
jantung, stroke, diabetes mellitus, kanker payudara, TBC.

12
2. DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan umum
1) KU : Baik/lemah
2) Kesadaran : Composmentis/Apatis/Delirium/Somnolen/
Sopor/Semi-coma/Coma
3) TTV
TD : 95-135 mmHg (sistolik)
60-80 mmHg (diastolik)
N : 60-100x/menit
S : 36,5-37,5℃ P :12-20x/menit
4) BB : 50 kg TB : 155 cm
b. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Bentuk bulat simetris, dan tidak ada benjolan, rambut
hitam bersih,
b. Wajah : Bentuk lonjong simetris, warna kulit bagus, dan tidak
pucat, bersih,
c. Mata : Bentuk mata simetris tidak juling, sclera tidak ikterik,
konjungtiva tidak Anemis, respon terhadap cahaya ada,
d. Telinga : Bentuk simetris antara kanan dan kiri, bersih tidak ada
serumen,
e. Hidung : Bentuk simetris, dan tidak ada nyeri tekan pada hidung,
hidung bagian dalam Bersih tidak ada serumen,
f. Mulut : Bentuk mulut simetris, warna pucat, mulut bagian dalam
bersih, bagian gigi Bersih tidak ada karies,
g. Leher : Bentuk leher simetris, dan tidak ada pembengkakan
kelenjar tyroid,
h. Ketiak : Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe,
i. Dada : Bentuk dada simetris, dan tidak ada benjolan,
j. Perut : Bentuk perut simetris, tidak ada benjolan, dan ada terdengar
bising usus,
k. Ekstermitas atas : Bentuk simetris, tidak ada kelainan pada kulit
dan tulang,

13
l. Ekstermitas bawah : Tidak ada oedema, tidak ada varises, tungkai
tidak berbentuk O dan X,.

3. ANALISA
… umur … tahun, dengan kesadaran composmetris, dengan penyakit
Inkontinensia.

4. PERENCAAN
1) Informent consent, jelaskan prosedur tindakan dan minta
persetujuan tindakan
2) Siapkan alat secara ergonomis
3) Pasang sampiran dan pintu ditutup, dekatkan alat
4) Atur posisi klien dengan posisi dorsal recumbent dan lepaskan
pakaian bawah
5) Perlak dan alasnya dipasang dibawah gluteus
6) Letakkan 2 bengkok diantara kedua tungkai klien
7) Pakai alat pelindung diri dan cuci tangan secara benar
8) Pakai sarung tangan
9) Labia mayora dibuka dengan ibu jari dan telunjuk tangan petugas
lakukan vulva hygiene/bersihkan vulva sekurang-kurangnya tiga
kali, pasang duk bolong steril, selang kateter diberi jeli
secukupnya pada permukaan yang akan dimasukkan pada uretra
kurang lebih 2-3 cm, memasukkan kateter perlahan-lahan sedalam
5-7,5 cm atau hingga urine keluar, klien dianjurkan menarik nafas
dalam.
10) Menyambungkan kateter dengan urine bag
11) Isi balon kateter urine dengan aquabidest/nacl 0,9% -m10 cc
sesuai dengan petunjuk yang tertera pada pembungkus kateter
urine
12) Fiksasi kateter urine di daerah pangkal paha
13) Letakkan urine bag lebih rendah dari pada kantung kemih atau
gantung urine bag di bed

14
14) Disinfeksi sambungan urine bag dengan kateter urine
15) Merapikan pasien, bersihkan alat
16) Rendam sarung tanagan dalam larutan klorin 0,5% lepaskan secara
terbalik keringkan
17) Memberikan penjeasan kembali tentang prsedur tindakan yang
sudah dilakukan pada klien

15
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Aziz. 2014, Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk Kebidanan.


Jakarta: Salemba Medika

Eko, sulistiani. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan, Yogyakarta


Bantul, 2014

Kusyati.2016, Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar,


jakarta: ECG

Kusmiati, Sri 2013. Dasar-Dasar perilaku. Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga


Kesehatan Departemen Kesehatan

Tarwoto, wartonah, 2016, Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan,


Yogyakarta

Siswanto. Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan dan Perkembangannya.


Yogjakarta 2017

16

Anda mungkin juga menyukai