Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan salah satu makhluk hidup, dikatakan sebagai
makhluk hidup karena dapat bernafas, berkembang biak, tumbuh, beradaptasi,
memerlukan makanan dan mengeluarkan metabolisme (eliminasi). Setiap kegiatan
yang dilakukan tubuh dikarenakan peran masing – masing organ.
Salah satu kegiatan tubuh dalam membuang sisa – sisa
metabolisme adalah mengeluarkan urine. Membuang urine dengan melalui
eliminasi merupakan salah satu aktivitas pokok yang harus dilakukan oleh setiap
manusia.
Eliminasi urin merupakan salah dari proses metabolik tubuh. Zat yang
tidak dibutuhkan, dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-
paru secara primer mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk
selama metabolisme pada jaringan. Hampir semua karbondioksida dibawa keparu-
paru oleh sistem vena dan diekskresikan melalui pernapasan. Kulit
mengeluarkan air dan natrium/keringat. Ginjal merupakan bagian tubuh primer
yang utama untuk mengekskresikan kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion
hidrogen, dan asam.
Eliminasi urin secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan dan
sirkulasi volume darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan
menurun. Pengeluaran urin juga berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal,
yang mempengaruhi kuantitas, urin dan kandungan produk sampah didalam urin.

B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
B. Menggunakan Urineal dan Pispot untuk Berkemih
1. Pengertian
Tindakan untuk membantu pasien yang tidak mampu berkemih
secara mandiri di kamar kecil adalah tindakan untuk memenuhi kebutuhan
berkemih pasien dengan menggunakan urinal dan pispot.
2. Tujuan
Memenuhi kebutuhan eliminasi perkemihan.
3. Alat dan Bahan
a. Urinal untuk laki-laki dan pispot untuk wanita.
b. Pengalas
c. Tisu
4. Prosedur Kerja
1) Jelaskan prosedur pada pasien.
2) Cuci tangan.
3) Pasang alas urinal/pispot di bawah bokong.
4) Lepaskan pakaian bawah pasien.
5) Untuk wanita, pispot diletakkan di bawah bokong. Sementara untuk
laki-laki, urinal diletakkan di antara kedua paha dengan ujung penis
masuk ke lubang urinal.
6) Perawat menganjurkan pasien untuk berkemih.
7) Setelah seluruh proses selesai, perawat membersihkan tubuh pasien
yang terkena urin dengan tisu kamar mandi (guyur dengan air dan
keringkan dengan tisu).
8) Merapikan seluruh peralatan.
9) Cuci tangan setelah seluruh proses selesai.
10) Catat seluruh proses seperti warna dan jumlah urin.
C. Kateterisasi Perkemihan
1. Pengertian
Tindakan memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra
dan masuk ke dalam kandung kemih disebut sebagai kateterisasi
perkemihan. Terdapat dua jenis keteterisasi perkemihan, yaitu menetap dan
intermiten.
2. Tujuan
a. Mengeliminir ketidaknyaman pada pasien karena distensi kandung
kemih.
b. Mendapatkan urine steril untuk spesimen agar dapat dicek di
laboratorium.
c. Pengkajian dan penelitian residu urine.
d. Penatalaksanaan pasien yang dirawat karena trauma medula spinalis,
gangguan neuromuskular atau inkompeten kandung kemih, serta
pasca operasi besar.
e. Mengobati obstruksi aliran urine pada pasien.
f. Mengobati retensi perkemihan pada pasien.
3. Alat dan Bahan
a. Sarung tangan steril.
b. Kateter steril (sesuai dengan ukuran dan jenis)
c. Duk steril
d. Minyak pelumas/jeli
e. Larutan pembersih antiseptik (kapas sublimat)
f. Spuit yang berisi cairan/udara
g. Perlak
h. Pinset anatomi
i. Bengkok
j. Kantung penampung urine
k. Sampiran
4. Prosedur Kerja
a. Pemasangan Kateter Perkemihan Pria
1) Jelaskan seluruh prosedur pada pasien.
2) Cuci tangan sebelum seluruh prosedur dilakukan.
3) Pasang sampiran agar privasi pasien terjaga.
4) Pasang perlak.
5) Gunakan sarung tangan steril selama proses berlangsung.
6) Pasang duk steril.
7) Tangan kiri perawat memegang penis, lalu prepusium ditarik
sedikit ke pangkalnya, kemudian bersihkan dengan kapas
sublimat.
8) Perawat memberi minyak pelumas/jeli pada bagian ujung
kateter, kurang lebih 12,5 – 17,5 cm, lalu masukkan kateter
itu perlahan sekitar 17,5 – 20 cm. Kemudian anjurkan pasien
untuk menarik napas dalam.
9) Jika ada yang tertahan katakan kepada pasien untuk tidak
memaksanya.
10) Setelah kateter masuk, isi balon dengan cairan aquades atau
sejenisnya. Ini dilakukan agar kateter menetap, serta bila
terjadi intermiten, perawat perlu menarik kembali, sambil
meminta pasien untuk menarik napas dalam-dalam.
11) Menyambung kateter dengan kantung penampang, serta
lakukan fiksasi ke arah atas paha/abdomen.
12) Rapikan peralatan.
13) Cuci tangan setelah proses selesai.
14) Catat seluruh prosedur serta respons pasien.
b. Pemasangan Kateter Perkemihan Wanita
1) Jelaskan seluruh prosedur pada pasien.
2) Cuci tangan sebelum seluruh prosedur dilakukan.
3) Pasang sampiran agar privasi pasien terjaga.
4) Pasang perlak.
5) Gunakan sarung tangan steril selama proses berlangsung.
6) Pasang duk steril di sekitar alat genital pasien.
7) Perawat membersihkan vulva dengan kapas sublimat dengan
arah dari atas ke bawah. Proses ini dilakukan sebanyak 3 kali
hingga bersih.
8) Perawat membuka labia mayora dengan ibu jari, serta
telunjuk tangan kiri, kemudian bersihkan bagian dalam
hingga tuntas.
9) Memberi minyak pelumas/jeli pada ujung kateter, kurang
lebih 2,5 – 5 cm, lalu masukkan perlahan serta minta pasien
untuk menarik napas dalam. Kemudian masukkan kateter
sekitar 2,5 – 5 cm atau hingga urine keluar.
10) Setelah isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya. Ini
dilakukan agar kateter menetap, serta bila terjadi intermiten,
perawat perlu menarik kembali, sambil meminta pasien
untuk menarik napas dalam.
11) Sambungkan kateter dengan kantung penampang urine, serta
lakukan fiksasi ke arah samping.
12) Rapikan peralatan.
13) Cuci tangan setelah proses selesai.
14) Catat seluruh prosedur serta respons pasien.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar


Klien. Jakarta: Penerbit Salemba Medika

Hidayat, Azis Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2002. Kebutuhan Dasar Manusia: Buku
Saku Praktikum. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Sutanto, Andina Vita dan Yuni Fitriana. Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi
dalam Praktik Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Anda mungkin juga menyukai