Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMASANGAN KATETER

1. Pengertian
Kateter adalah suatu selang untuk memasukkan dan mengeluarkan cairan. Kateterisasi
urinarius adalah memasukkan kateter melalui uretra ke dalam kandung kemih dengan tujuan
untuk mengeluarkan urin
1. Prinsip prinsip pemasangan kateter
a. Gentle hati-hati
b. Sterilitas à Sifat prosedur yang steril
c. Adekuat lubrication à
d. Gunakan kateter ukuran kecil
2. Macam-macam kateter
a. Bentuk
- Straight; lurus tanpa ada cabang
Contoh : Robinson kateter, Nelaton kateter
- Coude Catheter; kateter dengan ujung lengkung dan ramping
Sebuah kateter Coude digunakan pada klien pria, yang mungkin mengalami
pembesaran prostat yang mengalami obstruksi sebagian uretra
Contoh : Kateter Tiemann
- Self Retaining Kateter; dipakai menetap
Contoh : Molecot Kateter, Foleey Kateter
b. Ukuran
- Skala Cheriere’s (Franch)
- Ich atau Fr 0,33 mm
- Atau 1 mm = 3 Fr
- Contoh: Kateter 18 Fr artinya diameter luarnya 6 mm
c. Bahan
- Stainless
- Lateks (karet)
- Silikon
- Dilapisi silikon

1
- sifat pemakaian
 Sementara
 Menetap
 Sekali pakai
- system retaining (pengunci)
- jumlah percabangan
 Cabang 1 (One Way)  digunakan untuk sekali pakai
 Cabang 2 (Two Way) digunakan untuk kateter sementara
 Cabang 3 (Three Way) digunakan untuk kateter permanen

2. Tujuan
1. Untuk mengeluarkan urin
2. Menghilangkan ketidaknyamanan karena distensi kandung kemiih.
3. Mendapatkan urine steril intuk spesimen
4. Pengkajian residu urine
5. Penatalaksanaan pasien yang dirawat karena trauma medulla spinalis, gangguan
neuromuskular, atau inkompeten kandung kemih. Serta pasca operasi besar.
6. Mengatasi obstruksi aliran urine
7. Mengatasi retensi perkemihan.

3. Indikasi
1. Mengatasi retensi urine
2. Mengukur jumlah produksi urine oleh ginjal secara akurat
3. Untuk memperoleh bahan urine steril
4. Mengukur jumlah residu dalam kandung kemih
5. Memeperoleh bahan urin bilatidak dapat ditampung dengan cara yang lain : menampung
urine agar tidak terkontaminasi pada wanita yang sedang menstruasi atau pada klien yang
mengalami masalah inkontinensia urin
6. Mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama operasi dan sebelum suatu
pemeriksaan diagnostic

2
7. Membantu memenuhi kebutuhan pasien untuk mengosongkan kandung kemih, yang
digunakan bila pasien mengalami sakit yang akut, sakit yang hebat atau terbatas
pergerakan atau tidak sadar akan lingkungan
8. Menjaga agar kandung kemih tetap kosong dan penyembuhan luka pengobatan beberapa
infeksi dan operasi suatu organ dari system urinarius dimana kandung kemih tidak boleh
tegang sehingga menekan struktur yang lain
9. Menjaga agar pasien yang inkontinen teta kering pada daerah perineum, agar kulit tetap
utuh dan tidak infeksi
10. Membantu melatih kembali atau memulihkan pengendalian kandung kemih secara normal

4. Kontra Indikasi
1) Pasien dengan prostatitis akut
2) Pasien dengan suspek trauma uterthral
3) Pasien dengan riwayat stiktur urethra
4) Pasien yang baru selesai Trans Urethral Reserction of prostate) dalam jangka 24
jam
5) Pasien yang dicurigai hematuria
6) Pasien yang mengalami tanda dan gejala infeksi saluran kemih
5. Penatalaksanaan
Tahap Pra Interaksi
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan
dilaksanakan.
4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.
6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
7) Privacy klien selama komunikasi dihargai
8) Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama
berkomunikasi dan melakukan tindaka.
9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)

3
Tahap Orientasi
1) Memperkenalkan diri
- Mengucapkan salam terapeutik dan memeprkenalkan diri
- Validasi data : nama klien dan data lain terikat
2) Meminta persetujuan tindakan
- Menyampaikan/menjelaskan tujuan tindakan
- Menyampaikan/menjelaskan langkah-langkah prosedur
3) Membuat kontrak dan kesepakatan untuk pelaksanaan tindakan
Tahap Kerja
1) Memberikan sampiran dan menjaga privacy
2) Mengatur posisi pasien (wanita:posisi dorsal recumbent, pria:posisi supine dan
melepaskan pakaian bawah)
3) Memasang perlak, penglas di bawah bokong pasien
4) Menutup area pinggang dengan selimut pasien serta menutup bagian ekstremitas
bawah dengan selimut mandi sehingga hanya area perineal yang terpajan
5) Meletakkan nierbekken di antara paha pasien
6) Menyiapkan cairan antiseptic ke dalam kom
7) Gunakan sarung tangan bersih
8) Membersihkan genetalia dengan cairan antiseptic
9) Buka sarung tangan dan simpan nierbekken atau buang ke kantong plastic yang telah
disediakan
10) Buka bungkusan luar set kateter dan urin bag dan kemudian simpan di alas steril.
Jika pemasangan kateter dilakukan sendiri, maka siapkan KY jelly di dalam bak
sterik. Jangan menyentuh area steril
11) Gunakan sarung tangan steril
12) Buka sebagian bungkusan dalam kateter, pegang kateter dan berikan jelly pada
ujung kateter (dengan meminta bantuan atau dilakukan sendiri) dengan tetap
mempertahankan teknik steril
Pada laki-laki
13) Posisikan penis tegak lurus 90 derajat dengan tubuh pasien
Pada wanita

4
14) Buka labio minora menggunakan ibu jari dan telunjuk atau telunjuk dengan jari
tengah tangan tidak dominan
15) Dengan menggunakan pinset atau tangan dominan, masukkan kateter perlahan-lahan
hingga ujung kateter. Anjurkan pasien untuk menarik nafas saat kateter dimasukkan.
Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian
dicoba lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan.
16) Pastikan nierbekken yang telah disiapkan berasa di ujung kateter agar urine tidak
tumpah. Setelah urin mengalir, ambil specimen urin bila diperlukan. Lalu segera
sambungkan kateter dengan urine bag
17) Kembangkan balon kateter dengan aquadest/NaCl steril sesuai volume yang tertera
pada label spesifikasi kateter yang dipaka
18) Tarik kateter keluar secara perlahan untuk memastikan balon kateter sudah terfiksasi
dengan baik dalam vesika urinaria.
19) Bersihkan jelly yang tersisa pada kateter dengan kasa
20) Fiksasi kateter:
Pada pasien laki-laki difiksasi dengan plester pada abdomen
Pada pasien wanita kateter difiksasi dengan plester pada pangkal pah
21) Menempatkan urine bag di tempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung
kemih
22) Lepaskan duk dan pengalas serta bereskan alat
23) Lepaskan sarung tangan
24) Rapihkan kembali pasien

Tahap Terminasi
1) Menginformasikan hasil tersebut kepada klien dan evaluasi tujuan
2) Kontrak pertemuan selanjutnya dan mengucapkan salam terminasi
3) Merapikan alat dan mengembalikan ke tempat semula (ruang penyimpanan).
4) Mencuci tangan

Tahap Evaluasi
1) Mengobservasi respon klien selama dan sesudah prosedur pemasangan kateter.
2) Mengevaluasi produksi urine

5
B. PERHITUNGAN CAIRAN, PENGUKURAN ASUPAN DAN KELUARAN CAIRAN
1. Proporsi Cairan Tubuh
Air memiliki presentase yang besar dari badan manusia. Pada bayi prematur sekitar
80% dari barat badannya adalah air. Sedangkan pada bayi yang lahir cukup sekitar 70%
dari berat badannya merupakan air. Seiring dengan bertumbuhnya usia maka presentase
air menurun. Pada orang dewasa laki-laki kira-kira 60% dari berat badannya adalah air.
Sedangkan pada wanita dewasa sekitar 50% adalah air. Presentase air pada tubuh lansia
kira-kira 45% sampai 55% dari berat badannya. (Horner dan Swearingen.2001).
Cairan di dalam tubuh manusia tidaklah terkumpul didalam satu tempat saja,
melainkan didistribusikan kedalam dua ruangan utama yakni cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang terdapat didalam sel denganm jumlah
sekita 40% dari berat badan, dan merupakan bagian dari protoplasma. Pada intraseluler ini
terjadi proses metabolisme.
Cairan ekstraseluler adalah cairan yang terdapat diluar sel dengan jumlah sekitar
20% dari berat badan dan berperan dalam memberi bahan makanan bagi sel dan
membuang sampah sisa metabolisme. Cara ekstraseluler ini terbagi menjadi dua, yaitu
cairan intersitial dan cairan intravaskuler. Cairan intersitial adalah cairan yang terdapat
pada celah antarsel atau disebut pula cairan jaringan, berjumlah sekitar 15% dari berat
badan. Pada umumnya cairan intrasitial berfungsi sebagai pelumas agar tidak terjadi
gesekan pada saat dua jaringan tersebut bergerak. Contoh dari cairan intersitial yaitu
cairan pleura, cairan perikardial dan cairan peritoneal. Cairan intravaskuler merupakan
cairna yang terdapat didalam pembuluh darah dan merupakan plasma yang berjumlah
sekitar 5% dari berat badan.

2. Komponen Cairan
a. Cairan Nutrien
Cairan nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori dalam bentuk
karbohidrat, nitrogen, dan vitaminn yang penting untuk metabolisme. Kalori Yng
berada cairan dapat berkisar antara 200-1500 kalori perliter.
Cairan nutrien terdiri atas :
1) Karbohidrat dan air, contoh : dextrose (glukosa), levulose (fruktosa), invert sugar
(½ dextrose dan ½ levulose)
2) Asam amino, contoh : amigen, amonosol, dan travamin
3) Lemak, contoh : lipomul dan liposyn.

b. Blood Volume Expanders


Blood volume eksanders merupakan bagian dari jenis cairan yang berfungsi
untuk meningkatkan volume pembuluh darah setelah kehilangan darah atau plasma.
Jenis blood volume expanders antara lain human serum albumin dan dextran dengan
konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotik, sehingga
secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah.
c. Cairan Elektrolit
6
Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan
tetap dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas cairan isotonik,
hipotonik dan hipertonik.

Contoh cairan elektrolit adalah :


1) Cairan Ringer’s, terdiri atas : Na+, K+, Cl-, Ca2+
2) Cairan Ringer’s Laktat, terdidri atas : Na+, K+, Mg+, Cl-, Ca2+, HCO3-
3) Cairan Buffer’s, terdiri atas : Na+, K+, Mg2+, Cl-, HCO3-

3. Pengaturan Volume Cairan Tubuh


Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah cairan
yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.
a. Asupan Cairan
Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah
±2500cc per hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari
makanan lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan
mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur keseimbangan
cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi ketidakseimbangan volume cairan tubuh
yang dimana asupan cairan kurang atau adanya perdarahan, maka curah jantung
menurun, menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah.

b. Pengeluaran Cairan
Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan
pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah ±2300 cc. Jumlah air yang paling
banyak keluar berasal dari ekskresi ginjal (berupa urine), sebanyak ±1500 cc per hari
pada orang dewasa. Hal ini juga dihubungkan dengan banyaknya asupan air melalui
mulut. Asupan air melalui mulut dan pengeluaran air melalui ginjal mudah diukur,
dan sering dilakukan dalam praktik klinis. Pengeluaran cairan dapat pula dilakukan
melalui kulit (berupa keringat) dan saluran pencernaan (berupa feses).
Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan pengawasan
asupan dan pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan
pernapasan, demam, keringat, dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan secara
berlebihan. Kondisi lain yang dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan
adalah muntah secara terus-menerus.

Hasil-hasil pengeluaran cairan adalah:


1) Urine
Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika urinaria.
Proses ini merupakan proses pengeluaranm cairan tubuh yang utama. Cairan
dalam ginjal disaring pada glomerulus dan dalam tubulus ginjal untuk kemudian

7
diserap kembali ke dalam aliran darah. Hasil eksresi terakhir proses ini adalah
urine.
Jika terjadi pennurunan volume dalam sirkulasi darah, reseptor antrium
jantung kiri dan kanan akan mengirimkan impuls ke otak, kemudian otak akan
mengirimkan impuls kembali ke ginjal dan memproduksi ADH sehingga
memengaruhi pengeluaran urine.

2) Keringat
Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu yang
panas. Keringat dapat mengandung garam, urea, asam laktat, dan ion kalium.
Banyaknya jumlah keringat yang keluar akan memengaruhi kadar natrium dalam
plasma.
3) Feses
Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat. Pengeluaran
air melalui feses merupakan pengeluaran cairan yang paling sedikit jumlahnya.
Jika cairan yang keluar melalui feses jumlahnya berlebihan, maka dapat
menyebabkan tubuh menjadi lemas. Jumlah rata-rata pengeluaran cairan memalui
feses adalah 100 ml/hari.

4. Metode Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


Keseimbangan cairan dalam tubuh tidak boleh dianggap sepele karena dapat
mengganggu vitalitas fungsional tubuh. Apabila tidak segera ditanggulangi maka akan
menyebabkan kematian. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional harus
tanggap dan cakap dalam mengatasi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Perawat harus memiliki kompetensi yang baik dalam beberapa hal terkait dengan
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit guna penanggulangan gangguan cairan dan
elektrolit. Kompotensi tersebut meliputi terapi intravena, mengukur intake dan output
cairan, dan transfusi darah.
a. Menghitung Cairan Intravena (Infus)
Pemberian cairan intravena yaitu memasukkan cairan atau obat langsung
kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan
infus set. Tindakan ini dilakukan pada klien dengan dehidrasi, sebelum transfusi
darah, pra dan pasca bedah sesuai pengobatan, serta klien yang tidak bisa makan dan
minum melaui mulut.

Cara Menghitung Tetesan Infus:


faktor tetes Otsuka 1cc = 15 tetes
faktor tetes Terum 1 cc = 20 tetes
(Kebutuhan cairan x faktor tetes) = Jumlah tetesan/menit
(jumlah jam x 60menit)

1) Macro
8
Jika yang ingin dicari tahu adalah berapa tetesan yang harus kita cari
dengan modal kita tahu jumlah cairan yang harus dimasukkan dan lamanya waktu,
maka rumusnya adalah:
MACRO = 1 cc = 20 tts/mnt
Tetes/menit : (Jumlah Cairan x 20)
(Lama Infus x 60)

Jika yang dicari adalah lama cairan akan habis, maka rumusnya adalah sebagai berikut:
Lama Infus: (Jumlah Cairan x 20)
(jumlah tetesan dlm menit x 60)
Contoh: seorang pasien harus mendapat terapi cairan 500 ml dalam waktu 4 jam,
maka jumlah tetesan yang harus kita berikan adalah (500x20 ) / (4 x 60) =
10000 / 240 = 41,7 = 42 tetes/menit begitupun untuk rumus lama infuse
tinggal dibalik aja.
2) Micro
Selang infuse micro adalah selang infuse yang jumlah tetesannya lebih kecil dari
macro, biasanya terdapat besi kecil di selangnya, dan biasanya digunakan untuk bayi,
anak dan pasien jantung dan ginjal. Rumus untuk menghitung jumlah tetesannya adalah
sebagai berikut:
Jumlah tetes/menit = (Jumlah cairan x 60 ) / (Lama Infus x 60)

Sedangkan rumus lamanya cairan habis adalah sebagai berikut:


Lama waktu : ( Jumlah Cairan x 60)
(jumlah tetesan dalam menit x 60)

Contoh: Dokter meresepkan kebutuhan cairan Nacl 0,9 % pada Tn A 1000 ml/12
jam. faktor drips (tetes) 15 tetes/1 ml. berapa tetes per menit cairan
tersebut diberikan?
Strategi menjawab kasus
 Ketahui jumlah cairan yang akan diberikan
 konversi jam ke menit (1 jam = 60 menit)
 masukkan kedalam rumus (Jumlah cairan yang dibutuhkan dikali dengan
faktor drips, lalu dibagi dengan lamanya pemberian)

Jadi jawabannya adalah (1000 x 15)/(12 x 60) = 15.000/720 = 20.86 dibulatkan


jadi 21, Cairan tersebut harus diberikan 21 tetes/menit.

Terkadang kita agak kesulitan dalam menghitung tetesan infus yang akan
kita berikan kepada seorang pasien, berikut tips2 nya
RUMUS:
1 cc = 20 tetes makro = 60 tetes mikro
9
contoh soal :
a) infus 500 cc diberikan kepada seorang pasien 20 tetes makro/ menit habis
dalam berapa jam? jika dalam micro?
jawab : 1 cc = 20 tetes makro –> berarti pasien diberikan 1 cc/ menit, infus
yang tersedia 500 cc –> = akan habis dalam 500 dibagi 60 menit =
8,333 jam. kalau dalam micro tinggal di kali 3 aja. jadinya = 24,99
jam.
b) berapa tetes macro per menit tetesan 500 cc infus RL harus diberikan agar
habis dalam 4 jam?
Jawab : 500 cc dibagi 4 jam = 125 cc –> ini jumlah cc RL yang harus
diberikan per jamnya, 125 cc dibagi 60 = 2,083 cc / menit. ini
jumlah cc RL yang harus diberikan per menitnya. 1 cc = 20 tetes
makro = 60 tetes mikro jadi 2,083 cc = (2,083 x 20) 41,66 tetes
makro = (2,083 x 60) 124,98 tetes mikro.

b. Menghitung IWL ( Insensible Water Loss)


1) Rumus menghitung balance cairan
CM – CK = IWL

Ket:
CM : Cairan Masuk
CK : Cairan Keluar

2) Rumus IWL

Ket:
BB = Berat Badan
Contoh: Tn.A dengan BB 50 kg dengan suhu tubuh 37⁰C

Jadi jika dalam 24 jam ----> 31,25 x 24 = 750cc

3) Rumus IWL Kenaikan Suhu

Contoh: Tn.A BB 50kg, suhu= 39⁰C, CM= 200cc


IWL = [(10% x 200) x (39⁰C - 37⁰C)] + 31,25cc
24 jam
10
= (20 x 2) + 31,25cc
24
= 1,7 + 31,25 = 32,95 cc/jam

c. Tehnik Menghitung Balance Cairan (Anak)


Menghitung Balance cairan anak tergantung tahap umur, untuk menentukan Air
Metabolisme, menurut Iwasa M, Kogoshi S dalam Fluid Tehrapy Bunko do
(1995) dari PT. Otsuka Indonesia yaitu:
a. Usia Balita (1 - 3 tahun) : 8 cc/kgBB/hari
b. Usia 5 - 7 tahun : 8 - 8,5 cc/kgBB/hari
c. Usia 7 - 11 tahun : 6 - 7 cc/kgBB/hari
d. Usia 12 - 14 tahun : 5 - 6 cc/kgBB/hari

Rumus:
IWL pada anak = (30 - usia anak dalam tahun) x cc/kgBB/hari

Jika anak mengompol menghitung urine 0,5 cc - 1 cc/kgBB/hari

CONTOH :
An. M (3 tahun) BB 14 Kg, dirawata hari ke dua dengan DBD, keluhan pasien
menurut ibunya: "rewel, tidak nafsu makan; malas minum, badannya masih hangat;
gusinya tadi malam berdarah" Berdasarkan pemeriksaan fisik didapat data: Keadaan
umum terlihat lemah, kesadaran composmentis, TTV: HR 100 x/menit; T 37,3 °C;
petechie di kedua tungkai kaki, Makan /24 jam hanya 6 sendok makan, Minum/24
jam 1000 cc; BAK/24 jam : 1000 cc, mendapat Infus Asering 1000 cc/24 jam. Hasil
pemeriksaan lab Tr terakhir: 50.000. Hitunglah balance cairan anak ini!

Input cairan: Minum : 1000 cc


Infus : 1000 cc
AM : 112 cc + (8 cc x 14 kg)
2112 cc

Out put cairan: Muntah : 100 cc


Urin : 1000 cc
IWL : 378 cc + (30-3 tahun) x 14 kg
1478 cc

Balance cairan = Intake cairan - Output Cairam


= 2112 cc - 1478 cc
= + 634 cc

11
Sekarang hitung balance cairannya jika suhu An x 39,8 °C !
yang perlu diperhatikan adalah penghitungan IWL pada kenaikan suhu gunakan rumus:

IWL + 200 ( Suhu Tinggi - 36,8 °C) 36,8 °C adalah konstanta.

IWL An. M = 378 + 200 (39,8 °C - 36,8 °C)


= 378 + 200 (3)
= 378 + 600
= 978 cc
Maka output cairan An. M = Muntah : 100 cc
Urin : 1000 cc
IWL : 978 cc +
2078 cc
Jadi Balance cairannya = 2112 cc - 2078 cc = + 34 cc.
Ingat menghitung Balnce cairan harus kumpulan data/24 jam!!!!!!

d. Tehnik menghitung Balance Cairan (Dewasa)


Menghitung balance cairan seseorang harus diperhatikan berbagai faktor,
diantaranya Berat Badan dan Umur..karena penghitungannya antara usia anak dengan
dewasa berbeda.
Menghitung balance cairanpun harus diperhatikan mana yang termasuk
kelompok Intake cairan dan mana yang output cairan. Berdasarkan kutipan dari Iwasa
M. Kogoshi S (1995) Fluid Therapy do (PT. Otsuka Indonesia) penghitungan wajib
per 24 jam bukan pershift.

Input cairan: Air (makan+Minum) = ......cc


Cairan Infus = ......cc
Therapi injeksi = ......cc
Air Metabolisme = ......cc (Hitung AM= 5 cc/kgBB/hari)
Output cairan: Urine = ......cc
Feses = .....cc (kondisi normal 1 BAB feses = 100 cc)
Muntah/perdarahan
cairan drainage luka/
cairan NGT terbuka = .....cc
IWL = .....cc (hitung IWL= 15 cc/kgBB/hari)
Contoh Kasus:
Tn. Y (35 tahun), BB 60 Kg; dirawat dengan post op Laparatomi hari kedua. Akibat
appendix perforasi, Keadaan umum masih lemah, kesadaran composmentis..Vital sign
TD: 110/70 mmHg; HR 88 x/menit; RR 20 x/menit, T 37 °C: masih dipuasakan, saat
ini terpasang NGT terbuka cairan berwarna kuning kehijauan sebanyak 200 cc; pada
daerah luka incici operasi terpasang drainage berwarna merah sebanyak 100 cc, Infus
terpasang Dextrose 5% drip Antrain 1 ampul /kolf : 2000 cc/24 jam., terpasang
12
catheter urine dengan jumlah urine 1700 cc, dan mendapat tranfusi WB 300 cc;
mendapat antibiotik Cefat 2 x 1 gram yg didripkan dalam NaCl 50 cc setiap kali
pemberian, Hitung balance cairan Tn Y!

Input Cairan: Infus = 2000 cc


Tranfusi WB = 300 cc
Obat injeksi = 100 cc
AM = 300 cc (5 cc x 60 kg) +
2700 cc

Output cairan: Drainage = 100 cc


NGT = 200 cc
Urine = 1700 cc
IWL = 900 cc (15 cc x 60 kg) +
2900 cc
Jadi Balance cairan Tn Y dalam 24 jam = Intake cairan - output cairan
= 2700 cc - 2900 cc
= - 200 cc.

Bagaimana jika ada kenaikan suhu? maka untuk menghitung output terutama IWL gunakan
rumus :
IWL + 200 (suhu tinggi - 36,8 .°C), nilai 36,8 °C adalah konstanta

Andaikan suhu Tn Y adalah 38,5 °C, berapakah Balance cairannya?


berarti nilai IWL Tn Y = 900 + 200 (38,5 °C - 36,8 .°C)
= 900 + 200 (1,7)
= 900 + 340 cc
= 1240 cc

Masukkan nilai IWL kondisi suhu tinggi dalam penjumlahan kelompok Output:
Drainage = 100 cc
NGT = 200 cc
Urine = 1700 cc
IWL = 1240 cc +
3240 cc
Jadi Balance cairannya dalam kondisi suhu febris pada Tn Y adalah:
2700 - 3240 cc = -540 cc

Pengambilan Sampel Urine Untuk Pemerikasaan

13
PENGERTIAN
         Suatu tindakan mengambil sejumlah urine sebagai sampel untuk pemeriksaan
laboratorium.
TUJUAN
         Mengambil sampel urine yang tidak terkontaminasi untuk menganalisa urine rutin atau
test diagnostik yang meliputi test kultur dan sensitivitas.
         Mengetahui adanya mikroorganisme dalam urine.
NO TINDAKAN BOBOT NILAI BOBOT KETERANGAN
X
NILAI
I PENGKAJIAN 2
         Mengkaji instruksi /
pesanan medik untuk
pemeriksaan diagnostik.
         Mengkaji intake dan pola
eliminasi klien.
         Mengkaji tingkat
pengetahuan klien akan
prosedur dan tujuan
pemerikasaan urine.
         4.   Mengkaji tujuan
pengambilan sampel urine,
untuk menetukan metode yang
tepat dalam pengambilan
sampel urine.
II INTERVENSI 3
A.   Persiapan Alat :
         Bokal/botol/wadah tempat
sampel urine.
o   Bokal/botol/wadah steril untuk
pemeriksaan urine kultur dan
sensitivitas.
o   Bokal/botol/wadah bersih untuk
pemeriksaan urine rutin atau
urine lengkap.
         Handscoen bersih.
         Pot/urinal.
         Nierbeken/bengkok.
         Perlak/alas.
         Etiket.
         Formulir pemeriksaan.
         Menurut cara pengambilan

14
sampel urine :
o   Melalui kateter :
  Spuit 10 cc bila kateter
mempunyai port menggunakan
jarum no 21 G atau 22 G.
  Klem penjepit.
  Kapas alkohol 70%.
o   Dengan cara mid stream :
  Baskom berisi air hangat,
sabun, washlap dan handuk.
  Pinset steril dan kapas betadine.
BPersiapan Klien :
         Menjelaskan prosedur dan
tujuan dilakukannya pengambilan
sampel urine.
III IMPLEMENTASI
         Menutup sampiran. 3
         Mencuci tangan.
         Memakai handscoen bersih.
         Melakukan pengambilan sampel
urine :
a.   Melalui Kateter :
         Mengklem selang urine bag
selama kurang lebih 30 menit.
         Meletakkan
perlak/pengalas dibawah tempat
pengambilan urine.
         Melakukan pengambilan
urine :
a)   Kateter dengan port :
  Mendesinfeksi lokasi
penusukan dengan kapas
alkohol 70%.
  Menusukkan jarum dengan
sudut 90 pada port.
  Melakukan aspirasi urine
sebanyak ± 3 – 5 cc untuk
pemeriksaan kultur urine, atau
± 10 – 20 cc untuk pemeriksaan
urine lengkap.
  Memindahkan urine dari spuit
kedalam bokal/botol steril.
15
b)   Kateter tanpa port :
  Membuka tutup bokal/botol
urine dan meletakkannya diatas
perlak/pengalas.
  Mendesinfeksi sambungan
kateter – selang  urine bag
dengan kapas alkohol 70%.
  Membuka sambungan tersebut
dengan hati-hati, pegang selang
diatas sambungan ± 5 c, jaga
jarak agar tidak terkontaminasi.
  Memasukkan urine kedalam
bokal/botol urine (jangan
sampai bersentuhan dengan
ujung kateter).
  Mendesinfeksi selang kateter
dengan kapas alkohol 70%
kemudian sambungkan kembali
urine bag dengan kateter.
         4)   Membuka klem
penjepit.
b.   Dengan Cara Mid Stream :
         Meletakkan
perlak/pengalas dibawah
bokong klien, lepaskan
pakaian bawah klien dan atur
posisi yang sama seperti saat
membersihkan
vulva/perineum (bila klien
harus dibantu).
         Membersihkan daerah
perineum dan alat genitalia
dengan menggunakan air
hangat + sabun dan washlap,
kemudian keringkan dengan
handuk.
         Membersihkan daerah
meatus urethra eksternus
dengan menggunakan kapas
betadine dan pinset steril.
         Menganjurkan kepada
klien untuk berkemih dan
16
tampung urine yang pertama
keluar dalam pot/urinal,
kemudian tampung urine
yang keluar selanjutnya
kedalam bokal/botol urine
sampai 10 – 20 cc dan
anjurkan klien untuk
menuntaskan berkemihnya
kedalam pot/urinal.
         Menempatkan
bokal/botol urine ditempat
yang aman, setelah urine
untuk pemeriksaan
ditampung.
         Menutup bokal/botol
urine.
         Merapihkan klien dan
alat.
         Melepaskan handscoen.
         Menempelkan etiket
pemeriksaan urine pada
bokal/botol urine, dan
buatkan formulir
pemeriksaannya.
         Membuat formulir
pmerikasaan.
         Membawa sampel urine
beserta formulir
pemeriksaannya ke
laboratorium.
IV EVALUASI 1
         Mengevaluasi hasil
pemeriksaan laboratorium
untuk mengetahui hasil test.
         Mengevaluasi respon klien
selama pelaksanaan prosedur.
         Mengobservasi
karakteristik urine : warna,
kepekatan dan bau.
V DOKUMENTASI 1
         Mencatat jumlah, warna,
baud an konsistensi urine.

17
         Mencatat waktu dan cara
pengambilan sampel urine.
         Mencatat respon klien
selama prosedur.
VI SIKAP
         Sistematis.
         Hati-hati.
         Berkomunikasi.
         Mandiri.
         Teliti.
         Tanggap terhadap respon klien.
         Rapih.
         Menjaga privacy.
         Sopan.
TOTAL 1

Daftar Pustaka

Alimul Aziz.(2004). Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. ECG:Jakarta

Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan vol 2. jakarta : EGC

Kozier, B., & Erb, G. (2009). Technicues in clinical nursing, 5th Ed, Eny Meiliya, Esty W, Devi
Y : Penerjemah, New Jersey : Person Education Inc (buku asli diterbitkan tahun 2002).

Asmadi (2008), Tehnik Prosedural keperawatan, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien,
Jakarta: Salemba Medika

Hudak & Gallo, 1997. Keperawatan Kritis Edisi VI Volume I. EGC. Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai