Anda di halaman 1dari 4

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Irigasi Kolostomi

Irigasi kolostomi merupakan prosedur yang harus dilakukan pada klien dengan kanker
kolon dan atau rektum yang telah dibuatkan cara dan lokasi evakuasi kotoran melalui operasi
saluran cerna. Irigasi dapat dilakukan paling dini 5-6 hari setelah operasi.

Prosedur ini bertujuan untuk mengosongkan isi kolon (dari feses, gas, lendir)
membersihkan saluran cerna bagian bawah, menetapkan pola evakuasi yang teratur sehingga
kegiatan normal tidak terganggu.

Peralatan

1. Irigator.
2. Cairan irigasi (air masak, hangat kuku) 500-1500cc, atau cairan lain untuk irigasi
sesuai program medis.
3. Selang.
4. Konektor (penyambung selang).
5. Klem (yang bisa dipakai dengan hanya menggunakan satu tangan).
6. Kateter karet no. 22 atau 24 atau corong plastik khusus untuk irigasi kolon.
7. Kantung/sarung irigasi (yang bisa ditempelkan )
8. Kantung plastik untuk tempat sampah/barang yang basah.
9. Kertas toilet.
10. Pelumas.

Prosedur

1. Mencuci tangan.
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur irigasi kolostomi pada klien.
3. Menyiapkan klien untuk irigasi kolostomi:
a. Memilih waktu yang tepat untuk irigasi kolostomi.
b. Menggantungkan irigator 45-50cm di atas stoma (setinggi bahu klien, bila duduk).
c. Menundukan klien di depan commode atau di commode.
d. Mengangkat balutan/kantung kolostomi dan memasukkan ke dalam kantung
plastik yang sudah disediakan.
4. Memasang lengan (sarung) irigasi ke stoma dan meletakan ujungnya dalam
commade/toilet.
5. Mengakirjan cairan melalui selang dan corong irigasi.
6. Memberi pelumas pada kateter dan memasukkan ke stoma dengan cermat (tidak boleh
lebih dari 8 cm); memegang corong dengan baik.
7. Bila kateter tidak bisa masuk dengan mudah, mengalirkan cairan secara perlahan
ketika memasukkan kateter dan tidak memaksa kateter masuk.
8. Mengalirkan cairan ke kolon perlahan-lahan. Menghentikan cairan (mengklem
selang) bila terjadi kram perut dan memberi waktu untuk istirahat sejenak, sebelum
melanjutkan prosedur. Cairan dialirkan dalam waktu 5-10 menit.
9. Mempertahankan corong pada tempatnya selama 10 menit setelah cairan dimasukkan,
kemudian angkat perlahan-lahan.
10. Memberi waktu selama 10 menit agar cairan mengalir keluar; mengeringkan ujung
kantung irigasi dan menempelkan ke atas (mengklem ujung kantung).
11. Mempertahankan kantung di tempat selama 20 menit dan menganjurkan klien untuk
ambulasi.

Kewaspadaan

Setelah selesai tindakan :

a. Membersihkan dan mengeringkan area stoma dengan air dan sabun.


b. Memasang perlindungan kulit dan mengganti balutan pada kolostomi.
12. Mendokumentasikan prosedur dan respons klien pada catatan klien.
13. Mencuci alat bekas pakai dengan air dan sabun, mengeringkan dan menyimpannya
kembali.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Evakuasi Feses Manual

Impaksi fekal adalah retensi feses yang mengeras pada rektum atua sigmoid bagian
bawah. Klien sering mengeluh konstopasi, nyeri pada dubur. Banyak terjadi pada klien
dengan gangguan neurologis atau psikosis. Untuk mengatasi komplikasi lebih lanjut, feses
perlu dikeluarkan secara manual. Prosedur ini bertujuan mengeluarkan feses yang mengeras
dari rektum atau sigmoid bawah.

Peralatan

1. Sarung tangan bersih (tidak perlu steril).


2. Pelimas.
3. Bedpan.
4. Alas karet.
5. Sabun.
6. Air.
7. Lap mandi.

Prosedur

1. Mencuci tangan.
2. Menjelaskan manifesatasi dan timbulnya impaksi feses, tujuan pengeluaran feses
secara manual dan akibat yang akan terjadi bila rektum dirangsang berlebihan.
3. Menyiapkan klien sesuai prosedur; mengukur denyut nadi, menjelaskan prosedur pada
klien, terutama adanya rasa tidak nyaman yang disebabkan oleh manipulasi rektum.
4. Mengatur posisi klien (miring ke kiri dengan kaki kanan fleksi).
5. Menyelimuti klien dari pinggang ke bawah.
6. Memasang alas karet di bawah bokong klien.
7. Meletakkan bedpan pada tempat yang memudahkan pelaksanaan tindakan (disamping
klien).
8. Memakai sarung tangan dan memberi pelumas pada jari telunjuk dan jari tengah.
9. Memasukkan jari ke rektum klien danmendorong pelan-pelan sepanjang dinding
rektum sampai teraba feses.
10. Melepaskan feses daridinding rektum dengan membuat gerakkan melingkar di
sekitarnya dan memasukkan jari ke dalam feses yang keras untuk memisahkan feses.
11. Menarik feses ke anus dan mengeluarkan sedikit demi sedikit dan memasukkan feses
ke bedpan.
12. Mengobservasi irama jantung, pendarahan, rasa nyeri dan tanda kelelahan pada klien
(napas pendek, berkeringat) secara periodik selama prosedur berlangsung;
menghentikan prosedur bila ada perubahan irama jantung dan memberi istirahat pada
klien sebelum prosedur dilanjutkan.
13. Meranngsang sfingter rektum dengan membuat gerakan melingkar satu atau dua kali.
14. Bila langkah 13 tidak berhasil mengeluarkan feses, memasukkan jari telunjuk dan jari
tengah dan membuat gerakkan menggunting dengan kedua jari untuk memisahkan
feses. Mengulang langkah ke 11 dan 13 sampai semua massa fekal yang teraba
dikeluarkan.
15. Membersihkan dan mengeringkan daerah rektum sehingga klien merasa nyaman dan
bisa beristirahat.
16. Mengamati isi bedpan dan merapikan peralatan.
17. Mencuci tangan.
18. Mendokumentasikan warna, konsistensi, bau feses, dan respons klien dalm catatan
klien.

Anda mungkin juga menyukai