Anda di halaman 1dari 17

KOLOSTOMI

1. Pengertian
Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen
untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991)
Pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus besar melalui dinding perut
untuk mengeluarkan feses (Randy, 1987)
Lubang yang dibuat melalui dinding abdomen ke dalam kolon iliaka untuk
mengeluarkan feses (Evelyn, 1991, Pearce, 1993)
2. Jenis jenis kolostomi
Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya ada
beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara
permanen maupun sementara.
* Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak
memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan,
perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak
memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi
single barrel ( dengan satu ujung lubang)
* Kolostomi temporer/ sementara
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk
mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula
dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang
yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double barrel.
Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa kemerahan
yang disebut STOMA. Pada minggu pertama post kolostomi biasanya masih terjadi
pembengkakan sehingga stoma tampak membesar.
Pasien dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan laparotomi
(pembukaan dinding abdomen). Luka laparotomi sangat beresiko mengalami infeksi
karena letaknya bersebelahan dengan lubang stoma yang kemungkinan banyak
mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi luka laparotomi, perawat harus
selalu memonitor kondisi luka dan segera merawat luka dan mengganti balutan jika
balutan terkontaminasi feses.
Perawat harus segera mengganti kantong kolostomi jika kantong kolostomi telah
terisi feses atau jika kontong kolostomi bocor dan feses cair mengotori abdomen.
Perawat juga harus mempertahankan kulit pasien disekitar stoma tetap kering, hal ini
penting untuk menghindari terjadinya iritasi pada kulit dan untuk kenyamanan
pasien.
Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi zink salep atau
konsultasi pada dokter ahli jika pasien alergi terhadap perekat kantong kolostomi.
Pada pasien yang alergi tersebut mungkin perlu dipikirkan untuk memodifikasi
kantong kolostomi agar kulit pasien tidak teriritasi.
3. Pendidikan pada pasien
Pasien dengan pemasangan kolostomi perlu berbagai penjelasan baik sebelum
maupun setelah operasi, terutama tentang perawatan kolostomi bagi pasien yang
harus menggunakan kolostomi permanen.
Berbagai hal yang harus diajarkan pada pasien adalah:
* Teknik penggantian/ pemasangan kantong kolostomi yang baik dan benar
* Teknik perawatan stoma dan kulit sekitar stoma
* Waktu penggantian kantong kolostomi
* Teknik irigasi kolostomi dan manfaatnya bagi pasien
* Jadwal makan atau pola makan yang harus dilakukan untuk menyesuaikan
* Pengeluaran feses agar tidak mengganggu aktifitas pasien
* Berbagai jenis makanan bergizi yang harus dikonsumsi
* Berbagai aktifitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien
* Berbagi hal/ keluhan yang harus dilaporkan segera pada dokter ( jika apsien sudah
dirawat dirumah)
* Berobat/ control ke dokter secara teratur
* Makanan yang tinggi serat
4. Komplikasi kolostomi
1.Obstruksi/ penyumbatan
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya
pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya sumbatan,
pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan
kolostomi permanen tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar pasien dapat
melakukannya sendiri di kamar mandi.
2.Infeksi
Kontaminasi feses merupakan factor yang paling sering menjadi penyebab terjadinya
infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus menerus
sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan mengganti
kantong kolstomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi.

3.Retraksi stoma/ mengkerut


Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu sempit dan juga
karena adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami
pengkerutan.

4.Prolaps pada stoma


Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi struktur penyokong
stoma yang kurang adekuat pada saat pembedahan.

5.Stenosis
Penyempitan dari lumen stoma

6.Perdarahan stoma

PERAWATAN COLOSTOMI
Pengertian
Suatu tindakan membersihkan stoma, kulit sekitar stoma, & mengganti kantong
kolostomi dengan cara berkala sesuai kebutuhan
Tujuan
1. Mencegah terjadinya infeksi
2. Meningkatkan kebersihan klien
3. Mempertahankan kenyamanan kulit & lingkunga sekitar stoma
4. Mencegah iritasi kulit sekitar stoma
Persiapan alat
1. Kantong kolostomi
2. Kapas
3. Kasa steril
4. Larutan NaCl
5. Zink salep/ zink oil
6. Plester
7. Satu set ganti balutan (pinset anatomi, pinset cirrugis, kom kecil & gunting)
8. Betadin
9. Bengkok
10. Sepasang sarung tangan
11. Kantong plastik
12. Perlak & pengalas
13. Tempat sampah
Pre interaksi
1. Mengecek dokumentasi / data klien
2. Melakukan cuci tangan 6 langkah
3. Mempersiapka alat Kolostomi
Tahap orientasi
1. Memberikan salam kepada pasien, siapa nama pasien
2. Memperkenalkan diri, memberitahu tujuan & prosedur aksi
3. Menanyakan persetujuan & kesiapan klien dilakukan Perawatan kolostomi
Tahap Implementasi
1. Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya
2. Menanyakan keluhan utama klien yang dirasakan oleh klien
3. Menjaga privasi klien
4. Menggunakan sarung tangan/hendscoon
5. Meletakkan perlak atau pengalas di bagian kanan/ kiri pasien sesuai letak/lokasi
stoma
6. Meletakkan bengkok tepat di atas perlak didekatkan ketbuh klien
7. Mengobservasi product stoma (seperti warna, konsistensi,serta bau dll)
8. Membuka kantong kolostomi secara hati- hati dengan menggunakan pinset &
tangan kiri digunakan untuk menekan area kulit klien
9. Membersihkan kulit sekitar stoma dengan kapas NaCl/ kaps basah (air hangat)
10. Membersihkan area stoma dengan amat sangat hati- hati memakai kapas NaCl/
kapas basah, hindari terjadinya perdarahan.
11. Mengeringkan area kulit disekitar lokasi stoma dengan menggunakan kasa steril
12. Observasi stoma & kulit area sekitar stoma
13. Memberikan zink salep/ zink oil (tipis- tipis) apabila terdapat adanya iritasi pada
kulit sekitar stoma
14. Mengukur stoma & membuat lubang kantong kolostomi sesuai dengan ukuran
stoma
15. Selanjutnya lmembuka salah satu sisi dari sebagian perekat kantong kolostomi
16. Menempelkan kantong kolostomi bisa secara posisi vertikal / horizontal sesuai
dengan kebutuhan
17. Menggunakan pinset untuk membantu memasukkan stoma melalui lubang
kantong kolostomi
18. Lalu membuka sisa perekat dan hindari adanya udara yang masuk ke dalam
kantong kolostomi
19. Merapihkan alat & lepas sarung tangan.
20. Melepas sarung tangan
Tahap terminasi
1. Mengevaluasi tindakan yg baru saja dilakukan (subjektif & objektif), hasil
pembalutan : mudah lepas dapat mengganggu peredara darah, mengganggu
gerakan & lain- lain.
2. Berikan reinforcement positif pada klien
3. Merapikan & kembalikan alat
4. Mencuci tangan
Dokumentasi
1. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
2. Mencatat mengenai respon klien selama prosedur.
SOP Kumbah Lambung

Pengertian:
Kumbah lambung merupakan salah satu tindakan dalam memberikan pertolongan kepada
pasien dengan cara memasukkan air atau cairan tertentu dan kemudian mengeluarkannya
menggunakan alat yaitu NGT.

Tujuan:
1. Membuang racun yang tidak terabsorbsi setelah racun masuk saluran pencernaan
2. Mendiagnosa perdarahan lambung
3. Membersihkan lambung sebelum prosedur endoscopy
4. Membuang cairan atau partikel dari lambung

Indikasi:
1. Pasien yang keracunan makanan atau obat tertentu
2. Persiapan operasi lambung
3. Persiapan tindakan pemeriksaan lambung
4. Tidak ada reflex muntah
5. Gagal dengan terapi emesis
6. Pasien dalam keadaan tidak sadar

Kontraindikasi:
1. Tidak dilakukan secara rutin. Prosedur dilakukan selama 60 menit setelah tertelan.
2. Pasien kejang
3. Untuk bahan toksit yang tajam dan terasa membakar (resiko aspirasi) seperti pestisida.

Prosedur:
1. Baki berisi selang NGT (ukuran dewasa 14 20 dan anak-anak 8 16)
2. 2 buah baskom
3. Perlak dan handuk pengalas
4. Stetoskop
5. Spoit 10 cc
6. Plester
7. Nierbeken
8. Kom penampung
9. Air hangat
10. Kassa/tissue
11. Jelly
12. Hanscune
13. Pinset
14. Spatel
15. Corong
16. Gelas ukur

Prosedur:
1. Cuci tangan dan atur peralatan
2. Jelaskan prosedur pada klien
3. Bantu klien untuk posisi semifowler (bila memungkinkan)
4. Berdirilah disisi kanan tempat tidur klien bila anda bertangan dominan kanan (atau sisi
kiri bila anda bertangan dominan kiri)
5. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal : Bersihkan mukus dan sekresi dari hidung dengan
tissue lembab atau lidi kapas
6. Tempatkan handuk mandi diatas dada klien. Pertahankan tissue wajah dalam jangkauan
klien
7. Gunakan sarung tangan
8. Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan plester.
9. Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan menempatkan ujung melingkar
slang pada daun telinga; Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke tonjolan sternum;
tandai lokasi tonjolan sternum di sepanjang slang dengan plester kecil
10. Ujung atas NGT diolesi jelly, dan bagian ujung bawah di klem.
11. Minta klien menengadahkan kepala (bila memungkinkan), masukkan selang ke dalam
lubang hidung yang paling bersih
12. Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta klien menahan kepala
dan leher lurus dan membuka mulut (bila klien dalam keadaan sadar)
13. Ketika slang terlihat dan klien bisa merasakan slang dalam faring, instruksikan klien
untuk menekuk kepala ke depan dan menelan (bila klien dalam keadaan sadar)
14. Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan lembut tanpa
memaksa saat klien menelan (jika klien batuk atau slang menggulung di tenggorokan,
tarik slang ke faring dan ulangi langkah-langkahnya), diantara upaya tersebut dorong
klien untuk bernafas dalam
15. Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang hidung, hentikan
insersi selang dan periksa penempatannya:minta klien membuka mulut untuk melihat
slang, Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung, tarik udara ke dalam spuit
sebanyak 10-20 ml masukkan ke selang dan dorong udara sambil mendengarkan lambung
dengan stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi slang.
16. Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2 inchi, sisakan 1
inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang hidung, lilitkan salah satu ujung,
kemudian yang lain, satu sisi plester lilitan mengitari slang
17. Setelah NGT masuk pasien diatur dengan posisi miring tanpa bantal atau kepala lebih
rendah selanjutnya klem dibuka.
18. Corong dipasang diujung bawah NGT, air hangat dituangkan ke dalam corong jumlah
cairan sesuai kebutuhan (+ 500 cc). Cairan yang masuk tadi dikeluarkan dan ditampung
dalam baskom
19. Pembilasan lambung dilakukan berulang kali sampai air yang keluar dari lambung sudah
jernih.
20. Jika air yang keluar sudah jernih selang NGT dicabut secara pelan-pelan dan diletakkan
dalam baki.
21. Setelah selesai pasien di rapikan, mulut dan sekitarnya dibersihkan dengan tissue.
22. Perawat mencuci tangan
23. Pendokumentasian
SOP MEMASANG, MELEPAS, MERAWAT, DAN IRIGASI KATETER
2.1 Prosedur Memasang Kateter
A. Definisi
1) Kateter adalah pipa untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan
2) Kateter terutama terbuat dari bahan karet atau plastik, metal, woven silk dan silikon
3) Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menampung air seni yang
be rubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal
4) Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukkannya kateter melalui urethra ke dalam
kandung kemih untuk mengeluarkan air seni atau urine.
B. Tujuan
1) Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih
2) Untuk pengumpulan spesimen urine
3) Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih
4) Untuk mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama pembedahan
C. Prosedur

SARANA DAN PERSIAPAN


1) Alat
1. Tromol steril berisi
2. Gass steril
3. Deppers steril
4. Handscoen
5. Cucing
6. Neirbecken
7. Pinset anatomis
8. Doek
9. Kateter steril sesuai ukuran yang dibutuhkan
10. Tempat spesimen urine jika diperlukan
11. Urobag
12. Perlak dan pengalasnya
13. Disposable spuit
14. Selimut
2) Obat
a) Aquadest
b) Bethadine
c) Alkohol 70 %
3) Petugas
d) Pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi dan sterilitas mutlak dibutuhkan
dalam rangka tindakan preventif memutus rantai penyebaran infeksi nosokomial
e) Cukup ketrampilan dan berpengalaman untuk melakukan tindakan dimaksud
f) Usahakan jangan sampai menyinggung perrasaan penderita, melakukan tindakan
harus sopan, perlahan-lahan dan berhati-hati
g) Diharapkan penderita telah menerima penjelasan yang cukup tentang prosedur dan
tujuan tindakan
4) Penderita
Penderita telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang tindakan yang akan
dilakukan penderita atau keluarga diharuskan menandatangani informed consent
5) PENATALAKSANAAN
a) Menyiapkan penderita : untuk penderita laki-laki dengan posisi terlentang sedang
wanita dengan posisi dorsal recumbent
b) Aturlah cahaya lampu sehingga didapatkan visualisasi yang baik
c) Siapkan deppers dan cucing , tuangkan bethadine secukupnya
d) Kenakan handscoen dan pasang doek lubang pada genetalia penderita
e) Mengambil deppers dengan pinset dan mencelupkan pada larutan desinfektan
f) Melakukan desinfeksi sebagai berikut :
2. Pada penderita laki-laki : Penis dipegang dan diarahkan ke atas atau
hampir tegak lurus dengan tubuh untuk meluruskan urethra yang panjang
dan berkelok agar kateter mudah dimasukkan . desinfeksi dimulai dari
meatus termasuk glans penis dan memutar sampai pangkal, diulang 5 kali
atau sampai bersih. Pada saat melaksanakan tangan kiri memegang penis
sedang tangan kanan memegang pinset dan dipertahankan tetap steril.
3. Pada penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora,
desinfeksi dimulai dari atas ( clitoris ), meatus lalu kearah bawah menuju
rektum. Hal ini diulang 5 kali . deppers terakhir ditinggalkan diantara
labia minora dekat clitoris untuk mempertahankan penampakan meatus
urethra.
g) Lumuri kateter dengan jelly dari ujung merata sampai sepanjang 10 cm untuk penderita
laki-laki dan 4 cm untuk penderita wanita. Khusus pada penderita laki-laki gunakan jelly
dalam jumlah yang agak banyak agar kateter mudah masuk karena urethra berbelit-belit.
h) Masukkan katether ke dalam meatus, bersamaan dengan itu penderita diminta untuk
menarik nafas dalam.
4. Untuk penderita laki-laki : Tangan kiri memegang penis dengan posisi
tegak lurus tubuh penderita sambil membuka orificium urethra externa,
tangan kanan memegang kateter dan memasukkannya secara pelan-pelan
dan hati-hati bersamaan penderita menarik nafas dalam. Kaji kelancaran
pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba
lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan. Menaruh neirbecken
di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai
urine keluar sedalam 18 23 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3
cm.
5. Untuk penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora sedang
tangan kanan memasukkan kateter pelan-pelan dengan disertai penderita
menarik nafas dalam . kaji kelancaran pemasukan kateter, jik ada
hambatan kateterisasi dihentikan. Menaruh nierbecken di bawah pangkal
kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar
sedalam 5 7,5 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.
i) Mengambil spesimen urine kalau perlu
j) Mengembangkan balon kateter dengan aquadest steril sesuai volume yang tertera pada
label spesifikasi kateter yang dipakai
k) Memfiksasi kateter :
6. Pada penderita laki-laki kateter difiksasi dengan plester pada abdomen
7. Pada penderita wanita kateter difiksasi dengan plester pada pangkal paha
8. Menempatkan urobag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari
kandung kemih
9. Melaporkan pelaksanaan dan hasil tertulis pada status penderita yang meliputi
:
1. Hari tanggal dan jam pemasangan kateter
2. Tipe dan ukuran kateter yang digunakan
3. Jumlah, warna, bau urine dan kelainan-kelainan lain yang
ditemukan
4. Nama terang dan tanda tangan pemasang
D. Komplikasi pemasangan kateter
10. Bila pemasangan dilakukan tidak hati-hati bisa menyebabkan luka dan perdarahan
uretra yang berakhir dengan striktur uretra seumur hidup
11. Balon yang dikembangkan sebelum memasuki buli-buli juga dapat menimbulkan
luka pada uretra. Karenanya, balon dikembangkan bila yakin balon akan
mengembnag dalam buli-buli dengan mendorong kateter sampai ke pangkalnya
12. Infeksi uretra dan buli-buli
13. Nekrosis uretra bila ukuran kateter terlalu besar atau fiksasi yang keliru
14. Merupakan inti pembentukan batu buli-buli
15. Pada penderita tidak sadar, kateter dengan balon terkembang bisa dicabut yang
berkibat perdarahan dan melukai uretra
16. Kateter tidak bisa dicabut karena saluran pengembang balon tersumbat
2.2 Prosedur Melepas Kateter
A. Definisi
Melepas drainage urine pada pasien yang dipasang kateter
B. Tujuan
Melepas pasien BAK normal tanpa menggunakan kateter
C. Persiapan
1) Sarung tangan
2) Pinset
3) Spuit
4) Betadin
5) Bengkok 2 buah
6) Plester
7) Bensin
8) Lidi waten Bengkok 2 buah
9) Plester
10) Bensin/alkohol
11) Lidi waten

D. Prosedur
1) Memberitahu pasien
2) Mendekatkan alat
3) Memasang sampiran
4) Mencuci tangan
5) Membuka plester dengan bensin.
6) Memakai sarung tangan
7) Mengeluarkan isi balon kateter dengan spuit
8) Menarik kateter dan anjurkan pasien untuk tarik nafas panjang, kemudian
letakkan kateter pada bengkok.
9) Olesi area preputium (meatus uretra) dengan betadin/cairan desinfektan
10) Membereskan alat
11) Melepaskan sarung tangan
12) Mencuci tangan
13) Mendokumentasikan
2.3 Prosedur Perawatan Kateter
A. Definisi
Perawatan kateter adalah suatu tindakan keperawatan dalam memelihara kateter
dengan antiseptik untuk membersihkan ujung uretra dan selang kateter bagian luar serta
mempertahankan kepatenan posisi kateter
B. Tujuan:
1) Menjaga kebersihan saluran kencing
2) Mempertahankan kepatenan (fiksasi) kateter
3) Mencegah terjadinya infeksi
4) Mengendalikan infeksi
C. Persiapan alat dan bahan:
1) Sarung tangan steril
2) Pengalas
3) Bengkok
4) Lidi waten steril
5) Kapas steril
6) Antiseptic (Bethadin)
7) Aquadest / air hangat
8) Korentang
9) Plester
10) Gunting
11) Bensin/alkohol
12) Pinset
13) Kantung sampah
D. Pelaksanaan:
1) Siapkan alat dan bahan
2) Beritahu pasien maksud dan tujuan tindakan
3) Dekatkan alat dan bahan yang sudah disiapkan
4) Pasang tirai, gorden yang ada
5) Cuci tangan
6) Oles bensin pada plester dan buka dengan pinset
7) Buka balutan pada kateter
8) Pakai sarung tangan steril
9) Perhatikan kebersihan dan tanda-tanda infeksi dari ujung penis serta kateter
10) Oles ujung uretra dan kateter memakai kapas steril yang telah dibasahi dengan aquadest /
air hangat dengan arah menjauhi uretra
11) Oles ujung uretra dan kateter memakai lidi waten + bethadin dengan arah menjauhi
uretra
12) Balut ujung penis dan kateter dengan kasa steril kemudian plester
13) Posisikan kateter ke arah perut dan plester
14) Rapikan klien dan berikan posisi yang nyaman bagi pasien
15) Kembalikan alat ke tempatnya
16) Cuci tangan
17) Dokumentasikan tindakan

Kateter merupakan benda asing pada uretra dan buli-buli, bila tidak dirawat
dengan baik akan menimbulkan komplikasi serius. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk
merawat kateter menetap :
A. Banyak minum, urin cukup sehingga tidak terjadi kotoran yang bisa mengendap dalam
kateter
B. Mengosongkan urine bag secara teratur
C. Tidak mengangkat urine bag lebih tinggi dari tubuh penderita agar urin tidak mengalir
kembali ke buli-buli
D. Membersihkan darah, nanah, sekret periuretra dan mengolesi kateter dengan antiseptik
secara berkala
E. Ganti kateter paling tidak 2 minggu sekali

2.4 Prosedur Irigasi Kateter


A. Definisi
Irigasi kateter adalah pencucian kateter urine untuk mempertahankan kepatenan
kateter urine menetap dengan larutan steril yang diprogramkan oleh dokter. Karena darah,
pus, atau sedimen dapat terkumpul di dalam selang dan menyebabkan distensi kandung
kemih serta menyebabkan urine tetap berada di tempatnya
B. Tuuuan
1) Untuk mempertahankan kepatenan kateter urine
2) Mencegah terjadinya distensi kandung kemih karena adanya penyumbatan kateter
urine, misalnya oleh darah dan pus
3) Untuk membersihkan kandung kemih
4) Untuk mengobati infeksi lokal
C. Perencanaan
5) cuci tangan
6) siapkan alat : sarung tangan bersih, larutan irigasi steril, selang irigasi, klem, tiang
infus, swab antiseptic, dan alas
D. Implementasi
7) identifikasi klien
8) jelaskan prosedur dan tujuan kepada klien
9) cuci tangan dan kenakan sarung tangan
10) pasang sampiran dan atur pencahayaan
11) kaji abdomen bagian bawah untuk melihat adanya distensi
12) atur posisi klien , misal dorsal recumbent untuk wanita bila mampu, jika tidak posisi
supine
13) pasang alas dibawah kateter
14) keluarkan urin dari urin bag ke dalam wadah
15) dengan menggunakan teknik a septic masukan ujung selang irigasi ke dalam larutan
irigasi
16) tutup klem pada selang dan gantung larutan irigasi pada tiang infus
17) buka klem dan biarkan larutan mengalir melalui selang, pertahankan ujung selang
tetap steril,tutup klem
18) disinfeksi porta irigasi pada kateter berlumen tiga dan sambungkan ke selang irigasi
19) pastikan kantung drainase dan selang terhubung kuat ke pintu masuk drainase pada
kateter berlumen tiga
20) kateter tertutup continues intermitten : buka klem irigasi dan biarkan cairan yang di
programkan mengalir memasuki kandung kemih (100ml adalah jumlah yang normal
pada orang dewasa) . tutup selang irigasi selama 20-30 menit dan kemudian buka
klem selang drainase
21) kateter tertutup continues : hitung kecepatan tetesan larutan irigasi (slow rate 10-20
tetes/menit, fast rate 20-40rate/menit) dan periksa volume drainase di dalam kantung
drainase. pastikan bahwa selang drainase paten dan hindari lekukan selang
22) buka sarung tangan dan atur posisi nyaman klien
23) bereskan semua perlatan dan cuci tangan id air mengalir
E. Evaluasi
24) kaji respon pasien terhadap prosedur
25) jumlah dan kualitas drainase
26) catat jumlah irigasi yang digunakan intake dan output
F. Dokumentasi
27) catat tanggal dan waktu pemberian irigasi
28) catat jumlah intake dan output drainase
29) catat keluhan pasien jika ada
30) nama perawat dan tanda tangan

Anda mungkin juga menyukai