A. Menghitung Pernapasan
1. Persiapan alat
a) Buku catatan
b) Alat tulis; pulpen
c) Jam tangan
2. Persiapan pasien, perawat, dan lingkungan
a) Perkenalkan diri anda pada klien, termasuk nama dan jabatan atau peran, dan
jelaskan apa yang akan anda lakukan.
b) Pastikan identitas klien.
c) Jelaskan prosedur dan alasannya dilakukan tindakan tersebut dalam istilah yang
dapat dipahami klien.
d) Khusus menghitung pernapasan, dilakukan bersama dengan pengukuran tanda
vital lain dan tidak disampaikan bahwa perawat akan menghitung pernapasan
tetapi akan memeriksa tanda vital. (menghindari pasien mengatur napasnya).
e) Siapkan peralatan.
f) Cuci tangan sebelum setiap kontak klien baru.
g) Yakinkan bahwa klien nyaman dan bahwa anda memiliki ruangan yang cukup
untuk melaksanakan tugas.
h) Yakinkan bahwa anda memiliki cukup cahaya untuk melaksanakan tugas.
i) Berikan privasi untuk klien, atau posisikan dan tutup klien sesuai kebutuhan.
3. Prosedur
a) Yakinkan bahwa dada klien dapat dilihat.
b) Tempatkan lengan klien dalam posisi rileks melintangi abdomen atau dada bawah
atau tempatkan tangan anda langsung di atas abdomen klien.
c) Observasi siklus pernapasan komplet (satu inspirasi dan satu ekspirasi).
d) Bila satu siklus terobservasi, lihat pada detik jam tangan dan mulai menghitung
frekuensi pernapasan; bila detik mencapai satu angka penetapan, hitung “satu”
untuk mulai siklus penuh yang pertama.
e) Untuk orang dewasa, hitung jumlah pernapasan dalam 30 detik dan kalikan
dengan 2, untuk bayi atau anak, hitung pernapasan selama satu menit penuh.
f) Bila pernapasan orang dewasa memiliki irama tidak teratur atau lambat atau cepat
yang tidak normal, hitung satu menit penuh.
g) Ketika menghitung, catat apakah kedalaman pernapasan dangkal, normal, atau
dalam dan irama tidak teratur atau mengandung pola yang berubah.
h) Selama prosedur, tingkatkan keterlibatan dan kenyamanan klien.
i) Kaji toleransi klien selama prosedur.
4. Setelah prosedur
a) Ucapkan terima kasih atas kerjasama klien.
b) Segera laporkan adanya temuan abnormal.
c) Bersihkan dan kembalikan peralatan yang digunakan pada tempatnya.
d) Dokumentasikan hasil prosedur dan toleransi klien pada formatyang tepat.
e) Periksa kembali klien bila perlu (waktunya akan bervariasi bergantung pada
prosedur).
d. Tahap terminasi :
1) Evaluasi hasil / respon klien
2) Dokumentasikan hasilnya
3) Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4) Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
5) Cuci tangan
Tujuan
Menghitung IMT
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam pengukuran status gizi dewasa.
Peralatan
Langkah-Langkah
b. Tahap orientasi :
c. Tahap kerja :
d. Tahap terminasi :
1) Evaluasi hasil / respon klien
2) Dokumentasikan hasilnya
3) Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4) Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
5) Cuci tangan
b. Tahap orientasi :
d. Tahap terminasi :
1) Evaluasi hasil / respon klien
2) Dokumentasikan hasilnya
3) Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4) Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
5) Cuci tangan
b. Tahap orientasi :
c. Tahap Kerja
1) Relaksasikan paha non dominan klien
2) Ukur lingkarnya pada titik tengah, antara ujung dari pangkal paha atas hingga
paha bawah, dengan menggunakan metlin, tidak longgar tidak ketat.
3) Baca angka pada pertemuan dengan angka nol.
4) Catat hasilnya.
d. Tahap terminasi :
1) Evaluasi hasil / respon klien
2) Dokumentasikan hasilnya
3) Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4) Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
5) Cuci tangan
Menghitung IMT
Kategori IMT
IMT kurang dari 17,0 = Kurus dengan kekurangan berat badan tingkat berat.
IMT 17,0 – 18,4 = Kurus dengan kekurangan berat badan tingkat ringan.
IMT 18,5 – 25,0 = Normal
IMT 25,1 – 27,0 = Gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat ringan.
IMT lebih dari 27,0 = Gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat berat.
b. Tahap orientasi :
c. Tahap Kerja
Petugas melakukan penimbangan BB (Berat badan)
Petugas melakukan pengukukan tinggi badan
Petugas menghitung IMT (indeks masa tubuh) dengan rumus
Rumus:
IMT = Berat badan (kg)
(Tinggi Badan (cm)) 2
Petugas mengklasifikasi hasil IMT yang di dapat
IMT kurang dari 17,0 = Kurus dengan kekurangan berat badan tingkat berat.
IMT 17,0 – 18,4 = Kurus dengan kekurangan berat badan tingkat ringan.
IMT 18,5 – 25,0 = Normal
IMT 25,1 – 27,0 = Gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat ringan.
IMT lebih dari 27,0 = Gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat berat.
Petugas membacakan hasil perhitungan IMT dan memberitahukan klasifikasinya.
d. Tahap terminasi :
1) Evaluasi hasil / respon klien
2) Dokumentasikan hasilnya
3) Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4) Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
5) Cuci tangan
Peralatan
Peralatan makan : sendok, garpu, piring, mangkok, gelas, sedotan
Serbet
Makanan dan minuman dalam tempatnya
Baki / Table stand
Air cuci tangan dalam tempatnya.
Langkah-langkah
b. Tahap orientasi :
1) Beri salam, panggil klien dengan namanya
2) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3) Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
c. Tahap kerja :
1) Siapkan baki atau table stand, letakkan peralatan makan (sendok, garpu,
sedotan, serbet), serta makanan dan minuman dalam tempatnya di atas baki
atau table stand.
2) Tanyakan apakah klien siap makan, dan potong makanan kecil-kecil
3) Atur posisi klien (supinasi/semi fowler/fowler)
4) Tempatkan/atur makanan di meja atau di depan klien
5) Letakkan serbet di dada klien.
6) Tawarkan pasien melakukan ritual makan (berdoa)
6) Beri cairan sesuai permintaan. Beritahu klien tidak minum seluruh cairan di
awal makan.
7) Suapi klien sedikit demi sedikit
8) Motivasi klien untuk menghabiskan porsi makannya
9) Bicara pada klien selama makan
10) Gunakan makanan sebagai kesempatan untuk memberi pendidikan pada klien
(topik yang berhubungan dengan nutrisi, latihan post operasi, perencanaan
pulang)
11) Bantu klien untuk perawatan mulut
12) Bantu klien pada posisi istirahat yang nyaman
d. Tahap terminasi :
1) Evaluasi hasil / respon klien
2) Dokumentasikan hasilnya
3) Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4) Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
5) Cuci tangan
SOP PEMENUHAN KEBUTUHAN PASIEN YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEBUTUHAN ELIMINASI
Tujuan
a. Kebutuhan eliminasi pasien terpenuhi
b. Memberi rasa nyaman
c. Mengobservasi output
Langkah-langkah
1. Tahap pra interaksi
a. Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
b. Cuci tangan
c. Siapkan alat
2. Tahap orientasi
- Memberi salam
- Mengenalkan diri kepada pasien
- Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan
- Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
- Posisikan pasien sesuai dengan kebutuhan
3. Tahap kerja
1. Persiapan alat
a. Pispot dan tutupnya atau urinal
b. Sampiran
c. Alas bokong (perlak dan alasnya)
d. Bell (bila ada)
e. Tissue
f. Selimut mandi
g. Baskom berisi air (satu untuk bilas sabun) bila ada
h. Waslap
i. Handuk
j. Botol berisi air untuk cebok
k. Sarung tangan bersih
l. Korentang
m. Sabun
n. Schort
2. Prosedur pelaksanan
a. Beri salam kepada pasien
b. Jelaskan tujuan dan prosedur kepada pasien
c. Bawa alat ke dekat pasien
d. Tutup pintu dan jendela dan pasang sampiran
e. Cuci tangan, pakai schort, memakai sarung tangan bersih dan berdiri di sisi pasien
f. Pasang selimut mandi dan turunkan selimut pasien
g. Tinggikan tepi tempat tidur untuk mencegah pasien jatuh
h. Minta pasien untuk mengangkat bokongnya atau miring (bila perlu dibantu
perawat) lalu bentangkan perlak
i. Buka pakaian pasien bagian bawah
j. Anjurkan pasien untuk berpegangan di bawah/bagian belakang tempat tidur
sampai menekuk lutut sambil diikuti dengan mengangkat bokong kemudian
pasang pispot perlahan-lahan
k. Jika pasien pria pasang urinal untk BAK
l. Pastikan bahwa sprei dan stik laken tidak terkena
m. Tinggalkan pasien dan anjurkan untuk membunyikan bell jika sudah selesai ataau
memberi tahu perawatt
n. Jika sudah selesai,Tarik atauu ambil pispot dan letakkan lengkap dengan tutupnya
diatas kursi atau meja dorong
o. Bersihkan daerah perianal dengan tisu (untuk pasien wanita, bersihkan mulai dari
uretra sampai dengan anus untuk mencegah perpindahan mikroorganisme dari
rectal ke saluran kemih) kemudian buang tissue ke dalam pispot
p. Gunakan waslap untuk mencuci daerah perianal dengan air sabun
q. Bilas dengan air bersih
r. Keringkan daerah perianal dengan handuk
s. Angkat alas bokong
t. Kembalikan posisi pasien seperti semula
u. Kenakan kembali pakaian bawah pasien
v. Angkat selimut mandi dan sekaligus menarik selimut pasien ke atas
w. Ganti linen (jika kotor karehna terkena feses atau urine)
x. Rapikan pasien , buka sampiran, pintu dan jendela
y. Bersihkan pispot
z. Cuci tangan
4. Tahap terminasi :
a. Evaluasi hasil / respon klien
b. Dokumentasikan hasilnya
c. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
d. Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
e. Cuci tanga
B. Membantu pasien bak di tempat tidur
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilakukan yang untuk memenuhi kebutuhan eliminasi urine.
Tujuan
Memenuhi kebutuhan eliminasi fekal urine.
Langkah-langkah
1. Tahap pra interaksi
a. Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
b. Cuci tangan
c. Siapkan alat
2. Tahap orientasi
1) Memberi salam
2) Mengenalkan diri kepada pasien
3) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan
4) Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
5) Posisikan pasien sesuai dengan kebutuhan
3. Tahap kerja
a. Persiapan alat-alat
a. Pispot /urinal.
b. Alas (perlak)
c. Botol berisi air cebok.
d. Tissu.
e. Selimut ektra.
f. Sampiran/sketsel.
g. Bengkok.
b. Pelaksanaan
a. Beri salam kepada pasien
b. Jelaskan tujuan dan prosedur kepada pasien
c. Bawa alat ke dekat pasien
d. Tutup pintu dan jendela dan pasang sampiran
e. Perawat mencuci tangan.
f. Pakaian pasien bagian bawah ditanggalkan dan bagian yang terbuka ditutup
dengan selimut.
g. Pasien dianjurkan menekuk lutut (dorsal recumbent) dan angkat bokong serta
pasang pengalas.
h. Pasang pispot (wanita)/urinal (laki-laki).
i. Bila telah selesai anus dan daerah sekitar genetalia dibersihkan dengan air dan
keringkan dengan tissu lalu dibuang ke dalam bekong, diulang beberapa kali
sampai bersih.
j. Pispot diangkat atau urinal dan urine diamati, bila ada kelaian segera lapor dan
dicatat.
k. Pasien dirapikan dan pakaian bawah dipasang.
l. Pengalas dan selimut diangkat.
m. Bersihkan dan rapikan alat-alat dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula.
n. Sampiran dibuka.
o. Perawat mencuci tangan.
p. Observasi keadaan pasien.
q. Perawat memberi salam.
r. Mencatat kegiatan dan hasil tindakan (dokumen perawatan).
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi hasil / respon klien
b. Dokumentasikan hasilnya
c. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
d. Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
e. Cuci tangan
C. Sop memasang popok/diapers
1. Tahap pra interaksi
a. Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi pasien.
b. Mencuci tanang.
c. Menyiapkan alat
- Tisu.
- APD.
- Popok/diapers.
- Perlak.
- Bengkok.
- Bakom berisi air.
- Waslap.
2. Tahap Orientasi
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri.
2. Menjelaskan tujuan prosedur tindakan.
3. Menanyakan persetujuan pasien untuk dilakukan tinddakan.
3. Tahap kerja
1. Menjaga privasi klien .
2. Memakai sarung tangan.
3. Memasang perlak dibawah bokong klien, lalu melepas pakaian bawah klien.
4. Melepaskan lekatan diapers pada kedua sisi, kemudian menekan bagian ujung
diapers depan klien klke bawah hingga ginitalia. Sementarasisi samping diapers yang
terjauh dengan perawat digulung ke bawah hingga bagian samping bokong.
5. Membantu klien mengubah posisi mmenjadi posisi sim (membelakangi perawat)
6. Melepas popok/diapers dengan menekan dari daerah punggung hingga menuju
genitalia, usahakan semua kotoran masuk dalam diapers dan tidak terjatuh.
7. Masukan diapers kedalam tempat tempat sampah/kantong kresek.
8. Bersihkan area bokong dengan tisu dan bila perlu dengan air hingga bersih.
9. Setelah bersih, memasang popok/diapers denga melekatkan bagian sisi diapers
yangmembelakangi klien serta memasukan diantara lipatan paha sisi depan diapers.
10. Membantu klien kembali keposisi berbaring (posisi supinasi).
11. Merapikan sisi diapers yang berada pada sisi yang terjauh dengan perawat,kemudian
rapikanseleruh posisi diapers dan rekatkan diapers.
12. Melepaskan sarung tangan.
4. Terminasi
1. Merapikan klien dan alat.
2. Mencuci tangan.
3. Mengevaluasi respon klien terhadap tindakan.
4. Memberi salam.
5. Mendokumentasikan hasil kegiatan.
BERBAGAI PROSEDURAL KEPERAWATAN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN
AKTIVITAS PASIEN
1. MENERIMA PASIEN BARU
A. Pengertian
Menerima pasien baru di ruang instalasi rawat inap yang berasal dari IGD maupun poli
umum untuk dirawat sesuai kondisi pasien. Pasien segera memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan
B. Tujuan
Sebagai acuan untuk penerimaan pasien baru di rawat inap
C. Kebijakan
Dilakukan oleh petugas yang terampil
D. Prosedur
1. Perawat menerima pasien dari IGD/ Poliklinik dan memperkenalkan diri.
2. Pasien dan keluarganya diterima dengan ramah.
3. Serah terima pasien dan rekam medis dari IGD atau Poli
4. Melakukan orientasi ruangan dan pengkajian.
5. Melengkapi RM dan mengisi buku register pasien baru.
6. Melapor kedokter jaga bangsal
7. Bila pasien dapat berdiri, atau timbang berat badan sebelum penderita dibaringkan.
8. Selanjutnya lakukan pengkajian data melalui anamnese dan pemeriksaan fisik.
9. Laporkan pasien pada penanggung jawab ruangan.
10. Pasien dan keluarga diberi penjelasan tentang tata tertib yang berlaku di Rumah Sakit
serta orientasi keadaan ruangan/fasilitas yang ada.
11. Mencatat data dari hasil pengkajian pada catatan medik dan catatan perawatan pasien.
12. Memasang gelang identitas pasien ditangan pasien (SOP: Pemasangan gelang
identitas pasien).
13. Mengambil obat ke farmasi
14. Permintaan gizi
E. Unit Terkait
Ruang Rawat Inap, IGD, Poliklinik
Penatalaksanaan
a. Memberi tahu pasien.
b. Mengunci kursi roda.
c. Melipat/menyampingkan kaki kursi rida agar kaki pasien tidak terhalang waktu
berdiri.
d. Perawat berdiri didepan pasien , jika diperlukan keluarga dilibatkan dalam proses
pemindahan pasien dari kursi roda ke tempat tidur.
e. Kedua tangan perawat memegang pinggang pasien dan kedua tangan pasien
memegang bahu perawat.
f. Membantu pasien berdiri dan keluar dari kursi roda.
g. Memagang pinggang pasien dengan tangan kanan dan tangan kiri pasien memeluk
bahu perawat.
h. Mendudukkan pasien ditempat tidur.
i. Menahan punggung pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain membantu
mengangkat kedua kaki pasien diletakkan diatas tempat tidur, lalu dibaringkan.
j. Merapikan pasien.
k. Mengembalikan kursi roda ketempat semula.
E. Unit Terkait
RAWAT JALAN, UGD, KABER, PUSTU/POLINDES
E. Unit Terkait
-
4. MEMPOSISIKAN PASIEN; POSISI FOWLER, SEMIFOWLER, LITHOTOMI,
DORSAL RECUMBENT, SIM (MIRING KANAN/KIRI), TRENDELENBERG,
SUPINASI, PRONASI.
Posisi Semifowler
A. Pengertian
Mengatur posisi semi fowler adalah cara membaringkan pasien dengan posisi
setengah duduk (45˚)
B. Tujuan
1. Mengurangi sesak napas
2. Memberikan rasa nyaman
3. Membantu memperlancar keluarnya cairan
4. Membantu mempermudah tindakan pemeriksaan
C. Sasaran
1. Pasien sesak napas.
2. Pasien pasca bedah, bila keadaan umum pasien baik, atau bila pasien suah benar -
benar sadar.
3. Pada pasien dengan tirah baring lama
4. Pada pasien dengan pemasangan WSD.
D. Persiapan
1) Persiapan Perawat
a. Memahami dan mampu melakukan prosedur mengatur posisi semi fowler.
b. Memeriksa intervensi yang akan dilakukan dengan perencanaan yang tela
disusun
c. Mempersiapkan diri sebelum ke pasien (pengetahuan dan ketrampilan)
2) Persiapan alat
a. Sandaran punggung atau kursi
b. Bantal atau balok penahan kaki tempat tidur bila perlu
c. Tempat tidur khusus (functional bed) jika perlu
d. Selimut
3) Persiapan Pasien
a. Memberi salam & memperkenalkan diri
b. Identifikasi nama pasien
c. Menjelaskan tujuan tindakan
d. Menjelaskan langkah/ prosedur yang akan dilakukan
e. Menanyakan kesediaan pasien untuk dilakukan tindakan
f. Melakukan kontrak waktu
4) Persiapan Lingkungan
a. Meminta pengunjung/keluarga untuk meninggalkan ruangan selama tindakan
b. Menjaga privasi pasien dengan memasang sampiran/menutup pintu
E. Prosedur
1. Cuci Tangan
2. Pasien di dudukan, sandarkan punggung atau kursi diletakkan di bawah atau di
atas kasur di bagian kepala diatur sampai setengah duduk dan dirapikan, bantal
disusun menurut kebutuhan. Pasien dibaringkan kembali dan pada ujung
kakinya di pasang penahan
3. Pada tempat tidur khusus (functional Bed) pasien dan tempat tidurnya langsung
diatur setengah duduk, di bawah lutut ditinggikan sesuai kebutuhan. Kedua
lengan ditopang dengan bantal
4. Pasien dirapikan
5. Cuci tangan
F. Evaluasi
1. Evaluasi perasaan pasien
2. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3. Dokumentasikan prosedur dan hasil observasi
G. Hal – hal yang harus di perhatikan :
1. Perhatikan keadaan umum pasien
2. Angkat kepala pasien dari tempat tidur
3. Bila posisi pasien berubah, harus segera di betulkan
4. Khusus untuk pasien pasca bedah di larang meletakkan bantal di bawah perut.
5. Ucapkan terima kasih atas kerjasama klien.
6. Dokumentasikan hasil prosedur dan toleransi klien pada format yang tepat
Posisi Fowler
A. Pengertian
Cara yang dilakukan untuk membuat posisi pasien fowler (duduk).
B. Tujuan
1. Mencegah rasa tidak nyaman pada otot
2. Mempertahankan tonus otot
3. Mencegah terjadinya komplikasi immobilisasi seperti ulkus decubitus,
kerusakan saraf superficial, kerusakan pembuluh darah dan kontraktur
C. Sasaran
1. Klien yang akan melakukan pemeriksaan fisik umum, bagian kepala, leher,
thorax anterior, paru-paru, payudara, jantung, TTV, ekstremitas atas-bawah,
dan denyutan nadi perifer.
2. Klien yang mengeluh sesak nafas/ klien pasca operasi bagian thorax karena
dapat meningkatkan ventilasi paru.
3. Klien yang ingin meningkatkan kenyamanan posisi atau relaksasi.
4. Klien yang ingin bersosialisasi dengan klien lain tanpa harus turun dari tempat
tidur.
5. Klien yang ingin dilakukan tindakan keperawatan tertentu sehingga dengan
posisi tersebut akan lebih memudahkan kerja perawat, misalnya memberikan
makanan via NGT.
D. Kebijakan
1. Pertahankan agar kasur yang digunakan dapat memberikan suport yang baik
bagi tubuh
2. Yakinkan bahwa alas tidur tetap bersih dan kering, karena alas tidur yang
lembab atau terlipat akan meningkatkan resiko terjadinya ulkus dekubitus
3. Letakkan alat bantu di tempat yang membutuhkan, sesuai dengan jenis posisi
4. Jangan letakkan satu bagian tubuh diatas bagian tubuh yang lain, terutama
daerah tonjolan tulang
5. Rencanakan perubahan posisi selama 24 jam dan lakukan secara teratur (buat
jadwal posisi)
E. Prosedur
1. Persiapan alat
a. Bantal besar 2 buah (atau seperlunya)
Hand roll (sarung tangan bersih)
1-2 trochanter roll
Papan kaki
2. Persiapan pasien dan lingkungan
a. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan.
b. Jaga privasi pasien
3. Pelaksanaan
a. Perawat mencuci tangan.
b. Gunakan sarung tangan.
c. Membantu pasien untuk duduk.
d. Mengusun bantal dengan sudut 30-60 derajat.
e. Menaikkan pasien dengan cara perawat berdiri di sebelah kanan menghadap
pasien.
f. Menganjurkan pasien untuk menekuk kedua lutut.
g. Menganjurkan pasien untuk menopang badan dengan kedua lengan.
h. Tangan kanan perawat membantu di bawah ketiak dan tangan kiri di belakang
punggung pasien.
i. Menganjurkan untuk mendorong badannya ke belakang.
j. Bila pasien tidak dapat membantu, maka 2 perawat berdiri di kedua sisi tempat
tidur.
k. Masing-masing perawat merentangkan tangan di bawah bahu dan 1 tangan di
bawah pangkal paha, saling berpegangan.
l. Menganjurkan pasien untuk menundukkan kepala dan kedua tangan di atas
perut.
m. Salah satu perawat memberi aba-aba dan bersama mengangkat pasien ke atas.
n. Memberi posisi yang enak atau nyaman.
o. Alat-alat dan pasien dirapikan.
p. Lepaskan sarung tangan.
q. Cuci tangan.
r. Dokumentasikan prosedur.
F. Sikap
1. Melakukan tindakan dengan sistematis.
2. Komunikatif dengan klien.
3. Percaya diri.
G. Hasil
1. Pasien merasa aman dan nyaman.
2. Tujuan bis dicapai.
H. Unit terkait
1. Ruang Rawat Inap
2. Ruang Rawat Intensif
Posisi Lithotomi
A. Pengertian
Tindakan membaringkan pasien dengan pesisi terlentang kedua paha diangkat dan
ditarik kearah perut sedangkan tungkai bawah membuat sudut 90˚ terhadap paha.
B. Tujuan
Memperlancar penatalaksanaan gynaecologist
C. Prosedur
Pra Interaksi
a. Mempersiapkan alat:
1. Bantal bokong k/p
2. Penyangga kaki
Fase Kerja
1. Mencuci tangan
2. Menutup pitu, jendela, tirai
3. Memasang penyangga kaki
4. Menganjurkan pasien untuk tidur terlentang
5. Menggeser bokong kan pasien menarik kedua ke bagian tepi bawah tempat
tidur
6. Meletakkan kedua kaki pada penyangga kaki atau anjurkan pasien menarik
kedua paha dan tekuk kearah perut. Sokong dengan bantal k/p
Fase Terminasi
1. Merapikan pasien
2. Mengevaluasi
3. Merencanakan rencana tindak lanjut
4. Berpamitan
5. Meraapikan alat
6. Mencuci tangan
D. Indikasi
1. Dilakukan pada klien untuk pemeriksaan kandung kemih
2. Dilakukan pada pemeriksaan girekologi
E. Kontraindikasi
Pada klien dengan antritis berat
Dorsal Recumbent
A. Pengertian
Tindakan memberikan posisi dimana pasien berbaring terlentang dengan posisi kaki
ditekuk, telapak kaki menapak diatas tempat tidur dan kedua kaki diregangkan.
B. Tujuan
1. Mempermudah tindakan pemeriksaan dan tindakan perawatan pada daerah
genetalia
2. Mempermudah proses persalinan
C. Prosedur
Pra Interaksi
1. Beri Meverifikasi data
Fase Kerja
1. Mencuci tangan
2. Menutup pintu, jendela, tirai
3. Menekuk kedua lutut
4. Meregangkan kedua kaki
5. Memastikan kedua telapak kaki menapak ditempat tidur
6. Memberi bantal pada kepala
Fase Terminasi
1. Merapikan pasien
2. Mengevaluasi
3. Menyampaikan rencana tindak lanjut
4. Berpamitan
5. Merapikan alat
6. Mencuci tangan
D. Hal yang perlu diperhatikan
Letakkan kedua tangan keatas untuk pasien tidak sadar.
E. Indikasi :
1. Dilakukan pada ibu hamil
2. Dilakukan pada waktu melakukan vulva hygine
F. Kontraindikasi :
Dilakukan pada klien yang artritis karena terbatas untuk menekuk lutut dan panggul
Trendelenberg
A. Pengertian :
Memberikan bagian kepala tempat tidur lebih rendah dari pada bagian kaki.
B. Tujuan :
1. Memperlancar peredaran darah ke otak
2. Memperlancar drainage secret
C. Prosedur :
Pra Interaksi
-Mempersiapkan alat :
1. Balok pengganjal tempat tidur atau tempat tidur yang bisa disetel dan
2. Bantal
-Meverifikasi data
Fase Kerja
1. Mencuci tangan
2. Menutup pintu, jendela, tirai
3. Mengangkat bagian kaki tempat tidur dan pasang balok dibagian kaki kanan
dan kiri tempat tidur atau setel tempat tidur bagian kaki untuk dinaikkan dan
sokong bagian paha dan lutut sampai bahu dengan bantal k/p.
Fase Terminasi
1. Merapikan pasien
2. Mengevaluasi
3. Menyampaikan rencana tindak lanjut
4. Berpamitan
5. Merapikan alat
6. Mencuci tangan
D. Indikasi :
1. Dilakukan pada yang shock
2. Pada klien dengan pemasangan skin traksi pada kaki
3. Dilakukan pada klien yang mempunyai penyakit pembuluh daerah peripheral
E. Kontraindikasi :
Pada klien yang mempunyai potensi peningkatan tekanan cranial
Supinasi
A. Pengertian
Tindakan memberikan posisi terlentang diatas tempat tidur dengan posisi anatomis.
B. Tujuan :
Memberikan posisi alternative untuk klein bed rest
C. Prosedur :
Pra Interaksi
-Mempersiapkan alat:
1. Bantal
2. Papan kaki
-Memverifikasi data
Fase Kerja
1. Mencuci tangan
2. Menutup pintu,jendela,tirai
3. Mengatur posisi tempat tidur datar
4. Membantu pasien bergeser kesisi atas tempat tidur
5. Meletakkan bantal dibawah kepala , bahu , dan leher
6. Meletakkan papan kaki pada telapak kaki
7. Meletakkan bantal dibawah kedua lengan
Fase Terminasi
1. Merapikan pasien
2. Mengevaluasi
3. Menyampaikan rencana tindak lanjut
4. Berpamitan
5. Merapikan alat
6. Mencuci tangan
D. Indikasi :
1. Di lakukan pada ibu hamil muda
2. Dilakukan pada waktu pre dan post operasi
E. Kontra Indikasi :
1. Pada klien dengan sesak nafas
2. Pada klien dengan fraktur lumbal
Pronasi
A. Pengertian :
Tindakan membaringkan pasien dalam posisi tengkurap
B. Tujuan :
1. Mempersiapkan penatalaksanaan laminectomi
2. Mencegah terjadi penekanan pada pasien dengan luka bakar punggung
C. Prosedur :
Pra Interaksi
-Mempersiapkan alat :
1. Bantal
-Menverifikasi data
Fase Kerja
1. Mencuci tangan
2. Menutup pintu, jendela, tirai
3. Mengangkat bantal kepala
4. Menganjurkan pasien bergeser menjauhi posisi perawat
5. Meletakkan bantal tipis disamping perut dekat perawat
6. Memiringkan kepala pasien kearah perawat
7. Meletakkan tangan pasien yang dekat perawat berhimpit pada sisi tubuh
8. Menekuk lutut kaki yang jauh dari perawat
9. Menyilangkan lengan yang jauh dari perawat didepan dada pasien
10. Menarik pasien kearah perawat dengan salah satu tangan bahu dan tangan
lainnya di pinggul
11. Meletakkan bantal dibawah kepala dan kaki
Fase Terminasi
1. Merapikan pasien
2. Mengevaluasi
3. Menyampaikan rencana tindak lanjut
4. Berpamitan
5. Merapikan alat
6. Mencuci tangan
D. Indikasi :
1. Untuk klien yang baru sembuh dari pembedahan pada mulut atau kerongkongan.
2. Hanya dapat dilakukan pada klien yang punggungnya dapat diluruskan secara
tepat, dan dilakukan dalam waktu cepat.
E. Kontra Indikasi :
1. Tidak disarankan untuk orang yang bermasalah pada daerah servikal atau lumbal
tulang belakang.
2. Untuk klien dengan masalah jantung dan pernafasan, karena akan menyebabkan
mati lemas, dan pembatasan perluasan dada.
5. MELATIH BERJALAN
A. Pengertian
Alat bantu jalan pasien adalah alat bantu jalan yang digunakan pada penderita/pasien
yang mengalami penurunan kekuatan otot dan patah tulang pada anggota gerak bawah
serta gangguan keseimbangan.
B. Tujuan
1. Meningkatkan kekuatan otot, pergerakan sendi dan kemampuan mobilisasi
2. Menurunkan resiko komplikasi dari mobilisasi
3. Menurunkan ketergantungan pasien dan orang lain
4. Meningkatkan rasa percaya diri klien
5. Mencapai kestabilan klien dalam berjalan
6. Membantu melatih meningkatkan alat gerak klien, melatih dan meningkatkan
mobilisasi
C. Prosedur
Pra Interaksi
-Mempersiapkan Alat
1. KRUK
2. WALKER
3. TRIPOD / QUADRIPOD
4. TONGKAT
-Cuci Tangan
Fase Kerja
I. KRUK
1. Menyediakan kruk yang digunakan ( biasanya kruk aksila ).
2. prosedur kepada klien dan keluarga.
3. Lakukan pengukuran kruk yang meliputi area tinggi klien, jarak antara
bantalan kruk dengan aksila, dan sudut fleksi siku.
4. Pada posisi telentang, ujung kruk berada 15 cm disamping tumit klien.
Tempatkan ujung pita pengukur dengan lebar 3 sampai 4 jari dari aksila dan
ukur sampai tumit klien.
5. Pada posisi berdiri, posisi kruk dan ujung kruk berada 14-15 cm disamping
dan 14-15 cm didepan kaki klien.
6. Lebar bantalan kruk harus 3-4 lebar jari di bawah aksila.
7. Selanjutnya, kaji toleransi aktifitas, kekuatan, nyeri, koordinasi, kemampuan
fungsional, dan penyakit serta cedera.
8. Bantu klien bangun dan duduk di sisi tempat tidur selama 1 sampai 2 menit
sebelum berdiri.
9. Klien harus tetap berdiri 1 sampai 2 menit sebelum bergerak.
10. Atur kesejajaran kaki dan tubuh klien.
11. Klien memposisikan kruk pertama kali lalu memposisikan kaki yang
berlawanan ( mis. Kruk kanan dengan kaki kiri )
12. Pada gaya berjalan tiga titik, berat badan di topang pada kaki yang tidak sakit
dan kemudian di kedua kruk.
13. Pada gaya berjalan dua titik memerlukan sebagian penopang berat disetiap
kaki. Setiap kruk digerakkan secara bersamaan dengan kaki yang berlawanan
sehingga gerakan kruk sama dengan lengan.
II. WALKER
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada klien.
2. Ukur walker sesuai tinggi klien, dari bagian panggul sampai tumit klien.
3. Bantu klien untuk bangun dari tempat tidur, untuk berdiri.
4. Minta klien untuk meletakkan tangan disamping badan atau memegang
telapak tangan perawat.
5. Berdiri disamping klien dan pegang telapak dan lengan tangan pada bahu
klien.
6. Bantu pasien untuk memegang pemegangan tangan pada batang di bagian
atas walker.
7. Bantu klien melangkah pelan-pelan dengan walker.
8. Gerakkan walker didepan sekitar 15 cm/6 inchi saat berat badan ditopang
oleh kedua kaki
9. Gerakkan kaki tangan kearah depan dekat dengan alat bantu jalan saat berat
badan ditopang oleh kaki kiri dan kedua lengan
10. Selanjutnya gerakkan kaki sebelah kiri dan kesebelah kanan saat berat badan
ditopang oleh kaki kanan dan kedua lengan
Jika salah satu kaki lebih lemah
1. Pindahkan walker dan kaki yang lebih lemah didepan secara bersamaan
sekitar 15 cm/6 inchi saat berat badan ditopang oleh kaki yang lebih kuat
2. Lalu gerakkan kaki yang lebih kuat kedepan saat berat badan ditopang oleh
kaki yang lebih lemah dan kedua lengan.
IV. TONGKAT
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada klien
2. Pegang tongkat dengan tangan pada bagian tubuh yang lebih kuat, untuk
memberikan support maksimum yang meluruskan tubuh ketika berjalan.
3. Posisi standar ujung tongkat (jarak antara tongkat dan kaki 15 cm / 6 inchi)
disamping tubuh dan 15 cm /6 inchi didepan kaki terdekat. Jadi siku agak
sedikit bengkok
Saat maksimum support dibutuhkan, lakukan:
1. Pindahkan tongkat sejauh 20 cm /1 kaki / jarak yang nyaman untuk dijangkau
2. Selanjutnya gerakkan kaki yang ditopang (kaki yang sakit) kedepan kearah
tongkat yang dekat saat berat badan ditopang oleh kaki yang lebih kuat
3. Selanjutnya gerakkan kaki yang tidak sakit kearah depan sejajar dengan
tongkat, dan kaki yang sakit itu saat berat badan ditopang oleh tongkat dan
kaki yang sedang sakit
4. Ulangi langkah
Petunjuk diatas terdiri dari 2 poin support pada lantai untuk setiap saat
Saat anda bertambah kuat dan support yang dibutuhkan semakin
berkurang
1. Gerakkan tongkat dan kaki yang sakit kedepan pada saat yang bersamaan saat
berat badan ditopang oleh tongkat dan kaki yang lebih kuat
2. Gerakkan kaki yang lebih kuat kedepan saat berat badan ditopang oleh
tongkat dan kaki yang sakit
D. Indikasi
1. Klien dengan nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan/atau trauma
2. Klien amputasi kaki: di atas atau dibawah lutut
3. Klien dengan kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan
kerusakan musculoskeletal
4. Klien setelah bedah artroskopis lutut
5. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan ketidak nyamanan dan
mibilisasi yang diprogramkan.
6. Klien dengan fraktur ekstremitas bawah
7. Klien dengan postop amputasi ekstremitas bawah
8. Klien dengan kelemahan kaki/ post strauke
E. Kontra Indikasi
1. Penderita demam dengan suhu tubuh lebih dari 37o C.
2. Penderita dalam keadaan bedrest.
3. Penderita dengan post op.
4. Klien dengan nyeri yang berhubungan dengan imflamasi, insisi, dan drainasse.
5. Klien yang potensi kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan
turgor kulit.
F. Terminasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
G. Evaluasi
Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan kegiatan.
E. Prosedur Pelaksanaan
I. Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan verifikasi program pengobatan klien
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
II. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan therapeutic
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien/keluarga
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
III. Tahap Kerja
1. Menjaga privacy
2. Mencuci tangan
3. Mengganti selimut klien dengan selimut mandi
4. Melepas pakaian atas klien.
MEMBASUH MUKA
1) Membentangkan perlak kecil dan handuk kecil di bawah kepala
2) Menawarkan pasien menggunakan sabun atau tidak
3) Membersihkan muka, telinga dengan waslap lembab lalu di keringkan
4) Menggulung perlak dan handuk
MEMBASUH LENGAN
1) Menurunkan selimut mandi kebagian perut klien
2) Memasang handuk besar diatas dada klien secara melintang dan kedua tangan
klien diletakkan diatas handuk
3) Membasahi tangan klien dengan waslap air bersih, disabun, kemudian dibilas
dengan air hangat (lakukan mulai dari ekstremitas terjauh klien).
MEMBASUH PUNGGUNG
1) Memiringkan pasien kearah perawat
2) Membentangkan handuk di belakang punggung hingga bokong
3) Membasahi punggung hingga bokong dengan waslap, disabun, kemudian
dibilas dengan air hangat dan dikeringkan.
4) Memberi bedak pada punggung
5) Mengembalikan ke posisi terlentang, kemudian membantu pasien
mengenakan pakaian.
MEMBASUH KAKI
1) Mengeluarkan kaki pasien dari selimut mandi dengan benar
2) Membentangkan handuk dibawah kaki tersebut, menekuk lutut
3) Membasahi kaki mulai dari pergelangan sampai pangkal paha, disabun,
dibilas dengan air bersih, kemudian dikeringkan
4) Melakukan tindakan yang sama untuk kaki yang lain.
7. MERAWAT GIGI DAN MULUT DAN GIGI PADA PASIEN TIDAK SADAR
A. Pengertian
Merawat gigi dan mulut merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada
klien yang dihospitalisasi.Tindakan ini dapat dilakukan oleh pasien yang sadar secara
mandiri atau dengan bantuan perawat.Untuk pasien yang tidak mampu
mempertahankan kebersihan mulut dan gigi secara mandiri harus dibantu sepenuhnya
oleh perawat.
B. Tujuan
1. Mencegah infeksi gusi dan gigi.
2. Mempertahankan kenyamanan rongga mulut.
C. Kebijakan
Surat perintah Direktur Rumah Sakit tentang pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
D. Prosedur
1. Tahap pra interaksi :
a. Verifikasi program pelayanan keperawatan pasien tersebut
b. Siapkan alat
c. Siapkan diri petugas dalam berinteraksi dengan pasien
2. Tahap orientasi :
a. Berikan salam
b. Jelaskan tujuan dan prosedur
c. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
d. Persiapan alat didekatkan pada pasien
3. Tahap persiapan alat
a. Handuk dan kain pengalas
b. Gelas Kumur berisi
c. Air masak/NaCl
d. Obat kumur
e. Spatel lidah yang telah dibungkus dengan kain kasa
f. Kapas lidi
g. Bengkok
h. Kain kasa
i. Pinset atau arteri klien
j. Sikat gigi dan pasta gigi
4. Tahap kerja
Tahap kerja pada pasien tidak sadar
a. Jelaskan prosedur pada keluarga klien
b. Cuci tangan
c. Atur posisi dengan posisi tidur miring kanan / kiri
d. Pasang handuk di bawah dagu / pipi pasien
e. Ambil pinset dan bungkus dengan kain kasa yang dibasahi air hangat /
masak
f. Gunakan tong spatel (sudip lidah) untuk membuka mulut pada saat
membersihkan gigi / mulut
g. Lakukan pembersihan dimulai dari dinding rongga mulut, gusi, gigi,
dan lidah.
h. Keringkan dengan kasa steril yang kering
i. Setelah bersih, oleskan Borax gliserin
j. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
5. Tahap terminasi :
a. Ucapkan terima kasih atas kerjasama dengan pasien
b. Dokumentasikan pelaksanaan tindakan keperawatan tersebut
c. Evaluasi respon klien
d. Simpulkan hasil kegiatan
e. Pemberian pesan
f. Kontrak waktu kegiatan selanjutnya
g. Atur posisi klien senyaman mungkin
h. Bereskan alat-alat dan kembalikan pada tempatnya
6. Dokumentasikan :
1. Nama klien
2. Tanggal dan jam
3. Tindakan yang dilakukan
4. Respon klien
5. Nama petugas.
E. Prosedur
1. Tahap Pra Interaksi
a. Melakukan pengecekan program terapi
b. Mencuci tangan
c. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar.
2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam dan menyapa nama pasien
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
c. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien
3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy
b. Mengenakan sarung tangan dan celemek
c. Mengganti selimut klien dengan selimut mandi
d. Mengatur posisi tidur pasien dengan kepala dipinggir tempat tidur
e. Memasang handuk dibawah kepala
f. Memasang ember dialasi kain pel
g. Memasang talang dengan ujung berada didalam ember
h. Menutup dada dengan handuk sampai ke leher
i. Menyisir rambut
j. Menutup lubang telinga dengan kapas dan mata dengan kain kassa/sapu tangan
pasien
k. Menyiram dengan air hangat, menggosok (memijit-mijit) kulit kepala dan
rambut dengan shampoo.
l. Membilas rambut dengan air hangat sampai bersih
m. Melepas kapas penutup lubang telinga dan kain kassa penutup mata
n. Mengangkat talang, mengeringkan rambut dengan handuk, kemudian dengan
pengering
o. Menyisir rambut
p. Meletakkan kepala pada bantal yang telah dialasi handuk kering
q. Merapikan pasien, ganti selimut mandi dengan selimut tidur
4. Tahap Terminasi
D. Persiapan Pasien
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi pasien untuk duduk bila memungkinkan atau berbaring bila kondisi
tidak memungkinkan.
E. Persiapan Petugas
1. Sarung tangan bersih
F. Prosedur
1. Perawat memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga serta menjelaskan
mengenai prosedur yang akan dilakukan
2. Perawat meminta persetujuan tindakan secara lisan kepada pasien/keluarganya
3. Perawat menjaga privacy pasien dengan cara memasang tirai
4. Perawat melakukan identifikasi pasien sesuai dengan prosedur
5. Perawat melakukan kebersihan tangan sesuai dengan prosedur
6. Perawat mengenakan APD sesuai dengan prosedur
7. Perawat memasang handuk/penahan diletakkan pada bahu atau di bawah belikat
8. Perawat memberikan minyak rambut pada pasien yang berambut panjang dan kusut
kemudian disisir secara bertahap dimulai dari bagian bawah (ujung rambut) setelah
rapi rambut dijalin/diikat
9. Perawat menyisir rambut yang pendek dari pangkal ke ujung
10. Perawat mengumpulkan rambut rontok dan dibungkus dengan kertas kemudian
membuang ke sampah sesuai jenisnya
11. Perawat memasukkan rambut yang berkutu dan mempunyai kelainan kulit dalam
larutan desinfektan di dalam bengkok
12. Perawat merapikan alat yang telah diberikan dan membuang sampah sesuai dengan
prosedur
13. Perawat menjelaskan kepada pasien/keluarga bahwa tindakan selesai dilakukan dan
mohon undur diri
14. Perawat melepas APD sesuai dengan prosedur
15. Perawat melakukan kebersihan tangan sesuai prosedur
16. Perawat melakukan dokumentasi pelaksanaan tindakan didalam catatan
perkembangan terintegrasi.
BERBAGAI PROSEDURAL KEPERAWATAN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN
KESEIMBANGAN SUHU TUBUH
C. Indikasi
1) Klien yang kedinginan(suhu tubuh yang rendah
2) Klien dengan perut kembung
3) Klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang persendian
4) Sepasme otot
5) Adanya abses, hematoma
D. Persiapan alat dan Bahan
1) Kompres hangat basah
a. Kom besar
b. Air hangat dalam tempat
c. Air bersih dalam tempat
d. Thermometer air
e. Kemasan kasa (dapat diganti wash lap)
f. Perlak dan alasnya
g. Handscoon
h. Handuk kecil
i. Bengkok
2) Kompres hangat kering
a. WWS (Water warm shack)
b. Air hangat dalam tempat
c. Tissue
E. Tahap Pra Interkasi
1) Melakukan verifikasi program prosedur pengobatan klien
2) Mencuci tangan
3) Menempatkan/mendekatkan alat di dekat klien dengan benar dan tepat agar
memudahkan proses tindakan
F. Tahap orientasi
1) Memberikan sala kepada klien sebagai salah satu pendekatan terapeutik
2) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien/keluarga
3) Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum tindakan prosedur
dilaksanakan
G. Tahap kerja
1) Memberikan kompres hangat basah
a. Menjaga privacy klien
b. Memasang handscoon
c. Mengatur posisi klien senyaman mungkin
d. Tempatkan kassa/wash lap kedalam kom besar yang sudah diisi dengan cairan
air hangat
e. Mengukur suhu air yang digunakan (37 derajat celsius)
f. Pasang perlak dan alasnya dibawah area yang akan dipasang kompres
g. Jika perlu bersihkan area yang akan dikompres
h. Peras kasa atau wash lap sampai tidak menetes lagi
i. Tempatkan kompres pada area yang dikompres beberapa detik
j. Angkat tepi kompres untuk melihat respons kulit awal terhadap kompresan
k. Ganti kasa/wash lap setiap 5 menit, atau sesuai kebutuhan
l. Kaji ulang area kompresan setiap menganti kompresan
m. Setelah 20menit hentikan tindakan dan keringkan kulit area tindakan
n. Merapian klien
2) Memberikan kompres hangat kering
a. Menjaga privacy klien
b. Mengatur posisi klien senyaman mungkin
c. Mengisi WWS dengan air panas setengah sampai tiga per empat (saat
mengisi air, WWS diletakan rata dengan kepala, WWS ditekuk sampai
permukaan air kelihatan agar udara tidak masuk)
d. Menutup dengan rapat dan membalik kepala WWS di bawah untuk
meyakinkan bahwa air tidak tumpah lalu bungkus dengan sarung WWA
e. Meletakan WWS pada bagian tubuh yang akan dikompres dengan kepala WS
mengarah keluar tempat tidur
f. Memantau respons klien
g. Ganti air WWS setelah 30 menit dengan air panas yang baru, sesuai yang
dikehendaki
h. Kaji ulang area kompresan setiap menganti kompresan
i. Jika sudah selesai, informaskan pada klien bahwa tindakan sudah selesai
dilaksankan
j. Merapikan klien
F. Tahap Terminasi
1) Melakukan evalusai tindakan yang dilakukan
2) Berpamitan pada pasien
3) Merapikan alat
4) Melepaskan handscoon (jika memakai)
5) Mencuci tangan
6) Mencatat kegiatan di lemba catatan keperawatan meliputi ukuran, lokasi, dan
penampilan area yang diberikan kompres, durasi, tindakan, serta toleransi klien
terhadap tindakan.
3. Memberikan kompres dingin
A. Pengertian
Kompres dingin adalah suatu metode penggunaan suhu rendah setempat yang dapat
menimbulkan beberapa efek fisiologis. Aplikasi kompres dingin adalah mengurangi
aliran darah ke suatu bagian dan mengurangi perdarahan serta edema.
B. Manfaat
Kompres dingin berfungsi sebagai pertolongan pertama pada cedera, juga untuk
perawatan lanjutan setelah pengobatan.
C. Tujuan
1) Menurunkan suhu tubuh
2) Mengurangi kongesti
3) Mengurangi perdarahan setempat
4) Mengurangi rasa sakit pada daerah setempat
5) Untuk keseleo pergelangan kaki, cedera berlebihan pada atlet atau luka memar
6) Membantu mengobati luka bakar dan jerawat
D. Alat dan bahan
1) Kompres dingin basah
a. Kom besar
b. Batu es
c. Air bersih
d. Kemasan kasa atau wash lap
e. Thermometer air
f. Perlak san alasnya
g. Handscoon
h. Handuk kecil
2) Kompres dingin kering
a. Kirbat es/eskap degan sarungnya
b. Perlak pengalas
c. Handscoon
d. Lap kerja
e. Alat tulis dan buku catatan
f. Potongan es kecil
g. Air dalam tempat
E. Tahap Pra Interkasi
4) Melakukan verifikasi program prosedur pengobatan klien
5) Mencuci tangan
6) Menempatkan/mendekatkan alat di dekat klien dengan benar dan tepat agar
memudahkan proses tindakan
F. Tahap orientasi
4) Memberikan sala kepada klien sebagai salah satu pendekatan terapeutik
5) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien/keluarga
6) Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum tindakan prosedur
dilaksanakan
G. Tahap kerja
1) Memberikan kompres dingin basah
a. Menjaga privacy klien
b. Memasang handscoon (bila perlu)
c. Mengatur posisi klien senyaman mungkin
d. Mengisi kom dengan potongan es hingga tiga per empat bagian
e. Tambahan air bersih kedalam kom
f. Mengukur suhu air yang telah disiapkan ( 150C)
g. Meletakan perlak dan alasnya dibawah area yang akan di pasang kompres
h. Jika perlu bersihkan area yang akan dikompres
i. Peras kasa/wash lap sampai tidak menetes
j. Tempatkan kompres pada area yang dikompres beberapa detik
k. Angkat tepi kompres untuk melihat respon kulit awal klien terhadap
kompresan
l. Ganti kasa/wash lap setiap lima menit atau sesuai kebutuhan
m. Setelah 20 menit, akhiri tindakan dan keringkan kembali kulit area tindakan
n. Melepasakan pengalas
o. Merapian pasien
2) Memberikan kompres dingin kering
a. Menjaga privacy klien
b. Memasang handscoon (bila perlu)
c. Mengatur posisi klien senyaman mungkin
d. Potongan es kecil dimasukan kedalam air untuk menghilangkan ujung –
ujungnya yang runcing
e. Jika sudah, isi alat kirbat es/eskap dengan es sebanyak setegah hingga dua
pertiga kantong
f. Keluarkan udara yang berlebihan dengan menekuk atau memelintir alat
g. Pasang tutup kantong atau kola res dengan kuat
h. Pegang alat secara terbalik dan periksa jika ada kebocoran
i. Bungkus alat dengan sarung penutup yang lambut, jika alat tersebut belum
dibungkus
j. Meletakan alat pada bagian tubuh yang akan dikompres dengan kepala WS
mengarah keluar tempat tidur
k. Memantau respons klien
l. Ganti air kirbat es/eskap setelah 30 menit dengan air panas yang baru, sesuai
yang dikehendaki
m. Kaji ulang area kompresan setiap menganti kompresan
n. Jika sudah selesai, informaskan pada klien bahwa tindakan sudah selesai
dilaksankan
o. Merapikan klien
H. Tahap Terminasi
1) Melakukan evalusai tindakan yang dilakukan
2) Berpamitan pada pasien
3) Merapikan alat
4) Melepaskan handscoon (jika memakai)
5) Mencuci tangan
6) Mencatat kegiatan di lemba catatan keperawatan meliputi ukuran, lokasi, dan
penampilan area yang diberikan kompres, durasi, tindakan, serta toleransi klien
terhadap tindakan.