Anda di halaman 1dari 12

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

“SOP MENGHITUNG PERNAPASAN”


Dosen Pengampu : Dr. Irsanty Collein, M.Kep.Ns.Sp.Kep.KMB

Disusun oleh:

Nama : Aidina Nuraida

NIM : PO7120320002

KESEHATAN KEMENKES RI

POLTEKKES KEMENKES PALU

DIV KEPERAWATAN TINGKAT I A


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
“MENGHITUNG PERNAPASAN”

Pengertian
Menghitung jumlah pernapasan (inspirasi dan diikuti oleh ekspirasi) dalam satu menit penuh.
Laju pernapasan adalah jumlah napas yang di lakukan seseorang setiap menit dan merupakan
salah satu tanda vital utama, bersama dengan tekanan darah, denyut nadi, dan suhu.
Saat seseorang menghirup, oksigen masuk ke paru-paru mereka dan bergerak ke organ. Saat
mereka menghembuskan napas, karbondioksida keluar dari tubuh. Tingkat pernapasan yang
normal memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan oksigen dan karbondioksida.
Tujuan
a. Untuk mengetahui keadaan umum pasien
b. Mengretahui atau mengikuti perkembangan penyakit pasien
c. Membantu menegaggakan diagnosa
d. Mengetahui jumlah dan sifat pernapasan dalam 1 menit.
Indikasi
Satu napas lengkap terdiri dari satu tarikan napas, saat dada terangkat, di ikuti satu hembusan
napas,saat dada turun. Untuk mengukur laju pernapasan, hitung jumlah napas selama satu menit
penuh atau hitung selama 30 detik dan kalikan jumlahnya dengan dua.
PROSEDUR :
1. Persiapan Alat
a. Arloji/ jam tangan dengan petujuk detik
b. Pena dan buku catatan
c. Formulir observasi

2. Persiapan Pasien
Berikan penjelasan pada klien, bahwa akan dilakukan pemeriksaan secara umum.

3. Pelaksanaan Tindakan
a. Menjelaskan tindakan yang akan di lakukan
b. Mendekatkan alat
c. Mencuci tangan
d. Meletakkan lengan klien pada posisi rileks menyilang abdomen atau dada bagian
bawah, atau tempatkan tangan pemeriksa langsung pada abdomen atas klien.
e. Mengobservasi siklus pernapasan lengkap (sekali inspirasi dan sekali ekspirasi)
f. Setelah siklus terobservasi lihat pada jarum dettik jam tangan dan hitung
frekuensinya.
g. Bila irama teratur, hitung respirasi selama 30 detik dan kalikan dua.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
“MEMPOSISIKAN FOWLER DAN SEMI FOWLER”

Pengertian
Posisi fowler merupakan posisi tempat tidur dengan menaikkan kepala dan dada setinggi 45
derajat sampai 90 derajat tanpa fleksi lutut.
Posisi semi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, di mana bagian kepala tempat tidur
lebih tinggi atau dinaikkan.

Tujuan

a. Mempertahankan kenyamanan
b. Memfasilitasi fungsi pernapasan
c. Meperbaiki jurah jantung
d. Meningkatkan ventilasi paru
e. Membantu mempermudah komunikasi atau sosialisasi
f. Mencegah aspirasi saat makan

Indikasi

Pada pasien dengan gangguan pernapasan,pada pasien immobilisasi.

Persiapan Alat

Tempat tidur,bantal kecil,gulungan handuk,bantalan kaki,dan sarung tangan (bila dinperlukan).

PROSEDUR :
1. Pra- Interaksi
a. Melakukan pengecekan program terapi/status pasien.
b. Mencuci tangan
c. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

2. Orientasi
a. Memberikan salam dan menyapa nama pasien
b. Jelaskan kepada pasien mengenai prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan.
c. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien

3. Tahap Kerja
a. Cuci tangan
b. Lakukan persiapan seperti yang telah disebutkan diatas
c. Tinggikan kepala tempat tidur 45-60 derajat
d. Topangkan kepala diatas tempat tidur atau bantal kecil
e. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan tangan bila pasien tidak dapat
mengontrolnya secara sadar atau tidak dapat menggunakan tangan dengan lengan
f. Tempatkan bantal tipis di punggung bawah
g. Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk dibawah paha
h. Tempatkan bantal kecil atau gulungan dibawah pergelangan kaki
i. Tempatkan papan kaki di dasar telapak kaki pasien
j. Turunkan tempat tidur
k. Observasi posisi kesejajaran tubuh, tingkat kenyamanan, dan titikpotensi tekanan
l. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
m. Catat prosedur termasuk : posisi yang ditetapkan, kondisi kulit, gerakan sendi,
kemampuan pasien membantu bergerak, dan kenyamanan pasien.

4. Terminasi
a. Mengevaluasi hasil pasien
b. Berpamitan dengan pasien
c. Membereskandan kembalikan alat di tempat semula
d. Mencuci tangan
e. Mencatat kegiatan dalaam lembar catatan keperawatan.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
“PENGUMPULAN SPUTUM”

Pengertian
Pengumpulan dan pemeriksaan sputum adalah pemeriksaan dahak yang dikumpulkan dalam 2
hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu

Tujuan

Sebagai acuan dalam menentukan langkah – langkah untuk menunjang suatu diagnosis TB Paru
pada pasien suspek TB Paru dan menentukan potensi penularan TB serta sebagai follow up
pengobatan pasien TB.

Indikasi

Pasien yang mengalami pneumonia,abses paru,atau tuberculosis dengan gelaja:


a. Batuk
b. Demam dan menggigil
c. Nyeri otot
d. Lemas
e. Nyeri dada
f. Sesak napas

PROSEDUR :

1. Persiapan alat
a. Pot dahak sesuai standar laboratorium
b. Stiker/spidol
c. Form TB 05/TB 05 MDR
d. Petugas mencuci tangan pertama kali saat kontak dengan pasien
e. Petugas menyiapkan alat yang diperlukan
f. Siapkan pot dahak steril
g. Beri identitas pada badan pot dahak : tulis identitas pasien dan tambahkan tulisan
sewaktu pada pot dahak yang diambil sewaktu dan tambahkan tulisan pagi pada pot
yang diambil dahaknya pada waktu pagi hari.Stiker/tulisan ditempelkan pada badan
pot jangan pada tutup pot
h. Tulis identitas pasien dan tanggal pengambilan dahak pada form TB05/TB05 MDR

2. Persiapan pasien
a. Beritahu pasien tentang pentingnya mendapatkan dahak yang berkualitas untuk
menentukan penyakitnya
b. Anjurkan pasien untuk berdahak dalam keadaan perut kosong danmembersihkan
rongga mulut dengan berkumur air bersih
c. Dahak merupakan bahan infeksius maka anjurkan pasien untuk berhati hati saat
berdahak dan mencuci tangan dengan sabun
d. Pengambilan dahak untuk diagnosis TB adalah 3 kali (S-P-S) yaitu Sewaktu- Pagi-
Sewaktu
3. Pelaksanaan Tindakan
a. Kumur- kumur dengan air bersih sebelum mengeluarkan dahak
b. Bila menggunakan gigi palsu dilepaskan terlebih dahulu
c. Tarik napas dalam 2-3 kali
d. Buka tutup pot dekatkan ke mulut,berdahak dengan kuat dan ludahkan ke dalam pot
e. Setelah selesai berdahak tutup rapat pot dahak tersebut
f. Segera cuci tangan dengan air dan sabun
g. Pasien melakukan pengumpulan dahak di ruangan pengumpulan dahak
h. Apabila ternyata dahak tidak memenuhi syarat pemeriksaan seperti air liur atau
volume kurang, Pasien diminta berdahak lagi
i. Apabila pasien kesulitan mengeluarkan dahak pasien dapat diberikan ekspektoran
seperti OBH atau Gliserol Guayacolas sehari sebelu pengeluaran dahak dan anjurkan
minum banyak
j. Pasien dianjurkan olahraga ringan seperti lari kecil/petugas melakukan tepukan
ringan dengan kedua telapak tangan pada punggung pasien selama 3-5 menit
k. Selanjutnya pasien berdahak seperti butir 4 diatas
l. Cara menilai dahak secara makroskopik
m. Lakukan penilaian terhadap dahak pasien tanpa membuka tutup pot melalui dinding
pot yang transparan
n. Hal yang harus diamati adalah volume 3-5 ml
o. Setelah menilai kualitas dahak segera mencuci tangan dengan air dan sabun
p. Dahak dibawa untuk diperiksa di laboratorium disertai dengan TB 05/TB 05 MDR
q. Petugas mencatat tindakan dalam rekam medis
r. Petugas merapikan alat
s. Setelah selesai tindakan petugas harus mencuci tangan dengan air dan sabun

4. Perhatian Khusus
a. Semua pasien (dewasa,remaja,anak yang dapat mengeluarkan dahak) yang diduga
menderita TB paru harus menjalani pemeriksaan dahak mikroskopis minimal 2 kali
(untuk f up pengobatan TB )dan sebaiknya 3 kali. Salah satu specimen yang diambil
harus berasal dari dahak pagi hari.
b. Sewaktu pertama : dahak dikumpulkan pada saat suspek TB dan berkunjung pertama
kali. Pada saat pulang suspek membawa pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi
pada hari kedua
c. Pagi : dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur.
Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas laboratorium
d. Sewaktu kedua : dahak dikumpulkan di laboratorium pada hari kedua saat
menyerahkan dahak pagi.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
“MEMBERIKAN OKSIGEN NASAL KANUL”

Pengertian
Pemberian oksigen merupakan salah satu terapi pemenuhan kebutuhan dasar manusia, dimana
oksigen dengan konsentrasi tinggi diberikan kepada pasien yang membutuhkan melalui selang
nasal kanul atau jenis mask oksigen yang lainnya

Tujuan

Tujuan utama dari pemberian oksigen adalah untuk memberikan suplai oksigen yang lebih
banyak sehingga kebutuhan tubuh akan oksigen dapat terpenuhi. Tentunya pemberian oksigen ini
hanya ditujukan bagi mereka yang mengalami gangguan pernapasan saja, seperti orang dengan
gangguan jalan napas (akumulasi sekret, penyempitan bronkhus), atau mereka yang mengalami
gangguan pola napas.
Indikasi
Untuk terapi oksigen dengan kebutuhan oksigen rendah hingga sedang, laju 1-4 L/menit tanpa
sistem humidifikasi dan 1-10 l/menit dengan system humidifikasi.

Persiapan Alat

a. Kanula hidung dengan ukuran yang sesuai


b. Tabung oksigen atau sumber oksigen lainnya
c. Regulator oksigen yang terpasang ke sumber oksigen
d. Flow meter untuk mengatur kecepatan aliran oksigen Humidifier (1,2).

PROSEDUR :
1. Pelaksanaan Tindakan
a. Pastikan tabung oksigen atau sumber oksigen lainnya telah tersedia dan dapat
berfungsi dengan baik. Pasang regulator oksigen , flow meter, dan humidifier
b. Identifikasi gejala pasien dengan benar, tujuannya agar manfaat nasal kanul dapat
bekerja
c. Cuci tangan dengan benar
d. Dokter akan menjelaskan bagaimana prosedur nasal kanul
e. Posisikan pasien untuk dengan posisi semi-fowler atau posisi lain yang
memungkinkan
f. Hubungkan selang kanul ke bagian tabung oksigen atau sumber oksigen lainnya
g. Aktifkan aliran oksigen dengan memastikan dosis sudah sesuai dengan kebutuhan
pasien.
h. Periksa kembali ujung kanul memastikan adanya aliran oksigen
i. Pastikan prong kanul hidung melengkung kea rah bawah, kemudian prong akan di
masukkan ke dalam rongga hidung
j. Letakkan kanul pada bagian bawah dagu dengan fiksasi. Dokter akan melakukan
pemantauan kondisi pasien dan respon klinis yang mungkin muncul.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
“MELATIH NAFAS DALAM”

Pengertian

Latihan napas dalam adalah bernapas dengan perlahan dan menggunakan diafragma, sehingga
memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh.

Tujuan

a. Untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta untuk mengurangi kerja
bernafas Meningkatkan inflasi alveolar maksimal
b. Meningkatkan relaksasi otot
c. Menghilangkan ansietas
d. Menyingkirkan pola aktifitas otot-otot pernapasan yang tidak berguna dan tidak terkoordinasi
e. Melambatkan frekuensi pernapasan
f. Meningkatkan kapasitas paru
g. Menegah atelectasis
h. Mengurangi udara yang terperangkap serta mengurangi kerja bernapas

Indikasi

Pasien dengan gangguan paru obstruktif maupun restriktifPasien pada tahap penyembuhan dari
pembedahan thoraxUntuk metode relaxasi

Persiapan Alat

Bantal sesuai kebutuhan pasien

PROSEDUR :

1. Pra-Interaksi
a. Memeriksa buku status pasien
b. Mencuci tangan
c. Menggunakan APD
d. Menyiapkan alat

2. Orientasi
a. Memberi salam kepada pasien dan menyapa pasien
b. Memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
c. Menanyakan persetujuan pasien

3. Tahap Kerja
a. Melakukan pemeriksaan terhadap status pernapasan.
b. Mengidentifikasi klien tidak dalam kondisi nyeri berat, sesak nafas berat dan
emergency.
c. Memastikan klien dalam kondisi sadar dan dapat mengikuti perintah dengan baik.
d. Mengatur posisi klien berbaring di atas tempat tidur kepala lebih tinggi, bila
memungkinkan dengan posisi semi fowler atau fowler/duduk.
e. Mengatur posisi bantal sesuai kebutuhan untuk kenyamanan klien.
f. Mengajarkan klien menghirup nafas secara perlahan dan dalam melalui mulut dan
hidung, sampai perut terdorong maksimal/mengembang. Menahan nafas 1-6
hitungan, selanjutnya menghembuskan udara secara hemat melalui mulut dengan
bibir terkatup secara perlahan.
g. Meminta klien untuk melakukan latihan secara mandiri dengan 30 kali latihan nafas
dalam selama 30 menit dengan diselingi istirahat 30 menit. Latihan dilaksanakan
sebanyak 6 kali sehari pada siang hari selama 4 hari.
h. Setiap latihan dibagi dalam 3 fase masingmasing selama 10 menit sesuai toleransi
klien dengan jeda batuk efektif.
i. Melakukan pengawasan keteraturan kemampuan latihan serta antisipasi terhadap
toleransi kemampuan dan perkembangan kondisi klien.
j. Melakukan pemeriksaan status pernapasan.
k. Membereskan alat.

4. Terminasi
a. Oservasi perasaan klien setelah tindakan selesai dilakukan
b. Berpamitan kepada pasien dan tidak lupa ucapan terimakasih atas kerjasamanya.
c. Mencuci tangan sesuai prosedur
d. Mendokumentasikan hasil tindakan pada buku status.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
“MELATIH BATUK EFEKTIF”

Pengertian
Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar dimana energi dapat dihemat
sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal (Smeltzer, 2001).
Melatih batuk efektif adalah Latihan mengeluarkan secret yang terakumulasikan dan
mengganggu di saluran nafas dengan cara dibatukkan.

Tujuan

a. Mengeluarkan semua udara dari dalam paru-paru dan saluran nafas sehingga menurunkan
frekuensi sesak napas.
b. Menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara
maksimal.
c. Melatih otot-otot pernafasan agar dapat melakukan fungsi dengan baik.
d. Melatih klien agar terbiasa melakukan cara pernafasan dengan baik.

Indikasi

Biasanya batuk efektif dilakukan pada klien dengan penyakit pulmonary kronik, pada kondisi
demikian sebaiknya klien dimotivasi untuk nafas dalam dan batuk paling kurang tiap 2jam, jika
keadaannya sadar dan tiap 2 atau 3jam jika tidur sampai fase akut dari produksi mucus akhir.
Berikut ada beberapa jenis indikasi batuk efektif :

a. COPD / PPOK (Penyakit paru obstruktif kronik), Penyakit ini ditandai oleh hambatan aliran
udara disaluran nafas yang bersifat progresif non reversible atau reversible parsial. Ppok
terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.
b. Emphysema,Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal
bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli.
c. Fibrosis
d. AsmaMerupakan gangguan inflamasi pada jalan nafas yang ditandai oleh opstruksi aliran
udara nafas dqan respon jalan nafas yang berlebihan terhadap berbagai bentuk rangsangan.
e. Chest infection
f. Pasien bedrest atau post operasi

Persiapan Alat

a. Tempat sputum
b. Tissu
c. Stestoskop
d. Hanscoon
e. Masker
f. Air putih hangat dalam gelas
PROSEDUR :

1. Pra- Interaksi
a. Mengecek program terapi
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat

2. Orientasi
a. Memberikan salam dan nama klien
b. Tujuan dan sapa Menjelaskan nama klien

3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy pasien
b. Mempersiapkan pasien
c. Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di abdomen
d. Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui hidung
hingga& hitungan' jaga mulut tetap tertutup)
e. Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah lengkung
pada punggung)
f. Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan
g. Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam & hitungan (lewat mulut'
bibirseperti meniup)
h. Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi dari otot
i. Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien bila duduk atau di dekat
mulut bila tidur miring)
j. Meminta pasien untuk melakukan nafas dalam 2 kali, yang ke-3 inspirasi, tahan
nafas dan batukkan dengan kuat
k. Menampung lender dalam sputum pot
l. Merapikan pasien

4. Terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan
b. Berpamitan dengan klien
c. Mencuci tangan
d. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai