Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

PEMASANGAN INFUS PADA TN.N DENGAN UNSPECIFIED RENAL


COLIC DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)
RSD IDAMAN BANJARBARU

Dosen Pembimbing
Megawati, S.Si.T.,M.Keb

OLEH
FITRIAH
NIM : P07124118197

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEBIDANAN
2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan
“Pemasangan Infus Pada Tn.N Dengan Unspecified Renal Colic Di Ruang Instalasi
Gawat Darurat (IGD) RSD Idaman Banjarbaru“
Adapun laporan “Pemasangan Infus Pada Tn.N Dengan Unspecified Renal
Colic Di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSD Idaman Banjarbaru “ ini telah saya
usahakan semaksimal mungkin dan pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan
terima kasih kepada clinical instructor ( CI ) kepala ruangan IGD dan karyawan, serta
Dosen pembimbing yang telah membantu saya dalam menyelesaikan laporan ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya ibarat ibarat
pepatah mengatakan “ Tak Ada Gading Yang Retak “ begitu pula dengan laporan ini.
Oleh karena itu, dengan lapang dada dan tangan terbuka saya membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada saya sehingga saya
dapat memperbaiki laporan ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari laporan ini dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Banjarbaru, Oktober 2019


LEMBAR PERSETUJUAN PENGAMBILAN KOMPETENSI

Telah di setujui dan diterima untuk pengambilan kompetensi dengan judul


“Pemasangan Infus Pada Tn.N Dengan Unspecified Renal Colic Di Ruang Instalasi
Gawat Darurat (IGD) RSD Idaman Banjarbaru”:
Nama : Tn.N
Umur : 61 tahun
Alamat : Jl. Dukuh Gunung Ronggeng RT.07 RW.02, Sungai Ulin, Banjarbaru
Utara Banjarbaru

Digunakan untuk membuat Laporan Pemasangan Infus Pada Tn.N Dengan Unspecified
Renal Colic Di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSD Idaman Banjarbaru untuk
memenuhi tugas Praktik Klinik Kebidanan I oleh :
Nama : Fitriah
Nim : P07124118197
Mahasiswi Politeknik Kesehatan Banjarmasin Jurusan Kebidanan Prodi DIII Semester
3. Lembar persetujuan dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Banjarbaru, Oktober 2019

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Mahasiswa

Megawati, S.Si.T., M.Keb Fitriah


NIP NIM P07124118197
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pemasangan Infus


Pemasangan infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh
melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena untuk menggantikan cairan atau
zat-zat makanan dari tubuh.
Terapi intravena adalah terapi medis yang dilakukan secara invasif dengan
menggunakan metode yang efektif untuk mensuplai cairan, elektrolit, nutrisi, dan
obat melalui pembuluh darah.
Dapat disimpulkan pemasangan infus atau terapi intravena adalah
memasukkan cairan, elektrolit, nutrisi dan obat dengan teknik penusukan kateter
infus ke dalam pembuluh darah vena dengan menggunakan alat infus set.

B. Tujuan Pemasangan Infus


Tujuan utama pemasangan infus :
1. Memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,
vitamin, protein, lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara
adekuat melalui oral.
2. Memperbaiki keseimbangan asam-basa.
3. Memperbaiki volume komponen darah.
4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan ke dalam tubuh.
5. Memonitor tekanan vena sentral (CVP).
6. Memberikan nutrisi pada saat sistem pencernaan mengalami gangguan
(Hidayat, 2008).

C. Indikasi Pemasangan infus


Indikasi pada pemberian terapi Intravena/pemasangan infus yaitu:
1. Pada seseorang dengan penfyakit berat, pemberian obat melalui intravena
langsung masuk ke dalam jalur peredaran darah, misalnya pada kasus infeksi
bakteri dalam peredaran darah (sepsis), sehingga memberikan keuntungan lebih
dibandingkan memberikan obat oral.
2. Pasien tidak dapat minum obat karena muntah,
3. tidak dapat menelan obat (ada sumbatan di saluran cerna atas).
4. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur contohnya pada
operasi besar dengan resiko perdarahan, dipasang jalur infuse intra vena untuk
persiapan seandainya berlangsung syok dan juga untuk mempermudahakan
pemberian obat)
5. Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak obat masuk ke
pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.
Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan
melalui injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan
cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai, misalnya pada orang yang mengalami
hipoglikemia berat dan mengancam nyawa.

D. Kontraindikasi Pemasangan Infus


1. Inflamasi dan infeksi di lokasi pemasangan infus.
2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan
digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena pada tindakan hemodialisis.
3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran
darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).

E. Lokasi Pemasangan Infus


Tempat atau lokasi vena perifer yang sering digunakan pada pemasangan
infus adalah vena supervisial atau perifer kutan terletak di dalam fasia subkutan
dan merupakan akses paling mudah untuk terapi intravena. Daerah tempat infus
yang memungkinkan adalah permukaan dorsal tangan (vena supervisial dorsalis,
vena basilika, vena sefalika), lengan bagian dalam (vena basalika, vena sefalika,
vena kubital median, vena median lengan bawah, vena radialis), dan permukaan
dorsal (vena safena magna, ramusdorsalis).
Tempat insersi/pungsi vena yang umum digunakan adalah tangan dan
lengan.Namun vena-vena superfisial di kaki dapat digunakan jika klien dalam
kondisi tidak memungkinkan dipasang di daerah tangan. Apabila memungkinkan,
semua klien sebaiknya menggunakan ekstremitas yang tidak dominan (Potter&
Perry, 2005)

Menurut Dougherty, dkk, (2010), Pemilihan lokasi pemasangan terapi


intravena mempertimbangkan beberapa faktor yaitu:
1. Umur pasien : misalnya pada anak kecil, pemilihan sisi adalah sangat penting
dan mempengaruhi berapa lama intravena terakhir.
2. Prosedur yang diantisipasi : misalnya jika pasien harus menerima jenis terapi
tertentu atau mengalami beberapa prosedur seperti pembedahan, pilih sisi yang
tidak terpengaruh oleh apapun
3. Aktivitas pasien : misalnya gelisah, bergerak, tak bergerak, perubahan tingkat
kesadaran
4. Jenis intravena: jenis larutan dan obat-obatan yang akan diberikan sering
memaksa tempat-tempat yang optimum (misalnya hiperalimentasi adalah
sangat mengiritasi vena-vena perifer).
5. Durasi terapi intravena: terapi jangka panjang memerlukan pengukuran untuk
memelihara vena; pilih vena yang akurat dan baik, rotasi sisi dengan hati-hati,
rotasi sisi pungsi dari distal ke proksimal (misalnya mulai di tangan dan pindah
ke lengan).
6. Ketersediaan vena perifer bila sangat sedikit vena yang ada, pemilihan sisi dan
rotasi yang berhati-hati menjadi sangat penting ; jika sedikit vena pengganti.
7. Terapi intravena sebelumnya : flebitis sebelumnya membuat vena menjadi tidak
baik untuk di gunakan, kemoterapi sering membuat vena menjadi buruk
(misalnya mudah pecah atau sklerosis).
8. Pembedahan sebelumnya : jangan gunakan ekstremitas fyang terkena pada
pasien dengan kelenjar limfe yang telah di angkat (misalnya pasien mastektomi)
tanpa izin dari dokter
9. Sakit sebelumnya : jangan gunakan ekstremitas yang sakit pada pasien dengan
stroke.
10. Keinginan pasien : jika mungkin, pertimbangkan keinginan alami pasien
untuk sebelah kiri atau kanan dan juga sisi.

F. Komplikasi Pemasangan Infus


Komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan infus :
1. Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya
pembuluh darah arteri vena atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang
tepat saat memasukkan jarum, atau tusukan “berulang” pada pembuluh darah.
2. Infiltrasi, yaitu masuknya cairan infus kedalam jaringan sekitar (bukan
pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.
3. Trombofeblitis atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat
infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.
4. Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat
masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.

G. Jenis Cairan Infus


1. Cairan hipotonik, osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum
(konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam
serum, dan menurunkan osmolaritasnya serum. Maka cairan “ditarik” dari
dalam pembuluh darah keluar jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah
dari osmolaritas rendah ke tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel mengisi
sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi,
misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretic, dan juga pada
pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketonsidosis diabetic.
Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari
pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan
tekanan intracranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah
NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
2. Cairan Isotonik, osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum
(bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada dipembuluh darah.
Bermanfaat bagi pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan
tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki resiko terjadinya
overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif
dan hipertensi. Contohnya adalah Ringer-Laktat (RL), dan normal
saline/larutan garam fisiologis (NaCl 10,9%).
3. Cairan hipertonik, osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga
“menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke pembuluh darah.
Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan
mengurami edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan
hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer
Laktat, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah, dan albumin.
Pembagian cairan berdasarkan tujuan penggunaannya:
 Nutrient Solution, berisi karbohidrat (dextrose, glukosa dan levalosa) dan air.
Air untuk menyuplai kebutuhan air, sedangkan karbohidrat untuk kebutuhan
kalori dan energi. Larutan ini di indikasikan untuk pencegahan dehidrasi dan
ketosis. Contohnya D5W, dextrose 5% dalam 0,45% sodium chloride.
 Electrolyte Solution, berisi elektrolit, kation dan anion. Larutan ini sering
digunakan untuk larutan hidrasi, mencegah dan koreksi ketidakseimbangan
cairan elektrolit. Contohnya normal saline, larutan ringer (sodium, Cl,
Potassium, Kalsium dan laktat).
 Alkalizing Solution, untuk menetralkan asidosis metabolik. Contohnya ringer
laktat.
 Acidifying Solution, untuk menetralkan alkalosis metabolic. Contohnya
dextrose 55 dalam Cl 0,45%, NaCl 0,9%.
 Blood Volume expanders, digunakan untuk meningkatkan volume darah
karena kehilangan darah/plasma dalam jumlah besar. (missal: hemoragi, luka
bakar berat) contohnya dekstran, plasma, human serum albumin.
Pembagian cairan berdasarkan kelompoknya:
 Kristaloid, bersifat isotinik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume
cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang
singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya,
Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
 Koloid, ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan
keluar dari membrane kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka
sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah.
Contohnya adalah albumin dan steroid.

H. Prosedur Pemasangan Infus


1. Persiapan alat
a. Sarung tangan bersih
b. Kapas alcohol
c. Tourniquet
d. Pengalas
e. Kasa steril
f. Plester
g. Abocath
h. Infus set
i. Betadin
j. Botol infus
k. Bak spuit (bengkok)
2. Menjelaskan prosedur pemasangan infus dan tujuan kepada pasien.
3. Mencuci tangan.
4. Cek cairan yang akan digunakan
5. Buka set infus
6. Pasang klem selang infus 2-4 cm dari bawah ruang udara
7. Buka segel botol cairan infus
8. Tusukkan ujung set infus ke dalam botol cairan tanpa menyentuh area steril
9. Isi ruang udara dengan cara memijit ruang udara sehingga terisi 1/3-1/2 bagian
10. Buka klem dan alirkan cairan infus sampai keluar dari ujung selang ke bengkok
11. Cek adanya udara di sepanjang selang
12. Pasang dan stel kembali dalam kondisi “off”
13. Tutup ujung selang dengan penutupnya atau dengan menggunakan
jarum+penutup jarum spuit lalu letakkan di bak spuit
14. Pasang pengalas
15. Pasang tourniquet 10-12 cm diatas lokasi penusukan
16. Minta pasien mengepalkan tangannya
17. Pilih vena yang akan ditusuk
18. Bersihkan area penusukan dengan kapas alcohol
19. Masukkan jarum aboceth secara perlahan
20. Jika terlihat darah masuk kedalam kateter aboceth maka mengidikasikan posisi
kateter posisi kateter aboceth masuk kedalam pembuluh darah vena
21. Tarik jarum aboceth perlahan dan stabilisasi kateter aboceth dengan satu
tangan (jari)
22. Masukkan kateter abocet lebih dalam mengikuti arah vena
23. Lepaskan tourniquet
24. Stek klem dalam posisi “on”
25. Fiksasi bagian badan kateter aboceth dengan plester
26. Kemudian tambahkan fiksasi diatas badan aboceth
27. Lalu berikan desinfektan diarea penusukan
28. Pasang kasa steril diatas penusukan, kemudia fiksasi kembali
29. Atur tetesan cairan infus
30. Tulis tanggal dan waktu pemasangan infus
31. Rapikan alat
32. Lepaskan sarung tangan
33. Cuci tangan kembali
34. Dokumentasikan tindakan
DOKUMENTASI KASUS

PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Sabtu, 11 Oktober 2019
Pukul : 21.40 WITA

IDENTITAS
Identitas pasien
No RM : 319434
Nama : Tn.N
Usia : 61 tahun
Tempat/Tgl Lahir : Bandung, 17-07-1958
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Jl. Dukuh Gunung Ronggeng RT.07 RW.02, Sungai
Ulin, Banjarbaru Utara, Banjarbaru
Golongan Darah :-
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Pertama Daftar : 2019-10-11
Unit Poliklinik : IGD
Dokter : dr.A
Cara bayar : BPJS
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.K
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Dukuh Gunung Ronggeng RT.07 RW.02, Sungai
Ulin, Banjarbaru Utara, Banjarbaru
Hubungan dengan pasien : Anak kandung
A. SUBJEKTIF
Pasien mengeluh nyeri seperti tertusuk-tusuk dibagian sisi tubuh antara tulang
rusuk dan pinggul atau di perut kiri bawah sejak jam 05.30 pagi, nyeri menjalar ke
pinggang, pasien merasa mual, muntah 1x, BAK keluar potongan batu kecil di
urin, BAB tidak lancar. Pasien empunyai riwayat darah tinggi/hipertensi.

B. OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Tampak baik, nadi kuat
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 140/90 mmHg
b. Nadi : 87 x/menit
c. Respirasi : 24 x/menit
d. Suhu : 36,0oC
3. Pemeriksaan lain
a. SPO2 : 98
b. Berat badan : 55 kg
c. Tinggi badan : 160 cm
d. GCS : 4.5.6
Pasien merasa nyeri perut kiri bawah dan kadang-kadang mual.

C. ANALISA
Renal Colic

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada keluarga pasien
2. Menjelaskan kepada keluarga keadaan pasien bahwa pasien tidak dalam
keadaan darurat
3. Menjelaskan dan memberitahu tindakan yang akan dilakukan kepada keluarga
pasein bahwa pasein akan dilakukan tindakan pemasangan infus , infus yang
dipasang adalah RL dengan 20 tetes/menit.
4. Menyiapkan perlengkapan pemasangan infus : sarung tangan, kapas alcohol,
tourniquet, pengalas, kasa steril, plester, abocath, infus set, botol infus, bak
spuit (bengkok)
5. Cek cairan yang akan digunakan, buka set infus, pasang klem selang infus 2-
4 cm dari bawah ruang udara, buka segel botol cairan infus, tusukkan ujung
set infus ke dalam botol cairan tanpa menyentuh area steril, isi ruang udara
dengan cara memijit ruang udara sehingga terisi 1/3-1/2 bagian, buka klem
dan alirkan cairan infus sampai keluar dari ujung selang ke bengkok, cek
adanya udara di sepanjang selang, pasang dan stel kembali dalam kondisi
“off”, tutup ujung selang dengan penutupnya atau dengan menggunakan
jarum+penutup jarum spuit lalu letakkan di bak spuit, pasang pengalas, pasang
tourniquet 10-12 cm diatas lokasi penusukan, minta pasien mengepalkan
tangannya, pilih vena yang akan ditusuk, bersihkan area penusukan dengan
kapas alcohol, masukkan jarum aboceth secara perlahan, jika terlihat darah
masuk kedalam kateter aboceth maka mengidikasikan posisi kateter posisi
kateter aboceth masuk kedalam pembuluh darah vena, tarik jarum aboceth
perlahan dan stabilisasi kateter aboceth dengan satu tangan (jari), masukkan
kateter abocet lebih dalam mengikuti arah vena, lepaskan tourniquet, stel klem
dalam posisi “on”, fiksasi bagian badan kateter aboceth dengan plester,
kemudian tambahkan fiksasi diatas badan aboceth, lalu berikan desinfektan
diarea penusukan, pasang kasa steril diatas penusukan, kemudia fiksasi
kembali, dan atur tetesan cairan infus
6. Memberikan injeksi ondasentron dan santagesik melalui IV (selang infus)
7. Memberitahu kepada keluarga bahwa pasien harus dirawat untuk dipantau
kondisi nya
8. Dokumentasi
9. Observasi pasien keruang Camar (Penyakit Dalam)
DAFTAR PUSTAKA

Dougherty L, Bravery K, Gabriel J, Kayley J, Malster M, Scales K, et al. Standards for


infusion therapy (third edition) . Royal College of Nursing; 2010.
PotterandPerry.2011.BukuFundementalKeperawatanKonsep,ProsesdanPraktik-
disi4Volume2.Jakarta:EGC
Hidayat, A.Aziz. 2016. KeterampilanDasarPraktikKebidanan.Jakarta: Salemba
Medika
Pri Harjo,dkk. 2016. keterampilankeperawatanKlinik.Jakarta:EGC
LEMBAR KONSULTASI LAPORAN

Nama : Fitriah
NIM : P07124118197
Program Studi : DIII Kebidanan
Judul : “ Pemasangan Infus Pada Tn.N Dengan Unspecified Renal
Colic Di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSD Idaman
Banjarbaru “

NO Hari/Tanggal Materi Saran Tanda Tangan


Konsultasi Pembimbing Pembimbing Mahasiswa

Anda mungkin juga menyukai