Anda di halaman 1dari 12

Reaksi Stress Akut

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat


Dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa RSUD Deli Serdang

DI SUSUN OLEH :
Khairidho Rezeki Sembiring (2008320001)
Wirdani Fahila Siregar (2008320027)
Taufiq Asri Munandar (2008320033)
Asmaul Habibi (2008320028)
Liri Andiyani (2008320037)

DOKTER PEMBIMBING
dr. Reny Fransiska Barus, M.Ked (KJ), Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UMSU
2021

i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan refarat ini, untuk memenuhi
persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa RSUD Deli
Serdang Lubuk Pakam, dengan judul Reaksi Stress Akut.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing saya,
dr. Reny Fransiska Barus, M.Ked (KJ), Sp.KJ, yang telah memberikan bimbingan dan
arahan dalam penyusunan jurnal ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa jurnal ini
memiliki kekurangan, baik dari kelengkapan teori hingga penuturan bahasa, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan jurnal ini.
Penulis berharap refarat ini dapat memberi manfaat dan menambah pengetahuan serta
dapat menjadi arahan dalam mengimplementasikan ilmu kedokteran dalam praktik di
masyarakat.

Medan, 31 Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 1
2.1 Defenisi reaksi stres akut............................................................................. 1
2.2 Epidemiologi reaksi stres akut..................................................................... 1
2.3 Manifestasi reaksi stres akut........................................................................ 1
2.4 Pedoman Diagnostik reaksi stres akut.......................................................... 2
2.5 Diagnosis Banding reaksi stres akut............................................................ 2
2.6 Tatalaksana reaksi stres akut........................................................................ 3
2.7 Prognosis reaksi stres akut........................................................................... 6
BAB III KESIMPULAN.............................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stres adalah sekumpulan perubahan fisiologis akibat tubuh terpapar terhadap bahaya
ancaman. Stres memiliki dua komponen: fisik yakni perubahan fisiologis dan psikogis yakni
bagaimana seseorang merasakan keadaan dalam hidupnya. Perubahan keadaan fisik dan
psikologis ini disebut sebagai stresor (pengalaman yang menginduksi respon stres).1

Stres merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari. Sarafino mendefinisikan stres
sebagai suatu kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan
yang menimbulkan jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari berbagai situasidengan
sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial individu.1

Menurut Andrew Goliszek, stres adalah suatu respon adaptif individu pada berbagai tekanan
atau tuntutan eksternal dan menghasilkan berbagai gangguan, meliputi gangguan fisik,
emosional, dan perilaku.2 Hawari (1997) menyatakan bahwa stres bisa diartikan
sebagianreaksifisik dan psikis yang berupa perasaan tidak enak, tidak nyaman atau tertekan
terhadap tekanan atau tuntutan yang sedang dihadapi.3

Stres muncul karena suatu stimulus menjadi berat dan berkepanjangan sehingga individu
tidak lagi bisa menghadapinya, atau stres dapat muncul akibat kejadian besar dalam hidup
maupun gangguan sehari-hari dalam kehidupan individu.

Gangguan stres akut (ASD) adalah gangguan terkait trauma dan stres yang ditandai dengan
ingatan yang mengganggu, suasana hati negatif, disosiasi, penghindaran, dan / atau
hiperarousal yang dialami selama bulan pertama setelah peristiwa yang berpotensi
menimbulkan trauma. ASD ditambahkan ke Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan
Mental (DSM-IV) pada tahun 1994 untuk menggambarkan dan mengklasifikasikan gejala
yang terjadi pada periode pasca trauma awal dan untuk mengidentifikasi orang yang berisiko
mengalami gangguan stres pasca trauma (PTSD). Tingkat ASD setelah peristiwa yang
berpotensi traumatis bervariasi mulai dari 1% pada korban trauma campuran hingga 59%
pada korban kekerasan seksual. Korban kejahatan dengan kekerasan berada pada risiko
tertinggi untuk ASD; faktor risiko lainnya termasuk jenis kelamin perempuan, usia yang lebih

1
muda, status sosial ekonomi yang lebih rendah, dan pengalaman traumatis dengan durasi
yang lebih lama.4

Acute Stress Disorder terjadi karena adanya kecemasan dan stres yang disebabkan oleh
pengalaman traumatis seperti bencana, namun berdasarkan tinjauan literatur dan hasil
penelitian diketahui bahwa ASD dapat terjadi karena adanya beberapa masalah psikologis
yang tidak terselesaikan, salah satunya pada kasus bencana alam seperti banjir, masalah
psikologi tersebut yang meliputi : ketakutan dan panik. Pada situasi krisis respon pertama
yang muncul adalah ketakutan dan panik. Reaksi panik itu sendiri merupakan reaksi ansietas
yang terjadi dengan cepat dan cenderung meningkat yang terjadi dalam waktu 15-30 menit
setelah kejadian traumatis. Ketakutan dan panik terjadi akibat perasaan terancam pada
keadaan bencana sehingga perilaku yang biasanya muncul dalam keadaan ini adalah berlari
untuk menyelamatkan diri dari bahaya yang mengancam, melakukan kontak dengan orang
terdekat atau mencari tempat aman untuk berlindung.5

Stres reaction acute (reaksi stres akut) adalah gangguan sementara yang muncul pada seorang
individu tanpa adanya gangguan mental lain yang jelas, terjadi akibat stres fisik dan atau
mental yang sangat berat, biasanya mereda dalam beberapa jam atau hari. Kerentanan dan
kemampuan koping (coping capacity) seseorang memainkan peranan dalam terjadinya reaksi
stres akut dan keparahannya

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Reaksi Stress Akut

Stress merupakan respons, stimulus dan interaksi fisiologik, psikologik dan perilaku
dari seseorang individu dalam menyesuaikan diri dan menyelesaikan tekanan–tekanan atau
beban baik yang datang dari dalam dirinya maupun dari luar atau lingkungan sekitarnya.
Reaksi Stres Akut suatu gangguan sementara yang cukup parah yang terjadi pada
seseorang tanpa adanya gangguan jiwa lain yang nyata, sebagai respons terhadap stres fisik
maupun mental yang luar biasa dan biasanya menghilang dalam beberapa jam atau hari.
Stresornya dapat berupa pengalaman traumatic yang luar biasa. Kerentanan individu dan
kemampuannya menyesuaikan diri memegang peranan dalam terjadinya dan keparahan suatu
reaksi stress akut.6

2.2 Epidemiologi Reaksi Stress Akut


Epidemiologi.
1. Prevalensi seumur hidup 8% dari populasi umum.
2. Faktor Risiko: single, bercerai, janda, sosial ditarik, atau tingkat sosial
ekonomi rendah.
3. Faktor risiko yang paling penting keparahan, durasi, dan kedekatan
paparan seseorang terhadap trauma akut.
2.3 Manifestasi Klinis
Gejala menunjukkan gambaran yang biasanya bercampur dan berubah dan termasuk
keadaan linglung dengan beberapa penyempitan bidang kesadaran dan penyempitan
perhatian. Ketidakmampuan untuk memahami rangsangan., dan disorientasi, keadaan ini
dapat diikuti baik dengan penarikan lebih lanjut dari situasi sekitarnya, atau oleh agitasi dan
aktivitas berlebihan (reaksi penerbangan atau fugue). Tanda-tanda kecemasan panic otonom
(takikardia, berkeringat, kemerahan) biasanya ditemukan. Gejala biasanya muncul beberapa
menit setelah dampak dari stimulus atau peristiwa stress, dan menghilang dalam dua hingga
tiga hari (seringkali dalam beberapa jam). Amnesia sebagian atau seluruhnya untuk episode
tersebut mungkin ada. Jika gejalanya menetap, perubahan diagnosis harus dipertimbangkan.7

3
Gejala khas lain dari reaksi stress akut meliputi:
 Intrusion.
Ini sering digambarkan sebagai mengalami kembali. Oaring tersebut akan memiliki
ingatan spontan tentang peristiwa traumatis, atau mungkin ada mimpi dan/kilas balik
yang berulang. Biasanya ini intens dan menyebabkan tekanan psikologis.
 Penghindaran.
Orang tersebut akan mencoba untuk menghindari mengungkapkan pkiran atau
perasaan yang akan memicu pengingat peristiea tersebut.
 Hyperarousal.
Ini bisa diekspresikan melalui perilaku sembrono atau atau agresif. Ini bisa merusak
diri sendiri. Mungkin ada gangguan tidur dan orang-orang dapat menjadi sangat
waspada misalnya. Ini dapat ditunjukkan saat mereka mudah terkejut
 Terkait suasana hati.
Ini mungkin melibatkan pikiran dan suasana hati atau perasaan negative, mereka
mungkin merasa terasing dari orang lain. Menyalahkan diri sendiri, atau telah
mengurangi kesenangan dan minat dalam aktivitas.

2.4 Pedoman Diagnostik Reaksi Stress Akut


Pedoman diagnostic Reaksi Stres Akut menurut PPDGJ III
a. Harus ada kaitan waktu yang jelas antara terjadinya pengalaman stres yang luar
biasa (fisik atau mental) dengan onset dari gejala, biasanya beberapa menit atau
segera setelah kejadian .
b. Selain itu ditemukan gejala-gejala:
1. Terdapat gambaran gejala campuran yang biasanya berubah-ubah, selain
gejala permulaan berupa keadaan “terpaku” (daze). Semua hal berikut dapat
terlihat depresi, ansietas, kemarahan , kecewa, overaktif dan penarikan diri.
Akan tetapi tidak satupun dari gejala tersebut yang mendominasi gambaran
klinisnya untuk waktu yang lama
2. Pada kasus yang dapat dialhkan dari lingkup stressor-nya, gejala-gejala dapat
menghilang dengan cepat (dalam beberapa jam) dalam hal dimana stres
menjadi berkelanjutan atau tidak dapat dialihkan gejala –gejala biasanya baru
mereda setelah 24-48 jam dan biasanya hapir menghilang setelah 3 hari.

4
c. Diagnosis ini tidak boleh digunakan untuk keadaan kambuhan mendadak dari
gejala-gejala pada individu yang sudah menunjukkan gangguan psikiatrik
lainnya.
d. Kerentanan individual dan kemampuan menyesuaikan diri memegang peranan
dalam terjadinya atau beratnya suatu reaksi stres akut.6

Kriteria diagnostik Reaksi Stres Akut menurut DSM- VI-TR


A. Seorang telah terpapar dengan peristiwa traumatis disertai dua hal berikut :
1. Orang mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan dengan suatu peristiwa atau
kejadian yang menyebabkan ancaman kematian atau cedera serius, atau ancaman
terhadap integritas fisik pada diri sendiri atau orang lain.
2. Respon seseorang yang terlibat dengan rasa takut hebat, tidak berdaya, atau
horor.
B. Baik saat mengalami atau setelah mengalami peristiwa menyedihkan, individu
memiliki tiga (atau lebih) gejala disosiatif berikut:
- Rasa subjektif dari mati rasa, detasemen, atau tidak adanya respon emosional.
- Penurunan kesadaran lingkungan nya.
- Derealization
- Depersonalisasi.
- Amnesia disosiatif (yaitu, ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari
trauma)
C. Peristiwa traumatik yang terus menerus dialami kembali dalam setidaknya satu dari
hal berikut: gambar berulang, pengalaman, mimpi, ilusi, episode kilas balik, atau rasa
mengenang pengalaman; atau tekanan pada paparan pengingat peristiwa traumatik.
D. Ditandai menghindari rangsangan yang membangkitkan ingatan mengenai
peristiwa traumatik (misalnya, pikiran, perasaan, percakapan, kegiatan, tempat,
orang).
E. Ditandai gejala kecemasan atau meningkatnya kewaspadaan (misalnya, sulit tidur,
mudah marah, kurang konsentrasi, hypervigilance, respon kaget yang berlebihan,
kegelisahan motorik).
F. Gangguan tersebut menyebabkan distress klinis yang bermakna atau penurunan
kemampuan bidang sosial, pekerjaan, atau fungsi penting yang mengganggu
kemampuan individu untuk menyelesaikan beberapa tugas yang diperlukan, seperti

5
memperoleh bantuan yang diperlukan atau memobilisasi sumber daya individu
dengan mengatakan kepada anggota keluarga tentang pengalaman traumatis.
G. Gangguan berlangsung minimal selama 2 hari dan maksimal 4 minggu dan terjadi
dalam waktu 4 minggu dari peristiwa traumatik.
H. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya,
Penyalahgunaan obat, obat) atau kondisi medis umum, tidak lebih baik dijelaskan
oleh gangguan psikotik singkat, dan tidak hanya eksaserbasi dari gangguan yang
sudah ada sebelumnya pada Axis I atau Axis II.

2.5 Diagnosis Banding Reaksi Stress Akut


1. Gangguan Mental Organic
2. Epilepsi
3. Gangguan Penyalahgunaan Alkohol
4. Gangguan Terkait Penyalahgunaan Zat Lain (Intoksikasi Akut atau Putus Zat)
5. Gangguan Panik Dan Gangguan Kecemasan Umum
6. Depresi Berat Juga Bersamaan Sering PTSD.
7. Gangguan Kepribadian Borderline, Gangguan Disosiatif, Dan Gangguan Buatan.8

2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksana.
1. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi merupakan suatu jenis terapi yang menggunakan obat-obatan
yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neurotransmiter disusunan syaraf pusat
otak yakni sistem limbik. Sebagaimana diketahui sistem limbik merupakan bagian
otak yang berfungsi mengatur alam pikiran, alam perasaan dan perilaku seseorang.
Obat yang sering dipakai adalah obat anti cemas (axiolytic) golongan benzodiazepine
seperti diazepam, lorazepam, alprazolam dan anti depresi (anti depresant) golongan
SSRI seperti fluoxetine, sertraline (Zoloft).
2. Psikoterapi
a. Pendekatan perilaku
Pendekatan perilaku dilakukan dengan mengubah perilaku yang menimbulkan stress
akut, toleransi atau adaptabilitas terhadap stress akut yang dialami, menyeimbangkan
antara aktivitas fisik dan nutrisi, serta manajemen perencanaan, organisasi dan waktu.
b. Pendekatan Kognitif

6
Pendekatan kognitif merupakan pendekatan yang bertujuan untuk mengubah pola
piker individu agar berpikir positif dan sikap yang positif, membekali diri dengan
pengetahuan tentang stres, serta menyeimbangkan antara aktivitas otak kiri dan
kanan. Pendekatan kognitif bisa juga dilakukan dengan menggunakan metode
hipnoterapi.
c. Metode Coping Stres Menggunakan Teknik Relaksasi
Relaksasi dilakukan dengan tujuan untuk melepaskan semua ketegangan-ketegangan
yang selama ini dialami oleh individu. Relaksasi yang dilakukan bisa berupa relaksasi
otot-otot, relaksasi kesadaran indra dan relaksasi pikiran-pikiran.

2.7 Prognosis Reaksi Stress Akut


Prognosis.
1. Gejala dapat berfluktuasi dari waktu ke waktu dan mungkin paling berat selama
periode stress tidak diobati,
2. sekitar 30 persen pasien sembuh sepenuhnya,
3. 40 persen terus memiliki gejala ringan,
4. 20 persen terus memiliki gejala sedang,
5. 0 persen tetap tidak berubah atau menjadi lebih buruk.
6. Setelah 1 tahun, sekitar 50 persen pasien akan sembuh.

Prognosis yang baik bila.


a. Onset akut,
b. Durasi singkat dari gejala (kurang dari 6 bulan),
c. Fungsi pra-morbid baik,
d. Dukungan sosial baik (keluarga, teman, tetangga)
e. Tidak ada Gangguan pasikiatri, Medis Dan penyalah gunaan zat yang menyertainya
(komorbiditas).

7
BAB III

KESIMPULAN

Reaksi Stres Akut suatu gangguan sementara yang cukup parah yang terjadi pada
seseorang tanpa adanya gangguan jiwa lain yang nyata, sebagai respons terhadap stres fisik
maupun mental yang luar biasa dan biasanya menghilang dalam beberapa jam atau hari.
Stresornya dapat berupa pengalaman traumatic yang luar biasa. Kerentanan individu dan
kemampuannya menyesuaikan diri memegang peranan dalam terjadinya dan keparahan suatu
reaksi stress akut. seseorang memainkan peranan dalam terjadinya reaksi stres akut dan
keparahannya Gejala biasanya muncul beberapa menit setelah dampak dari stimulus atau
peristiwa stress, dan menghilang dalam dua hingga tiga hari. Tanda-tanda kecemasan panic
otonom (takikardia, berkeringat, kemerahan) biasanya ditemukan . Obat yang sering dipakai
adalah obat anti cemas (axiolytic) golongan benzodiazepine seperti diazepam, lorazepam,
alprazolam dan anti depresi (anti depresant) golongan SSRI seperti fluoxetine, sertraline
(Zoloft). Prognosisnya sendiri sekitar 30 persen pasien sembuh sepenuhnya 40 persen gejala
ringan 20 persen gejala sedang. Prognosis baik bila Dukungan sosial baik (keluarga, teman,
tetangga) dan tidak adanya gangguan psikiatri. Medis dan penyalahgunaan zat menyertainya
(komorbiditas)

8
Daftar Pustaka:

1. Smet, Psikologi Kesehatan, Jakarta: Grasindo, 1994. hal 112


2. Goliszek, Andrew. 2005. : 60 Second Manajemen Stres. Jakarta: PT Buana Ilmu Populer, hal
1
3. Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa , (Yogyakarta, Dhana
Bhakti Prisma Yasa: 1997). hlm. 44
4. Bryant, RA (2011). Gangguan stres akut sebagai prediktor gangguan stres pasca trauma:
Tinjauan sistematis. Jurnal Psikiatri Klinis, 72, 233-239.
5. Era S, mustika S. TANDA DAN GEJALA ACUTE STRES DISORDER TERHADAP
KORBAN BENCANA BANJIR. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Mei 2020 Hal 119–130,
6. Pedoman diagnostic, PPDGJ III.
7. The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorders; World Health Organization.
8. Nemeroff CB, Bremner JD, Foa EB, Mayberg HS, North CS, Stein MB. Posttraumatic stress
disorder: A state-of-the-science review. J Psychiatr Res. 2006;40: 1-21.

Anda mungkin juga menyukai