- Memori
- Disorientasi
- Dll
RENTANG RESPON KOGNITIF SECARA UMUM :
Respon Adaptif -------------------------------------------------- Respon Maladaptif
-
indecisiveness keputusan
Memori baik
1. Faktor Predisposisi
Penyebab :
- Gangguan fungsi susunan saraf pusat
- Gangguan pengiriman nutrisi
- Ganggua peredaran darah
a. Penuaan
Kumulatif degeneratif jaringan otak
penuaan
Racun dalam jaringan otak
Kimia toksik/logam berat
Respon kognitif maladaptive
b. Neurobiologi
Penyakit Alzheimers
Gangguan metabolik :
- Penyakit lever kronik,
- GGK
- Devisit vitamin
- Malnutrisi
Anorexia nervosa
Bulimia nervosa
c. Genetik :
Penyakit otak degeneratif herediter ( Huntingtons Chorea)
2. Stressor Presipitasi
a. Hipoksia :
- Anemia hipoksik
- Histotoksik hipoksia
- Hipoksemia hipopoksik
- Iskemia hipoksik
Suplai darah ke otak menurun/berkurang
b. Gangguan metabolism
Malfungsi endokrin : Underproduct / Overproduct Hormon
- Hipotiroidisme
- Hipertiroidisme
- Hipoglikemia
- Hipopituitarisme
c. Racun, Infeksi
- Gagal ginjal
- Syphilis
- Aids Dement Comp
d. Perubahan Struktur
- Tumor tumor otak
- Trauma
e. Stimulasi Sensori
- Stimulasi sensori berkurang
- Stimulasi berlebih
Lingkungan yang stimulusai berkurang / atau lebih
Halusinasi
Penerangan dan aktifitas di ICU yang konstan
Bingung
Delusi
Halusinasi
3. Perilaku
Delirum adalah : Suatu keadaan proses pikir yang terganggu, ditandai dengan
Gangguan perhatian, memori, pikiran dan orientasi
Demensia : Suatu keadaan respon kognitif maladaptif yang ditandai dengan hilangnya
kemampuan intelektual/ kerusakan memori, penilaian, berpikir abstrak.
Karakteristik Delirium dan demensia
Delirium Demensia
Onset Biasanya tiba-tiba Biasanya perlahan
Lama Biasanya singkat/ <> 65 th
Stressor
Racun, infeksi, trauma,
Hipertermia
Hipertensi, hipotensi,
anemia. Racun, deficit
vitamin, tumor atropi
jaringan otak
perilaku
- Fluktuasi tingkat kesadaran
- Disorientasi
- Gelisah
- Agitasi
- Ilusi
- Halusinasi
- Pikiran tidak teratur
- Gangguan penilaian dan pengambilan keputusan
- Afek labil - Hilang daya ingat
- Kerusakan penilaian
- Perhatian menurun
- Perilaku sosial tidak sesuai
- Afek labil
- Gelisah
- Agitasi
4. Mekanisme koping :
- Dipengaruhi pengalaman masa lalu
- Regresi
- Rasionalisasi
- Denial
- Intelektualisasi
5. Sumber Koping :
- Pasien
- Keluarga
- Teman
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Nanda :
Anxietas
Komunikasi, kerusakan verbal
Resiko tinggi terhadap cedera
Sindrom defisit perawatan diri ( mandi,/kebersihan diri, makan, berpakaian, berhias, toilet )
Perubahan sensori/perseptual ( penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan, dan
penghidu)
Gangguan pola tidur
Perubahan proses piker
( Stuart and Sundeen, 1995.hal 556 )
Diagnosa lengkap dalam proses keperawatan :
Gangguan proses pikir berhubungan dengan gangguan otak ditandai dengan :
- Interpretasi lingkungan yang tidak akurat
C. PERENCANAAN
Identifikasi hasil :
Pasien dapat mencapai fungsi kognitif yang optimal
Prioritas :
Menjaga keselamatan hidup
Pemenuhan kebutuhan bio-psiko-sosial
Libatkan keluarga
Pendidikan kesehatan mental
Usaha perawatan :
Memfungsikan pasien seoptimal mungkin sesuai kemempuan pasien
D. IMPLEMENTASI
Intervensi Delirium :
a.
Kebutuhan Fisiologis
- Prioritas : menjaga keselamatan hidup
- Kebutuhan dasar dengan mengutamakan nutrisi dan cairan
- Jika pasien sangat gelisah perlu : Pengikatan untuk menjaga therapi, tapi sedapat mungkin
harus dipertimbangkan dan jangan ditinggal sendiri
- Gangguan tidur :
Kolaborasi pemberian obat tidur
Gosok punggung
Beri susu hangat
Berbicara lembut
Libatkan keluarga
Temani menjelang tidur
Buat jadwal tetap untuk bangun dan tidur
Hindari tidur diluar jam tidur
Mandi sore dengan air hanngat
Hindari minum yang dapat mencegah tidur seperti : kopi, dll
Lakukan methode relaksasi seperti : napas dalam
- Disorientasi :
Ruangan yang terang
Buat jam, kalender dalam ruangan
Lakukan kunjungan sesering mungkin
Orientasikan pada situasi linkumngan
Beri nama/ petunjuk/ tanda yang jelas pada ruangan/ kamar
Orientasikan pasien pada barang milik pribadinya ( kamar, tempat tidur,
lemari, photo kleuarga, pakaian, sandal ,dll)
Tempatkan alat-alat yang membantu orientasi massa
Ikutkan dalam tyherapi aktifitas kelompok dengan program orientasi
realita (orang, tempat, waktu).
b. Halusinasi
- Lindungi pasien dan orang lain dari perilaku merusak diri
- Ruangan :
Hindari dari benda-benda berbahaya
Barang-barang seminimal mungkin
- Perawatan 1 1 dengan pengawasan yang ketat
- Orientasikan pada realita
- Dukungan dan peran serta keluarga
- Maksimalkan rasa aman
- Sikap yang tegas dari pemberi/ pelayanan perawatan (konsisten)
c.
Komunikasi
- Pesan jelas
- Sederhana
Orientasi
Tujuan : Membentuk pasien berfungsi dilingkungannya
- Tulis nama petugas pada kamar pasien jelas, besar, sehingga dapat dibaca pasien
- Orientasikan pada situasi lingkungan
- Perhatikan penerangan terutama dimalam hari
- Kontak personal dan fisik sesring mungkin
- Libatkan dalam kegiatan T.A.K
- Tanamkan kesadaran :
Mengapa pasien dirawat
Memberikan percaya diri
Berhubungan dengan orang lain
Tanggap situasi lingkungan dengan menggunakan panca indera
Inyteraksi personal
- Identifikasi proses pulang
b. Komunikasi
- Membina hubungan saling percaya
Umpan balik yang positif
Tentramkan hati
Ulangi kontrak
Respek, pendengaran yang baik
Jangan terdesak
Jangan memaksa
- Komunikasi verbal
Jelas
Ringkas
Tidak terburu buru
- Topik percakapan dipilih oleh pasien
- Topik buat spesipik
- Waktu cukup untuk pasien
- Pertanyaan tertutup
- Pelan dan diplomatis dalam menghadapi persepsi yang salah
- Empati
- Gunakan tehnik klarifikasi
- Summary
- Hangat
- Perhatian
c.
Pengaturan koping
- Koping yang selama dipakai ini yang positif positif dimaksimalkan dan yang negative
diminimalkan
- Bantu mencari koping baru yang posistif
d. Kurangi agitasi
- didorong melakukan sesuatu yang tidak biasa dan tidak jelas
- beri penjelasan
- beri pilihan
- penyaluran energi :
Perawatan mandiri
Menggunakan kekuatan dan kemampuan dengan tepat, misalnya berolahraga
- Saat agitasi :
Tetap senyum
f.
Farmakologi
- Tergantung penyebab gangguan, spt :
Penyakit Alzheimers
- Pada orang tua harus hati-hati, karena keadaan yang sensitive
g. Wandering
Perilaku yang harus diperhatikan oleh pemberi perawatan
h. Therapeutik Milieu
- Stimulasi kognitif
Melakukan aktifitas yang berfungsi untuk perbaikan kognitif misalnya diskusi kelompok
Dukung perasaan aman
Situasi yang tenang
Rancangai fisik konsisten
Struktur yang teratur
Fokus pada kekuatan dan kemampuan
Minimalkan perilaku destruktif
i.
Intervensi interpersonal
- Psychotherapi
- Life review therafi
Untuk menyelesaikan masalah yang melibatkan individu dan kelompok dengan saling
menceritakan riswayat hidup
- Latihan dan terafi kognitif
Isolasi social
Orang
Interaksi social
Perawatan mandiri
Status nutrisi
Fungsi kognitif
Pasien terhindar dari cedera
4) Ditujukan pada pasien delirium
pasien kembali pada fungsi sebelumnya
pasien dapat memelihara tingkat optimal fungsi sensori dan persepsi
berperan dalam aktifitas sehari-hari
memelihara keseimbangan fungsi fisiologis
5) Ditujukan pada pasien demensia
pasien melakukan perawatan mandiri secara optimal
keluarga tetap memelihara hubungan dengan pasien.
IV. PENUTUP
a. Kesimpulan
Gangguan kognitif pada pasien yang mengalami gangguan jiwa, erat hubungannnya
dengan gangguan mental organik. Hal ini terlihat dari gambaran secara umum perilaku/ gejala
yang timbul akan dipengaruhi pada bagian otak yang mengalami gangguan, misalnya pada
lobus oksipitalis, lobus parietalis, lobus temporalis, lobus frontalis maupun sistim limbik.
Dari intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah pasien , hal utama yang
dilakukan adalah : selalu menerapkan tehnik komunikasi terapeutik. Pendekatan secara
individu dan kelompok, juga keterlibatan keluarga dalam melakukan perawatan sangat
penting
untuk
mencapai
kesembuhan
pasien.
Berdasarkan hal diatas masalah dengan gangguan kognitif sangat penting diketahui apa
penyebab terjadinya . Sehingga intervensi yang diberikan tepat dan sesuai untuk mengatasi
masalah pasien. Akhirnya pasien diharapkan dapat seoptimal mungkin untuk memenuhi
kebutuhannya dan terhindar dari kecelakaan yang ,membahayakan keselamatan pasien.
b. Saran
Dari
kesimpulan
diatas,
pemberian
asuhan
keperawatan
pada
pasien
yang
dengan
lebih
mengutamakan
etiologi
dari
terjadinya
masalah
2. Pemberian obat /terapy seharusnya berdasarkan pada gejala yang terjadi, karena akan
dipengaruhi oleh bagian otak yang terganggu dan harus tetap berkolaborasi dengan tim
medis.
3. Dalam pemberian asuhan keperawatan diharapkan peran serta dan keterlibatan keluarga.
Delirium
Dimensia
gangguan Amnestik
A. Delirium
Gangguan utama: Gangguan kesadaran,gangguan kognitif.
Gangguan mental: gangguan mood, gangguan persepsi, gangguan perilaku.
Gangguan neurologis: tremor, nistagmus, inkoordi-nasi, inkontinentia urine.
Onset mendadak: beberapa jam hari.
Perjalanan penyakit singkat dan berfluktuasi.
Perbaikan cepat, bila penyebab teridentifi-kasi dan dihilangkan.
Faktor predisposisi: usila, anak2, cedera otak yg telah ada sebelumnya, ketergantungan
alkohol, kanker
Gambaran klinis: penurunan kejernihan kesadaran terhadap lingkungan dgn penu-runan
kemampuan unt memusatkan, mem-pertahankan atau mengalihkan perhatian yg berfluktuasi.
Gangguan awal: kecemasan, mengantuk, insomnia, halusinasi, mimpi yg menakutkan pada
malam hari dan gelisah
Gangguan penyerta: gangguan tidur-bangun, sering mengantuk pada siang hari, tidur
terputus-putus dan singkat disertai mimpi yg menakutkan
2.1 Definisi
Gangguan mental organik adalah gangguan mentak organik yang berkaitan
dengan penyakit atau gangguan sistemik atau otak yang dapat didiagnosis
tersendiri (Rusdi Maslim, 2003; 22).
Gangguan Mental Organik (GMO) adalah suatu Gangguan patologi yang jelas,
misalnya; tumor otak, penyakit serebrovaskular, atau intoksikasi obat (Arif
Mansjoer, 2001; 189).
2.2 Etiologi
Gangguan jiwa yang psikotik atau non psikotik yang disebabkan oleh gangguan
fungsi jaringan otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh
penyebab badaniah yang terutama mengenai otak (WF. Maramis, 1995; 181).
2.3 Gambaran Utama
Menurut Rusdi Maslim (2001; 22), gangguan mental organik terbagi menjadi 3,
yaitu:
1. Gangguan fungsi kognitif
Misalnya: Daya ingat (memory), daya pikir (Intellect), daya belajar (Learning).
2. Gangguan sensorium
Misalnya: Gangguan kesadaran (Consciousness) dan perhatian (Attention).
3. Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang;
1) Persepsi (halusinasi)
2) Isi pikir (waham/delusi)
3) Suasana perasaan dan emosi (depresi, gembira, cemas).
2.4 Klasifikasi Gangguan Mental Organik (GMO)
Menurut Arif Mansjoer (2003; 18), GMO dapat dibagi menjadi menjadi 4, yaitu;
1. Delirium
1) Delirium yang berhubungan dengan suatu kondisi medis lain
2) Delirium yang di indiuksi oleh zat
3) Delirium yang disebabkan oleh berbagai macam etiologi
4) Delirium yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
2. Demensia
1) Demensia tipe Alzheimer
2) Demensia tipe vaskular
3) Demensia yang berhubungan dengan suatu kondisi medis lain (HIV, Parkinson,
trauma kepala, penyakit Huntington, penyakit Pick, penyakit Creatzfeldt-Jacob,
kondisi medis lain)
4) Demensia yang di induksi oleh zat
Gejala utama pada penyakit delirium adalah kesadaran yang menurun. Gejalagejala lain adalah penderita tidak mampu mengenal orang dan berkomunikasi
dengan baik, ada yang bingung atau cemas, gelisah dan panik, ada pasien yang
terutama berhalusinasi dan ada yang hanya berbicara komat-kamit dan
inkoherent. Pasien delirium yang berhubungan dengan sindrom putus obat
merupakan jenis hiperaktif yang dapat dikaitkan dengan tanda-tanda otonom,
seperti flushing, berkeringat, takikardi, dilatasi pupil, nausca, mundan dan
hipertermi. Orientasi waktu seringkali hilang, sedangkan orientasi tempat dan
orang mungkin terganggu pada kasus yang berat. Pasien seringh mengalami
Abromalitas dalam berbahasa, seperti pembicaraan yang bertele-tele, tidak
relevan dan inkoheren (Arif Mansjoer, 2001; 190).
Fungsi kognitif lain yang mungkin terganggu adalah daya ingat dan fungsi
kognitif umum. Pasien mungkin tidak mampu membedakan rangsang sensorik
dan mengintegrasikannya sehingga sering merasa terganggu dengan rangsang
yang tidak sesuai atau timbul agitasi, gejala yang sering tampak adalah marah,
mengamuk dan ketakutan yang tidak beralasan, pasien selalu mengalami
gangguan tidur sehingga tampak mengamuk sepanjang hari dan tertidur dimana
saja (Arif Mansjoer, 2001; 190).
Delirium biasanya hilang bila penyakit badaniah yang menyebabkannya sudah
sembuh, mungkin sampai kira-kira 1 bulan sesudahnya. Jika disebabkan oleh
proses langsung menyerang otak, bila proses itu sembuh, maka gejala-gejalanya
tergantung pada besarnya kerusakan yang ditinggalkan (gejala
neurologik/gangguan mental dengan gejala utama gangguan intelegensi).
Biasanya delirium muncul tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari) faktor
penyebabnya telah dapat diketahui dan dihilangkan, walaupun delirium biasanya
terjadi mendadak, gejala-gejala prodnormal mungkin telah terjadi beberapa hari
sebelumnya. Prognosa tergantung pada dapat atau tidak dapat kembalinya
penyakit yang menyebabkannya dan kemampuan otak untuk menahan
pengaruh penyakit itu (WF. Maramis, 1995; 182).
2.4.1.4 Penalaksanaan
Menurut Maramis (1995; 182), pengobatan etiologik harus sedini-dininya dan
disamping ini faal otak dibantu agar tidak terjadi kerusakan otak yang tetap.
Peredaran darah harus diperhatikan (nadi, jantung, tekanan darah), bila perlu
diberi stimulansia. Pemberian cairan harus cukup, sebab tidak jarang terjadi
dehidrasi.
1) Penderita harus dijaga terus, lebih-lebih ia sangat gelisah, sebab ia berbahaya
untuk diri sendiri (jatuh, lari dan loncat keluar dari jendela dan sebagainya)
ataupun untuk orang lain.
2) Dicoba menenangkan penderita dengan kata-kata (biarpun kesadarannya
menurun) atau dengan kompres es, penderita mungkin menjadi lebih tenang bila
ia melihat orang tua, barang yang ia kenal dari rumah. Sebaiknya kamar jangan
terlalu gelap, penderita tidak tahan terlalu di isolasi. Terhadap gejala-gejala
psikiatrik, bila sangat mengganggu dapat diberi neroleptika, terutama yang
mempunyai dosis efektif tinggi.
3) Bila kondisi ini merupakan foksisitas antikolinergik digunakan fisostigmin
salisilat 1-2 mg IV atau im. (dosis 15-30 menit)
Defisiensi vitamin yang paling lazim menimbulkan demensia B12, folat dan
niasin, defisiensi tianin menimbulkan amnesia dalam konteks sindrom wernicke,
korsakoff dengan sedikit gangguan intelektual.
6) Kelainan endokrinologik
Keadaan endokrinologik berikut dapat meliputi demensia dalam gambaran
klinisnya, hipotroidisme, hipertiroidisme, hipopara tiroidisme, hiperpara
tiroidisme, penyakit addison dan penyakit custing.
7) Gangguan elektrolit
8) Hipoksia
Anoreksia, gangguan jantung dan fungsi pernapasan.
9) Demensia dialisis dan uremia
10) Ensefalopati uremik kronik
11) Obat-obatan, logam dan paparan kimiawi industri
12) Ensefalopatii hepatik
13) Porikiria
14) Demensia pseudo
15) Demensia hidrosefalik
16) Demensia traumatik dan neoplastik
17) Demensia terkait penyakit mielin
18) Penyusunan diagnostik demensia
Dalam salah satu website dengan alamat http://www.idijakbar.com
mengklasifikasikan beberapa penyebab terjadinya demensia diantaranya:
1) Menurut umur
(1) Demensia senilis (> 65 tahun)
(2) Demensia prasenalis (< 65 tahun)
2) Menurut perjalanan penyakit
(1) Reversibel
(2) Ireversibel
3) Menurut kerusakan struktur otak
(1) Tipe Al-Zheimer
(2) Tipe non Alzheimer
(3) Demensia vaskular
(4) Demensia jisim lewy
(5) Demensia lobus frontal-temporal
(6) Demensia terkait HIV
(7) Morbus parkinson
(8) Morbus huntington
(9) Morbus pick
(10) Morbus jacob creutzfeldt
(11) Sindrom gerstmann
(12) Priondisease
(13) Priondisease
(14) Palsi supranuklear progresif
(15) Multiple sklerosis
(16) Neurosifilis
(17) Tipe campuiran
4) Menurut sifat-klinis
(1) Demensia proprius
(2) Pseudo-demensia
2.4.2.3 Manifestasi Klinis
Demensia biasanya dimulai secara perlahan dan makin lama makin parah,
sehingga keadaan ini pada mulanya tidak disadari. Terjadi penurunan dalam
ingatan, kemampuan untuk mengenali orang, tempat dan benda. Penderita
memiliki kesulitan dalam menemukan dan menggunakan kata yang tepat dan
dalam pemikiran abstrak dan sering terjadi perubahan kepribadian.
(http://medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=698)
Menurut Arif Mansjoer (2001; 191) tanda dan gejala dari Demensia yaitu:
1. Pada stadium awal, pasien menunjukkan kesulitan untuk mempertahankan
kinerja mental fatig dan cenderung gagal bila diberi suatu tugas baru atau
kompleks.
2. Orientasi, daya ingat, persepsi dan fungsi intelektual pasien memburuk
3. Pasien tampak introvert dan kurang peduli terhadap akibat tingkah lakunya
4. Diperkirakan 20-30% pasien tipe Alzheimer mengalami halusinasi dan 30-40%
mempunyai gejala waham, terutama waham curiga dan tidak sistematik
5. Terdapat depresi dan ansietas pada sebagian besar pasien. Pasien dapat
mengalami afasia, apraksia dan agnosia
6. Kejang.
2.4.2.4 Penatalaksanaan
Demensia dapat disembuhkan bila tidak terlambat. Secara umum, terapi pada
demensia adalah perawatan medis yang mendukung, memberi dukungan
emosional pada pasien dan keluarganya, serta farmakoterapi untuk gejala yang
spesifik. Terapi simtomatik meliputi diet, latihan fisik yang sesuai, terapi
rekreasional dan aktivitas, serta penanganan terhadap masalah-masalah lain.
Sebagai farmakoterapi, benzodiazepin diberikan untuk ansietas dan insomnia,
anti depresan untuk depresi, serta anpsikotik untuk gejala waham dan halusinasi
(Arif Mansjoer, 2001; 192).
Sementara itu takrin telah digantikan oleh donepezil, yang menyebabkan lebih
sedikit efek samping dan memperlambat perkembangan penyakit alzheimer
selama 1 tahun atau lebih. Ibuprofen juga bisa memperlambat perjalanan
penyakit ini. Obat ini paling baik jika diberikan pada stadiun dini.
(http://medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=698)
2.4.2.5 Klasifikasi Demensia
Menurut WF. Maramis (1997; 192) Demensia terbagi menjadi:
1. Demensia senilis
Adalah perubahan fisik akan mental yang terjadi pada orang lanjut usia disertai
dengan energi yang berkurang, reaksi terhadap kejadian sekitarnya menjadi
lambat, daya kreatif dan inisiatif berangsur-angsur menyempit dan pelan-pelan
menarik diri, seakan-akan kepribadiannya terbungkus.
1) Gejala
Biasanya sesudah umur 60 tahun baru timbul gejala-gejala yang jelas untuk
2.4.3 Amnesia
2.4.3.1 Definisi
Amnesia (dari bahasa Yunani) adalah kondisi harganya daya ingat.
(http://Wikipedia.org/wiki/Amnesia/2008).
Amnesia adalah suatu gangguan daya ingat yang ditandai adanya gangguan
kemampuan mempelajari hal-hal baru atau mengingat hal-hal yang telah
dipelajari sebelumnya serta menimbulkan hambatan pada fungsi sosial dan
pekerjaan (Arif Mansjoer, 2001; 192).
2.4.3.2 Etiologi
Gangguan ini sangat sering terjadi pada orang dewasa muda, lebih sering terjadi
pada orang yang telah terlibat didalam peperangan, kecelakaan atau bencana
alam .
(http://medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=698).
Penyebab amnesia bervariasi mulai dari fisiologis sampai kerusakan otak.
Kerusakan otak disebabkan karena trauma atau kecelakaan, tumor, stroke,
maupun pembengkakan otak.
(http://www.emedicine.com/neuro/tropic380.html).
Penyebab amnesia dapat berupa organik dan fungsional. Penyebab organik
dapat berupa kerusakan otak akibat trauma, penyakit atau penggunaan obatobatan (biasanya yang bersifat sedatif). Penyebab fungsional adalah faktor
psikologis, seperti halnya mekanisme pertahanan ego.
(http://www.emedicine.com/neuro/tropic380.html).
Sementara itu menurut Arif Mansjoer (2001; 192), gangguan pada daya ingat
umumnya diakibatkan kerusakan struktur neuroanatomi tertentu, pada satu atau
dua lebih hemister, namun lebih mudah timbul bila yang terkena hemister kiri.
Gangguan amnesia dapat disebabkan banyak hal, antara lain;
1. Gangguan sistemik
1) Defisiensi tramin (sindrom korsakoff)
2) Hipoglikemia.
2. Gangguan otak primer
1) Kejang, trauma kepala, tumor otak
2) Penyakit serebrovaskular, ensevolitis karena virus herpes simpleks
3) Hipoksia, sklerosis multipel
4) Amnesia transien global
5) Tindakan bedah otak, terapi syok listrik.
3. Obat-obatan: alkohol, neurotoksin, benzodiazepin dan sejenisnya
2.4.3.3 Klasifikasi Amnesia
Menurut website dengan alamat http://www.emidicine.com/neuro /topic
380.htmi, amnesia terbagi menjadi:
1. Anterograde
Ketidakmampuan untuk mengingat kejadian-kejadian setelah terjadinya trauma
atau penyakit setelah terjadinya trauma atau penyakit yang menyebabkan
amnesia.
2. Retrograde
Ketidakmampuan untuk mengingat kejadian-kejadian sebelum terjadinya
trauma.
3. Amnesia lakunar
Ketidakmampuan mengingat kejadian tertentu.
4. Amnesia emosional
Hilangnya ingatan karena trauma psikologis. Biasanya bersifat sementara.
5. Sindrom korsakoff
Hilangnya ingatan karena alkoholisme kronik.
6. Amnesia posthipnotik
Hilangnya ingatan setelah keadaan hipnotik atau informasi yang disimpan pada
memori jangka panjang.
7. Transient global amnesia
Merupakan kehilangan sementara seluruh memori secara khusus disertai
anterograde amnesia dan juga retrograde amnesia ringan.
2.4.3.4 Manifestasi Klinis
Gambaran yang sangat umum pada amnesia dissociative adalah kehilangan
ingatan. Segera setelah terjadi amnesia, seseorang bisa kelihatan bingung.
Kebanyakan orang dengan amnesia dissociative setidaknya depresi atau sangat
menderita karena amnesia mereka.
(http://www.emedicine.com/neuro/tropic380.html)
Gejala utamanya adalah ketidak mampuan mempelajari ha-hal baru (amnesia
anterograde) atau mengingat hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya (amnesia
retrograde). Daya ingat jangka pendek biasanya terganggu, bahkan pada kasus
yang berat, orientasi tempat dan waktu juga terganggu. Namun, orientasi orang
jarang terganggu. Daya ingat jangka panjang yang meliputi pengalaman masa
kecil tidak terganggu. Daya ingat segera masih baik. Gejala penyerta lainnya
antara lain perubahan kepribadian, apatis, kurang inisitif, agitasi dan
kebingungan. Pasien tidak mempunyai tilikan diri yang baik terhadap
penyakitnya (Arif Mansjoer, 2001; 192-193).
2.4.3.5 Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Dapat timbul secara segera seperti pada trauma dan penyakit cerebrovaskular
dapat juga timbul secara bertahap pada kekurangan nutrisi dan tumor otak.
Durasinya dapat singkat, kurang dari sebulan (amnesia transien) atau lebih dari
sebulan (amnesia peristen) (Arif Mansjoer, 2001; 193).
2.4.3.6 Penatalaksanaan
Terutama ditujukan kepada penyakit yang mendasarinya, pendekatan bersifat
suportif yang berkaitan dengan waktu dan tempat akan sangat membantu
pasien dan mengurangi rasa cemasnya, setelah episode amnesia teratasi,
beberapa jenis psikoterapi (kognitif, psikodinamika atau suporatif) mungkin
dapat membantu pasien (Arif Mansjoer, 2001; 193).
Untuk mempercepat pemulihan amnesia biasanya diberikan terapi atau obatobatan yang meningkatkan fungsi otak. Diluar terapi dan obat-obatan, cara yang
paling ampuh adalah menyediakan kondisi yang memberi rasa aman bagi
penderita. Kebanyakan penderita amnesia justru sembuh bukan diruang praktek,
putus-zat-napza).
2. Perilaku
3. Faktor penyebab
Faktor penyebab pada klien penyalahgunaan dan ketergantungan napza meliputi
:
1) Faktor biologic
(1) Kecenderungan keluarga, terutama penyalahgunaan narkoba.
(2) Perubahan metabolisme alkohol yang mengakibatkan respon fisiologik yang
tidak nyaman.
2) Faktor psikologic
(1) Tipe kepribadian ketergantungan.
(2) Harga diri rendah biasanya sering berhybyngan dengan penganiayaan waktu
masa kanak-kanak.
(3) Perilaku maladaptif yang dipelajari secara berlebihan.
(4) Mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit.
(5) Sifat keluarga, termasuk tidak stabil, tidak ada contoh peran yang positif,
kurang percaya diri, tidak mampu memperlakukan anak sebagai individu, dan
orang tua yang adiksi.
3) Faktor sosiokultural
(1) Ketersediaan dan penerimaan sosial terhadap pengguna obat.
(2) Ambivalens sosial tentang penggunaan dan penyalahgunaan berbagai zat
seperti tembakau, alkohol dan mariyuana.
(3) Sikap, nilai, norma dan sanksi cultur.
(4) Kemiskinan dengan keluarga yang tidak stabil.
2.4.4.2 Manifestasi Klinis
Pada dasarnya terdapat dua konsep ketergantungan zat, yaitu ketergantungan
perilaku dan ketergantungan fisik. Ketergantungan perilaku diperlihatkan dengan
aktifitas mencari zat. Ketergantungan fisik diperlihatkan dari efek fisik dari
episode multipel penggunaan zat (Arif Mansjoer, 2001; 195).
2.4.4.3 Penatalaksanaan
Pendekatan pengobatan untuk penyalahgunaan zat bervariasi menurut zat, pola
penyalahgunaan, tersedianya sistem pendukung dan ciri individual pasien.
Tujuan utama pengobatan adalah abstinensi zat serta mencapai kesehatan fisik
psikiatrik dan psikososial.
Pendekatan pengobatan awal dapat dilakukan dengan rawat inap atau rawat
jalan. Pengiobatan rawat inap diindikasikan pada adanya gejala medis atau
psikiatrik yang parah, suatu riwayat gagalnya pengobatan rawat jalan, tidak
adanya dukungan psikosoasial atau riwayat penggunaan zat yang parah atau
berlangsung lama.
Pada beberapa kasus penggunaan obat psikotropik mungkin diindikasikan untuk
menghalangi pasien menggunakan zat yang disalahgunakan, untuk menurunkan
efek putus zat, atau untuk mengobati suatu perkiraan gangguan psikiatrik dasar.
Kadang-kadang psikoterapi diperlukan. (Arif Mansjoer, 2000; 195).