Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

SKIZOFRENIA TAK TERINCI DENGAN


RIWAYAT PENGGUNAAN NAPZA

Di Susun Oleh:
Adhetia Trisna J230165038
Ibnu Mega Tirta J230165061
Melinda J230165062
Ranggraita Ayu Claudia J230145075
Rizka Zakiyyatun Nafi’ah J230145045
Rizal Dwi Yuliandhika J230145090

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
A. DEFINISI
Skizofrenia adalah penyakit paradigmatik psikiatri dimana sindrom klinis
variabel namun sangat mengganggu psikopatologi, yang melibatkan pikiran,
persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku. Ekspresi gejala bervariasi di seluruh

1
pasien dan dari waktu ke waktu, tetapi efek kumulatif dari penyakit selalu
parah dan biasanya tahan lama (Stuart, 2006).
Ada beberapa pendapat tentang pengertian skizofrenia yaitu menurut
Gunadi, skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizein” yang berarti
“terpisah” atau “pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa”. Pada skizofrenia
terjadinya pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku.
Jadi, skizofrenia mengacu kepada pepecahan ego-aspek rasional dalam jiwa-
sehingga penderitanya tidak lagi dapat membedakan antara alam khayal dan
alam riil. Menurut Kraepelin ada menyebutkan, “dementia pre cock” karena
skizofrenia mengalami kemunduran intelengensi sebelum waktunya.Bleuler
menggunakan istilah skizofrenia berarti pikiran/jiwa yang terbelah/terpecah.
Bleuler lebih menekankan pola perilaku yaitu tidak adanya integrasi otak yang
mempengaruhi pikiran, perasaan, dan afeksi. Dengan demikian, tidak ada
kesesuaian antara pikiran dan emosi antara persepsi terhadap kenyataan yang
sebenarnya (Kaplan, 2006).
Schizophrenia tak terinci merupakan sejenis schizophrenia dimana gejala-
gejala yang muncul sulit untuk digolongkan pada tipe schizophrenia tertentu
(Arif, 2006). Menurut FKUI (2002), klien schizophrenia tak terinci merupakan
gangguan jiwa yang memenuhi kriteria umum schizophrenia tetapi tidak
memenuhi kriteria untuk memenuhi kriteria residual atau depresi pasca
schizophrenia.
Penyebab skizofrenia dapat disebabkan oleh berbagai hal salah satunya
adalah penggunaan zat adiktif (NAPZA). Narkotika adalah suatu zat atau obat
yg berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis
yg dpt menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan (Undang-undang RI No.22 thn 1997 ttg Narkotika).
Psikotropika adalah suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental
dan perilaku.
Zat adiktif lain adalah bahan/zat yg berpengaruh psikoaktif diluar yang
disebut Narkotika dan Psikotropika.

2
Zat adiktif adalah suatu bahan atau zat yang apabila digunakan dapat
menimbulkan kecanduan atau ketergantungan. Narkotik adalah istilah yang
muncul berdasarkan undang-undang narkotika nomer 9 tahun 1976, yaitu zat
adiktif kanabis (ganja), golongan opioida dan kokain. Zat adiktif sama dengan
narkoba berasal dari kata narkotik dan bahan adiktif, sedangkan NAPZA
merupakan kependekan dari Narkotik Alkohol Psikotropika dan Zat adiktif lain
nya (Yusuf, 2015).

B. ETIOLOGI
Adapun etiologi dari skizofrenia secara umum adalah :
1. Faktor Biologi
a. Genetika
Dibuktikan bahwa alat yang memiliki genetika yang tidak kebal
terhadap pertumbuhan skizofrenia. Persaudaraan daengan skizofrenia
memiliki kemungkinan terbesar dalam perkembangan skizofrenia dalam
masyarakat umum. Sedangkan resiko perkembangan skizofrenia adalah
1% pada banyak masyarakat. (Gottesman, 1978).
2. Faktor Biokimia
a. Dopamin Hipotesis
Teori ini menyatakan bahwa skizofrenia dapat disebabkan oleh
kelebihan dopamin dependen pada aktivitas syaraf diotak
(Hollandsworth, 1990). Kelebihan aktivitas akan meningkatkan produksi
atau substansi pada nervus terakhir, peningkatan reseptor sensitivitas atau
mengurangi aktivitas dopamine antagonis (Birchwood et al, 1982).
Amfetamin telah ditemukan dapat meningkatkan jumlah dopamine
(Tsuang, 1982). Neuroseptic (Chlorpromazine dan haloperidol)
memperlambat jumlah dopamine otak dengan mengendalikan reseptor
dopamine sehingga dapat mengurangi gejala skizofrenia dengan
amfetamin.
3. Faktor Fisiologi
a. Inveksi virus

3
Stevent (1982),observasi perubahan degeneratif dengan neuron
dan peningkatan sel glial pada skizofrenik. Perubahan struktur ini sama
dengan karakteristik infeksi peradangan oleh virus encephalitis.
b. Abnormal Anatomi
Suatu penelitian menampilkan ukuran ventrikuler cerebral. Ia
membesar pada individu dengan skizofrenia. Skizofrenia cronik 35%
memiliki ukuran ventrikel > 2 standar deviasi. Dilarasi cortical
merupakan atropi otak (Wernberger dan Associaties, 1979).
4. Faktor Psikologika
Fase penting pada saat memisahkan individu (janin dan ibunya).
Fase kedua (umur 1- 5 tahun) yang dinamakan fase simbiotik. Anak dapat
melihat sendiri terpisahnya dari ibunya fixasi ini diimplikasikan sehingga
presdisposisi skizofrenia.
5. Faktor Lingkungan
a. Faktor sosiokultural
Data epidemiologi memperlihatkan skizofrenia terjadi pada individu
dengan sosial ekonomi rendah (Wiessma et al, 1983).
b. Kejadian stress pada hidup
Skizofrenia merupakan gangguan proses dalam berpikir. Diakibatkan
karena pengalaman individu yang menyakitkan yang pernah
dialaminnya.
Faktor penyebab penggunaan narkoba antara lain:
1. Ingin terlihat gaya
Zat terlarang jenis tertentu dapat membuat pamakainya menjadi lebih
berani, keren, percaya diri, kreatif, santai, dan lain sebagainya. Efek keren
yang terlihat oleh orang lain tersebut dapat menjadi trend pada kalangan
tertentu sehingga orang yang memakai zat terlarang itu akan disebut
trendy, gaul, modis, dan sebagainya.
2. Solidaritas Kelompok
Suatu kelompok orang yang mempunyai tingkat kekerabatan yang tinggi
antar anggota biasanya memiliki nilai solidaritas yang tinggi. Misalnya,
jika ketua atau beberapa anggota kelompok yang berpengaruh pada

4
kelompok itu menggunakan narkotik, maka biasanya anggota yang lain
baik secara terpaksa atau tidak terpaksa akan ikut menggunakan narkotik
itu agar merasa seperti keluarga senasib sepenanggungan.
3. Menghilangkan rasa sakit
Seseorang yang memiliki suatu penyakit atau kelainan yang dapat
menimbulkan rasa sakit yang tidak tertahankan dapat membuat orang jadi
tertarik jalan pintas untuk mengobati sakit yang dideritanya yaitu dengan
menggunakan obat-obatan dan zat terlarang.
4. Coba-coba / penasaran
Dengan merasa tertarik melihat efek yang ditimbulkan oleh suatu zat yang
dilarang, seseorang dapat memiliki rasa ingin tahu yang kuat untuk
mencicipi nikmatnya zat terlarang tersebut. Jika iman tidak kuat, maka
seseorang dapat mencoba ingin mengetahui efek dari zat terlarang. Tanpa
disadari dan diinginkan orang yang sudah terkena zat terlarang itu akan
ketagihan dan akan melakukannya lagi berulang-ulang tanpa bisa berhenti.
5. Menyelesaikan Masalah
Orang yang dirudung banyak masalah dan ingin lari dari masalah dapat
terjerumus dalam pangkuan narkotika, narkoba atau zat adiktif agar dapat
tidur nyenyak atau jadi gembira ria dan kemudian merasa masalahnya
terselesaikan sejenak.
6. Mencari Tantangan / Kegiatan Beresiko

5
C. Bagi orang-orang yang senang dengan kegiatan yang memiliki resiko tinggi dalam
menjalankan aksinya ada yang menggunakan obat terlarang agar bisa menjadi yang terhebat,
penuh tenaga dan penuh percaya diri.PSIKOPATOLOGI
Teori Psikososial

Teori sistem keluarga Teori interpersonal Teori psikodinamik

Masalah dalam keluarga Kecemasan yang tinggi antara Psikosis hasil dari ego
(Khususnya dengan orang tua) hubungan orang tua lemah

Anak merasa gelisah Anak tidak bisa menerima Perkembangan terhambat


Dan diasingkan Pesan karena yang mempengaruhi antara
Membingungkan orang tua dan anak

Disfungsi sistem keluarga Tidak percaya pada orang Ansietas


lain

Koping individu tidak Menarik diri Panik


Aktif

Mekanisme pertahanan ego


mal adaptif

Isolasi sosial

6
Gambar : Psikopatologi Skizofrenia
(sumber : Townsend , Mary C, 1998)
D. PSIKOFISIOLOGI
Faktor Biologis

Genetik Biokimia Faal Sy

Implikasi mutasi Genome menyaring Kehilangan GABA(-) Peingkatan reseptor Proses eksoit
DNA keselutuahn individu serotomi hambatan da
pada kromosom otonomik
seimb
Peningkatan Merangsang otot
aktivitas obat-obatan polos
dopaminergic

Kelainan gen selama Gangguan gerakan Gangguan k


Neurotrasmiter
dalam kandungan organ
dopamin tidak
(gen abnormal)
seimbang
Perilaku tidak
teratur

Kelainan struktur Gangguan proses


Distorsi kog
otak/fungsi otot saat berfikir
perseptual
tumbang

Perubahan
Proses tumbuh senso
kembang terhamabat

Gambar. Psikofisiologi Sk
(Sumber : Wiramihardja, Suta

7
E. Karusakan memori jangka pendek/panjangTANDA DAN GEJALA
Gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Gejala Primer
a. Gangguan Afek dan Emosi
1) Kedangkalan afek dan emosi (acuh tak acuh pada hal-hal yang penting
pada hidupnya)
2) Parathimi (susah pada hal yang seharusnya semang)
3) Paramimi (menangis pada hal yang seharusnya senang)
4) Emosi, afek dan ekspresinya tidak mengalami kesatuan.
5) Hilang kemampuan untuk mengadakan emosi yang baik.
6) Ambivalensi pada afek dua hal yang bertentangan berada pada satu
objek.
b. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, dan pikir).
1) Menggunakan arti simbolik.
2) Terdapat association
3) Jalan pikiran tidak dapat dimengerti / inkoherensi
4) Terjadi bloking beberapa detik sampai beberapa hari
5) Ide yang satu belum selesai, muncul ide lain
c. Gangguan Kemauan
1) Tidak dapat mengambil keputusan
2) Tidak dapat bertindak dalam satu keadaan
3) Melamun dalam jangka waktu yang lama
4) Negativisme : perbuatan yang berlawanan dengan permintaan
5) Ambivalensi kemauan : menghendaki 2 hal yang berlawanan pada
waktu yang sama.
6) Otomatisme : merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain/tenaga
dari luar sehingga dua berbuat otomatis.
d. Gangguan psikomotor
Stupor : bergerak dalam waktu lama

8
Hiperkinesa : terus bergerak dan tampak gelisah
Stretipi : berulang melakukan gerakan/sikap
Verbigerasi : stretipi pembicaraan
Katalepsi : posisi badan dipertahankan dalam waktu yang lama.
Negatifisme : menentang/justru melakukan yang berlawanan dengan apa
yang disuruh
Echolalia : meniru kata – kata orang lain
Echopraxia : meniru perbuatan orang lain
Manerisme : stereotopi tertentu pada skizofrenia, grimas pada
muka/keanehan berjalan dan gaya.
2. Gejala Sekunder
a. Waham/delusi
Suatu kepercayaan atau keyakinan yang salah karena bertentangan dengan
dunia realita. Menurut Townsend (1998) menyimpulkan tentang waham
yaitu suatu kelainan paranoid yang menunjukkan gejala utama delusi
minimal satu bulan sedangkan delusi yaitu individu yakin bahwa apa yang
dipikirkannya itu benar dan merasa khawatir kalau orang lain tidak percaya
apa yang diyakininya.
b. Halusinasi
Persepsi tanpa stimulus eksternal. Terdapat 4 tahapan yaitu :
c. Comforting
Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa, klien
biasanya mengkompensasikan stressornya dengan coping imajinasi sehingga
merasa senang dan terhindar dari ancaman.
d. Condemming
Timbul kecemasan moderat, cemas biasanya makin meninggi selanjutnya
klien merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain
ikut mendengarkan apa – apa yang ia rasakan sehingga timbul perilaku
menarik diri.

9
e. Controlling
Timbul kecamasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul tetapi
suara tersebut terus – menerus mngikuti, sehingga menyebabkan klien susah
berhubungan dengan orang lain. Apa bila suara tersebut hilang klien merasa
sangat kesepian/sedih.
f. Concuering
Klien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak
diikuti perilaku klien dapat bersifat merusak atau dapat timbul perilaku
suicide.
Sedangkan tanda dan gejala skizofrenia tak terinci adalah sebagai berikut :
1. Afek yang menumpul
2. Hilangnya dorongan kehendak
3. Kemunduran social
4. Menjadi gelandangan
5. Emosi, gairah dan aktivitas terganggau
6. berkeinginan untuk berbaring, malas-malasan, jorok, tidur-tiduran,
jarang mandi, motorik lamban, dan jarang berbicara.
7. Sering berperilaku yang amoral, misalnya memaki-maki orang yang
sedang lewat, memainkan alat kelaminnya.

Efek atau akibat menggunakan NAPZA


Seseorang yang mengunakan zat adiktif akan dijumpai gejala atau
kondisi yang disebut intoksikasi (teler) yaitu kondisi zat adiktif tersebut
bekerja dalam susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan memori,
perilaku, kognitif, alam perasaan, dan kesadaran. Pada penggunaan berulang
kali atau sering secara berkesinambungan, akan dicapai kondisi toleransi,
yaitu terjadinya peningkatan jumlah pengunaan zat adiktif untuk mencapai
tujuan dari penguna (memerlukan dosis lebih tinggi untuk mencapai efek yang

10
diharapkan). Kondisi toleransi ini akan terus berlangsung sampai mencapai
dosis yang optimal (overdosis). Penguna zat adiktif bila menghentikan atau
tidak mengunakan zat adiktif lagi akan menimbulkan gejala-gejala sindroma
putus zat atau pasien dalam kondisi whitdrawal (Yusuf, 2015).

Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA dapat


digolongkan menjadi 3 golongan :

1. Golongan Depresan (Downer)

Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional


tubuh. Jenis ini menbuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan bahkan
membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk
Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang), hipnotik (otot
tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.

2. Golongan Stimulan (Upper)

Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan


meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi
aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah :
Amfetamin (shabu, esktasi), Kafein, Kokain.

3. Golongan Halusinogen

Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang


bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya
pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu.
Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis. Golongan ini termasuk :
Kanabis (ganja), LSD, Mescalin.

11
Namun, secara umum dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik,
psikis maupun sosial seseorang.diantaranya :
1. Dampak Fisik:
Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi,
gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi.
a) Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti:
infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah
b) Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi,
eksim
c) Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi
pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru
d) Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh
meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur
e) Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan
padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen,
progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual
f) Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara
lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan
amenorhoe (tidak haid)
g) Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian
jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti
hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya
h) Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis
yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya.
Over dosis bisa menyebabkan kematian.

2. Dampak Psikologi:
a) Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
b) Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga

12
c) Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
d) Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
e) Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri
f) Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
g) Merepotkan dan menjadi beban keluarga
h) Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram.
Dampak fisik dan psikis berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan
mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak
mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan
sangat kuat untuk mengkonsumsi (biasa disebut sugest). Gejala fisik dan
psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk
membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll.

F. DAFTAR DIAGNOSIS
1. Isolasi sosial b.d tidak percaya, perkembangan ego yang lemah, afet
tidak jelas.
2. Perubahan proses pikir b.d ketidakmampuan untuk percaya orang lain,
panik, cemas.
3. Gangguan komunikasi verbal b.d panik, kekacauan, pikiran yang tidak
nyata
4. Perubahan persepsi sensorik (pendengaran atau penglihatan) b.d
distorsi kognitif dan perceptual individu panik, stres berat
5. Koping individu tidak efektif b.d fungsi sistem keluarga berfokus pada
ansietas
6. Harga diri rendah b.d perubahan peran sosial
7. Gangguan perawatan diri b.d rasa tidak berharga dan kurangnya
perhatian terhadap dirinya sendiri

13
H. INTERVENSI
Nama DIAGNOSA PERENCANAAN RASIONAL
KEPERAWATAN
No Hari/tgl TUJUAN & KRITERIA HASIL TINDAKAN KEPERAWATAN
1 Isolasi sosial b.d Tujuan Jangka Pendek : – Membina hubungan saling – struktur menolong k
tidak percaya, Klien mampu meperkenalkan percaya dengan klien mengatur waktu u
– Menggunakan komunikasi
perkembangan ego diri berinteraksi dengan yang
terapeutik ketika berbicara dengan
yang lemah, afet Tujuan Jangka Panjang : dan mengatakan ba
klien
tidak jelas. Klien mampu bersosialasi partisipasi klien dihara
– Identifikasi faktor signifikasi
dengan klien yang lain dan anggota yang ber
supprt individu klien dan
dalam komunitas.
mendorong mereka untuk
KH : – jaringan pendukung yang
berinteraksi dengan klien.
– Klien dapat – Observasi keadaan dan kegiatan menambah kontak sosial,
mendemonstrasikan klien meningkatkan harga diri d
– Membantu klien memperkenalkan
keinginan dan hasrat untuk memfasilitasi hubungan
diri dengan klien yang lain
bersosialisasi dengan orang yangpositif.
– Atur setiap hari untuk menyusun
lain. – klien kadang memilih un
rencana waktu berinteraksi dan
– Klien dapat mengikuti
menyendiri diwktu yang t
beraktivitas dengan klien.
aktivitas kelompok yang
– Kolaborasi dengan team medis dan seharusnya diberi
dilakukan oleh perawat
yang lain kesempatan untuk itu.
– Pasien melakukan pendekatan
– menemukan klien lain untuk
– Berbagi atau kesukaan yan
interaksi satu –satu dengan
isolasi dengan orang yang
sama meningkatkan
orang lain dengan cara yang
memiliki kesukaan sama.
kenyamanan bersosialisas
sesuai/dapat diterima. – perlihatkan sikap menerima

14
dengan cara melakukan kontak apalagi jika dilakukan
yang sering tapi singkat. berulang kali.
– sikap menerima dari orang
– perlihatkan penguatan positif lain akan meningkatkan h
kepada klien untuk diri klien dan memfasilita
memperlihatkan dukungan selama ras percaya pada orang lai
aktivitas kelompok yang mungkin – Hal ini akan membuat pas
merupakan hal yang menakutkan merasa menjadi kehadiran
atau sukar untuk pasien. seseorang yang dipercaya
akan memberikan ras ama
kepada klien.
2. Perubahan proses Tujuan Jangka Pendek : – Bina hubungan saling percaya – Kunjungan yang tenang
pikir b.dpikiran non Pasien dapat mengetahui dan dengan menjelaskan bahwa kita membantu untuk memulih
realistis dan tidak mengatakan bahwa ide-ide adalah perawata yang persepsi sensori klien dap
sesuai . yang salah itu tidak sesuai merawatanya menghambat gangguan pr
– Menggunakan komunikasi
dengan rasional dan dan persepsi.
terapeutik setiap berbicara dengan
kenyataan. – Penting untuk dikomunikasi
klien
Tujuan jangka Panjang : kepada klien bahwa peraw
– datangi klien dengan tenang
Tergantung pada proses tidak menerima delusi seb
dan tidak berangan-angan.
kekronia penyakit. – tunjukan bahwa anda realita.
KH : menerima keyakinan klien yang
1. Menggunakan salah, sementara itu biarkan – Penting untuk dikomunikasik
secara verbal reflek pasien tau bahwa perawat tidak kepada klien bahwa peraw

15
diproses, piker yang mendukung keyakinan tersebut. tidak menerima delusi seb
– Jangan membantah atau
berorientasi kepada klien. realita.
menyangkal keyakinan klien,
2. pasien dapat
gunakan teknik keraguan yang
mempertahankan aktivitas – Membantah keyakinan kli
beralasan sebagai teknik
sehari-hari yang mampu tidak akan bermanfaat apa-apa
terapeutik.
dilakukan olehnya. tidak dapat dikurani dengan
– Bantu klien menghubungkan
3. pasien mampu pendekatan ini dan mungkin a
keyakinan yang salah tersebut
menahan diri berespon menghalangi perkembangan
dengan kenyataan yang ada.
terhadap pikiran-pikiran hubungan saling percaya.
delusi, bila pikiran tersebut
muncul.
3. Gangguan Tujuan Jangka Pendek : – bina hubungan saling percaya – Kebutuhan klien dapat
komunikasi verbal Klien dapat berkomunikasi dengan klien terpenuhi.
– menggunakan komunikasi
b.d panik, secara lancar, baik dan – klien dapat focus selama
terapeutik jika berbicara dengan
kekacauan, pikiran komperehensif sehingga dapat berkomunikasi dengan
klien.
yang tidak nyata. mengungkapkan perasaan yang perawat.
– Ketika berbicara dengan klien
dialaminya saat ini kepada
gunakan bahasa/kalimat yang
perawat.
tepat singkat dan jelas.
Tujuan Jangka Panjang : – Orientasikan klien pada
Klien dapat membedakan kenyataan selama diperlakukan,
antara yang nyata dan tidak panggil klien dengan namanya.
– Validasikan aspek komunikasi
nyata klien dapat
sehingga dapat membantu
berkomunikasi dengan pasien

16
lain. membedakan yang nyata dan
KH : tidak nyata.
– Kolaborasi dengan team medis
– Klien dapat berkomunikasi
baik dengan pasien lain
maupun dengan perawat.
– Klien dapat membedakan
antara yang nyata dan tidak
nyata. – Membina hubungan saling
– Mempertahankan rentang percaya.
cemas pasien sehingga tidak
berubah menjadi panik.
– Panggil klien, perawat klien
4. Perubahan persepsi Tujuan Jangka Pendek : – Klien harus mempercay
lain dengan namanya.
sensorik Pasien dapat mendiskusikan isi perawat sebelum
(pendengaran atau halusinasinya dengan perawatan membicarakan tentang
penglihatan) b.d dalam 1 minggu. halusinasi / perubahan
– Gunakan pernyataan yang jelas
distorsi kognitif dan Tujuan Jangka Panjang : persepsi sensori lain.
dan nyata
perceptual individu Pasien dapat mendiskusikan dan – Bantu klien untuk fokus pada – Menggunakan nama klie
panic, stress berat memeriksa realitas, mengurangi aktifitas nyata dilingkungannya Perawat yang benar dap
– Tenangkan klien bahwa klien
terjadinya halusinasi. mengembalikan pada re
aman dan tidak akan terancam
KH : dan mengurangi pengaru
bahaya
– Pasien dapat mengatakan halusinasi
tanda-tanda peningkatan – Observasi perilaku verbal dan – Memfokuskan aktifitas,

17
ansietas dan menggunakan nonverbal yang berhubungan membantu untuk
teknik-teknik tertentu untuk dengan halusinasi mengembalikan klien da
memutuskan ansietas tersebut pengalaman halusinasi
– Hindari menyentuh klien
– Pengurangan rasa takut
sebelum perawat
untuk membuat keperca
mengisyaratkan kepada klien
klien terhadap lingkung
bahwa perawat tidak apa-apa
merasa aman
bila memerlukan seperti itu
– Intervensi akan menceg
– Coba untuk menghubungkan
respon agresif yang dipe
waktu keadian ansietas, bantu
dari halusinasi
klien untuk mengerti hubungan
ini
– Pasien dapat saja menga
sentuhan sebagai ancam
berespon agresif

– Jika pasien dapat belaja


menghentikan peningka
ansietas, halusinasi dapa
dicegah
5. Komponen individu Tujuan Jangka Pendek : – Dorong perawat yang sama – Untuk memudahkan
tidak efektif b.d Pasien akan membangun rasa untuk bekerja sama dengan perkembangan hubungan

18
fungsi sistem percaya kepada 1 orang perawat pasien sebanyak mungkin saling percaya
– Hindari kontak fisik
keluarga berfokus dalam 1 minggu – Pasien yang curiga mung
pada ansietas Tujuan Jangka Panjang : mengartikan sentuhan se
Pasien dapat bahasa tubuh yang
– Hindari tertawa, berbisik-bisik,
mendemonstrasikan lebih mengisyaratkan ancaman
bicara pelan didekat pasien
banyak penggunaan ketrampilan – Pasien curiga sekali yaki
sehingga pasien dapat melihat
koping adaptif yang dibuktikan bahwa orang lain sedang
namun tidak mendengar apa
antara interaksi dan keinginan membicarakan dirinya d
yang dibicarakan
untuk berpartisipasi dalam sikap yang serba rahasia
– Jujur dan selalu tepat janji
masyarakat mendukung munculnya
KH : curiga
– Kemungkinan besar
 Psasien dapat menilai secara – Kejujuran dari orang lain
dibutuhlkan pendekatan yang
realitas dan tidak melakukan mendukung munculnya
kreatif untuk mendukung
tindakan proyeksi perasaan hubungan saling percaya
masukan makanan
dalam lingkungan tersebut – Pasien sering yakin bahw
– Periksa mulut pasien setelah
 Pasien dapat mengukur dan mereka akan diracuni se
minum obat
mengklarifikasi kemungkinan pasien menolak makanan
salah interpretasi terhadap disiapkan
– Jangan berikan kegiatan yang
perilaku dan perkataan orang – Untuk menyaksikan bah
bersifat kompetitif. Kegiatan
lain pasien telah minum obat
yang mendukung adanya
 Pasien makan-makanan dari dan tidak mencoba mem
hubungan interpersonal dengan
piring rumah sakit dan minum pil-pil tersebut
perawat atau terapis adalah

19
obat tanpa memperhatikan kegiatan yang terbaik – Kegiatan kompetitif
– Motivasi pasien untuk
tidak percaya merupakan kegiatan yan
mengatakan perasaan yang
 Pasien dapat berinteraksi sangat mengancam
sebenarnya. Perawat harus
secara tepat / sesuai dari
menghindari sikap penolakan
kooperatif dengan perawat dan
terhadap perasaan marah yang
rekan-rekannya – Mengungkapkan perasaa
ditunjukkan pasien langsung
secara verbal dalam suat
kepada diri perawat
lingkungan yang tidak
– Sikap aseptif, sesuai kenyataan,
mengancam akan menol
pendekatan yang bersahabat
pasien untuk sampai kep
akan menjadi hal yang tidak
saat tertentu dimana pasi
mengancam pasien yang curiga
dapat mencurahkan pera
yang telah lama terpenda
– Pasien curiga tidak mem
kemampuan untuk
berhubungan dengan sik
yang bersahabat atau yan
curiga sekali

20
DAFTAR PUSTAKA

Townsend of Care C.1996. Psychiatric Mental Health Nursing Concepts of Care.


Philadelphia. Library of Congres.

Maramis,W.F.2005.catatan ilmu kedokteran.Surabaya : Air Langga Univ Press.

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan jiwa. Jakarta. Rafika Aditama.

21

Anda mungkin juga menyukai