Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT SISTEM PENCERNAAN


(TRAUMA ABDOMEN, PERDARAHAN ABDOMEN)
INTERNAL BLEEDING ABDOMEN

OLEH

KELOMPOK 6 :

Rizky Maulidina (2114901048)


Robi Hidayat (2114901049)
Putri Maharani (2114901050)
Seftia Vivinarti (2114901051)
Sissy Lestari (2114901052)
Siti Nurdeva (2114901053)
Siti Rahma Bakri (2114901054)
Sonia Christina Maharani (2114901055)
Syafhira Oktariyanti (2114901056)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
TAHUN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
khususnya bagi penyusun yang telah menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Gawat
Darurat yang berjudul “Konsep Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Sistem Pencernaan
(Trauma Abdomen, Perdarahan Abdomen (Internal Bleeding Abdomen)”.
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas akademik terstruktur keperawatan gawat darurat
Program Studi Preofesi Ners Keperawatan dan untuk memudahkan mahasiswa dalam
memahami makalah ini.
Disini penyusun juga menyampaikan, jika seandainya dalam penulisan makalah ini
terdapat hal - hal yang tidak sesuai dengan harapan, untuk itu penysun dengan senang hati
menerima masukan, kritikan dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga apa yang di harapkan penyusun dapat di capai dengan
sempurna. Aamiin.

Bandar Lampung, Agustus 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
LANDASAN TEORI.................................................................................................................3
D. DEFINISI INTERNAL BLEEDING..............................................................................3
B. KLASIFIKASI................................................................................................................3
C. PENYEBAB....................................................................................................................5
D. TANDA DAN GEJALA.................................................................................................5
E. PERDARAHAN DAN TANDA-TANDA PERDARAHAN.........................................6
F. Yang harus dicari dalam kasus pendarahan abdomen:...................................................6
G. Penanganan Trauma Abdomen.......................................................................................7
BAB III.......................................................................................................................................8
ASUHAN KEPERAWATAN PERDARAHAN ABDOMEN..................................................8
A. Pengkajian.......................................................................................................................8
B. Diagnosa Keperawatan..................................................................................................10
C. Intervensi Keperawatan.................................................................................................11
D. Evaluasi.........................................................................................................................14
BAB IV....................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................15
A. Kesimpulan...................................................................................................................15
B. Saran..............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut pada
bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal. Bagian atas
abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis berbatasan dengan
cavitas thorax atau rongga dada melalui otot diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas
pelvis atau rongga panggul.
Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan membran serosa yang
dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis. Membran ini juga membungkus organ yang
ada di abdomen dan menjadi peritoneum visceralis.
Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ, seperti sebagian
besar organ sistem pencernaan, sistem perkemihan. Berikut adalah organ yang dapat
ditemukan di abdomen: komponen dari saluran cerna: lambung (gaster), usus halus, usus
besar (kolon), caecum, umbai cacing atau appendix; Organ pelengkap dai saluran cerna
seperti: hati (hepar), kantung empedu, dan pankreas; Organ saluran kemih seperti: ginjal,
ureter, dan kantung kemih (vesica urinaria); Organ lain seperti limpa (lien).
Istilah trauma abdomen atau gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat
kegawatan dirongga abdomen yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagian
keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berpa tindakan
beda, misalnya pada obstruksi, perforasi atau perdarahan, infeksi, obstruksi atau strangulasi
jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh
isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.
Perdarahan adalah keluarnya darah dari dalam pembuluh darah, baik oleh sebab trauma
maupun non trauma. Perdarahan ada 2 jenis, yaitu perdarahan internal dan perdarahan
eksternal. Perdarahan internal terjadi bila ada trauma yang menyebabkan kerusakan organ
sehingga darah terkumpul dalam kavum abdomen, pleura, maupun rongga yang lain.
Contohnya adalah cidera tumpul abdomen.
Trauma tumpul abdomen adalah cedera atau perlukaan pada abdomen tanpa penetrasi ke
dalam rongga peritoneum, dapat diakibatkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselarasi
(perlambatan), atau kompresi. Trauma tumpul kadang tidak memberikan kelainan yang jelas

1
pada permukaan tubuh tetapi dapat mengakibatkan kontusi atau laserasi jaringan atau organ
di bawahnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan internal bleeding?
2. Bagaimana konsep mengenai asuhan keperawatan internal bleeding?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan internal bleeding
2. Untuk mengetahui konsep mengenai asuhan keperawatan internal bleeding

2
BAB II
LANDASAN TEORI

D. DEFINISI INTERNAL BLEEDING

1. Pendarahan
Perdarahan adalah keluarnya darah dari dalam pembuluh darah, baik oleh sebab
trauma maupun non trauma. Perdarahan ada 2 jenis, yaitu perdarahan internal dan
perdarahan eksternal. Perdarahan internal terjadi bila ada trauma yang menyebabkan
kerusakan organ sehingga darah terkumpul dalam kavum abdomen, pleura, maupun
rongga yang lain. Contohnya adalah cidera tumpul abdomen.

2. Perdarahan Internal Abdomen


Trauma tumpul abdomen adalah cedera atau perlukaan pada abdomen tanpa penetrasi
ke dalam rongga peritoneum, dapat diakibatkan oleh pukulan, benturan, ledakan,
deselarasi (perlambatan), atau kompresi. Trauma tumpul kadang tidak memberikan
kelainan yang jelas pada permukaan tubuh tetapi dapat mengakibatkan kontusi atau
laserasi jaringan atau organ di bawahnya. Benturan pada trauma tumpul abdomen dapat
menimbulkan cedera pada organ berongga berupa perforasi atau pada organ padat berupa
perdarahan. Cedera deselerasi sering terjadi pada kecelakaan lalu lintas karena setelah
tabrakan badan masih melaju dan tertahan suatu benda keras sedangkan bagian tubuh
yang relatif tidak terpancang bergerak terus dan mengakibatkan robekan pada organ
tersebut. Pada intraperitoneal, trauma tumpul abdomen paling sering menciderai organ
limpa (40-55%), hati (35-45%), dan usus halus (5-10%). Sedangkan pada retroperitoneal,
organ yang paling sering cedera adalah ginjal, dan organ yang paling jarang cedera adalah
pankreas dan ureter.

B. KLASIFIKASI
Berdasaran jenis organ yang cedera dapat dibagi dua :
1. Pada organ padat seperti hepar dan limpa dengan gejala utama perdarahan
2. Pada organ berongga seperti usus dan saluran empedu dengan gejala utama adalah
peritonitis
Berdasarkan daerah organ yang cedera dapat dibagi dua, yaitu :

3
a. Organ IntraperitoneaL abdomen terdiri dari organ-organ seperti hati, limpa, lambung,
colon transversum, usus halus, dan colon sigmoid.
1) Ruptur Hati
Hati dapat mengalami laserasi dikarenakan trauma tumpul ataupun trauma tembus. Hati
merupakan organ yang sering mengalami laserasi, sedangkan empedu jarang terjadi dan
sulit untuk didiagnosis. Pada trauma tumpul abdomen dengan ruptur hati sering
ditemukan adanya fraktur costa VII – IX. Pada pemeriksaan fisik sering ditemukan nyeri
pada abdomen kuadran kanan atas. Nyeri tekan dan Defans muskuler tidak akan tampak
sampai perdarahan pada abdomen dapat menyebabkan iritasi peritoneum (± 2 jam post
trauma). Kecurigaan laserasi hati pada trauma tumpul abdomen apabila terdapat nyeri
pada abdomen kuadran kanan atas. Jika keadaan umum pasien baik, dapat dilakukan CT
Scan pada abdomen yang hasilnya menunjukkan adanya laserasi. Jika kondisi pasien
syok, atau pasien trauma dengan kegawatan dapat dilakukan laparotomi untuk melihat
perdarahan intraperitoneal. Ditemukannya cairan empedu pada lavase peritoneal
menandakan adanya trauma pada saluran empedu.
2) Ruptur Limpa
Limpa merupakan organ yang paling sering cedera pada saat terjadi trauma tumpul
abdomen. Ruptur limpa merupakan kondisi yang membahayakan jiwa karena adanya
perdarahan yang hebat. Limpa terletak tepat di bawah rangka thorak kiri, tempat yang
rentan untuk mengalami perlukaan.
Pada pemeriksaan fisik, gejala yang khas adanya hipotensi karena perdarahan.
Kecurigaan terjadinya ruptur limpa dengan ditemukan adanya fraktur costa IX dan X
kiri, atau saat abdomen kuadran kiri atas terasa sakit serta ditemui takikardi. Biasanya
pasien juga mengeluhkan sakit pada bahu kiri, yang tidak termanifestasi pada jam
pertama atau jam kedua setelah terjadi trauma.
3) Ruptur Usus Halus
Sebagian besar, perlukaan yang merobek dinding usus halus karena trauma tumpul
menciderai usus dua belas jari. Dari pemeriksaan fisik didapatkan gejala ‘burning
epigastric pain’ yang diikuti dengan nyeri tekan dan defans muskuler pada abdomen.
Perdarahan pada usus besar dan usus halus akan diikuti dengan gejala peritonitis secara
umum pada jam berikutnya. Sedangkan perdarahan pada usus dua belas jari biasanya
bergejala adanya nyeri pada bagian punggung.
b. Organ Retroperitoneal

4
Retroperitoneal abdomen terdiri dari ginjal, ureter, pancreas, aorta, dan vena cava.
Trauma pada struktur ini sulit ditegakkan diagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik.
Evaluasi regio ini memerlukan CT scan, angiografi, dan intravenous pyelogram.

C. PENYEBAB

1. Trauma
Perdarahan yang disebabkan oleh trauma tumpul atau dengan penetrasi trauma.
2. Kondisi Patalogis dan Penyakit
Sejumlah kondisi patalogis dan penyakit dapat menyebabkan perdarahan internal,
pembuluh darah pecah akibat tekanan darah tinggi, varises osofagus, tukak lambung.
Penyakit lainnya seperti hepatoma, kanker hati, trombositopenia, kehamilan ektopik,
kista ovarium, defisiensi vitamin K, hemophilia, dan malaria.
3. Iatrogenik
Perdarahan internal bisa menjadi artefak iatrogenic akibat komplikasi setelah operasi
bedah dan perawatan medis, beberapa efek obat juga dapat menyebabkan perdarahan
internal seperti obat antikoogulan, dan antiplatelet yang digunakan untuk pengobatan
jantung koroner.

E. TANDA DAN GEJALA

Tanda-tanda Internal Bleeding


A. Muncul tanda-tanda syok hipovolemia :
1. Hipotensi
2. Takhikardia
3. Perfusi DPB
4. CRT memanjang
5. Hipotermi
6. Produksi urine menurun
B. Meningkatnya ukuran lingkar abdomen
C. Nyeri abdomen
D. Nyeri dada
E. Adanya memar pada dinding abdomen
Gejala Klinis
1. Memar
2. Terdapat nyeri tekan pada area trauma

5
3. Muntah ataupun batuk darah
4. Feses berwarna hitam atau mengandung darah merah terang
5. Nafas cepat
6. Kulit dingin, pucat, basah, sianosis
7. Capillary refill time > 2 detik
8. Nadi cepat > 100
a. Nadi radialis (+) > 80 mmHg
b. Nadi carotis (+) > 60 mmHg
9. Tekanan darah < 90-100 mmHg
10. Kesadaran turun gelisah sampai coma
11. Pulse pressure menyempit
12. JVP rendah (vena jugularis eksterna)
13. Produksi urine < 0.5 ml/kg/jam

F. PERDARAHAN DAN TANDA-TANDA PERDARAHAN

1. Bleeding < 750 ml 750-1500 > 1500


2. Cap. Refill normal mmjg mmjg
3. Nadi < 100 > 100 > 120
4. Tek sistolik normal normal menurun
5. Nafas normal 20-30 > 30-40
6. Kesadaran normal gelisah / gelisah/coma

G. Yang harus dicari dalam kasus pendarahan abdomen:

1. Perdarahan organ

a. hati, limpa

b. pembuluh darah

2. Perforasi usus

a. peritonitis
3. Kerusakan organ lain

a. pancreas, empedu

6
H. Penanganan Trauma Abdomen

1. Primary Survey :
1. Airway
2. Breathing
3. Circulation
2. Scondery Survey :
1. Hentikan perdarahan, bila tertusuk benda tajam jangan dicabut.
2. Puasa
3. Imobilisasi

7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PERDARAHAN ABDOMEN

A. Pengkajian

Riwayat trauma (MOI)

Pemeriksaan fisik (B1-B6)

a. Breathing : muncul sesak nafas, Takhipnea, saturasi O2 menurun


b. Blood : hipotensi, nadi cepat dan kecil, CRT melambat, perfusi DPB
c. Brain : kesadaran menurun, gelisah
d. Bladder : produksi urine menurun
e. Bowel : hematemesis, melena, hematoszesia
f. Bone : kemungkinan cidera anggota ekstrimitas
PENGKAJIAN DATA FOKUS
1. Primary survey
a) Airway: Memastikan kepatenan jalan napas tanpa adanya sumbatan atau
obstruksi,
b) Breathing: memastikan irama napas normal atau cepat, pola napas teratur,
tidak ada dyspnea, tidak ada napas cuping hidung,dan suara napas vesikuler,
c) Circulation: nadi lemah/ tidak teraba, cepat >100x/mt, tekanan darah dibawah
normal bila terjadi syok, pucat oleh karena perdarahan, sianosis, kaji jumlah
perdarahan dan lokasi, capillary refill >2detik apabila ada
perdarahan.Penurunan kesadaran.
d) Disability: kaji tingkat kesadaran sesuai GCS, respon pupil anisokor apabila
adanya diskontinuitas saraf yang berdampak pada medulla spinalis.
e) Exposure/Environment: fraktur terbuka di femur dekstra, luka laserasi pada
wajah dan tangan, memar pada abdomen, perut semakin menegang.
2. Secondary survey
a) Fokus Asesment

b) Kepala: Wajah, kulit kepala dan tulang tengkorak, mata, telinga, dan mulut.
Temuan yang dianggap kritis:
c) Pupil tidak simetris, midriasis tidak ada respon terhadap cahaya ?
d) Patah tulang tengkorak (depresi/non depresi, terbuka/tertutup)?

8
e) Robekan/laserasi pada kulit kepala?
f) Darah, muntahan atau kotoran di dalam mulut?
g) Cairan serebrospinal di telinga atau di hidung?
h) Battle sign dan racoon eyes?
i) Leher: lihat bagian depan, trachea, vena jugularis, otot-otot leher bagian
belakang. Temuan yang dianggap kritis: Distensi vena jugularis, deviasi trakea
atau tugging, emfisema kulit
j) Dada: Lihat tampilan fisik, tulangrusuk, penggunaan otot-otot asesoris,
pergerakan dada, suara paru. Temuan yang dianggap kritis: Luka terbuka,
sucking chest wound, Flail chest dengan gerakan dada paradok sikal, suara
paru hilang atau melemah, gerakan dada sangat lemah dengan pola napas yang
tidak adekuat (disertai dengan penggunaan otot-otot asesoris).
k) Abdomen: Memar pada abdomen dan tampak semakin tegang, lakukan
auskultasi dan palpasi dan perkusi pada abdomen. Temuan yang dianggap
kritis ditekuannya penurunan bising usus, nyeri tekan pada abdomen bunyi
dullness.
l) Pelvis: Daerah pubik, Stabilitas pelvis, Krepitasi dan nyeri tekan. Temuan
yang dianggap kritis: Pelvis yang lunak, nyeri tekan dan tidak stabil serta
pembengkakan di daerah pubik
m)Extremitas: ditemukan fraktur terbuka di femur dextrada luka laserasi pada
tangan. Anggota gerak atas dan bawah, denyut nadi, fungsi motorik, fungsi
sensorik.Temuan yang dianggap kritis: Nyeri, melemah atau menghilangnya
denyut nadi, menurun atau menghilangnya fungsi sensorik dan motorik.
n) Pemeriksaan tanda-tanda vital yang meliputi suhu, nadi, pernafasan dan
tekanan darah.
o) Pemeriksaan status kesadaran dengan penilaian GCS (Glasgow Coma Scale):
terjadi penurunan kesadaran pada pasien.
Inspeksi
• Cari memar, luka tusuk, laserasi, distensi
• cedera berat dapat “nampak” seakan-akan semua normal
• memar sering tanda dari cedera yang berat
• periksa darah di meatus urethra externa
Palpasi
• Lemah lembut (terutama anak)
9
• Raba nyeri tekan, ketegangan otot
• Periksa rektum (Rectal Toucher)
– ada darah?
– tonus sfinkterani?
– posisi prostat?
Auskultasi: Bising usus

Perkusi: Bunyi redup bila ada hemoperitoneum.

Pemeriksaan penunjang
• Hb menurun (serial)
• Hasil pemeriksaan radiologi (USG) menunjukan adanya perdarahan intra abdominal.

B. Diagnosa Keperawatan

1. PK Perdarahan berhubungan dengan kerusakan vaskuler


2. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan

10
C. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN RENCANA KEPERAWATAN


1 PK Perdarahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Shock prevention
berhubungan dengan selama 1 x 10-15 menit, diharapkan 1. Monitoring status sirkulasi (Tekanan darah, warna kulit,
kerusakan vaskuler perdarahan berukurang atau teratasi dengan Suhu, bunyi jantung, irama dan frekuensi jantung,
kriteria: keberadaan dan kualitas nadi perifer, CRT)
Respiratory Status: Airway Patency 2. Monitoring tanda-tanda inadekuat oksigenasi jaringan
1. RR dalam batas normal 3. Monitor perubahanstatus mental
2. Irama pernapasan teratur 4. Monitoring temperature dan status respiratory
3. Tidak ada benda asing atau cairan di 5. Monitoring intake dan output
dalam rongga mulut 6. Monitoring nilai laboratorium, khususnya hemoglobin dan
hematokrit, clotting profile, AGD, dan nilai elektrolit.
Circulation Status 7. Tes urin untuk darah, glukosa dan protein.
1. Nadi dalam batas normal 8. Monitoring distensi abdomen
2. Tekanan vena central normal 9. Monitor respon awal kompensasi kehilangan cairan:
3. Arteri karotis menguat peningkatan HR, penurunan TD, ortostatik hipotensi,
4. Saturasi oksigen normal penurunan urin output, penurunan CRT, pucat dan kulit
5. Urin output dalam batas normal 1-2 dingin, dan diaphoresis.
cc/24 jam 10. Tempatkan pasien pada posisi supinasi dengan kaki elevasi
untuk meningkatkan preload, sesuai kebutuhan.

11
11. Pertahankan kepatenan jalan napas
12. Berikan cairan intravena, berikan RBC dan atau plasma jika
Blood loss severity diperlukan.
1. Perdarahan yang terlihat 13. Berikan oksigen
berkurang atau tidak ada.
2. Tidak ada distensi abdomen
3. Tekanan darah dalam batas
normal Bleeding Reduction
1. Identifikasi penyebab perdarahan
2. Beri tekananan atau balut daerah yang
luka
3. Monitor jumlah perdarahan yang keluar
4. Pantau hemoglobin dan hematokrit
5. Monitor status keseimbangan cairan
tubuh
6. Pasang dan pertahankan akses pemberian
cairan intravena

2 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pain managememnt


berhubungan dengan selama 1x30 menit nyeri berkurang atau 1. Kaji nyeri secara komprehensif: lokasi, karakterristik,
terputusnya dapat terkontrol, dengan kriteria: durasi, kualitas, intensitasdankeparahannyeri.

12
kontinuitas jaringan Pain level 2. Observasi ketidaknyamanan nonverbal
1. Pasien 3. Atasi factor yang dapat meningkatkan nyeri, pasang
melaporkan nyeri berkurang bidai
2. Pasien tidak 4. Kolaborasi pemberian anti nyeri.
meringis kesakitan
3. Pasien tenang
4. Tanda-tanda vital dalam batas
normal

13
D. Evaluasi

1. Tidak ada perdarahan


2. Tidak ada distensi abdomen
3. Tekanan darah dalam batas normal
4. Nadi dalam batas normal
5. Perdarahan yang terlihat berkurang atau tidak ada.
6. Tidak ada distensi abdomen
7. Tanda tanda vital dalam batas normal
8. Kesadaran baik
9. Nyeri dapat terkontrol

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Trauma tumpul kadang tidak memberikan kelainan yang jelas pada permukaan tubuh
tetapi dapat mengakibatkan kontusi atau laserasi jaringan atau organ di bawahnya. Benturan
pada trauma tumpul abdomen dapat menimbulkan cedera pada organ berongga berupa
perforasi atau pada organ padat berupa perdarahan. Prioritas keperawatan tertuju pada
menghentikan perdarahan, menghilangkan/ mengurangi nyeri, menghilangkan cemas pasien,
mencegah komplikasi dan memberikan informasi tentang penyakit dan kebutuhan pasien.
Prinsip–prinsip pengkajian pada trauma abdomen harus berdasarkan A (Airway), B
(Breathing),C (Circulation), D (Disablity).

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah
masi terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta kejanggalan baik dalam penulisan maupun
dalam pengonsepan materi. Utnuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada semua pmbaca mahasiswa
khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan makalah yang akan datang.

15
DAFTAR PUSTAKA

Brunner &Suddarth (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2. Ed. 8. EGC:
Jakarta.

Docthwrman, Joanne McCloskey. (2004). Nursing Interventions Classification. St


Louis,Mossouri, Elsevier inc.

Herdman, T Heather, dkk. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi. Edisi 10.
Jakarta: EGC

Nurarif, A. (2015). Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan NIC
NOC Jilid 3. Jogjakarta: MediAction

Tanto, C., Liwang, F., Hanifati, S., Pradipta., E. (2014). KapitaSelektaKedokteran. Edisi 4,
Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius

16
1

Anda mungkin juga menyukai