PEMERIKSAAN SPERMA
NIM : 30113056
KEDIRI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan analisa sperma pada semen pria merupakan suatu analisa
Infertilitas yang diperkirakan 10% hingga 15% dari seluruh jumlah pasangan
yang ada, bila ditelusuri setengah dari kasus-kasusnya, penyebabnya dari pihak
memberikan informasi berharga yang tidak dapat diperoleh pada wanita. Sperma
analisa meliputi pemeriksaan spermatozoa, elemen selular non sperma dan cairan
Keberadaan lekosit dalam semen adalah hal yang fisiologis. Dalam pemeriksaan
sperma analisa, lekosit merupakan elemen selular non sperma. Lekosit dalam
semen memiliki peranan penting dalam sistem kekebalan dan fagositik sperma
semen merupakan indikasi adanya inflamasi atau infeksi pada saluran reproduksi.
Lekosit yang meningkat jumlahnya di dalam semen hingga lebih dari 1 juta per
hingga 10% dari populasi, dan biasanya terjadi pada 20% pria yang mencari
pengobatan fertilitas. Leukositospermia identik dengan infeksi penyakit menular
seksual, terutama retrovirus, chlamydia dan gonorrhea (Ness RB, dkk, 1997).
Jumlah lekosit meningkat untuk mengatasi infeksi yang terjadi di saluran
dapat mempengaruhi fertilitas dari seorang pria (Barratt CLR, dkk, 1990).
Leukositospermia dapat menurunkan kualitas sperma karena mengganggu
transport dan ketahanan sperma pada saluran reproduksi wanita (Aitken RJ, dkk,
1995).
Peranan dari lekositospermia pada patogenesis infertilitas pria masih
dalam semen ada hubungannya dengan penurunan motilitas, kecepatan sperma dan
jumlah spermatozoa (Wolff dkk). Sedangkan pada penelitian lain gagal menemukan
(Tomlinson dkk dan Aitken dkk). (Aziz N, 2004 ; Sharma R, dkk, 2001).
Kontroversi mengenai lekosit dan kualitas sperma mengkerucut menjadi suatu
permasalahan yang utama, yaitu definisi dari lekositospermia yang patologis dan
hubungan antara jumlah lekosit dengan stress oksidatif seminal masih belum jelas.
Definisi dari World Health Organization (WHO) adalah lebih dari 1 x 10 6 lekosit /mL
semen. Namun, jumlah minimum lekosit yang dapat menyebabkan infertilitas bisa
B. Tujuan
1) Untuk mngetahui ada tidaknya koagulum dalam sperma
2) Untuk mengetahui lama waktunya sperma untuk mencair (likuefeksi)
3) Untuk mengetahui viskositas, volume, warna, bau dan pH sperma
4) Untuk mengetahui kepadatan dan motilitas sperma
5) Untuk mengetahui jumlah sperma
6) Untuk mengetahui morfologi dari sperma
C. Metode
1) Pemeriksaan Makroskopis
2) Pemeriksaan Mikroskopis
D. Rumusan Masalah
1) Bagaimana prosedur pemeriksaan Sperma?
2) Apa fungsi dari pemeriksaan Sperma?
3) Apa yang dimaksud dengan Sperma?
E. Manfaat
F. Prinsip
Berdasarkan pemeriksaan makroskopi dan mikroskopis yang dilakukan
maka akan diketahui apakan sperma yang dihasilkan oleh seorang pria normal
atau abnormal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
pria. Sel tersebut mempunyai bentuk khas yaitu mempunyai kepala, leher dan
ekor. Spermatozoa merupakan sel hasil maturasi dari sel epitel germinal yang
kehidupan seksual aktif. Hal ini sebagai akibat dari rangsangan oleh hormon
sel Sertoli. Sel-sel Sertoli mempunyai membran yang sangat kuat berlekatan
satu sama lain pada bagian dasar dan bagian sisi, sehingga dapat membentuk
meisosis pertama. Pada tahap awal pembelahan meiosis ini, semua DNA
lainnya. Dalam dua sampai tiga hari, pembelahan meiosis kedua terjadi, di
spermatid dan satu pasang yang lain terdapat pada spermatid kedua.
ovum yang dibuahi dan ovum akan menyediakan setengah bagian berikutnya.
Gambar 1. Skema proses Spermatogenesis (Guyton, Hall. Setiawan
Irawati, 1996)
dari inti spermatid untuk membentuk satu kepala spermatozoa yang padat,
dan mengumpulkan sisa sitoplasama dan membran sel pada salah satu ujung
dari sel untuk membentuk ekor. Bentuk akhir spermatozoa terdiri atas kepala,
dan ekor.
Kepala spermatozoa terdiri atas sel berinti padat dengan hanya sedikit
dua pertiga anterior terdapat selubung tebal disebut akrosom yang terutama
dibentuk dari alat Golgi. Selubung ini mengandung sejumlah enzim yang
serupa dengan enzim yang ditemukan pada lisosom pada sel-sel tertentu,
membuahi ovum.
utama, yaitu: rangka pusat, membran sel, dan sekelompok mitokondria yang
terjadi ketika spermatid terdapat pada lapisan sel-sel Sertoli. Sel-sel Sertoli
seminiferus dan dari bagian awal epididimis adalah sperma yang belum motil,
dan tidak dapat membuahi ovum. Akan tetapi, setelah sperma berada dalam
kerusakan struktur normal terutama pada ekor (flagel) yang merupakan satu-
satunya alat gerak spermatozoa. Kerusakan pada ekor yang dimaksud dapat
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi dari pemeriksaan sperma diketahui bahwa sperma dari pasien yang
B. Saran
diperhatikan yaitu :
infeksius.
LAMPIRAN
1. Makroskopis Sperma
2. Mikroskopis Sperma
male factor infertility using a novel semen quality score and reactive
Guzick DS, Overstreet JW, Factor-Litvak P, Brazil CK, Nakajima ST, Coutifaris
Barratt CLR, Bolton AE, Cooke ID. 1990. Functional significance of white blood
cells in the male and female reproductive tract. Hum Reprod; 5:639-48.
Relationship between seminal white blood cell counts and oxidative stress
Guyton, Hall. Setiawan Irawati, editor. 1996. Buku ajar fisiologi kedokteran. 9th