Anda di halaman 1dari 18

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

1. Pengertian

Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42

minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.(Sinopsis Obstetri, EGC,

Jakarta).

2. Ciri-Ciri Bayi Normal

a. BB 2500 – 4000 gram

b. PB 48 – 52 cm

c. Lingkar dada 30-38 cm

d. Lingkar kepala 33-35 cm

e. Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 x/mnt, kemudian

menurun sampai 120-110 x/mnt.

f. Pernafasan pada menit pertama kira-kira 100 x/mnt, kemudian menurun

setelahtenang 40 x/mnt.

g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan cukup

terbentuk dan diliputi verniks caseosa.

h. Rambut kepala biasanya telah sempurna.

i. Kuku agak panjang atau melewati jari-jari

j. Genetalia labia mayora sudah menutupi labia minora (pada anak

perempuan) testis sudah turun (Pada anak laki-laki).

k. Reflek hisap dan menelan baik

4
5

l. Reflek suara sudah baik, bila bayi dikagetkan akan memperlihatkan

gerakan memeluk.

m. Reflek menggenggam sudah baik

n. Eliminasi baki urine dan meconium akan keluar 24 jam pertama.

Meconium berwarna hitam kecoklatan.

3. Perubahan-Perubahan Yang terjadi Pada Bayi Baru Lahir

a. Perubahan metabolisme karbohidrat

b. Perubahan suhu tubuh

5
Ketika bayi lahir berada pada suhu yang lebih rendah dan suhu di dalam rahim

ibu. Apabila dibiarkan dalam suhu 25°C, maka bayi akan kehilangan panas

melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi sebanyak 200 kkal/kb BB/mnt,

sedangkan produksi panas yang dihasilkan tubuh bayi hanya 1/10 nya. Sehingga

menyebabkan suhu tubuh turun, akibat suhu yang rendah metabolisme jaringan

meningkat dan kebutuhan oksigen.

c. Perubahan Pernafasan

Selama dalam uterus janin mendapat O2 dari pernafasan gas melalui

plasenta.Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.

Rangsangan untuk gerakan pernafasan pertama adalah :

1) Tekanan metabolisme dan toraks sewaktu melalui jalan lahir

2) Penurunan O2 dan kenaikan CO2 merangsang kemoreseptor yang

terletak di sinuskarotis.

3) Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang permukaan

pernafasan.

d. Perubahan Sirkulasi

Dengan Perkembangan paru mengakibatkan tekanan O2 naik dan

tekanan CO2 menurun, sehingga menurunkan resistensi pembuluh darah

paru, sehingga aliran darah meningkat hal ini menyebabkan darah dari

arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru.Dan duktus arteriosus

menutup.Dengan menciutnya arteri dan vena umbilicus kemudian tali

pusat dipotong aliran darah dari plasenta melalui vena inferior dan

foramen ovale ditriun kiri terhenti.Sirkulasi janin sekarang berubah

menjadi sirkulasi bayi yang hidup di luar badan ibu.


e. Perubahan alat pencernaan, hati, ginjal, alat lainnya mulai berfungsi

Setelah anak lahir harus segera mendapat perawatan dan pengawasan

agar tidak terjadi kelainan-kelainan. Adapun perawatan dan pengawasan

bayi meliputi :

a) Menghisap lendir

b) Memotong tali pusat

c) Meneteki / Memberi Salep Mata

d) Memberi injeksi vitamin K

e) Mengukur panjang badan dan menimbang berat badan bayi

f) Mengukur LILA (Lingkar Lengan Atas), LD (Lingkar Kepala).

g) Mengukur suhu tubuh

h) Memandikan setelah 6 jam post partum

Dalam merawat bayi kebutuhan yang harus dipenuhi antara lain :

a) Kebutuhan rasa hangat

b) Makanan pokok yaitu ASI

c) Cairan

d) Istirahat dan tidur

e) Udara yang bersih

f) Latihan gerak badan

g) Kasih Sayang Ibu

h) Perlindungan

i) Kebersihan dan sterilisasi

Kebutuhan diatas bersifat terus menerus selama pertumbuhan dan

perkembangan bayi.
4. Pemberian Nutrisi Pada Bayi

a. Pemberian Energi (Kalori)

1) 100-120 kkal/Kg BB selama beberapa bulan pertama kehidupan

2) 100 kkal/kg BB pada waktu ia mencapai usia 1 tahun

b. Kebutuhan Cairan

1) Hari I : 60 cc/kg BB / hari

2) Hari II : 90 cc/kg BB / hari

3) Hari III : 120 cc/kg BB / hari

4) Hari IV : 150 cc/kg BB / hari

c. Frekuensi pembesaran cairan tergantung pada berat badan bayi.

1) Berat badan < 1.250 gr : 24x/hari à tiap 1 jam

2) Berat badan 1.250 gr - < 2000 gr : 12 x/hari à tiap 2 jam

3) Berat badan > 2000 gr : 8x/jaro à tiap 3 jam

5. Penatalaksanaan pada bayi baru lahir

a. Membersihkan jalan nafas dan sekaligus menilai APGAR score menit

pertama dengan cara menghisap lendir bayi dari mulut dan hidung dengan

memutar. Jangan lakukan terus menerus tetapi beri kesempatan pada bayi

untuk bernafas. Lakukan penghisapan hingga bayi menangis keras.

b. Mengeringkan badan bayi dari cairan ketuban dengan menggunakan kain

halus.

c. Memotong dan mengikat tali pusat dengan dibungkus kasa steril

(perhatikan teknik aseptic dan antiseptik).

d. Memperhatikan suhu tubuh bayi dengan dibungkus kain hangat dan tidak

memandikan bayi terlebih dahulu.


e. Mendekatkan bayi ke ibu dan menetekkan segera setelah lahir.

f. Membersihkan daerah muka, tangan, lipatan ketiak, dada, punggung, kaki

dengan kapas yang diberi baby oil (retrap kali usapan kapas harus diganti).

g. Memberikan obat mata untuk mencegah terjadinya infeksi pada mata

dengan menggunakan salep eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk

pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual).

h. Memberikan injeksi vitamin K

B. Diaper Rash

1. Pengertian Diaper Rash atau Ruam popok

Juniriana, 2007 “Ruam popok adalah peradangan kulit didaerah yang

tertutup popok yang paling sering dialami oleh bayi atau anak-anak.Sholeh,

2008 “Ruam popok adalah infeksi kulit karena terkena paparan urine dan feses

yang terus menerus ditambah dengan gesekan popok yang bersifat

disposable.Andi 2012 “Ruam popok adalah iritasi atau peradangan pada

bokong bayi yang ditandai dengan warna kemerahan dan gatal yang umum

terjadi bila bayi mengalami diare.

Ruam popok adalah iritasi atau peradangan kulit bayi yang terjadi pada

daerah yang tertutup popok yang disebabkan oleh gesekan popok yang bersifat

disposiable (diapers), paparan urine dan feses ditandai dengan kemerahan dan

rasa gatal

2. Penyebab Ruam Popok

Ruam popok merupakan salah satu masalah kulit. Penyakit ini disebabkan

oleh beberapa faktor, seperti faktor fisik, kimiawi, enzimatik, dan biologic
(kuman dalam urine dan feses) dan juga disebabkan oleh pemakaian popok

yang tidak benar diantaranya :

a. Penggunaan popok yang terlalu lama

Penggunaan popok bayi terlalu lama dapat beresiko terjadinya ruam

popok apabila ditambah dengan pemilihan popok yang salah.Maka dapat

mempercepat terjadinya ruam. Jenis popok bayi ada dua macam, yaitu :

1) Popok Disposiable sekali pakai atau sering disebut dengan pampers

bayi. Bahan yang digunakan pada popok jenis ini bukan bahan

tenunan tetapi bahan yang dilapisi dengan lembaran yang tahan air

dan lapisan dengan bahan penyerap, berbentuk popok kertas atau

plastic.

2) Popok yang digunakan secara berulang (popok yang terbuat dari

katun). Ruam popok banyak ditemukan pada bayi yang memakai

popok disposiable daripada popok yang terbuat dari katun. Karena

kontak terjadi kontak secara terus menerus antara kulit dan popok

disposable, urine dan feses, bakteri dan jamur lebih mudah

berkembang biak pada bahan plastic, atau kertas dari pada bahan

katun.

b. Tidak segera mengganti popok setelah bayi, atau balita buang air besar,

bila feses dan urine bercampur dapat membentuk ammonia.

Ammonia ini dapat meningkatkan keasaman (pH) kulit. Sehingga

aktifitas enzim yang terkandung dalam feses akan meningkat dan dapat

mengakibatkan iritasi pada kulit (Maryunani, 2010).


Perianal hygiene berfungsi untuk mencegah terjadinya Ruam popok,

jika tidak segera diatasi dan dilakukan perianal hygiene maka daerah

Ruam popok akan sering terkontak dengan feses, dimana feses memiliki

sifat iritan terhadap kulit dengan adanya enzim-enzim pencernaan berupa

protease dan lipase serta enzim-enzim lainnya yang dihasilkan oleh

bakteri dalam saluran cerna. Iritasi atau peradangan yang disebabkan oleh

enzim-enzim tersebut dapat meningkat ketika fungsi barier kulit rusak

dan terjadi peningkatan Ph kulit.enzim-enzim tersebut bekerja mengurai

susunan kulit berupa protein dan lemak menjadi bersifat iritan, apabila

terjadi gangguan fungsi perlindungan kulit dan pH yang tinggi dapat

meningkatkan efek kerja enzim-enzim tersebut.Disaat kulit telah

terganggu fungsinya dan mulai degradasi, maka mikroorganisme dapat

masuk dan mengiritasi kulit (Balentine J, 2010).

3. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala Ruam popok yang timbul diantaranya kemerahan

pada daerah penggunaan popok, lecet, atau luka ringan pada kulit, berkilap,

kadang mirip luka bakar, timbul bitnik-bintik merah, kadang membasah dan

bengkak pada daerah yang paling lama berkontak dengan popok seperti paha,

pantat, bokong. Secara klinis dapat terlihat sebagai berikut :

a. Gejala yang ditimbulkan pada diaper rash karena kontak dengan iritan

yaitu kemerahan yang meluas, berkilat kadang mirip luka bakar, timbul

bintik-bintik merah, lecet atau luka bersisik, kadang basah, dan bengkak

pada daerah yang paling lama terkontak dengan popok, seperti pada

bagian paha dalam dan lipatan paha.


b. Gejala yang ditimbulkan akibat gesekan yang terus menerus pada popok

yaitu, bercak kemerahan berbentuk garis batas popok pada paha dan

perut.

c. Gejala yang ditimbulkan pada diaper rash karena jamur candida albicans

yaitu bercak atau bitnik kemerahan berwarna merah terang, basah dengan

lecet-lecet pada selaput lender anus dan kulit sekitar anus, dan terdapat

lesi.

4. Klasifikasi Ruam popok

Chart derajat kondisi ruam popok pada bayi (nakita.id) sebagai berikut:

(Gambar 2.1 Derajat Ruam Popok)

a. Derajat sangat ringan

1) Terjadi kemerahan samar-samar pada daerah bokong

2) Kulit mengalami kekeringan

b. Derajat ringan ruam popok

1) kemerahan tampak masih basah serta tidak timbul lesi atau lecet-lecet

c. Derajat sedang ruam popok

1) kemerahan tampak menimbulkan lesi atau lecet serta bayi sering rewel

atau tampak kesakitan

d. Derajat berat ruam popok


1) Terjadi kemerahan pada daerah popok yang lebih besar

2) Terjadi benjolan (papula) dan beberapa benjolan (0-5) terdapat cairan

di dalamnya (pustules)

3) Terjadi pengelupasan pada kulit

5. Etiologi

a. Tidak terjaganya kebersihan kulit dan pakian bayi

b. Jarangnya mengganti popok setelah bayi BAB atau BAK

c. Terlalu panas atau lembabnya udara/suhu lingkungan

d. Tingginya frekuensi BAB (diare)

e. Adanya reaksi kontak terhadap karet, plastik, dan detergen.

f. Infeksi bakteri atau jamur, kulit yang tertutup popok cenderung lembab

dan hangat sehingga meningkatkan kemungkinan tumbuhnya bakteri dan

jamur.

6. Tanda dan Gejala

a. Iritasi pada kulit yang kontak langsung dengan Alergen, sehingga muncul

Eritema.

b. Erupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti bokong, alat Genital,

perut bawah, atau paha atas.

c. Pada keadaan yang lebih parah dapat terjadi papilla eritematosa, vesikula,

dan Ulserasi.

d. Bayi menjadi bertambah rewel, misalnya menangis saat bagian yang

biasanya tertutup popok disentuh atau dibersihkan


7. Penatalaksanaan

a. Daerah yang terkena ruam popok, tidak boleh terkena air dan harus

dibiarkan terbuka

b. dan tetap kering

c. Gunakan kapas halus yang mengandung minyak untuk membersihkan

kulit yang iritasi

d. Segera bersihkan dan keringkan bayi setelah BAK atau BAB

e. Atur posisi tidur anak agar tidak menekan kulit atau daerah yang iritasi

f. Usahakan memberikan makanan tinggi kalori tinggi protein (TKTP)

dengan porsi cukup

g. Perhatikan kebersihan kulit dan tubuh secara keseluruhan

h. Jagalah kebersihan pakian dan alat-alat untuk bayi

i. Rendamlah pakian atau celana yang terkena urine dlam air yang dicampur

acidum borium, setelah itu bersihkan tetapi jangan menggunakan sabun

cuci, segera bilas dan keringkan.

j. Hindari penggunaan bedak. Bedak dapat memicu iritasi kulit, sekaligus

iritasi pada paru-paru bayi Anda.

k. Sesuaikan ukuran popok dengan bayi Anda. Jangan menggunakan popok

yang terlalu ketat.

l. Hindari penggunaan sabun atau tisu basah yang mengandung alkohol serta

pewangi. Kandungan alkohol dan bahan kimianya dapat memicu iritasi

serta memperparah ruam.


m. Oleskan krim atau salep pencegah ruam popok tiap mengganti popok bayi

Anda. Obat oles yang umumnya memiliki bahan dasar zinc oxide ini juga

berguna mengatasi ruam popok.

n. Gunakan popok dengan satu ukuran lebih besar selama bayi Anda

menjalani masa penyembuhan dari ruam popok.

o. Basuhlah tangan Anda sebelum dan sesudah mengganti popok.

p. Jika menggunakan popok kain, cucilah popok sampai bersih dan hindari

penggunaan pewangi pakaian.


C. Tanaman kayu secang (Caesania Sappan L)

(Gambar 2.2 serutan kayu secang)

1. Defenisi Secang (Caesalpinia Sappan L)

Tanaman kayu secang merupakan tanaman semak berupa pohon kecil, tinggi

tanaman kayu secang kurang dari 10 meter.Tanaman secang memiliki ranting

berlentisel dan berduri dengan letak tersebar.Daun tanaman sevang

meruupakan daun mejemuk dan bersirip.Dalam setiap sirip memiliki anak

daun sebanyak 10-20 pasang dan saling berhadapan.Tanaman kayu secang

merupakan tanaman yang menghasilkan bunga yang berwarna kuning.Dalam

sebuah tanaman kayu secang dihasilkan pula polong dengan wana hitam atau

coklat tua yang memiliki bentuk lonjong dan pipih.Bagian kayu secang yang

sering digunakan sebagai rempah-rempah adalah kayu yang telah dibuang

kulitnya.Pemanenan kayu secang dapat dilakukan mulai umur 1-2 tahun. Saat

kayu secang direbus maka akan dihasilkan sebagai ppewarna merah gading

muda yang dapat digunakan sebagai pewarna atau cat pada bahan anyaman,

pewarna kue dan minuman, serta sebagai tinta. Berikut merupakan taksonomi

tanaman kayu secang :

a. Kingdom : Plantae
b. Divisi :Spermatophyta

c. Sub divisi :Angiospermae

d. Kelas :Dycotyledoneae

e. Ordo :Fabales

f. Famili :Fabaceae

g. Genus :Caesalpinia

h. Spesies : Caesalpinia sappan L

Tumbuhan secang dapat ditemukan pada daerah tropis, tumbuh pada

ketinggian 500 – 1000 m dpl (Astina, 2010). Habitus berupa tumbuhan semak

atau perdu, tingginya 5 – 10 m. Batang berkayu, bulat dan berwarna hijau

kecokelatan. Pada batang dan percabangannya, terdapat duri-duri tempel yang

bentuknya bengkok dan letaknya tersebar (Hariana, 2006), cabang memiliki

lentisel (Direktorat Obat Asli Indonesia, 2008).Akar tunggang berwarna

cokelat, sedangkan daunnya bentuk majemuk menyirip ganda dengan panjang

daun 25 – 40 cm, jumlah anak daun 10 – 20 pasang yang letaknya berhadapan

(Hariana, 2006).Anak daun tidak bertangkai, bentuk lonjong, panjang 10 – 25

mm, dan lebar 3 – 11 mm (Direktorat Obat Asli Indonesia, 2008).

2. Kandungan Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L)

Kayu secang yang dijadikan serbuk atau larutan lalu disimpan pada

berbagai suhu, akan mengalami perubahan kimiawi terutama senyawa-

senyawa yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. Ernawati (2013)

menyatakan semakin tinggi suhu dan semakin lama penyimpanan, ekstrak

kayu secang dalam bentuk larutan atau serbuk, maka aktivitas antioksidan

mengalami penurunan seiring dengan penurunan kadar fenolik, flavonoid dan


vitamin C. Hal ini dapat dilihat pada seduhan ekstrak yang mengalami

perubahan warna bila dipanaskan, menjadi warna yang lebih pucat (warna

memudar).

Kandungan kimia yang terdapat pada kayu secang, yaitu asam galat,

tanin, resin, resorsin, brazilin, brazilein, d-α-phellandrene, oscimene, dan

minyak atsiri (Heyne, 1987 dalam Sufiana dan Harlia, 2012).Uji fitokimia

menunjukkan bahwa kayu secang mengandung senyawa kimia dari kelompok

alkaloid, flavonoid, dan saponin.Senyawa fitokimia yang berperan sebagai

antioksidan pada kayu secang adalah brazilin dan flavonoid (Shafwatunida,

2009 dalam Sufiana dan Harlia, 2012).Widowati (2011) menyatakan bahwa

ekstrak kayu secang juga mengandung terpenoid yang tinggi.Aktivitas

antioksidan yang tinggi dari ekstrak kayu secang juga diduga karena

kandungan terpenoid, seperti monoterpen dan diterpen.

Komposit brazilin merupakan senyawa subtipe brazilin yang terdapat

dalam kayu secang.Senyawa-senyawa yang termasuk ke dalam komposit ini,

yaitu brazilin, brazilein, dan 3-O-metilbrazilin dengan brazilin sebagai

konstituen utama dari ekstrak kayu secang (Oliveira et al., 2002 dalam Astina,

2010).Berdasarkan aktivitas antioksidannya, brazilin mempunyai efek

melindungi tubuh dari keracunan akibat radikal kimia (Zhong et al., 2009).

Selanjutnya Rusdi et al. (2005) menyatakan bahwa ekstrak kayu secang

mempunyai kemampuan antioksidan yang paling baik dibandingkan vitamin C

dan vitamin E, serta mampu meningkatkan nilai Satuan Antioksidan Total

(SAT) dalam tubuh. Flavonoid yang terdapat dalam ekstrak kayu secang

memiliki sejumlah kemampuan untuk meredam atau menghambat


pembentukan radikal bebas hidroksil, anion superoksida, radikal peroksil,

radikal alkoksil, singlet oksigen, dan hidrogen peroksida).

3. Manfaat Kayu Secang

a. Mengobati luka

b. Mengobati batuk berdarah

c. Mengobati berak darah mengobati darah kotor

d. Penawar racun

e. Mengobati penyakit syphilis

f. Menghentikan perdarahan

g. Pengobatan pasca persalinan

h. Sebagai desinfektan

i. Membunuh bakteri penyebab ruam popok atau diaper rash

4. Mekanisme kerja secang (Caesalpinia Sappan L)

Brazilin dari kayu secang teruji secara ilmiah bersifat antioksidan,

antibakteri, antiinflamasi, anti-photoaging, hypoglycemic (menurunkan kadar

lemak). Kayu secang juga bermanfaat untuk kulit bayi dengan menggunakan

rebusan air kayu secang. Sehingga kulit bayi yang ketika lahir seperti kisut

atau kulit yang mengelupas akan cepat pulih dan kencang. Selain itu kulit bayi

juga menjadi lebih cerah dan bersih.Rebusan dari air secang juga mampu

menyembuhkan biang keringat dan ruam-ruam pada bayi yang biasanya

diakibatkan karena diapers.

Pada rebusan kayu secang akan melarutkan komposisi yang

terkandung dalam kayu secang yaitu komposisi tannin dan brasilin.

Kandungan tannin dan brasilin yang ada di batang kayu secang dapat
digunakan sebagai antibakteri dan astringen sedangkan brasilin memiliki

aktifitas sebagai antibakteri dan bakteriostatik.

Air rebusan kayu secang mengandung flanovoid , minyak atsiri, tannin

dan asam galat serta brazilin yang mengandung anti bakteri, anti inflamasi,

dan anti oksidan juga mengandung ekstrak serutan kayu secang dapat berefek

positif terhadap pertumbuhan streptococcus dan E.coli jadi air rebusan kayu

dapat digunakan untuk mengatasi ruam popok pada bayi

Mekanisme pemberian kayu secang berdasarkan derajat Ruam popok

yang terjadi pada bayi usia 0-6 bulan

a) Derajat sangat ringan, dan derajat ringan

Takaran yang diberikan pada bayi yaitu 5 gram kayu secang

kering yang dipotong kecil kemudian direbus dengan air

sebanyak 350 ml selama 30 menit

b) Derajat sedang

Takaran yang diberikan pada bayi yaitu 10 gram kayu secang

kering yang dipotong kecil kemudian direbus dengan air

sebanyak 350 ml selama 30 menit

c) Derajat berat

Takaran yang diberikan pada bayi yaitu 15 gram kayu secang

kering yang dipotong kecil kemudian direbus dengan air

sebanyak 1,500 ml selama 30 menit.

(Diamati menurut sumber :http://manfaat-it.blogspot.com/)

5. Cara penggunaan air kayu secang (Caesalpinia Sappan L) untuk

menyembuhkan ruam popok pada bayi yaitu


a. Bahan : Serutan Kayu secang yang sudah dikeringkan diambil secukupnya

b. Rebus kulit kayu kedalam panci berisi air secukupnya saja,

c. Setelah mendidih campurkan rebusan kayu secang yang telah berwarna

merah kedalam air biasa di bak mandi

d. Gunakan untuk memandikan bayi dengan membilas semua badan bayi

dengan air tersebut

e. Gunakan secara teratur setiap kali memandikan bayi

6. Kerangka Konseptual
Diaper Rash

Bayi usia 0-6 bulan Pemberian Caesalpinia


Sappan L.

Diaper Rash Diaper Rash


sembuh Tidak Sembuh

7. Hipotesis

H0 : Tidak ada pengaruh Caesalpinia Sappan L terhadap penyembuhan

Diapers Rash.

H1 : Ada pengaruh Caesalpinia Sappan L terhadap penyembuhan Diapers

Rash.

Anda mungkin juga menyukai