Anda di halaman 1dari 36

1.

Masalah pada Bayi Baru Lahir


1. Bayi rewel
Rewel atau menangis tidak selalu karena lapar. Rewel
bisa disebabkan mengompol, kepanasan/kedinginan, terlalu
lelah atau ingin tidur, ingin ditimang atau mendengar suara
ibunya, merasa sendiri, atau memang ada yang tidak
nyaman/nyeri pada tubuhnya.
Terkadang kandungan susu sapi (susu, biskuit, roti dan
lainnya) atau kafein (teh, kopi, coklat) pada
makanan/minuman ibu juga dapat menjadi penyebabnya.
Susu sapi memicu alergi, sementara kafein dapat membuat
bayi sulit tidur dan gelisah.
2. Diaper Rash
Diaper Rash atau ruam popok adalah ruam yang berkembang di area
penggunaan popok. Pada kasus ringan, kulit akan menjadi kemerahan.
Dalam kasus yang lebih parah, mungkin akan disertai nyeri luka terbuka.
Diaper Rash biasanya terlihat di sekitar pangkal paha dan di dalam lipatan
paha atas dan pantat. Kasus ringan akan sembuh dalam waktu 3 sampai 4
hari dengan pengobatan.
Penyebabnya adalah :
a. Kelembaban dan gesekan: Disebabkan oleh basah dari popok.
b. Urine dan feses: Karena peran fecal enzim (protease, lipase) yang
mengubah urea menjadi amonia, menyebakan peningkatan pH dan
memicu iritasi kulit.
c. Mikroorganisme: Candida albicans mungkin terisolasi pada hampir 80%
dari bayi dengan iritasi kulit perineum. Infeksi oleh candida albicans
umumnya terjadi 48-72 jam setelah iritasi.
d. Iritasi kimia: Sabun, deterjen dan antiseptik dapat memicu atau
meningkatkan iritasi primer dermatitis. Dengan menggunakan popok
sekali pakai akan mengurangi kemungkinan ini.  
3.Gumoh
Gumoh adalah keluarnya isi lambung tanpa adanya tekanan dan kontraksi dari
diagfragma atau dinding perut (Sudarmo). Gumoh terjadi seperti ilustrasi
air yang mengalir kebawah, bisa sedikit seperti meludah atau kadang-kadang
cukup banyak, cairan yang keluar biasanya berupa ASI dengan volume yang
tidak terlalu banyak dibawah 10cc (Istianto, 2013). Gumoh biasanya terjadi
setelah bayi menyusui, akan tetapi dapat juga terjadi 1-2 jam setelah
menyusu (Widyastuti, 2012).
Faktor penyebabnya, diantaranya :
a. Faktor posisi ibu saat menyusui, kebiasaan pada saat ibu menyusui sambil
tiduran miring dan bayi dalam posisi telentang, akibatnya cairan tidak masuk
kedalam saluran pencernaan akan tetapi masuk ke dalam saluran pernapasan.
b. Karena posisi bayi yang salah setelah menyusui, karena pada saat setelah
disusui lambung bayi telah terisi penuh dengan cairan, apabila setelah disusui
langsung ditidurkan maka cairan yang ada didalam lambung bayi akan
mencari tempat yang paling rendah oleh karena itu cairan akan sangat mudah
keluar dan kemudian bayi gumoh.
c. Ibu tidak menyendawakan bayi setelah menyusui
4. Cradle cap (Kerak Topi)
Kerak topi umumnya timbul pada minggu pertama, namun dapat
juga terjadi pada usia lebih dari 3-4 bulan. Kulit kepala bayi
tampak dilapisi oleh lapisan kerak yang cukup tebal dan
berminyak. Kadang kerak dapat juga dijumpai pada bagian kulit
lain sepeti pada wajah, telinga, leher dan ketiak. Umumnya tidak
gatal dan bayi tidak merasa terganggu. Kelainan kulit ini
penyebabnya pada sebagian besar kasus tidak diketahui dan akan
menghilang dengan sendirinya.
Penggunaan sampo secara rutin dapat mengurangi lapisan kerak
yang terbentuk dan mempercepat proses penyembuhan. Bila kerak
cukup tebal dapat digunakan sampo yang mengandung bahan anti-
ketombe. Bila kerak tidak membaik setelah 2 minggu atau kerak
disertai dengan rasa gatal / nyeri atau meluas bayi perlu dirujuk.
 
5 . Oral Trush
Oral trush adalah terinfeksinya membran mukosa mulut bayi
oleh jamur candidiasis yang ditandai dengan munculnya
bercak bercak keputihan yang membentuk plak-plak
berkeping dimulut. Biasanya penderita akan menunjukan
gejala demam karana adanya iritasi gastrointestinal.
Oral trush terjadi karena infeksi jamur candida albicans
yang merupakan organisme penghuni kulit dan mukosa
mulut,vagina dan saluran cerna. Tanda dan gejala sangat
mudah terlihat,pada pasien oral trush adalah lesi dimulut
berwarna putih dan membentuk plak-plak berkeping yang
menutup seluruh atau sebagian lidah, kedua bibir, gusi, dan
mukosa pipi.
6. Mongolian spot (bercak kebiruan)
Pada bayi Asia bercak kebiruan kerap tampak pada daerah
bokong, punggung bagian bawah dan pundak. Bercak ini
akan menghilang (berubah menjadi seperti warna kulit
lainnya) seiring dengan pertambahan usia.
 
7. Miliaria
Pada masyarakat kita miliaria lebih dikenal dengan istilah
biang keringat akibat tersumbatnya kelenjar keringat.
Membuat bayi nyaman, memakai pakaian tipis dan ringan,
dan segera mengganti bila basah umumnya cukup untuk
menghilangkan miliaria, karena pada dasarnya miliaria
memang bersifat sementara.
2. Komplikasi pada Bayi Baru Lahir dan Faktor Risiko

1.Sindrom aspirasi mekonium


Adalah terjadi jika janin menghirup mekonium yang tercampur dengan cairan
ketuban, baik ketika bayi masih berada dalam rahim atau sesaat setelah
dilahirkan. Pada bayi prematur yang memiliki sedikit ketuban, sindroma ini
sangat parah. Mekonium yang terhirup lebih kental sehingga penyumbatan udara
lebih berat.

Faktor penyebab :
1. Aspirasi mekonium terjadi jika janin mengalami stress selama proses persalinan
2. Selama persalinan berlangsung, bayi bisa saja mengalami kekurangan O2. Hal
ini dapat menyebabkan meningkatnya gerakan usus dan pengenduran otot anus,
sehingga mekonium dikeluarkan kedalam cairan ketuban yang mengelilingi
bayi didalam rahim. Cairan ketuban dan mekonium bercampur membentuk
cairan bewarna hijau dengan kekentalan yang bervariasi
Faktor resiko :
Kehamilan post matur
Persalinan yang sulit
Gawat janin
Hipoksia intra-uterin

Gejala :
Terlihat adanya mekonium dalam cairan ketuban
Kulit bayi tampak kehijauan (terjadi jika mekonium telah dikeluarkan
lama sebelum persalinan)
Bayi tampak lemas atau lemah
Kulit bayi tampak kebiruan (sianosis)
Takipneu (laju pernapasan yang cepat)
Apneu (henti nafas)
Tampak adanya tanda-tanda post maturitas (BB bayi kurang)
2. Apneu
Berhentinya pernapasan selama 20 detik atau lebih. Apnea
dihubungkan dengan adanya bradikardia, sianosis, atau
perubahan tingkat kesadaran ( Fargoroff dan martin
1997).Penyebab apnea yang paling sering pada bayi
prematur adalah defisiensi surfaktan paru atau imaturitas
mekanisme kontrol dari sistem saraf pusat.
Faktor resiko :
Hipoksia
Pneumonia
Gangguan metabolisme
Penyebab : dapat disebabkan oleh stimulasi faring bagian
belakang oleh kateter penghisap.
3.Pletora
adalah suatu keadaan dimana warna kulit neonatus
mengindikasikan atau memperlihatkan kondisi kelebihan
sel darah merah dalam sirkulasi. Dalam kasus pletora ini
hematokrit bayi > 70 %
Faktor pendukung :
Pengkleman tali pusat yang terlambat
Memegang bayi dibawah plasenta, sehingga
memungkinkan darah mengalir ke bayi dan meberikan
volume sirkulasi darah yang besar
Faktor resiko :
 Ibu dengan riwayat diabetes mellitus
Hipotiroidisme neonatus
4. Berat badan lahir rendah (BBLR)
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram.
Kategori berat badan lahir rendah (BBLR) :
 Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan
dibawah 2500 gram pada saat lahir.
 Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat
badan dibawah 1500 gram pada saat lahir.
 Bayi dengan berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER) adalah bayi dengan
berat badan dibawah 1000 gram pada saat lahir.
Tanda dan gejala :
 BB < 2500 gram
 PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm
 Elastisitas daun telinga
 Kulit tipis, transparan, pembuluh darah kelihatan.
Faktor yang mempengaruhi BBLR:
 Faktor ibu : Umur, jumlah paritas , penyakit kehamilan, gizi kurang atau
malnutrisi, kelelahan, merokok dll
 Faktor janin : kehamilan kembar.
Permasalahan pada BBLR
Masalah pada BBLR yang sering terjadi diantaranya :
Sistem termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil sehingga
mudah mengalami hipotermi. Hipotermia terjadi karena kemampuan untuk
mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat
terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup
memadai,ketidakmampuan untuk menggigil, sedikitnya lemak subkutan, produksi
panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai, dan belum matangnya
sistem saraf pengatur suhu tubuh sehingga BBLR mudah untuk mengalami
kehilangan panas.

Sistem Pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas segera setelah
lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit, kekurangan
surfaktan (zat di dalam paru dan yang diproduksi dalam paru serta melapisi bagian
alveoli, sehingga alveoli tidak kolaps pada saat ekspirasi), Lumen sistem
pernafasan yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan nafas, pembuluh darah paru yang
imatur. Hal – hal inilah yang menganggu usaha bayi untuk bernafas dan sering
mengakibatkan gawat nafas (distress pernafasan).
5. Hipotermi
Hipotermi adalah suhu tubuh bayi baru lahir yang tidak normal (<36ºC) pada
pengukuran suhu melalui aksila, dimana suhu tubuh bayi baru lahir normal adalah 36,5ºC-
37,5ºC (suhu aksila). Hipotermi merupakan suatu tanda bahaya karena dapat menyebabkan
terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi
jantung, paru dan kematian (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007).
Mekanisme terjadinya hipotermi :
a. Evaporasi Adalah kehilangan panas karena penguapan cairan ketuban yang melekat
pada permukaan tubuh bayi yang tidak segera dikeringkan. Contoh : air ketuban pada
tubuh bayi baru lahir tidak cepat dikeringkan serta bayi segera dimandikan.
b. Konduksi Adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin seperti : meja, tempat tidur atau timbangan yang
temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui
mekanisme konduksi apabila bayi diletakan di atas benda tersebut.
c. Konveksi adalah Kehilangan panas tubuh yang terjadi pada saat bayi terpapar udara
sekitar yang lebih dingin. Seperti aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui
ventilasi atau pendingin ruangan.
d. Radiasi adalah Kehilangan panas tubuh yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat
benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi karena benda
tersebut akan menyerap radiasi panas tubuh bayi (Saifuddin, 2002).
Penyebab hipotermi pada bayi baru lahir
 Luas permukaan tubuh relatif lebih luas
 Lemak sub kutan lebih tipis, isolator kurang
 Kurangnya lemak coklat (brown fat) pada BBLR

Tanda dan gejala hipotermi


Hipotermi memiliki gejala sebagai berikut :
Bayi tampak lesu.
Tubuh bayi teraba dingin.
Bayi menggigil.
Suhu (aksila) bayi turun dibawah 36° C.
 Kulit pucat.
6. Asfiksia neonatus
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat
janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin
berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat, atau masalah pada bayi selama
atau sesudah persalinan (Depkes RI, 2009).
Gejala dan tanda Asfiksia :
Tidak bernafas atau napas megap-megap atau pernapasan lambat
(kurang dari 30 kali per menit)
Tangisan lemah atau merintih
Warna kulit pucat atau biru
Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai
Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikardia) (kurang dari 100 kali
per menit)
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia)
Faktor ibu
Keadaan ibu yang dapat mengakibatkan aliran darah ibu melalui plasenta
berkurang, sehingga aliran oksigen ke janin berkurang sehingga akan
mengakibatkan gawat janin dan akan berlanjut sebagai asfiksia BBL antara
lain:
 Preeklampsia dan eklampsia
 Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
Faktor Tali Pusat
Keadaan plasenta atau talipusat yang dapat mengakibatkan afiksisa BBL
akibat penurunan aliran darah dan oksigen melalui talipusat bayi. Seperti :
₋ Lilitan tali pusat
₋ Simpul tali pusat
₋ Prolapsus tali pusat.
Faktor bayi
₋ Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
₋ Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) (DepKes RI, 2009).
3. Kelainan Kongenital pada Bayi Baru Lahir
Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang
sudah ada sejak lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik
maupun non genetik.
1. Spina bifida
Spina Bifida termasuk dalam kelompok neural tube defect
yaitu suatu celah pada tulang belakang yang terjadi karena
bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal
terbentuk secara utuh. Kelainan ini biasanya disertai kelainan di
daerah lain, misalnya hidrosefalus, atau gangguan fungsional
yang merupakan akibat langsung spina bifida sendiri, yakni
gangguan neurologik yang mengakibatkan gangguan fungsi otot
dan pertumbuhan tulang pada tungkai bawah serta gangguan
fungsi otot sfingter.
2. Labiopalatoskisis
Labiopalatoskisis adalah kelainan kongenital pada bibir dan langit-
langit yang dapat terjadi secara terpisah atau bersamaan yang disebabkan
oleh kegagalan atau penyatuan struktur fasial embrionik yang tidak
lengkap. Kelainan ini cenderung bersifat diturunkan (hereditary), tetapi
dapat terjadi akibat faktor non-genetik. Palatoskisis adalah adanya celah
pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan
susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.

3.Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah kelainan patologis yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal yang meninggi, sehingga terdapat
pelebaran ventrikel dan dapat diakibatkan oleh gangguan reabsorbsi.
Hidrosefalus meliputi peristiwa produksi cairan serebrospinal di pleksus
koroidalis yang berlebih, gangguan absorbsi, dan obstruksi pada sirkulasi
cairan serebrospinal.
4.Anensefalus
Anensefalus adalah suatu keadaan dimana sebagian besar tulang tengkorak dan otak
tidak terbentuk. Anensefalus merupakan suatu kelainan tabung saraf yang terjadi pada
awal perkembangan janin yang menyebabkan kerusakan pada jaringan pembentuk
otak. Salah satu gejala janin yang dikandung mengalami anensefalus jika ibu hamil
mengalami polihidramnion (cairan ketuban di dalam rahim terlalu banyak). Prognosis
untuk kehamilan dengan anensefalus sangat sedikit. Jika bayi lahir hidup, maka
biasanya akan mati dalam beberapa jam atau hari setelah lahir.

5.Hernia Diafragma
Adalah kelainan berupa tidak terbentuknya sebagian diafragma karena adanya
penutupan yang tidak sempurna dari sinus pleuroperitoneal yang terlekat pada bagian
posterolateral dari diafragma yang menyebabkan isi perut masuk ke rongga dada.
Tanda dan gejala :
Kulit berwarna pucat bahkan biru
Sesak napas
perut kecil dan cekung
Suara napas tidak terdengar pada paru karena karena terdesak isi perut
Terdengar bising usus di daerah dada

 
4. Perawatan Bayi Baru Lahir dengan Masalah
dan Komplikasi
1. Diaper Rush
 Daerah yang terkena diaper rash tidak boleh terkena air dan harus dibiarkan terbuka
dan tetap kering
 Untuk membersihkan kulit iritasi dengan menggunakan kapas halus yang 
mengandung minyak (babby oil)
 Segera bersihkan dan keringkan sesudah selesai BAK atau BAB
Atur posisi tidur anak agar tidak menekan kulit atau daerah yang iritasi
 Usahakan memberikan makanan tinggi kalori tinggi protein (TKTP) dengan porsi
yang cukup
 Memperhatikan kebersihan kulit dan kebersihan tubuh secara    keseluruhan
 Jagalah kebersihan pakaian dan alat-alat bayi
 Pakaian yang terpapar urine harus direndam dalam air yang dicampur acidum borium
 Kemudian dibersikan dan tidak boleh menggunakan sabun cuci, langsung dibilas air
bersih dan dikeringkan (Sudarti, 2010).
2.Oral Trush
Penanganan
Menurut Vivian (2010), oral trush pada umumnya bisa sembuh dengan sendirinya, akan
tetapi lebih baik jika diberikan penanganan berikut:
Bedakan oral trush dengan endapan susu pada mulut bayi
Apabila sumber infeksi berasal dari ibu, maka ibu harus segera di obati dengan
pemberian antibiotik
Jaga kebersihan dengan baik, terutama kebersihan mulut
Bersihkan daerah mulut bayi setelah makan ataupun minum susu dengan air matang dan
juga bersih
Pada bayi yang minum susu dengan menggunakan botol, gunakan teknik steril dalam
memberikan botol susu. Sebelum botol susu diberikan sebaiknya botol susu direbus
hingga mendidih.
Pengobatan
1 ml larutan Nystatin (100.000 unit/ml) untuk diberikan 4 kali sehari dengan interval
setiap 6 jam. Larutan diberikan dengan lembut dan hati-hati agar tidak menyebar luas ke
rongga mulut sebelum ditelan. Obat ini akan membatasi penyebaran penyakit hanya di
ruang perawatan bayi serta menghindari infeksi berkepanjangan yang kadang terjadi
(Deslidel, 2011).
Gentian violet (1-2 %) dioleskan pada lesi mulut 1 jam setelah pemberian ASI
3.Gumoh
Cara mengatasi gumoh pada bayi, dapat dilakukan hal-hal berikut:
 Menyusui hanya pada satu payudara. Payudara yang lain digunakan untuk menyusui pada
kesempatan berikutnya, kecuali bayi masih menunjukkan keinginannya untuk menyusu lagi.
 Menyendawakan bayi dengan cara menegakkan bayi dalam posisi berdiri menghadap dada ibu dan
diberi tepukan ringan pada punggung bayi selama beberapa saat.
 Setelah selesai menyusu, bayi diletakkan/digendong dengan posisi kepala lebih tinggi dari kaki
sekitar 300 - 450.
 Tidak mengayun/mengoyang/memijat bayi terutama daerah perut

Kita dapat mengurangi banyaknya susu yang keluar ketika gumoh dengan cara-cara berikut ini:
 Susui bayi sebelum bayi terlalu lapar. Bayi yang lapar meminum susu terlalu cepat sehingga
banyak udara yang ikut tertelan dan terperangkap di dalam perut.
 Susui bayi sedikit demi sedikit. Bila ia disusui dengan botol, berhentilah setiap 30-50 ml
(tergantung usia bayi). Bila ia menyusu ASI, berhentilah setiap 5-10 menit, tergantung kondisi bayi
dan kelancaran ASI ibu.
 Bila ia menyusu dengan botol, gunakan dot yang pas dengan bayi Anda. Bila lubang dot terlalu
besar, aliran susu terlalu cepat. Bila lubang terlalu kecil, aliran susu terlalu lambat dan banyak
udara ikut terminum oleh bayi.
 Hindari pemakaian diaper yang terlalu ketat, dan jangan menekan perut bayi.
 Setiap menyusu 30-50 ml, gendonglah bayi dalam posisi tegak dengan kepalanya di atas bahu kita.
Lalu tepuk-tepuk punggungnya agar ia bersendawa. Bila ia menyusu ASI, lakukan ketika akan
beralih ke payudara lainnya.
4. Biang Keringat
Biang keringat bisa tidak dialami bayi asalkan orang tua rajin
menghindari penghalang penguapan keringat yang menutup pori-pori bayi
dengan cara:
 Bayi harus dimandikan secara teratur pada pagi dan sore hari.
 Setelah selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi seperti ketiak, leher,
paha dan lutut harus benar-benar kering kemudian oleskan bedak
keseluruhan tubuh dengan tipis.
 Jaga tubuh bayi agar tetap kering.
 Jika bayi berkeringat jangan keringkan dengan menggunakan bedak.
Sebaiknya dengan waslap basah, lalu dikeringkan, dan diolesi dengan
bedak tipis
 Gunakan pakaian bayi dari bahan katun yang menyerap keringat bayi.
 Biasanya 70% biang keringat timbul pada bayi karena sirkulasi udara kamar
yang tidak baik. Untuk itu usahakan udara di dalam kamar bayi mengalir
dengan baik sehingga kamar selalu sejuk.
 Pada saat memandikan bayi yang menderita biang keringat, sebaiknya
gunakan sabun bayi yang cair, sebab sabun cair tidak meninggalkan
partikel. Jika menggunakan sabun padat bisa meninggalkan partikel yang
 5.BBLR
Penatalaksanaan perawatannya antara lain:
Keringkan secepatnya dengan handuk kering dan bersih
Kain yang bersih secepatnya diganti dengan yang kering, bersih
agar tetap hangat
Langsung dilakukan kontak kulit bayi dengan ibu
Berikan penghangatan yaitu sinar lampu 60 watt 
Kepala bayi terutama ubun-ubun besar untuk mengurangi
evaporasi
Tali pusat dirawat,dijepit,dipotong,diikat, lalu dibungkus kasa
steril kering, lalu dijaga tetap bersih.
Berikan ASI bila bayi bisa menelan, bila bayi tidak bisa menelan
lakukan rujukan.
6. Sindrom aspirasi mekonium
Penatalaksanaan:
Segera setelah kepala bayi lahir, dilakukan pengisapan lendir dari
mulut bayi.
Jika mekoniumnya kental dan terjadi gawat janin, dimasukkan
sebuah selang ke dalam trakea bayi dan dilakukan pengisapan
lendir. Prosedur ini dilakukan secara berulang sampai di dalam
lendir bayi tidak lagi terdapat mekonium.
Jika tidak ada tanda-tanda gawat janin dan bayinya aktif serta
kulitnya berwarna kehijauan, beberapa ahli menganjurkan untuk
tidak melakukan pengisapan trakea yang terlalu dalam karena
khawatir akan terjadi pneumonia aspirasi.
Jika mekoniumnya agak kental, kadang digunakan larutan garam
untuk mencuci saluran udara.
Setelah lahir, bayi dimonitor secara ketat.
5. Tindakan Rujukan pada Bayi Baru Lahir
Tujuan rujukan:
 Memberikan pelayanan kesehatan pada neonatus dengan cepat dan tepat
 Menggunakan fasilitas kesehatan neonatus seefisien mungkin.
 Mengadakan pembagian tugas pelayanan kesehatan neonatus pada unit unit
kesehatan sesuai dengan lokasi dan kemampuan unit kesehatan tersebut.
 Mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi.
 Meningkatkan upaya promotif,preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara berdaya
guna dan berhasil.

Tanggung jawab petugas dalam pelaksaan rujukan:


 Persiapan rujukan yang memadai.
 Penerangan kepada orangtua atau keluarga mengenai penyakit yang ditemukan atau
diduga.
 Izin rujukan dan tindakan yang akan dilakukan.
 Pemberian identifikasi, data yang ada yang sudah dilakukan dan yang mungkin
diperlukan.
 Stabilisasi keadaan vital janin atau bayi baru lahir selama perjalanan ketempat
Tindakan sebelum dan selama rujukan :
1. Memperhatikan sistem regionalisasi
2. Memberikan KIE pada keluarga mengenai pentingnya rujukan
Tujuan diberikan KIE :
Menjelaskan pentingnya sistem rujukan
Menjelaskan persiapan prarujukan
Memberikan edukasi megenai tindakan rujukan yang akan dilakukan
Informed consent dan informed choice.
3.Melengkapi syarat rujukan
Izin tindakan
Surat rujukan
Data pasien (catatan medis)
Bayi harus dalam kondisi stabil
Melibatkan tenaga terampil yang mendampingi bayi selama proses
rujukan.
Mekanisme rujukan:
 Penemuan masalah pada tingkat kader. Penemuan masalah pada neonatus
yang tidak dapat ditangani oleh kader maka bayi harus segera dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan.
 Penentuan tingkat kegawat daruratan. Penentuan tingkat kegawat daruratan
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab tenaga kesehatan pada
tingkatannya serta penentuan kasus yang dapat ditangani sendiri dan kasus
yang memerlukan rujukan.
 Pemberian informasi kepada keluarga. Pemberian informasi kepada
keluarga penting agar keluarga paham dengan kondisi bayi.
 Pengiriman informasi ketempat rujukan yang dituju.
-Memberitahu kepada petugas ditempat rujukan bahwa akan ada penderita
yang akan dirujuk
-Meminta petunjuk pelayanan yang perlu dilakukan dalam rangka
persiapan dan selama dalam perjalanan ketempat rujukan.
-Meminta petunjuk dan cara penanganan untuk menolong penderita bila
penderita tidak mungkin dikirim.
 Persiapan penderita ( BAKSOKUDA). Berupa persiapan
bidan, alat, keluarga, surat, obat, kendaraan ,uang dan darah.
 Pengiriman penderita (ketersediaan sarana kendaraan). Untuk
mempercepat pengiriman penderita kefasilitas rujukan perlu
diupayan kendaraan/sarana transportasi yang tersedia untuk
mengangkut penderita.
 Tindak lanjut penderita.
-Penderita yang telah dikembalikan melaporkan pada instansi
rujukan terkait jika memerlukan tindak lanjut.
-Lakukan kunjungan rumah bila penderita yang memerlukan
tindakan lanjut tidak melapor.
6. Aspek budaya dalam perawatan bayi baru
lahir
Kemampuan ibu merawat bayi bari lahir dipengaruhi
oleh pengetahuan ibu (bobak, lowdermilk, jensen, 2004).
Pengetahuan bisa didapat dari kepercayaan, budaya/adat-
istiadat, pengalaman dan keterangan dari orang yang
mengetahui kebenaran pengetahuan.
Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks yang
didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan
yang lain yang di dapat manusia sebagai anggota
masyarakat (Tylor dalam Wiranata, 2002).
Pengaruh budaya dalam perawatan BBL
Pada masa sekarang masih banyak perlakuan yang diberikan pada
bayi baru lahir yang tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya
dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.
Berikut contoh berbagai budaya yang berkembang di masyarakat
indonesia dalam memberikan perawatan pada BBL :
1. Gurita mencegah perut buncit. Hal ini sama sekali tidak ada
hubungannya dengan upaya pencegahan agar perut tidak melar
ketika ia dewasa. Pemakaian gurita yang terlalu ketat sebaiknya
dihindari karena membuat bayi susah bernapas.
2. Bayi baru lahir perlu dipijat setiap hari. Pemijatan akan
berdampak baik jika dilakukan dengan teknik yang benar dan
memperhatikan kondisi bayi saat di pijat.
3. Bedong agar kaki bayi tidak bengkok, faktanya tidak ada hubungan antara
membedong dengan kekuatan kaki atau struktur kaki bayi. Justru bayi akan
lebih mudah bergerak untuk melatih kaki dan tangannya, jika bedong
dilakukan dengan longgar.
4. Hidung ditarik agar mancung. Faktanya tidak ada hubungan menarik pucuk
hidung dengan mancung atau tidaknya hidung. Mancung atau tidaknya hidung
seseorang ditentukan oleh bentuk tulang hidung.
5. Jika anak rewel saat diberi ASI artinya ASI tidak mencukupi dan harus diganti
susu botol. ASIdiproduksi sesuai dengan hisapan si bayi. Kondisi tertentu
mungkin dapat mengurangi produksi ASI, seperti jika ibu stress atau tidak
tenang saat menyusui. Di sisi lain, bayi mungkin merasa tidak nyaman saat
menyusu karena posisi yang kurang nyaman, puting susu yang cenderung
masuk ke dalam atau ia sedang tidak lapar dan sedang tidak enak badan.
6. Menggunting bulu mata bayi supaya lentik / panjang. Bulu mata berfungsi
melindungi mata dari gangguan benda-benda asing. Jika dipotong terlalu
pendek, fungsinya tidak lagi dapat bekerja secara optimal.
7. Tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari. Mungkin yang tepat adalah jangan
pergi ke tempat yang penuh dengan orang. Ini berhubungan dengan kekebalan
tubuh bayi yang masih rentan. Ketika diluar rumah bayi kaan terpapar polusi
udara dan bertemu dengan orang yang mungkin sedang sakit.
7. Faktor Ibu yang Mempengaruhi Bayi Baru
Lahir
1. BBL dari ibu penderita Diabetes Mellitus
Satu dari 500-1000 wanita hamil adalah penderita diabetes, dan satu dari 120 ke-
hamilan adalah gestasional diabetes. Diabetes pada ibu hamil dapat menyebabkan
berbagai gangguan pada bayi yg dilahirkanya
Gangguan tersebut antara lain :
a. Hipoglikemia
Segera setelah lahir terjadi pemutusan aliran darah ibu kejanin, akibatnya suplai
glukosa dari ibu terhenti. Namun, insulin masih tetap diproduksi oleh pankreas bayi
sebagai adaptasi terhadap kondisi hiperglikemia sebelumnya. Hal ini yang
menyebabkan hipoglikemia pada bayi yang baru lahir.
b. Makrosomia. 
Hal ini dimungkinkan karena hiperglikemia dan hiperinsulinemia pada janin
secara bersama-sama dapat menyebabkan peningkatan sintesis glikogen, lipogenesis
dan sintesis protein dalam tubuh janin.sebagai hasil akhirnya, janin tumbuh subur/
pesat pada semua tingkat usia kehamilan yang disebut large for gestational age (LGA).
c. Respiratory distress syindrome (RDS)
Bayi dari ibu diabetes mempunyai risiko tinggi mengalami RDS.
Hal ini berkaitan dengan imaturitas paru sebagai akibat
hiperinsulinemia janin. Hiperinsulinemia menghambat produksi
surfaktan karena hiperinsulinemia mempengaruhi perbandingan
lesitin dengan spingomielin yang merupakan unsur utama
pembentukan surfaktan.
b. BBL dari ibu merokok
Ketika seorang ibu hamil bernafas yang mengandung asap rokok, maka
beberapa bahan kimia yang dihembuskan ada yang tersisa dan tinggal di dalam
tubuh dan bisa masuk ke plasenta.
Pada proses merokok beberapa hal terjadi. Pertama, terjadinya pasokan oksigen
berkurang, karena peningkatan nikotin dan karbon monoksida dalam aliran darah
ibu. Ini berarti terjadi kekurangan oksigen untuk bayi, karena zat-zat berbahaya
menggantikannya. Bayi akan mulai bergerak lambat setelah ibu mengisap rokok
dan jantung bayi harus bekerja lebih cepat, karena mencoba untuk menghirup
lebih banyak oksigen. Akibatnya, pernapasan dan gerakan menjadi tidak normal.
Dengan kata lain bayi akan menderita stres.
Nikotin, tidak hanya mengurangi jumlah oksigen tetapi juga menyempitkan
pembuluh darah sehingga mencegah suplai darah oksigen dan jumlah nutrisi dari
makanan yang diperlukan yang akan mengakibatkan lambatnya pertumbuhan
janin.
Akibatnya janin tidak akan berkembang atau tumbuh sebagaimana mestinya dan
ini dapat menyebabkan kelahiran bayi yang berat badannya rendah/preumatur
dan seluruh risiko dan komplikasi yang akan mengikuti setelah kelahirannya.
c. BBL dari ibu yang mengkonsumsi obat-obatan
Obat berpindah dari ibu ke janin melalui plasenta, yaitu lewat jalan yang juga
dilalui zat gizi untuk tumbuh kembang janin. Obat mempengaruhi janin melalui
beberapa cara. Pertama, langsung bekerja pada janin, menyebabkan kerusakan,
kelainan perkembangan atau kematian. Kedua, memengaruhi fungsi plasenta, yaitu
mengerutkan pembuluh darah sehingga mengurangi suplai oksigen dan zat gizi ke
janin. Ketiga, menyebabkan otot rahim berkontraksi sangat kuat, sehingga
mengurangi aliran darah ke janin, dan mencederainya.

Anda mungkin juga menyukai