Faktor penyebab :
1. Aspirasi mekonium terjadi jika janin mengalami stress selama proses persalinan
2. Selama persalinan berlangsung, bayi bisa saja mengalami kekurangan O2. Hal
ini dapat menyebabkan meningkatnya gerakan usus dan pengenduran otot anus,
sehingga mekonium dikeluarkan kedalam cairan ketuban yang mengelilingi
bayi didalam rahim. Cairan ketuban dan mekonium bercampur membentuk
cairan bewarna hijau dengan kekentalan yang bervariasi
Faktor resiko :
Kehamilan post matur
Persalinan yang sulit
Gawat janin
Hipoksia intra-uterin
Gejala :
Terlihat adanya mekonium dalam cairan ketuban
Kulit bayi tampak kehijauan (terjadi jika mekonium telah dikeluarkan
lama sebelum persalinan)
Bayi tampak lemas atau lemah
Kulit bayi tampak kebiruan (sianosis)
Takipneu (laju pernapasan yang cepat)
Apneu (henti nafas)
Tampak adanya tanda-tanda post maturitas (BB bayi kurang)
2. Apneu
Berhentinya pernapasan selama 20 detik atau lebih. Apnea
dihubungkan dengan adanya bradikardia, sianosis, atau
perubahan tingkat kesadaran ( Fargoroff dan martin
1997).Penyebab apnea yang paling sering pada bayi
prematur adalah defisiensi surfaktan paru atau imaturitas
mekanisme kontrol dari sistem saraf pusat.
Faktor resiko :
Hipoksia
Pneumonia
Gangguan metabolisme
Penyebab : dapat disebabkan oleh stimulasi faring bagian
belakang oleh kateter penghisap.
3.Pletora
adalah suatu keadaan dimana warna kulit neonatus
mengindikasikan atau memperlihatkan kondisi kelebihan
sel darah merah dalam sirkulasi. Dalam kasus pletora ini
hematokrit bayi > 70 %
Faktor pendukung :
Pengkleman tali pusat yang terlambat
Memegang bayi dibawah plasenta, sehingga
memungkinkan darah mengalir ke bayi dan meberikan
volume sirkulasi darah yang besar
Faktor resiko :
Ibu dengan riwayat diabetes mellitus
Hipotiroidisme neonatus
4. Berat badan lahir rendah (BBLR)
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram.
Kategori berat badan lahir rendah (BBLR) :
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan
dibawah 2500 gram pada saat lahir.
Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat
badan dibawah 1500 gram pada saat lahir.
Bayi dengan berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER) adalah bayi dengan
berat badan dibawah 1000 gram pada saat lahir.
Tanda dan gejala :
BB < 2500 gram
PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm
Elastisitas daun telinga
Kulit tipis, transparan, pembuluh darah kelihatan.
Faktor yang mempengaruhi BBLR:
Faktor ibu : Umur, jumlah paritas , penyakit kehamilan, gizi kurang atau
malnutrisi, kelelahan, merokok dll
Faktor janin : kehamilan kembar.
Permasalahan pada BBLR
Masalah pada BBLR yang sering terjadi diantaranya :
Sistem termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil sehingga
mudah mengalami hipotermi. Hipotermia terjadi karena kemampuan untuk
mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat
terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup
memadai,ketidakmampuan untuk menggigil, sedikitnya lemak subkutan, produksi
panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai, dan belum matangnya
sistem saraf pengatur suhu tubuh sehingga BBLR mudah untuk mengalami
kehilangan panas.
Sistem Pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas segera setelah
lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit, kekurangan
surfaktan (zat di dalam paru dan yang diproduksi dalam paru serta melapisi bagian
alveoli, sehingga alveoli tidak kolaps pada saat ekspirasi), Lumen sistem
pernafasan yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan nafas, pembuluh darah paru yang
imatur. Hal – hal inilah yang menganggu usaha bayi untuk bernafas dan sering
mengakibatkan gawat nafas (distress pernafasan).
5. Hipotermi
Hipotermi adalah suhu tubuh bayi baru lahir yang tidak normal (<36ºC) pada
pengukuran suhu melalui aksila, dimana suhu tubuh bayi baru lahir normal adalah 36,5ºC-
37,5ºC (suhu aksila). Hipotermi merupakan suatu tanda bahaya karena dapat menyebabkan
terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi
jantung, paru dan kematian (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007).
Mekanisme terjadinya hipotermi :
a. Evaporasi Adalah kehilangan panas karena penguapan cairan ketuban yang melekat
pada permukaan tubuh bayi yang tidak segera dikeringkan. Contoh : air ketuban pada
tubuh bayi baru lahir tidak cepat dikeringkan serta bayi segera dimandikan.
b. Konduksi Adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin seperti : meja, tempat tidur atau timbangan yang
temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui
mekanisme konduksi apabila bayi diletakan di atas benda tersebut.
c. Konveksi adalah Kehilangan panas tubuh yang terjadi pada saat bayi terpapar udara
sekitar yang lebih dingin. Seperti aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui
ventilasi atau pendingin ruangan.
d. Radiasi adalah Kehilangan panas tubuh yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat
benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi karena benda
tersebut akan menyerap radiasi panas tubuh bayi (Saifuddin, 2002).
Penyebab hipotermi pada bayi baru lahir
Luas permukaan tubuh relatif lebih luas
Lemak sub kutan lebih tipis, isolator kurang
Kurangnya lemak coklat (brown fat) pada BBLR
3.Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah kelainan patologis yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal yang meninggi, sehingga terdapat
pelebaran ventrikel dan dapat diakibatkan oleh gangguan reabsorbsi.
Hidrosefalus meliputi peristiwa produksi cairan serebrospinal di pleksus
koroidalis yang berlebih, gangguan absorbsi, dan obstruksi pada sirkulasi
cairan serebrospinal.
4.Anensefalus
Anensefalus adalah suatu keadaan dimana sebagian besar tulang tengkorak dan otak
tidak terbentuk. Anensefalus merupakan suatu kelainan tabung saraf yang terjadi pada
awal perkembangan janin yang menyebabkan kerusakan pada jaringan pembentuk
otak. Salah satu gejala janin yang dikandung mengalami anensefalus jika ibu hamil
mengalami polihidramnion (cairan ketuban di dalam rahim terlalu banyak). Prognosis
untuk kehamilan dengan anensefalus sangat sedikit. Jika bayi lahir hidup, maka
biasanya akan mati dalam beberapa jam atau hari setelah lahir.
5.Hernia Diafragma
Adalah kelainan berupa tidak terbentuknya sebagian diafragma karena adanya
penutupan yang tidak sempurna dari sinus pleuroperitoneal yang terlekat pada bagian
posterolateral dari diafragma yang menyebabkan isi perut masuk ke rongga dada.
Tanda dan gejala :
Kulit berwarna pucat bahkan biru
Sesak napas
perut kecil dan cekung
Suara napas tidak terdengar pada paru karena karena terdesak isi perut
Terdengar bising usus di daerah dada
4. Perawatan Bayi Baru Lahir dengan Masalah
dan Komplikasi
1. Diaper Rush
Daerah yang terkena diaper rash tidak boleh terkena air dan harus dibiarkan terbuka
dan tetap kering
Untuk membersihkan kulit iritasi dengan menggunakan kapas halus yang
mengandung minyak (babby oil)
Segera bersihkan dan keringkan sesudah selesai BAK atau BAB
Atur posisi tidur anak agar tidak menekan kulit atau daerah yang iritasi
Usahakan memberikan makanan tinggi kalori tinggi protein (TKTP) dengan porsi
yang cukup
Memperhatikan kebersihan kulit dan kebersihan tubuh secara keseluruhan
Jagalah kebersihan pakaian dan alat-alat bayi
Pakaian yang terpapar urine harus direndam dalam air yang dicampur acidum borium
Kemudian dibersikan dan tidak boleh menggunakan sabun cuci, langsung dibilas air
bersih dan dikeringkan (Sudarti, 2010).
2.Oral Trush
Penanganan
Menurut Vivian (2010), oral trush pada umumnya bisa sembuh dengan sendirinya, akan
tetapi lebih baik jika diberikan penanganan berikut:
Bedakan oral trush dengan endapan susu pada mulut bayi
Apabila sumber infeksi berasal dari ibu, maka ibu harus segera di obati dengan
pemberian antibiotik
Jaga kebersihan dengan baik, terutama kebersihan mulut
Bersihkan daerah mulut bayi setelah makan ataupun minum susu dengan air matang dan
juga bersih
Pada bayi yang minum susu dengan menggunakan botol, gunakan teknik steril dalam
memberikan botol susu. Sebelum botol susu diberikan sebaiknya botol susu direbus
hingga mendidih.
Pengobatan
1 ml larutan Nystatin (100.000 unit/ml) untuk diberikan 4 kali sehari dengan interval
setiap 6 jam. Larutan diberikan dengan lembut dan hati-hati agar tidak menyebar luas ke
rongga mulut sebelum ditelan. Obat ini akan membatasi penyebaran penyakit hanya di
ruang perawatan bayi serta menghindari infeksi berkepanjangan yang kadang terjadi
(Deslidel, 2011).
Gentian violet (1-2 %) dioleskan pada lesi mulut 1 jam setelah pemberian ASI
3.Gumoh
Cara mengatasi gumoh pada bayi, dapat dilakukan hal-hal berikut:
Menyusui hanya pada satu payudara. Payudara yang lain digunakan untuk menyusui pada
kesempatan berikutnya, kecuali bayi masih menunjukkan keinginannya untuk menyusu lagi.
Menyendawakan bayi dengan cara menegakkan bayi dalam posisi berdiri menghadap dada ibu dan
diberi tepukan ringan pada punggung bayi selama beberapa saat.
Setelah selesai menyusu, bayi diletakkan/digendong dengan posisi kepala lebih tinggi dari kaki
sekitar 300 - 450.
Tidak mengayun/mengoyang/memijat bayi terutama daerah perut
Kita dapat mengurangi banyaknya susu yang keluar ketika gumoh dengan cara-cara berikut ini:
Susui bayi sebelum bayi terlalu lapar. Bayi yang lapar meminum susu terlalu cepat sehingga
banyak udara yang ikut tertelan dan terperangkap di dalam perut.
Susui bayi sedikit demi sedikit. Bila ia disusui dengan botol, berhentilah setiap 30-50 ml
(tergantung usia bayi). Bila ia menyusu ASI, berhentilah setiap 5-10 menit, tergantung kondisi bayi
dan kelancaran ASI ibu.
Bila ia menyusu dengan botol, gunakan dot yang pas dengan bayi Anda. Bila lubang dot terlalu
besar, aliran susu terlalu cepat. Bila lubang terlalu kecil, aliran susu terlalu lambat dan banyak
udara ikut terminum oleh bayi.
Hindari pemakaian diaper yang terlalu ketat, dan jangan menekan perut bayi.
Setiap menyusu 30-50 ml, gendonglah bayi dalam posisi tegak dengan kepalanya di atas bahu kita.
Lalu tepuk-tepuk punggungnya agar ia bersendawa. Bila ia menyusu ASI, lakukan ketika akan
beralih ke payudara lainnya.
4. Biang Keringat
Biang keringat bisa tidak dialami bayi asalkan orang tua rajin
menghindari penghalang penguapan keringat yang menutup pori-pori bayi
dengan cara:
Bayi harus dimandikan secara teratur pada pagi dan sore hari.
Setelah selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi seperti ketiak, leher,
paha dan lutut harus benar-benar kering kemudian oleskan bedak
keseluruhan tubuh dengan tipis.
Jaga tubuh bayi agar tetap kering.
Jika bayi berkeringat jangan keringkan dengan menggunakan bedak.
Sebaiknya dengan waslap basah, lalu dikeringkan, dan diolesi dengan
bedak tipis
Gunakan pakaian bayi dari bahan katun yang menyerap keringat bayi.
Biasanya 70% biang keringat timbul pada bayi karena sirkulasi udara kamar
yang tidak baik. Untuk itu usahakan udara di dalam kamar bayi mengalir
dengan baik sehingga kamar selalu sejuk.
Pada saat memandikan bayi yang menderita biang keringat, sebaiknya
gunakan sabun bayi yang cair, sebab sabun cair tidak meninggalkan
partikel. Jika menggunakan sabun padat bisa meninggalkan partikel yang
5.BBLR
Penatalaksanaan perawatannya antara lain:
Keringkan secepatnya dengan handuk kering dan bersih
Kain yang bersih secepatnya diganti dengan yang kering, bersih
agar tetap hangat
Langsung dilakukan kontak kulit bayi dengan ibu
Berikan penghangatan yaitu sinar lampu 60 watt
Kepala bayi terutama ubun-ubun besar untuk mengurangi
evaporasi
Tali pusat dirawat,dijepit,dipotong,diikat, lalu dibungkus kasa
steril kering, lalu dijaga tetap bersih.
Berikan ASI bila bayi bisa menelan, bila bayi tidak bisa menelan
lakukan rujukan.
6. Sindrom aspirasi mekonium
Penatalaksanaan:
Segera setelah kepala bayi lahir, dilakukan pengisapan lendir dari
mulut bayi.
Jika mekoniumnya kental dan terjadi gawat janin, dimasukkan
sebuah selang ke dalam trakea bayi dan dilakukan pengisapan
lendir. Prosedur ini dilakukan secara berulang sampai di dalam
lendir bayi tidak lagi terdapat mekonium.
Jika tidak ada tanda-tanda gawat janin dan bayinya aktif serta
kulitnya berwarna kehijauan, beberapa ahli menganjurkan untuk
tidak melakukan pengisapan trakea yang terlalu dalam karena
khawatir akan terjadi pneumonia aspirasi.
Jika mekoniumnya agak kental, kadang digunakan larutan garam
untuk mencuci saluran udara.
Setelah lahir, bayi dimonitor secara ketat.
5. Tindakan Rujukan pada Bayi Baru Lahir
Tujuan rujukan:
Memberikan pelayanan kesehatan pada neonatus dengan cepat dan tepat
Menggunakan fasilitas kesehatan neonatus seefisien mungkin.
Mengadakan pembagian tugas pelayanan kesehatan neonatus pada unit unit
kesehatan sesuai dengan lokasi dan kemampuan unit kesehatan tersebut.
Mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi.
Meningkatkan upaya promotif,preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara berdaya
guna dan berhasil.