Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Menurunkan angka kematian bayi merupakan salah satu
tujuan dari asuhan kebidanan pada neonatal, bayi dan balita.
Dalam pelaksanaannya masih banyak hambatan yang terjadi,
contohnya ialah lahirnya bayi dengan masalah, bayi dengan
penyakit tertentu, dan balita yang terserang penyakit. Maka dari
itu penting bagi tenaga kesehatan, khususnya bidan untuk
mengetahui dan terampil dalam mengenali gejala suatu penyakit
serta cara menanganinya. Makalah ini akan membahas tentang
beberapa penyakit yang dapat menyerang bayi antara lain ialah :
gumoh, milliariasi.
2. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Gumoh
2. Untuk mengetahui apa itu miliariasis

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Gumoh

Gumoh merupakan kondisi normal yang disebabkan


kerongkongan bayi belum berkembang sepenuhnya, serta ukuran
lambung yang masih sangat kecil. Biasanya gumoh akan menghilang
ketika bayi berusia satu tahun. Pada saat itu, cincin otot di dasar
kerongkongan umumnya sudah dapat berfungsi dengan baik,
sehingga makanan yang masuk ke dalam perut bayi tidak mudah
keluar.

Gumoh yang Tergolong Normal

Selain mengeluarkan cairan susu atau makanan, gumoh juga bisa


diiringi sendawa, batuk atau cegukan beberapa saat, tersedak,
menolak makan atau menangis saat menyusu atau diberi makan.

Sebenarnya bayi sering gumoh bukan kondisi yang


mengkhawatirkan apabila tidak mengganggu tumbuh-kembang Si
Kecil. Frekuensi gumoh pada bayi sangat bervariasi. Bisa jarang,
cukup sering, atau bahkan terjadi setiap kali bayi diberi susu atau
makanan.

Kondisi bayi sering gumoh yang tergolong normal dapat dinilai dari
beberapa hal berikut:

 Bayi tetap tumbuh dan berkembang dengan baik.


 Bayi tetap terlihat nyaman dan tidak rewel.
 Sistem pernapasan bayi tetap berfungsi tanpa
gangguan.

2
Hal-hal tersebut menandakan keadaan Si Kecil baik-baik saja dan
tidak memerlukan penanganan khusus.

Upaya Mengatasi Gumoh

Sejumlah cara bisa dilakukan jika bayi sering gumoh. Pertama,


biasakan memberi makan atau menyusui bayi dalam keadaan lebih
tegak, pertahankan posisi tersebut sekitar 20-30 menit setelah
pemberian susu atau makan, biarkan asupan turun dalam saluran
cerna dan jangan langsung diajak bermain.

Coba untuk memberikan susu atau makanan lebih sedikit, namun


dengan frekuensi cukup sering. Kemudian jangan lupa membuat Si
Kecil sendawa setiap habis menyusu atau jika perlu lakukan ini di
sela menyusu, yaitu sekitar 2-3 menit sekali.

Bayi yang menyusu menggunakan dot, sebaiknya diperhatikan


ukurannya dengan cermat. Dot yang terlalu besar dapat memicu
gumoh karena susu yang keluar terlalu banyak untuk bayi, dan
jangan biarkan bayi mengisap dari botol dot yang sudah kosong.

Hindari membiasakan bayi tidur tengkurap. Sebaiknya bayi tidur


dalam posisi telentang, dengan posisi kepala sedikit lebih tinggi dari
badan dan kaki. Hal ini juga dapat menghindari sindrom kematian
bayi mendadak atau sudden infant death syndrome (SIDS).

Beberapa tindakan yang juga dapat dilakukan untuk mengurangi


gumoh adalah menambahkan zat pengental ke makanan, atau
mengurangi konsumsi susu sapi bagi Si Kecil terutama pada bayi
yang dicurigai menderita intoleransi laktosa. Namun, tetap
disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu, guna
mendapatkan penanganan yang sesuai bila dinilai perlu.

Gejala yang Perlu Diwaspadai

3
Meski umumnya gumoh tergolong normal, namun waspadai jika
bayi sering gumoh yang disertai dengan kondisi-kondisi seperti
berikut:

 Bayi mulai gumoh pada usia enam bulan dan menetap


hingga lebih dari 1 tahun.
 Bayi memuntahkan makanan atau cairan susu terlalu
sering atau tampak terpaksa
 Warna cairan yang dimuntahkan bayi berwarna
kuning, hijau atau disertai darah.
 Cairan yang dimuntahkan jumlahnya cukup banyak
dan berlangsung sampai dua jam setelah menyusu.
 Bayi susah makan atau menolak diberi susu sehingga
berat badan bayi tidak bertambah.
 Bayi sulit bernapas atau menunjukkan tanda-tanda
sakit.
 Perut yang tampak penuh atau membuncit.
 Demam tinggi lebih dari 38 derajat celcius.
 Menangis berlebihan atau sangat rewel dan tidak
nyaman.

Dalam beberapa kasus, bayi sering gumoh dapat menandakan


adanya gangguan kesehatan seperti alergi susu sapi, yang juga dapat
menyebabkan bayi muntah, diare, dan ruam. Sumbatan atau
penyempitan pada kerongkongan dan penyakit refluks adalah
beberapa kondisi yang lebih serius yang bisa menimbulkan gejala
menyerupai gumoh.

Gumoh merupakan hal yang wajar terjadi dan merupakan bagian


dari tumbuh kembang bayi, sehingga Bunda sebaiknya tidak perlu
khawatir ketika Si Kecil gumoh. Namun jika gumoh terjadi
berlebihan dan berkepanjangan, atau disertai dengan gejala-gejala
lain, maka sebaiknya segera konsultasikan ke dokter untuk mendapat
penanganan yang tepat.

2. Pengertian Miliariasis

4
Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan
kemerahan, disertai dengan gelembung kecil berair yang timbul
akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar
keringat yaitu di dahi, leher, bagian yang tertutup pakaian (dada,
punggung), tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian
dan juga kepala.

Milliariasis disebut juga sudamina, biang keringat, keringat


buntet, liken tropikus, atau pickle heat . ( Adhi Djuanda, 1987)

Miliariasis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh


tertutupnya saluran kelenjar keringat.(Hassan, 1984).

Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat,


ditandai dengan adanya vesikel milier. (Adhi Djuanda, 1987).

Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retens


keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat. (Vivian, 2010)

Miliariasis adalah dermatosis yang timbul akibat


penyumbatan kelenjar keringat dan porinya, yang lazim timbul
dalam udara panas lembab seperti daerah tropis atau selama awal
musim panas atau akhir musim hujan yang suhunya panas dan
lembab. Karena sekresinya terhambat maka menimbulkan tekanan
yang menyebabkan pecahnya kelenjar atau duktus kelenjar keringat.
Keringat yang masuk ke jaringan sekelilingnya menimbulkan
perubahan anatomi. Sumbatan disebabkan oleh bakteri yang
menimbulkan peradangan dan oleh edema akibat keringat yang tak
keluar (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988).

Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit yang


timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar
keringat, yaitu di dahi, leher, bagian-bagian badan yang tertutup
pakaian (dada dan punggung), serta tempat yang mengalami tekanan
atau gesekan pakaian dan dapat juga dikepala. Keadaan ini biasanya

5
di dahului oleh produksi keringat yang berlebihan, dapat diikuti rasa
gatal seperti ditusuk, kulit menjadi kemerahan dan disertai banyak
gelembung kecil berair. (Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra).

B. Klasifikasi Milliaris

1. Miliaria Kristalina

Pada penyakit ini terlihat vesikel berukuran 1-2 mm berisi


cairan jernih tanpa disertai kulit kemerahan, terutama pada badan
setelah banyak berkeringat, misalnya karena hawa panas.

Vesikel bergerombol tidak disertai tanda-tanda radang atau


inflamasi pada bagian badan yang tertutup pakaian. Umumnya tidak
memberi keluhan subjektif dan sembuh dengan sisik yang halus.

Pada gambaran histopatologik terlihat gelembung


intra/subkorneal. Pengobatan tidak diperlukan, cukup dengan
menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan ventilasi yang
baik, pakaian tipis dan menyerap keringat. (Adhi Djuanda, 1987)

Daerah predileksi lipat siku, lipat lutut, lipat payudara, lipat


paha dan punggung, dahi, leher, dan dada. Vesikel terletak sangat
superfisial, kecil dan tembus terang, tidak disertai tanda-tanda
inflamasi dan mudah pecah. Biasanya tidak ada keluhan subjektif.
(Hassan, 1984)

Milliaris timbul pada pasien dengan peningkatan keringat


seperti pasien demam di ranjang. Lesinya berupa vesikel sangat
superfisial, jernih, dan kecil tanpa reaksi peradangan, asimptomatik
dan berlangsung singkat dan cenderung mudah pecah akibat trauma
teringan pun. (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)

2. Miliaria Rubra

Penyakit ini lebih berat daripada miliariasis kristalina.


Terdapat pada badan dan tempat-tempat tekanan ataupun gesekan

6
pakaian. Terlihat papul merah atau papul vesikular ekstrafolikular
yang sangat gatal dan pedih. Milliaria jenis ini terdapat pada orang
yang tidak biasa pada daerah tropik. Kelainan bentuknya dapat
berupa gelembung merah kecil, 1-2 mm, dapat tersebar dan dapat
berkelompok. (Adhi Djuanda, 1987)

Patogenesisnya belum diketahui pasti, terdapat dua pendapat.


Pendapat pertama mengatakan primer, banyak keringat dan
perubahan kualitatif, penyebabnya adanya sumbatan keratin pada
muara kelenjar keringat dan perforasi sekunder pada bendungan
keringat di epidermis.

Pendapat kedua mengatakan bahwa primer kadar garam yang


tinggi pada kulit menyebabkan spongiosis dan sekunder terjadi pada
muara kelenjar keringat. Staphylococcus juga diduga memiliki
peranan. Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada
stratum spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan
perifer kulit di epidermis. (Adhi Djuanda, 1987)

Daerah predileksi sama seperti pada miliaria kristalina.


Lesinya berupa papulo vesikula eritematosa yang sangat gatal dan
diskrit, kemudian konfluens dengan dasar merah, sering terjadi
maserasi karena terhalangnya penguapan kelembaban. Keringat
keluar ke stratum spinosum. Bisa terjadi infeksi sekunder dengan
impetigo dan furunkulosis, terutama pada anak-anak. Terutama
timbul pada bagian tubuh yang tertutup pakaian seperti punggung
dan dada. (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)

3. Miliaria Profunda

Bentuk ini agak jarang terjadi kecuali didaerah tropis.


Kelainan ini biasanya timbul setelah miliaria rubra.ditandai dengan
papula putih, kecil, keras, berukuran 1-3 mm. Terutama terdapat di
badan ataupun ekstremitas. Karena letak retensi keringat lebih dalam

7
maka secara klinik lebih banyak berupa papula daripada vesikel.
Tidak gatal, dan tidak terdapat eritema. (Adhi Djuanda, 1987)

Pada gambaran histopatologik tampak saluran kelenjar


keringat yang pecah pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi sel
radang. Pengobatan dengan cara menghindari panas dan kelembaban
yang berlebihan, mengusahakan regulasi suhu yang baik,
menggunakan pakaian yang tipis, pemberian losio calamin dengan
atau tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam alkohol.
(Adhi Djuanda, 1987)

Daerah predileksi dapat dimana saja, kecuali muka, ketiak,


tangan, dan kaki. Lesi berupa vesikel yang berwarna merah daging,
disertai gejala inflamasi maupun keluhan rasa gatal, disebabkan
penyumbatan di bagian atas kutis. Kelenjar-kelenjar keringat
tersebut sama sekali tidak berfungsi. Biasanya timbul setelah
menderita milliaria rubra yang hebat. (Hassan, 1984)

4. Miliaria Pustulosa

Pada umumnya didahului oleh dermatosis yang


menyebabkan gangguan saluran kelenjar ekrin dan terjadi pustel
superfisial. (Hassan, 1984). Lesinya berupa pustula steril yang gatal,
tegas, superfisial dan tak berhubungan dengan folikel rambut.
(E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)

C. Etiologi

Penyebab terjadinya milliariasis ini adalah udara yang panas


dan lembab serta adanya infeksi bakteri.

a. Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang


kurang
b. Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap
keringat
c. Aktivitas yang berlebihan
d. Setelah menderita demam atau panas

8
e. Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang
menimbulkan radang dan edema akibat perspirasi yang tidak
dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum.

D. Patofisiologi

Terjadinya milliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-


pori kelenjar keringat, sehingga pengeluaran keringat tertahan.
Tertahannya pengeluaran keringat ditandai dengan adanya vesikel
miliar di muara kelenjar keringat lalu disusul dengan timbulnya
radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar
kemudian diabsorpsi oleh stratum korneum. (Vivian, 2010)

Milliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena proses


diferensiasi sel epidermal dan apendiks yang belum sempurna.
Kasus milliariasis terjadi pada 40-50% bayi baru lahir. Muncul pada
usia 2-3 bulan pertama dan akan menghilang dengan sendirinya pada
3-4 minggu kemudian. Terkadang kasus ini menetap untuk beberapa
lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya. (Vivian, 2010)

F. Tanda dan Gejala

Bintik-bintik merah atau ruam pada leher dan ketiak bayi.


Keadaan ini disebabkan peradangan kulit pada bagian tersebut.
Penyebabnya adalah proses pengeringan yang tidak sempurna saat
dilap dengan handuk setelah bayi dimandikan. Apalagi jika si bayi
gemuk sehingga leher dan ketiaknya berlipat-lipat.

Biang keringat juga dapat timbul di daerah dahi dan bagian


tubuh yang tertutup pakaian (dada dan punggung). Gejala utama
ialah gatal-gatal seperti ditusuk-tusuk, dapat disertai dengan warna
kulit yang kemerahan dan gelembung berair berukuran kecil (1-2
mm). kondisi ini bisa kambuh berulag-ulang terutama jika udara
panas dan berkeringat.

9
G. Pencegahan

a. Segera keringkan tubuh bayi dengan kain yang


lembut jika terlihat tubuhnya basah oleh keringat.
b. Pada cuaca panas, taburkan bedak atau cairan khusus
untuk mendinginkan kulit, sekaligus menyerap keringat.
c. Mengganti segera baju bayi yang basah oleh keringat
atau kotoran.
d. Mengkondisikan ruangan ventilasi udara yang cukup,
terutama dikota-kota besar yang panas dan pengap.
e. Mengupayakan agar kamar bayi diberi jendela
sehingga pertukaran udara dari luar ke dalam lancar.
f. Memandikan bayi secara teratur.
g. Menghindarkan pakaian yang tidak menyerap
keringat.

H. Penatalaksanaan

Asuhan yang diberikan pada neonatus, bayi, dan balita


dengan milliaria bergantung pada beratnya penyait dan keluhan yang
dialami. Asuhan yang umum diberikan adalah sebagai berikut:

a. Perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga


kebersihan tubuh bayi.
b. Prinsip asuhan adalah mengurangi penyumbatan
keringat dan menghilangkan sumbatan yang sudah
timbul.
c. Upayakan untuk menciptakan lingkungan dengan
kelembaban yang cukup serta suhu yang sejuk dan
kering, misalnya pasien tinggal diruangan ber-AC atau
didaerah yang sejuk dan kering.
d. Gunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak
terlalu sempit.
e. Segera ganti pakaian yang basah dan kotor.
f. Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering
diberi bedak salycil atau bedak kocok setelah mandi.

10
g. Bila membasah, jangan berikan bedak, karena
gumpalan yang terbentuk memperparah sumbatan
kelenjar.
h. Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul dapat
diberikan antibiotic.
i. Menjaga kebersihan kuku dan tangan. kuku pendek
dan bersih, sehingga tidak menggores kulit saat
menggaruk.

I. Peran Bidan

Berikut ini merupakan peran bidan dalam kasus


milliariasis yang ditinjau dari aspek pelayanan kesehatan
promotif, kuratif, rehabilitatif, dan preventif. Diantaranya
yaitu:

 Pelayanan kesehatan promotif


 Memberikan informasi kepada
ibu dan kelurga mengenai:
 Perawatan kulit yang benar dan
selalu menjaga kebersihan tubuh bayi.
 Kebersihan kuku dan tangan
anak. Kuku pendek dan bersih
sehingga tidak menggores kulit saat
menggaruk.
 Keringat yang harus segera
dikeringkan dan sering mandi. Segera
ganti pakaian jika basah dan kotor.
(Vivian, 2010)
 Pelayanan kesehatan preventif
 Menggunakan pakaian yang
tipis dan longgar serta menyerap
keringat dan tidak terlalu sempit.
 Melakukan perawatan kulit
yang benar dan selalu menjaga
kebersihan tubuh bayi.

11
 Menjaga kebersihan kuku dan
tangan anak. Kuku pendek dan bersih
sehingga tidak menggores kulit saat
menggaruk.
 Keringat harus segera
dikeringkan dan sering mandi. Segera
ganti pakaian jika basah dan kotor.
(Vivian, 2010)

c. Pelayanan kesehatan kuratif

a) Topikal bisa diberikan bedak atau bedak kocok


pendingin dengan bahan antigatal, dapat ditambah dengan
mentol 0,25% sampai 1% kalau gatal. Lanolin anhidrat dan
salephidrofilik bisa menghilangkan sumbatan pori sehingga
mempermudah aliran keringat yang normal.
b) Kasus ringan bisa berespon dengan bedak seperti
talkum bayi. Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul
akibat infeksi, penderita sebaiknya segera dibawa ke dokter.
Dokter akan memberikan obat minum serta krim atau salap
bila diperlukan, untuk mengatasi keluhan tersebut. Dan bila
timbul bisul jangan dipijat arena kuman dapat menyebar ke
sekitar sehingga semakin meluas. (Arjatmo Tjoktronegoro
dan Hendra Utama, 2000)
c) Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering,
anjurkan untuk diberi bedak salicil atau bedak kocok setelah
mandi. Dan bila membasah jangan berikan bedak karena
gumpalan yang terbentuk memperparah sumbatan kelenjar.
(Vivian, 2010)

d.Pelayanan kesehatan rehabilitatif

a) Sedapat mungkin mencegah produksi keringat yang


berlebihan, dengan cara menghindari hawa panas dan
kelembaban yang berlebihan, misalnya memakai pakaian

12
tipis dan menyerap keringat, mandi dengan air dingin dan
menggunakan sabun. Selama berbagai faktor penyebab yang
berpengaruh dapat diatasi, kekambuhan dapat dihindari.
b) Biang keringat dapat membaik dalam beberapa hari
setelah penderita pindah ke lingkungan yang lebih sejuk, atau
ke tempat dengan ventilasi yang lebih baik. (Arjatmo
Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000)

J. Contoh Kasus Pada Neonatus Dengan Millirisis Rubra

Seorang ibu Ny A datang ke BPM Rosallia untuk


memeriksakan bayi perempuanya , ibu mengatakan bayinya
berumur 7 hari, dan saat ini pada badan bayinya terdapat
gelembung berwarna merah, kecil – kecil dan berkelompok,
terutama pada punggung dan dada sejak 2 hari yang lalu,
sehingga bayinya rewel, menangis, , ibu merasa cemas
dengan keadaan bayinya.

K. Penatalaksanaan Pada Neonatus Dengan Milliaris Rubra

a. Diagnosa

seorang bayi Ny A umur 7 hari dengan milliarisis rubra

b. Data Subyektif

- Ibu mengatakan bayinya berumur 7 hari

- Ibu mengatakan terdapat gelembung merah kecil – kecil pada


badan bayinya

- Ibu mengatakan bayinya rewel dan sering menangis

- Ibu mengatakan merasa cemas dengan keadaan bayinya

c. Data Obyektif

- Nadi: 140 X/ menit Suhu: 37° C

13
- Respirasi: 55X/menit

- Badan bayi terdapat gelembung merah,dengan diameter 1-2


mm

- Gelembung merahnya bergerombol pada bagian punggung


dan dada

d. Terapi

Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan yaitu:

- Nadi : 140 x menit, Suhu: 37° C , Respirasi: 55X/menit dan


bayi ibu mengalami milliarisis rubra atau yang biasa disebut dengan
keringat buntet, ini disebabkan kerena penyumbatan keringt didalam
tubuh, ibu tidak perlu kawatir karna bayinya dalam keadaaan baik

- Memberitahu kepada ibu untuk menciptakan lingkungan pada


bayi dengan kelembaban yang cukup serta suhu yang sejuk dan
kering, misalnya bayi tinggal diruangan ber-AC atau didaerah yang
sejuk dan kering.

- Menganjurkan kepada ibu untuk menggunakan pakaian yang


menyerap keringat dan tidak terlalu sempit, seperti kain baju yang
terbuat dari bahan kapas asli, atau katun.

- Menganjurkan kepada ibu untuk segera mengganti pakaian


yang basah dan kotor, supaya badan bayi tetap terjaga kebersihanya.

- Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan kuku dan


tangan bayinya (kuku pendek dan bersih, sehingga tidak menggores
kulit saat menggaruk)

- Memiberikan bedak salicil 2% dan mentol 0,5% - 2%, untuk


menghilangkan rasa gatal dan pedih diberikan 3x/ hari sebelumnya
dibersihkan dahulu badan bayi.

14
- Menberi tahu ibu jadwal kunjungan ulang 3 hari dari sekarang,
atau jika ada keluhan lainya ibu segera datang ketenaga kesehatan.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari uraian diatas bisa disimpulkan bahwa:
a. Gumoh merupakan kondisi normal yang disebabkan
kerongkongan bayi belum berkembang sepenuhnya, serta
ukuran lambung yang masih sangat kecil.
b. Miliariasiasis adalah kelainan kulit yang timbul
akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar
keringat, yaitu di dahi, leher, bagian-bagian badan yang
tertutup pakaian (dada dan punggung), serta tempat yang
mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan dapat juga
dikepala. Keadaan ini biasanya di dahului oleh produksi
keringat yang berlebihan, dapat diikuti rasa gatal seperti
ditusuk, kulit menjadi kemerahan dan disertai banyak
gelembung kecil berair. (Arjatmo Tjoktronegoro dan
Hendra).

2. Saran

Untuk mengatasi hal-hal yang tidak diinginkan pada


neonatus dan bayi maka penulis menyarankan agar lebih
memperhatikan lagi pada bayinya baik dari segi makanan, istirahat
dan lain sebagainya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Https://www.alodokter.com/alasan-bayi-sering-gumoh-dan-cara-
mengatasinya

Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak.. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Sudarti, dan Fauziah, Afroh. 2012. Asuahan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan
Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sudarti 2012. Kelainan dan Penyakit Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta:
Nuha Medika.

http://mayasarimajang.wordpress.com/2011/04/14/milliariasis-pada-
bayi/Milliariasis

16

Anda mungkin juga menyukai