Pengertian Neonatus
Neonatus adalah bayi yang berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir.
Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari,
Dari pengertian tersebut disimpulkan bahwa neonatus adalah neonatus yang berumur 0-28
hari yang menyesuaikan diri dari kehidupan didalam uterus ke kehidupan diluar uterus agar
dapat hidup dengan baik.
9. Miliaris
Miliaris adalah dermatitis yang disebabkan oleh retensi keringat, penyumbatan pori
kelenjar dan biasanya timbul pada udara yang panas dan lembab. Penyebab miliaria
sendiri ialah udara yang panas dan lembab pada ruangan dengan ventilasi yang kurang
baik, menggunakan pakaian yang tebal dan ketat, serta aktivitas yang berlebihan pada
anak. Miliaria sendiri tidak memerlukan pengobatan khusus, cukup dengan merawat
kulit secara benar dan bersih. Jika biang keringat berupa gelembung kecil tanpa
kemerahan, bayi cukup diberi bedak segera setelah mandi. Untuk keluhan yang parah ,
gatal dan pedih , rewel, serta disertai luka dan lecet segera bawa ke fasilitas kesehatan.
10. Diare
Diare adalah bertambahnya frekuensi buang air besar, serta terjadi perubahan bentuk
dan konsistensi feses dari lembek hingga cair. Neonatus dikatakan diare jika frekuensi
buang air besar lebih dari 4 kali. Penyebab terjadinya diare pada neonatus yaitu karena
infeksi bakteri dan virus, alergi makanan khususnya susu, adanya kerusakan usus yang
disebabkan oleh virus yang disebut dengan enterovirus, efek samping penggunaan obat
oral yang paling sering karena antibiotik. Diare dapat ditangani dengan cara pemberian
ASI saja tanpa obat jika tidak disertai dengan dehidrasi. Jika bayi mengalami diare
disertai muntah berikan cairan oralit untuk mempertahankan kadar garam dan cairan
tubuh sampai muntah berhenti. Jika bayi mengalami diare berat dengan gejala defekasi
yang cair setiap satu atau dua jam disertai dehidrasi segera bawa ke fasilitas kesehatan.
11. Obstipasi
Obstipasi yaitu sulit BUANG AIR BESAR (BAB)
Obstipasi adalah konstipasi hebat yang tidak terobati. Obstipasi berasal dari
bahasa Latin Ob berarti in the way (perjalanan) Stipare berarti to compress
(menekan). Secara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi parah dimana
biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya
obstruksi usus).
GEJALA
a. Gejala obstipasi berupa pengeluaran feses yang keras dalam jangka waktu tiap
3-5 hari
b. kadang disertai adanya perasaan perut penuh akibat adanya feses atau gas
dalam perut.
c. Tinja yang dikeluarkan terlihat keras
d. Kering dan berbentuk bulatan kecil
e. Ada darah pada tinja
f. Bayi rewel dan mengerang kesakitan
g. Penurunan nafsu makan pada bayi
PENYEBAB
a. Obstipasi akibat obstruksi dari intralumen usus meliputi akibat adanya kanker
dalam dinding usus.
b. Obstipasi akibat obstruksi dari ekstralumen usus, biasanya akibat penekanan
usus oleh massa intraabdomen misalnya adanya tumor dalam abdomen yang
menekan rectum.
c. Ada kelainan dalam sistem metabolisme tubuh yang disebabkan oleh
- Kelainan pada persarafan segmen usus yaitu hiscprung
- Gangguan persarafan usus besar paling bawah
- Gangguan perkembangan neurologis
- Kelainan sistem endokrin
12. INFEKSI
Sepsis neonatorum adalah infeksi darah yang terjadi pada bayi yang
baru lahir. Infeksi ini bisa menyebabkan kerusakan di berbagai organ
tubuh bayi. WHO memperkirakan terdapat sekitar 3 juta bayi di
seluruh dunia meninggal karena sepsis neonatorum setiap
tahunnya. Sepsis neonatorum umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri.
Namun, pada kasus tertentu, sepsis neonatorum juga dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan jamur. Apabila tidak diobati, penyakit infeksi ini bisa
menyebabkan kecacatan hingga kematian pada bayi.
GEJALA
Gejala sepsis pada bayi cenderung tidak spesifik. Hal ini menyebabkan bayi yang
terkena sepsis sering dikira mengalami gangguan lain, seperti pneumonia atau
pendarahan otak.
Ketika terkena sepsis neonatorum, bayi dapat mengalami beberapa tanda
dan gejala berikut ini:
• Suhu tubuh menurun atau meningkat (demam)
• Bayi tampak kuning
• Muntah-muntah
• Lemas dan kurang responsif
• Kurang mau menyusui
• diare
• Perut membengkak
• Detak jantung menjadi cepat atau lambat
• Kejang-kejang
• Kulit pucat atau kebiruan
• Sesak napas
• Gula darah rendah
PENYEBAB
Berdasarkan waktu terinfeksinya, sepsis neonatorum pada bayi terbagi menjadi
dua, yaitu:
a. Infeksi terjadi saat persalinan (early onset)
Sepsis neonatorum yang terjadi setelah persalinan disebabkan oleh
infeksi bakteri yang berasal dari tubuh ibu, seperti Group B
Streptococcus (GBS), E.coli, dan Staphylococcus. Infeksi ini dapat
terjadi dalam waktu singkat, yaitu 24–72 jam setelah persalinan. Selain
bakteri, virus herpes simpleks (HSV) atau virus lainnya juga bisa
menyebabkan infeksi parah pada bayi yang baru lahir. Risiko sepsis
neonatorum jenis ini lebih tinggi jika Si Kecil lahir prematur, infeksi
plasenta dan air ketuban, serta lahir dari ibu yang mengalami ketuban
pecah dinilebih dari 18 jam sebelum persalinan.
b. Infeksi terjadi setelah persalinan (late onset)
Terjadi dalam jangka waktu 4–90 hari setelah bayi lahir. Kuman
penyebab infeksi ini sering kali berasal dari lingkungan,
misalnya Staphylococcus aureus, Klebsiella, dan Pseudomonas.
Selain bakteri, jamur Candida juga dapat menyebabkan sepsis pada
bayi. Risiko terjangkit sepsis neonatorum tipe ini akan meningkat
apabila Si Kecil menginap di rumah sakit dalam jangka waktu yang
panjang, terlahir prematur, atau terlahir dengan berat badan rendah
PENANGANAN
Bila bayi menderita sepsis neonatorum, pengobatan harus dimulai secepat
mungkin. Bayi dengan sepsis neonatorum perlu mendapat perawatan dan
evaluasi ketat di rumah sakit. Tak jarang, bayi yang terkena sepsis neonatorum
perlu menjalani perawatan di ruang ICU bayi atau NICU. Selama dirawat di
rumah sakit, bayi yang terkena sepsis neonatorum akan diberikan antibiotik dan
dipantau ketat oleh dokter. Pemberian antibiotik dapat dilakukan selama 7–10
hari, jika tidak ditemukan pertumbuhan kuman pada pemeriksaan kultur darah
atau cairan otak. Jika ditemukan bakteri dalam pemeriksaan oleh dokter anak,
antibiotik dapat diberikan hingga 3 minggu. Sementara itu, jika sepsis
neonatorum disebabkan oleh virus HSV, bayi akan diberi obat antivirus acyclovir.
Selain diberi obat-obatan, dokter juga akan memantau tanda-tanda vital dan
tekanan darah bayi, serta melakukan pemeriksaan darah lengkap. Jika suhu
tubuh bayi tidak stabil, ia bisa dimasukkan ke dalam inkubator.
FAKTOR RISIKO
Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan risiko bayi Anda mengalami
sindrom kematian bayi mendadak. Berikut adalah faktor risiko dari SIDS
pada bayi.
• Bayi tidur miring atau tengkurap yang diketahui lebih mungkin
mengalami kesulitan bernapas daripada yang tidur telentang.
• Tidur telungkup di atas permukaan yang empuk, seperti selimut atau
kasur.
• Tidur ditutupi dengan terlalu banyak selimut sehingga membuat bayi
kepanasan atau selimut yang menutupi wajah dan kepalanya.
• Mendapat paparan asap rokok atau tinggal bersama dengan perokok.
• Bayi yang lahir prematur, berat badan lahir yang rendah, dan kelahiran
bayi kembar.
• Bayi yang lahir dari ibu yang masih sangat muda (di bawah 20 tahun),
merokok, minum alkohol, atau mengonsumsi sembarang obat selama
kehamilan, atau yang tidak mendapat perawatan prenatal secara memadai.
MENCEGAH
Tak ada cara yang pasti dapat mencegah sindrom kematian bayi
mendadak. Namun, beberapa hal berikut bisa Anda lakukan untuk
mengurangi faktor risikonya.
• Letakkan bayi tidur pada posisi telentang, bukan tengkurap maupun
miring, terutama pada bayi di bawah usia 1 tahun. Namun, hal ini tidak
perlu dilakukan bila bayi Anda sudah dapat bangun atau berguling
dengan sendirinya tanpa bantuan.
• Bayi berusia 6 bulan ke bawah boleh tidur di satu kamar dengan
orangtua, tetapi harus menggunakan kasur yang terpisah atau tidur
di boks bayi yang aman untuknya.
• Aturlah agar tempat tidur bayi selapang mungkin. Jangan meninggalkan
bantal, mainan berbulu, atau boneka di dalam boks bayi Anda. Benda-
benda tersebut dapat mengganggu pernapasan bayi jika wajahnya
menghadap benda-benda tersebut.
• Gunakan kasur yang padat dan hindari menempatkan bayi Anda pada
alas tempat tidur yang tebal dan berbulu, seperti selimut yang tebal.
• Jangan membuat bayi kepanasan, seperti tidak menyelimuti bayi dengan
selimut yang tebal atau berlapis. Agar bayi tetap hangat saat tidur, lebih
baik gunakan baju yang dapat menutupi tubuhnya hingga kaki daripada
selimut.
• Menyusui bayi hingga usia 6 bulan (ASI eksklusif) dapat menurunkan
risiko SIDS pada bayi.
• Jauhkan bayi dari paparan asap rokok dan tidak merokok selama
kehamilan.
MATERI 2
1. Caput succedaneum
Trauma pada bayi yang menyebabkan cedera pada fisik adalah caput
succedaneum. Bayi yang mengalami gangguan ini disebabkan adanya
pembengkakan pada kulit kepala, umumnya selama atau segera setelah
dilahirkan. Faktor risiko ini meningkat disebabkan tekanan dari rahim sang ibu
atau dinding vagina selama terjadinya persalinan. Gangguan trauma bayi ini
lebih mungkin terjadi apabila persalinan terjadi dalam waktu yang lama dan
sulit dilakukan. Apalagi ketika kantung ketuban pecah dan kepala bayi tidak
terlindungi saat melewati jalan lahir. Penggunaan perangkat vakum selama
persalinan yang terlalu lama membuat bayi mengidap gangguan caput
succedaneum ini. Memang trauma pada bayi yang baru dilahirkan dapat
mengkhawatirkan.
2. Cephalhematoma
Cephalohematoma juga termasuk trauma pada bayi yang terjadi saat
persalinan. Gangguan ini terjadi disebabkan akumulasi darah di bawah
periosteum, yaitu selaput pelindung yang menutupi tengkorak bayi. Gejala dari
gangguan ini seperti benjolan di kepala bayi yang timbul beberapa jam setelah
melahirkan. Benjolan tersebut terasa lunak dan dapat tumbuh lebih besar
beberapa jam setelahnya.
Walau begitu, kebanyakan kasus dari cephalohematoma tidak membutuhkan
perhatian medis khusus dan dapat menghilang setelah beberapa minggu.
Pasalnya, tubuh akan menyerap kembali darah lebih tersebut. Namun,
beberapa kasus dapat menyebabkan penyakit kuning jika ukurannya terlalu
besar dan terlalu banyak sel darah merah yang rusak di kepala.
ETIOLOGI
• Tekanan pada bahu oleh simphisis pubis selama proses melahirkan.
• Kecelakaan
• Kompresi pada bahu dalam jangka waktu lama
• Proses patologik
FAKTOR
• Bayi yang berukuran besar
• Distosia bahu
• Partus dengan letak sungsang
• Persalinan traumatic
Menurut Neer secara umum fraktur klavikula diklasifikasikan menjadi 3 tipe yaitu:
• Tipe I : Fraktur pada bagian tengah clavicula. Lokasi yang paling sering terjadi fraktur.
• Tipe II : Fraktur pada bagian distal clavicula. Lokasi tersering kedua mengalami fraktur
setelah midclavicula.
• Tipe III : Fraktur pada bagian proksimal clavicula. Fraktur yang paling jarang terjadi dari
semua jenis fraktur clavicula, insidensnya hanya sekitar 5%
PENATALAKSANAAN
• Bayi jangan banyak digerakkan
• Immobilisasi lengan dan bahu pada sisi yang sakit dan abduksi lengan dalam
stanhoera menopang bahu belakang dengan memasang ransel verband
• Rawat bayi dengan hati-hati
• Nutrisi yang adekuat (pemberian asi yang adekuat dengan cara mengajarkan
pada ibu agar pemberian asi dengan posisi tidur, dengan sendok atau pipet)
• Rujuk bayi kerumah sakit
• Umumnya 7-10 hari sakit berkurang, pembentukan kalus bertambah beberapa
bulan (6-8 minggu) terbentuk tulang normal.
FRAKTUR HUMERUS
DEFINISI
Fraktur humerus adalah Kelainan yang terjadi pada kesalahan teknik dalam melahirkan
lengan pada presentasi puncak kepala atau letak sungsang dengan lengan membumbung ke
atas. Pada keadaan ini biasanya sisi yang terkena tidak dapat digerakkan dan refleks Moro
pada sisi tersebut menghilang.
Fraktur tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan
menjungkit ke atas. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan penyebab
terjadinya tulang humerus yang fraktur. Pada kelahiran presentasi kepala dapat pula
ditemukan fraktur ini, jika ditemukan ada tekanan keras dan langsung pada tulang humerus
oleh tulang pelvis. Jenis frakturnya berupa greenstick atau fraktur total.
PENYEBAB
Fraktur tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan
menjungkit ke atas. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan penyebab
terjadinya tulang humerus yang fraktur. Pada kelahiran presentasi kepala dapat pula
ditemukan fraktur ini, jika ditemukan ada tekanan keras dan langsung pada tulang humerus
oleh tulang pelvis. Jenis frakturnya berupa greenstick atau fraktur total.
PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekekuatan dan gaya pegas untuk menahan
tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar
dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan
pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus
tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di
rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah.
Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai
dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian
inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya.
GEJALA
• Berkurangnya gerakan tangan yang sakit
• Refleks moro asimetris
• Terabanya deformitas dan krepotasi di daerah fraktur disertai rasa sakit
• Terjadinya tangisan bayi pada gerakan pasif
Letak fraktur umumnya di daerah diafisi. Diagnosa pasti ditegakkan dengan pemeriksaan
radiologik.
GEJALA KLINIS
• Diketahui beberapa hari kemudian dengan ditemukan adanya gerakan kaki yang berkurang
dan asimetris.
• Adanya gerakan asimetris serta ditemukannya deformitas dan krepitasi pada tulang femur. •
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan radiologik.
g. Penanganan
• Imobilisasi lengan pada sisi bayi dengan siku fleksi 90 derajat selama 10 sampai 14 hari
serta control nyeri.
• Daya penyembuhan fraktur tulang bagi yang berupa fraktur tulang tumpang tindih ringan
dengan deformitas, umumnya akan baik.
• Dalam masa pertumbuhan dan pembentukkan tulang pada bayi, maka tulang yang fraktur
tersebut akan tumbuh dan akhirnya mempunyai bentuk panjang yang normal
DAFTAR PUSTAKA
Budhi subekti, N. (2007). Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir : Panduan untuk
Dokter, Perawat, & Bidan (E. Karyuni & E. Meilya, Eds.). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Kritiyanasari Weni. S. Kep. Ns. Kelainan Dan Penyakit Pada Bayi Dan Anak. Yogyakarta: Nuha
Medika; 2010. H.
Lumsden, Hilary. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Yang Baru Lahir. Yogyakarta: Penerbit
Pustaka Pelajar. 2012.