Anda di halaman 1dari 12

A.

Pengertian Neonatus
Neonatus adalah bayi yang berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir.
Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari,
Dari pengertian tersebut disimpulkan bahwa neonatus adalah neonatus yang berumur 0-28
hari yang menyesuaikan diri dari kehidupan didalam uterus ke kehidupan diluar uterus agar
dapat hidup dengan baik.

B. Masalah pada neonatus dan bayi


1. Bercak mongol
Bercak mongol adalah bercak keunguan, biru kehijauan, atau biru
kehitaman seperti memar yang tampak di kulit pada saat lahir atau segera setelah lahir.
Bercak mongol akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa tahun pertama sehingga
tidak perlu dilakukan pengobatan. Penatalaksanaan yang bisa diberikan oleh bidan yatu
memberikan konseling kepada orang tua bahwa bercak mongol ini tidak berbahaya dan
akan menghilang serta tidak membutuhkan perawatan khusus.
2. Hemangioma
Hemangioma adalah proliferasi dari pembuluh darah yang tidak normal dan dapat
terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah. Hemangioma umumnya tidak memerlukan
penanganan khusus, karena akan menghilang beberapa bulan setelah lahir. Namun, jika
hemangioma menyebabkan gangguan penglihatan atau gangguan napas dapat dilakukan
terapi laser, pemberian terapi obat seperti glukokortikosteroid, serta dapat dilakukan
pembedahan.
3. Ikterik
Ikterus adalah warna kuning yang timbul pada kulit, konjungtiva, dan mukosa yang
terjadi karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus fisiologis yaitu ikterus
yang timbul pada hari ke-2 dan ke-3 serta tidak mempunyai dasar patologis atau tidak
mempunyai potensi menjadi kern iketrus. Tanda-tanda ikterus fisiologis yaitu :
a. Timbul pada hari ke-2 dan ke-3 stelah lahir
b. Kadar bilirubin tidak >10 mg%
c. Kecepatan peningkatan bilirubin langsung < 1 mg% 4) Ikterus akan hilang pada 10
hari pertama
Penatalaksanaan :
a. Lakukan perawatan seperti neonatus normal
b. Beri ASI yang adekuat kepada bayi
c. Anjurkan ubu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi
protein dan mineral.
d. Anjurkan agar bayi dijemur di bawah sinar matahari pagi antara pukul
7-8 pagi selama 30-60 menit dan lepas pakaian bayi. Posisikan bayi telentang
kemudian telungkup sehingga seluruh kulit bayi terpapar sinar matahari.
1. Muntah dan Gumoh
Bayi dalam keadaan kenyang sering mengeluarkan kembali ASI yang sudah tertelan, jika
volumenya kurang dari 10 cc disebut gumoh. Namun, jika yang keluar lebih dari 10 cc
disebut dengan bayi muntah. Untuk mencegah bayi gumoh ataupun muntah sebaiknya
sendawakan bayi setelah menyusu, dengan menepuk-nepuk lembut punggung bayi
secara berulang dengan posisi dagu bayi berada pada bahu ibu dan pegang kepala bayi
dengan satu tangan.
2. Oral trush
Oral trush adalah kandidiasis selaput, lender mulut, biasanya mukosa lidah, dan kadang-
kadang palatum, gusi serta lantai mulut. Tanda dan gejala oral trush ialah tampak bercak
keputihan pada mulut, seperti bekas susu yang dapat dikelupas, bila dihilangkan akan
berdarah. Pencegahan yang bisa dilakukan yaitu selalu membersihkan putting susu
sebelum menyusui bayi serta menjaga kebersihan mulut bayi. Untuk
penatalaksanaannya yaitu diberikan obat anti jamur seperti miconazol dan nystatin.
3. Diaper rush
Diaper rush atau ruam popok merupakan kemerahan atau radang pada kulit bayi di
daerah yang terutup popok karena lembabnya daerah tersebut oleh urine atau feses.
Pencegahan yang dapat dilakukan ialah jika popok sudah terasa penuh segera ganti
dengan yang baru, jangan terlalu sering menggunakan diaper, serta bersihkan bayi
menggunakan sabun setelah dan sebelum mengganti diaper pada bayi. Untuk
penatalaksanaannya ialah jaga daerah yang terkena diaper rush tetap kering dan biarkan
dalam keadaan terbuka, segera bersihkan bila bayi kencing atau berak, serta bersihkan
bagian kulit yang terkena iritasi menggunakan kapas yang mengandung minyak.
4. Seborrhea
Seborrhea atau cradle cap (penyakit kulit seboroik) adalah sisik yang berlemak dan
eritema pada daerah yang memiliki banyak kelenjar sebasea. Umumnya kondisi ini
terdapat di kepala dan kadang di lipatan kulit. Seborrhea tidak berbahaya dan hilang
pada sebagian besar anak pada usia 6 bulan (Saputra, 2014). Penatalaksanaan yang bisa
dilakukan yaitu keramas dengan teratur menggunakan sampo yang mengandung
selenium, kerak kemungkinan hilang dengan sisir halus.
5. Bisulan
Bisul pada bayi bisa disebabkan oleh banyak hal, tapipaling sering
disebabkan oleh infeksi bakteri pada kulitnya. Bisul kecil biasanya
dapat sembuh sendiri. Namun, jika bisul pada bayi disertai
keluhan lain, sebaiknya segera diperiksakan ke dokter, karena bisa
jadi disebabkan oleh kondisi yang serius.
Bisul pada bayi ditandai dengan munculnya benjolan di kulit yang berisi
nanah. Bisul biasanya muncul di area yang berambut, mudah berkeringat,
dan sering mengalami gesekan. Lokasi tubuh bayi yang sering ditumbuhi
bisul adalah wajah, leher, ketiak, paha, selangkangan, dan bokong

PENYEBAB DAN CARA MENGATASI


Bisul yang muncul di kulit bayi paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri,
seperti bakteri Staphylococcus. Bakteri ini dapat masuk ke dalam kulit bayi
melalui celah kulit yang tergores atau luka. Ketika masuk ke dalam tubuh, bakteri
tersebut kemudian akan dilawan oleh sel-sel darah putih. Kumpulan sel-sel darah
putih, sel dan jaringan kulit mati, serta bakteri yang telah mati kemudian akan
menghasilkan nanah dan membentuk bisul pada bayi. Berikut ini adalah
beberapa kondisi atau penyakit yang dapat menyebabkan infeksi bakteri
pada kulit bayi, lalu berkembang menjadi bisul:
• infeksi folikel rambut
• luka kulit bayi
• impetigo
• staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS)

6. Miliaris
Miliaris adalah dermatitis yang disebabkan oleh retensi keringat, penyumbatan pori
kelenjar dan biasanya timbul pada udara yang panas dan lembab. Penyebab miliaria
sendiri ialah udara yang panas dan lembab pada ruangan dengan ventilasi yang kurang
baik, menggunakan pakaian yang tebal dan ketat, serta aktivitas yang berlebihan pada
anak. Miliaria sendiri tidak memerlukan pengobatan khusus, cukup dengan merawat
kulit secara benar dan bersih. Jika biang keringat berupa gelembung kecil tanpa
kemerahan, bayi cukup diberi bedak segera setelah mandi. Untuk keluhan yang parah ,
gatal dan pedih , rewel, serta disertai luka dan lecet segera bawa ke fasilitas kesehatan.
7. Diare
Diare adalah bertambahnya frekuensi buang air besar, serta terjadi perubahan bentuk
dan konsistensi feses dari lembek hingga cair. Neonatus dikatakan diare jika frekuensi
buang air besar lebih dari 4 kali. Penyebab terjadinya diare pada neonatus yaitu karena
infeksi bakteri dan virus, alergi makanan khususnya susu, adanya kerusakan usus yang
disebabkan oleh virus yang disebut dengan enterovirus, efek samping penggunaan obat
oral yang paling sering karena antibiotik. Diare dapat ditangani dengan cara pemberian
ASI saja tanpa obat jika tidak disertai dengan dehidrasi. Jika bayi mengalami diare
disertai muntah berikan cairan oralit untuk mempertahankan kadar garam dan cairan
tubuh sampai muntah berhenti. Jika bayi mengalami diare berat dengan gejala defekasi
yang cair setiap satu atau dua jam disertai dehidrasi segera bawa ke fasilitas kesehatan.
8. Obstipasi
Obstipasi yaitu sulit BUANG AIR BESAR (BAB)
Obstipasi adalah konstipasi hebat yang tidak terobati. Obstipasi berasal dari
bahasa Latin Ob berarti in the way (perjalanan) Stipare berarti to compress
(menekan). Secara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi parah dimana
biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya
obstruksi usus).
GEJALA
a. Gejala obstipasi berupa pengeluaran feses yang keras dalam jangka waktu tiap
3-5 hari
b. kadang disertai adanya perasaan perut penuh akibat adanya feses atau gas
dalam perut.
c. Tinja yang dikeluarkan terlihat keras
d. Kering dan berbentuk bulatan kecil
e. Ada darah pada tinja
f. Bayi rewel dan mengerang kesakitan
g. Penurunan nafsu makan pada bayi

PENYEBAB
a. Obstipasi akibat obstruksi dari intralumen usus meliputi akibat adanya kanker
dalam dinding usus.
b. Obstipasi akibat obstruksi dari ekstralumen usus, biasanya akibat penekanan
usus oleh massa intraabdomen misalnya adanya tumor dalam abdomen yang
menekan rectum.
c. Ada kelainan dalam sistem metabolisme tubuh yang disebabkan oleh
- Kelainan pada persarafan segmen usus yaitu hiscprung
- Gangguan persarafan usus besar paling bawah
-  Gangguan perkembangan neurologis
- Kelainan sistem endokrin

JENIS JENIS OBSTIPASI


Obstipasi ada dua macam :
• Obstipasi obstruksi total
Memiliki ciri tidak keluarnya feses atau flatus dan pada pemeriksaan colok dubur
didapatkan rectum yang kosong, kecuali jika obstruksi terdapat pada rectum.
•Obstipasi obstruksi parsial.
Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama beberapa hari tetapi
kemudian dapat mengeluarkan feses disertai gas. Keadaan obstruksi parsial
kurang darurat daripada obstruksi totalis.

1. INFEKSI
Sepsis neonatorum adalah infeksi darah yang terjadi pada bayi yang
baru lahir. Infeksi ini bisa menyebabkan kerusakan di berbagai organ
tubuh bayi. WHO memperkirakan terdapat sekitar 3 juta bayi di
seluruh dunia meninggal karena sepsis neonatorum setiap
tahunnya. Sepsis neonatorum umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri.
Namun, pada kasus tertentu, sepsis neonatorum juga dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan jamur. Apabila tidak diobati, penyakit infeksi ini bisa
menyebabkan kecacatan hingga kematian pada bayi.

GEJALA
Gejala sepsis pada bayi cenderung tidak spesifik. Hal ini menyebabkan bayi yang
terkena sepsis sering dikira mengalami gangguan lain, seperti pneumonia atau
pendarahan otak.
Ketika terkena sepsis neonatorum, bayi dapat mengalami beberapa tanda
dan gejala berikut ini:
• Suhu tubuh menurun atau meningkat (demam)
• Bayi tampak kuning
• Muntah-muntah
• Lemas dan kurang responsif
• Kurang mau menyusui
• diare
• Perut membengkak
• Detak jantung menjadi cepat atau lambat
• Kejang-kejang
• Kulit pucat atau kebiruan
• Sesak napas
• Gula darah rendah

PENYEBAB
Berdasarkan waktu terinfeksinya, sepsis neonatorum pada bayi terbagi menjadi
dua, yaitu:

a. Infeksi terjadi saat persalinan (early onset)


Sepsis neonatorum yang terjadi setelah persalinan disebabkan oleh
infeksi bakteri yang berasal dari tubuh ibu, seperti Group B
Streptococcus (GBS), E.coli, dan Staphylococcus. Infeksi ini dapat
terjadi dalam waktu singkat, yaitu 24–72 jam setelah persalinan. Selain
bakteri, virus herpes simpleks (HSV) atau virus lainnya juga bisa
menyebabkan infeksi parah pada bayi yang baru lahir. Risiko sepsis
neonatorum jenis ini lebih tinggi jika Si Kecil lahir prematur, infeksi
plasenta dan air ketuban, serta lahir dari ibu yang mengalami ketuban
pecah dinilebih dari 18 jam sebelum persalinan.

b. Infeksi terjadi setelah persalinan (late onset)


Terjadi dalam jangka waktu 4–90 hari setelah bayi lahir. Kuman
penyebab infeksi ini sering kali berasal dari lingkungan,
misalnya Staphylococcus aureus, Klebsiella, dan Pseudomonas.
Selain bakteri, jamur Candida juga dapat menyebabkan sepsis pada
bayi. Risiko terjangkit sepsis neonatorum tipe ini akan meningkat
apabila Si Kecil menginap di rumah sakit dalam jangka waktu yang
panjang, terlahir prematur, atau terlahir dengan berat badan rendah

PENANGANAN
Bila bayi menderita sepsis neonatorum, pengobatan harus dimulai secepat
mungkin. Bayi dengan sepsis neonatorum perlu mendapat perawatan dan
evaluasi ketat di rumah sakit. Tak jarang, bayi yang terkena sepsis neonatorum
perlu menjalani perawatan di ruang ICU bayi atau NICU. Selama dirawat di
rumah sakit, bayi yang terkena sepsis neonatorum akan diberikan antibiotik dan
dipantau ketat oleh dokter. Pemberian antibiotik dapat dilakukan selama 7–10
hari, jika tidak ditemukan pertumbuhan kuman pada pemeriksaan kultur darah
atau cairan otak. Jika ditemukan bakteri dalam pemeriksaan oleh dokter anak,
antibiotik dapat diberikan hingga 3 minggu. Sementara itu,  jika sepsis
neonatorum disebabkan oleh virus HSV, bayi akan diberi obat antivirus acyclovir.
Selain diberi obat-obatan, dokter juga akan memantau tanda-tanda vital dan
tekanan darah bayi, serta melakukan pemeriksaan darah lengkap. Jika suhu
tubuh bayi tidak stabil, ia bisa dimasukkan ke dalam inkubator.

1. BAYI MENINGGAL MENDADAK


Sindrom kematian bayi mendadak atau sudden infant death syndrome
(SIDS) adalah kematian pada bayi yang tiba-tiba dan tidak dapat
dijelaskan. Sindrom ini terjadi pada bayi berusia di bawah 1 tahun yang
tampak sehat. Biasanya, kematian mendadak ini terjadi saat bayi sedang
tidur, meski juga bisa dialami saat ia terjaga. Itulah mengapa SIDS
terkadang disebut dengan crib death atau cot death yang berarti kematian
di boks bayi atau ranjang. Meski tampak mengkhawatirkan, faktanya, SIDS
termasuk kondisi yang jarang terjadi. Sebagian besar kasusnya terjadi pada
3 bulan pertama kehidupan bayi. Sindrom ini pun lebih banyak terjadi
pada bayi laki-laki dibandingkan bayi perempuan. Meski sulit dicegah,
Anda dapat menerapkan beberapa cara untuk mengurangi faktor risiko
yang ada. Diskusikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.

TANDA DAN GEJALA


Sindrom kematian bayi mendadak tidak memiliki gejala atau tanda-tanda
tertentu sebelumnya. Berbagai studi pun tidak menunjukkan adanya
penderitaan pada bayi saat-saat sebelum kematian mendadak terjadi. Bayi
tidak terlihat menderita atau sakit dan juga tidak menangis. Sesuai
namanya, kondisi ini terjadi secara tiba-tiba tanpa tanda tertentu yang
biasanya saat tidur siang atau malam hari. Meski begitu, melansir NHS,
Anda sebaiknya segera mencari pertolongan medis jika ada gejala tertentu
pada bayi mengkhawatirkan, seperti berikut.
• Berhenti bernapas atau berubah menjadi biru.
• Bayi kesulitan untuk bernafas.
• Tidak sadar atau tampak tidak menyadari apa yang terjadi.
• Tidak bangun dari tidurnya.
• Kejang pada bayi untuk pertama kalinya, meski tampak pulih setelahnya

PENYEBAB
Penyebab sindrom kematian bayi mendadak tidak diketahui pasti. Namun,
para ahli meyakini sindrom ini terjadi karena kombinasi dari faktor fisik
bayi dan lingkungan. Beberapa bayi disebut memiliki kondisi fisik yang
lebih rentan terhadap tekanan tertentu dari lingkungan. Biasanya,
kerentanan ini terjadi pada bayi yang lahir prematur, memiliki berat badan
lahir rendah, cacat lahir, dan sebab lain yang belum teridentifikasi. Bayi-
bayi dengan kondisi tersebut lebih mungkin memiliki otak yang belum
matang sepenuhnya. Ini terutama pada bagian otak yang mengontrol
pernapasan, detak jantung, dan bangun dari tidur. Bayi-bayi tersebut
disebut lebih rentan terhadap asap tembakau, gangguan pernapasan,
hingga penyakit-penyakit lainnya yang sering kali menimbulkan masalah
kesehatan. Selain hal tersebut, kepanasan dan posisi tidur bayi yang
menghambat jalan napas juga bisa menjadi penyebab SIDS. Ini juga lebih
rentan terjadi pada bayi yang memiliki kondisi-kondisi medis di atas.

FAKTOR RISIKO
Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan risiko bayi Anda mengalami
sindrom kematian bayi mendadak. Berikut adalah faktor risiko dari SIDS
pada bayi.
• Bayi tidur miring atau tengkurap yang diketahui lebih mungkin
mengalami kesulitan bernapas daripada yang tidur telentang.
• Tidur telungkup di atas permukaan yang empuk, seperti selimut atau
kasur.
• Tidur ditutupi dengan terlalu banyak selimut sehingga membuat bayi
kepanasan atau selimut yang menutupi wajah dan kepalanya.
• Mendapat paparan asap rokok atau tinggal bersama dengan perokok.
• Bayi yang lahir prematur, berat badan lahir yang rendah, dan kelahiran
bayi kembar.
• Bayi yang lahir dari ibu yang masih sangat muda (di bawah 20 tahun),
merokok, minum alkohol, atau mengonsumsi sembarang obat selama
kehamilan, atau yang tidak mendapat perawatan prenatal secara memadai.
MENCEGAH
Tak ada cara yang pasti dapat mencegah sindrom kematian bayi
mendadak. Namun, beberapa hal berikut bisa Anda lakukan untuk
mengurangi faktor risikonya.
• Letakkan bayi tidur pada posisi telentang, bukan tengkurap maupun
miring, terutama pada bayi di bawah usia 1 tahun. Namun, hal ini tidak
perlu dilakukan bila bayi Anda sudah dapat bangun atau berguling
dengan sendirinya tanpa bantuan.
• Bayi berusia 6 bulan ke bawah boleh tidur di satu kamar dengan
orangtua, tetapi harus menggunakan kasur yang terpisah atau tidur
di boks bayi yang aman untuknya.
• Aturlah agar tempat tidur bayi selapang mungkin. Jangan meninggalkan
bantal, mainan berbulu, atau boneka di dalam boks bayi Anda. Benda-
benda tersebut dapat mengganggu pernapasan bayi jika wajahnya
menghadap benda-benda tersebut.
• Gunakan kasur yang padat dan hindari menempatkan bayi Anda pada
alas tempat tidur yang tebal dan berbulu, seperti selimut yang tebal.
• Jangan membuat bayi kepanasan, seperti tidak menyelimuti bayi dengan
selimut yang tebal atau berlapis. Agar bayi tetap hangat saat tidur, lebih
baik gunakan baju yang dapat menutupi tubuhnya hingga kaki daripada
selimut.
• Menyusui bayi hingga usia 6 bulan (ASI eksklusif) dapat menurunkan
risiko SIDS pada bayi.
• Jauhkan bayi dari paparan asap rokok dan tidak merokok selama
kehamilan.

MATERI 2
1. Caput succedaneum
Trauma pada bayi yang menyebabkan cedera pada fisik adalah caput succedaneum.
Bayi yang mengalami gangguan ini disebabkan adanya pembengkakan pada kulit
kepala, umumnya selama atau segera setelah dilahirkan. Faktor risiko ini meningkat
disebabkan tekanan dari rahim sang ibu atau dinding vagina selama terjadinya
persalinan. Gangguan trauma bayi ini lebih mungkin terjadi apabila persalinan terjadi
dalam waktu yang lama dan sulit dilakukan. Apalagi ketika kantung ketuban pecah
dan kepala bayi tidak terlindungi saat melewati jalan lahir. Penggunaan perangkat
vakum selama persalinan yang terlalu lama membuat bayi mengidap gangguan caput
succedaneum ini. Memang trauma pada bayi yang baru dilahirkan dapat
mengkhawatirkan.

2. Cephalhematoma
Cephalohematoma juga termasuk trauma pada bayi yang terjadi saat persalinan.
Gangguan ini terjadi disebabkan akumulasi darah di bawah periosteum, yaitu selaput
pelindung yang menutupi tengkorak bayi. Gejala dari gangguan ini seperti benjolan di
kepala bayi yang timbul beberapa jam setelah melahirkan. Benjolan tersebut terasa
lunak dan dapat tumbuh lebih besar beberapa jam setelahnya.

Walau begitu, kebanyakan kasus dari cephalohematoma tidak membutuhkan


perhatian medis khusus dan dapat menghilang setelah beberapa minggu. Pasalnya,
tubuh akan menyerap kembali darah lebih tersebut. Namun, beberapa kasus dapat
menyebabkan penyakit kuning jika ukurannya terlalu besar dan terlalu banyak sel
darah merah yang rusak di kepala.

3. Trauma pada flexus brachiaalis


Brachial plexus palsy terjadi ketika saraf pleksus brakialis telah rusak.
Brachial plexus adalah satu set saraf yang mengendalikan otot-otot
lengan. Palsy berarti tidak bisa menggerakkan otot di suatu daerah
(kelumpuhan). Saraf ini lembut, bentuknya seperti tabung di dalam
tubuh. Saraf ini mengandung banyak serat kecil (filamen), seperti
kabel telepon atau kabel listrik tebal. Serat kecil ini membawa sinyal
dari otak untuk mengontrol otot. Saraf ini juga membawa sinyal dari
kulit ke otak. Inilah yang kita rasakan di kulit kita. Saraf pleksus
brakialis keluar dari sumsum tulang belakang di bawah tulang
selangka dan ke ketiak. Dari sana, saraf ini bercabang menjadi saraf
individu yang mengontrol otot-otot di bahu, siku, pergelangan
tangan dan tangan. Ketika saraf di pleksus brakialis rusak, sinyal tidak
dapat berjalan seperti biasa dari otak ke otot lengan. Jadi beberapa
atau semua otot lengan anak mungkin tidak lagi berfungsi. Jika saat
ini hanya mempengaruhi otot bahu dan siku, maka kondisi tersebut
merupakan disebut Erb palsy. Ketika kondisi saraf yang rusak
mempengaruhi semua otot-otot lengan, tangan dan pergelangan
tangan, ini dikenal sebagai total plexus palsy.

Brachial Plexus Palsy Pada Anak


Brachial plexus palsy biasanya terjadi karena cedera peregangan pada
kepala, leher, dan bahu anak. Ini dapat terjadi selama kelahiran,
terutama ketika proses kelahiran menjadi sulit atau kompleks.
Terkadang bahu seorang anak akan menempel di panggul ibu. Ini
dapat menyebabkan cedera peregangan saat anak dilahirkan.
Pada anak yang lebih besar, brachial plexus palsy dapat terjadi karena
cedera di mana leher dan bahu terentang. Banyak anak-anak dengan
brachial plexus palsy dapat sembuh sendiri. Tetapi jika kondisi tidak
sepenuhnya hilang dalam 1 bulan, biasanya memiliki efek yang
bertahan lama. Itu sebabnya rumah sakit menyarankan Anda untuk
mengamati anak 1 bulan setelah kelahiran atau cedera mereka jika
mereka belum sepenuhnya pulih. Jika pengobatan diperlukan,
penting untuk memulai lebih awal dan menjalani terapi
berkelanjutan. Terapi fisik dan okupasi dapat mengurangi masalah
dengan kekakuan atau masalah tulang lainnya yang dapat terjadi
akibat cedera. Beberapa anak perlu memakai splint untuk membantu
memposisikan sendi mereka saat saraf pulih. Beberapa memerlukan
operasi untuk memperbaiki saraf mereka.

4. Fraktur klavikula dan fraktur humerus


DEFINISI
Fraktur adalah retaknya tulang, biasanya disertai dengan cedera di jaringan sekitarnya. Klavikula
atau tulang selangka merupakan tulang panjang yang menghubungkan lengan atas pada batang
tubuh. Klavicula adalah tulang yang paling pertama mengalami pertumbuhan pada masa fetus

ETIOLOGI
• Tekanan pada bahu oleh simphisis pubis selama proses melahirkan.
• Kecelakaan
• Kompresi pada bahu dalam jangka waktu lama
• Proses patologik

FAKTOR
• Bayi yang berukuran besar
• Distosia bahu
• Partus dengan letak sungsang
• Persalinan traumatic

GEJALA FRAKTUR KLAVIKULA YANG DISEBABKAN OLEH TRAUMA JALAN LAHIR


• Bayi tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang terkena,
• Krepitasi dan ketidakteraturan tulang,
• Kadang-kadang disertai perubahan warna pada sisi fraktur,
• Tidak adanya refleks moro pada sisi yang terkena,
• Adanya spasme otot sternokleidomastoideus yang disertai dengan hilangnya depresi
supraklavikular pada daerah fraktur.
• Biasanya diikuti palsi lengan

Menurut Neer secara umum fraktur klavikula diklasifikasikan menjadi 3 tipe yaitu:
• Tipe I : Fraktur pada bagian tengah clavicula. Lokasi yang paling sering terjadi fraktur.
• Tipe II : Fraktur pada bagian distal clavicula. Lokasi tersering kedua mengalami fraktur setelah
midclavicula.
• Tipe III : Fraktur pada bagian proksimal clavicula. Fraktur yang paling jarang terjadi dari semua
jenis fraktur clavicula, insidensnya hanya sekitar 5%

PENATALAKSANAAN
• Bayi jangan banyak digerakkan
• Immobilisasi lengan dan bahu pada sisi yang sakit dan abduksi lengan dalam stanhoera
menopang bahu belakang dengan memasang ransel verband
• Rawat bayi dengan hati-hati
• Nutrisi yang adekuat (pemberian asi yang adekuat dengan cara mengajarkan pada ibu agar
pemberian asi dengan posisi tidur, dengan sendok atau pipet)
• Rujuk bayi kerumah sakit
• Umumnya 7-10 hari sakit berkurang, pembentukan kalus bertambah beberapa bulan (6-8
minggu) terbentuk tulang normal.

FRAKTUR HUMERUS

DEFINISI
Fraktur humerus adalah Kelainan yang terjadi pada kesalahan teknik dalam melahirkan lengan
pada presentasi puncak kepala atau letak sungsang dengan lengan membumbung ke atas. Pada
keadaan ini biasanya sisi yang terkena tidak dapat digerakkan dan refleks Moro pada sisi tersebut
menghilang.
Fraktur tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan
menjungkit ke atas. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan penyebab
terjadinya tulang humerus yang fraktur. Pada kelahiran presentasi kepala dapat pula ditemukan
fraktur ini, jika ditemukan ada tekanan keras dan langsung pada tulang humerus oleh tulang pelvis.
Jenis frakturnya berupa greenstick atau fraktur total.

Klasifikasi dari Fraktur Humerus


Fraktur atau patah tulang humerus terbagi atas :
a. Fraktur Suprakondilar humerus, ini terbagi atas:
• Jenis ekstensi yang terjadi karena trauma langsung pada humerus distal melalui benturan
pada siku dan lengan bawah pada posisi supinasidan lengan siku dalam posisi ekstensi
dengan tangan terfikasi
• Jenis fleksi pada anak biasanya terjadi akibat jatuh pada telapak tangan dengan tangan dan
lengan bawah dalam posisi pronasi dan siku dalam posisi sedikit fleksi.
b. Fraktur interkondiler humerus
Fraktur yang sering terjadi pada anak adalah fraktur kondiler lateralis dan fraktur kondiler
medialis humerus
c. Fraktur batang humerus
Fraktur ini disebabkan oleh trauma langsung yang mengakibatkan fraktur spiral (fraktur yang
arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi)
d. Fraktur kolum humerus
Fraktur ini dapat terjadi pada kolum antomikum (terletak di bawah kaput humeri) dan kolum
sirurgikum (terletak di bawah tuberkulum).

PENYEBAB
Fraktur tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan
menjungkit ke atas. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan penyebab
terjadinya tulang humerus yang fraktur. Pada kelahiran presentasi kepala dapat pula
ditemukan fraktur ini, jika ditemukan ada tekanan keras dan langsung pada tulang humerus
oleh tulang pelvis. Jenis frakturnya berupa greenstick atau fraktur total.

PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekekuatan dan gaya pegas untuk menahan
tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar
dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan
pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus
tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di
rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah.
Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai
dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian
inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya.

GEJALA
• Berkurangnya gerakan tangan yang sakit
• Refleks moro asimetris
• Terabanya deformitas dan krepotasi di daerah fraktur disertai rasa sakit
• Terjadinya tangisan bayi pada gerakan pasif
Letak fraktur umumnya di daerah diafisi. Diagnosa pasti ditegakkan dengan pemeriksaan
radiologik.

GEJALA KLINIS
• Diketahui beberapa hari kemudian dengan ditemukan adanya gerakan kaki yang berkurang
dan asimetris.
• Adanya gerakan asimetris serta ditemukannya deformitas dan krepitasi pada tulang femur. •
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan radiologik.
g. Penanganan
• Imobilisasi lengan pada sisi bayi dengan siku fleksi 90 derajat selama 10 sampai 14 hari
serta control nyeri.
• Daya penyembuhan fraktur tulang bagi yang berupa fraktur tulang tumpang tindih ringan
dengan deformitas, umumnya akan baik.
• Dalam masa pertumbuhan dan pembentukkan tulang pada bayi, maka tulang yang fraktur
tersebut akan tumbuh dan akhirnya mempunyai bentuk panjang yang normal

DAFTAR PUSTAKA
Budhi subekti, N. (2007). Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir : Panduan untuk
Dokter, Perawat, & Bidan (E. Karyuni & E. Meilya, Eds.). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Kritiyanasari Weni. S. Kep. Ns. Kelainan Dan Penyakit Pada Bayi Dan Anak. Yogyakarta: Nuha
Medika; 2010. H.

Lumsden, Hilary. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Yang Baru Lahir. Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Pelajar. 2012.

Anda mungkin juga menyukai