Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEBIDANAN

NIFAS DAN
MENYUSUI

Nama
Manisah
MASA NIFAS ?
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadan sebelum hamil. Masa nifas
atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah
itu.

JURNAL
1
FAKTOR RESIKO PENYEBAB PERDARAHAN POSTPARTUM
DI PUSKESMAS PAMOTAN KABUPATEN REMBANGAN
Nurul Ummah, Ngadiyono, Elisa Ulfiana
tahun 2018

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan dan


menganalisa faktor resiko penyebab perdarahan post partum.
dan tujuan khusus untuk mendiskripsikan dan menganalisa
faktor resiko dari umur, paritas, anemia, persalinan lama pada
kasus perdarahan post partum
penelitian ini merupakan jenis penelitian
analitik dengan pendekatan prospektif
kasus kontrol, pengumpulan data dengan METODE
menggunakan metode dokumentasi. PENELITIAN
responden 51 pasien mengalami
perdarahan post partum dan 51 pasien
pasien bersalin yang tidak mengalami
perdarahan
faktor umur ibu bersalin
HASIL proporsi ibu yang beresiko tinggi (<20
tahun atau >35 tahun) lebih besar
sebanyak 30 orang (58,8%) pada
kelompok kasus di banding dengan
Setelah di lakukan penelitian terhadap 51 ibu kelompok kontrol sebanyak 14
bersalin yang menga- lami perdarahan orang. Hal ini menunjukkan bahwa
postpartum dan 51 ibu bersalin yang tidak persentase yang mengalami
mengalami per- darahan postpartum di perdarahan postpartum yang
Puskesmas Pamotan Kabupaten Rembang, di beresiko tinggi lebih, di bandingkan
yang tidak mengalami perdarahan
dapatkan data yang akan di sajikan dalam
post partum
bentuk tabel untuk menjelaskan masing –
masing faktor.
HASIL Hasil perhitungan Odds Ratio
menunjukkan bahwa persalinan lama
(primipara >24 jam dan multipara >18
Sedangkan proporsi umur ibu yang tidak jam) merupakan faktor resiko dimana
beresiko (<20 tahun atau >35 tahun) lebih besar resikonya adalah 1,5 yang
besar sebanyak 37 orang ( 72,5%) pada artinya ibu yang mengalami persalinan
lama mempunyai resiko 1,5 kali lebih
kelompok kontrol di banding dengan
besar untuk mengalami perdarahan
kelompok kasus sebanyak 21 orang (41,2%). postpartum dibandingkan ibu yang
Hal ini menunjukkan bahwa persentase tidak mengalami persalinan lama.
yangtidak mengalami perdarahan
postpartum pada usia tidak beresiko lebih
tinggi dibandingkan yang mengalami perda-
rahan postpartum pada kelompok umur
yang sama (tidak beresiko).
Sedangkan proporsi paritas ibu yang tidak
HASIL beresiko (1 atau >3) lebih besar sebanyak 29
orang ( 56,9%) pada kelompok kontrol di banding
dengan kelompok kasus sebanyak 18 orang
(35,3%). Hal ini menunjukkan bahwa persentase
yang tidak mengalami perdarahan postpar- tum
pada paritas tidak beresiko lebih tinggi
FAKTOR PARITAS IBU BERSALIN dibandingkan yang mengalami perdarahan
pro- porsi paritas ibu yang beresiko tinggi (1 postpartum pada kelompok paritas yang sama
atau >3) lebih besar sebanyak 33 orang (64,7%) (tidak beresiko).
pada kelompok kasus di banding dengan
kelompok kontrol sebanyak 22 orang (43,1%).
Hal ini menunjukan presentasi yang mengalami
perdarahan post partum lebih tinggi.
HASIL

Hasil perhitungan Odds Ratio menunjukkan


bahwa paritas merupakan faktor resiko,
dimana besar resikonya adalah 2,4 yang
artinya paritas beresiko (1 atau >3)mempunyai
resiko 2,4 kali lebih besar untuk mengalami
perdarah- an postpartum dibandingkan paritas
tidak beresiko (2-3).
Sedangkan proporsi tidak anemia (Hb >
HASIL 11) lebih besar sebanyak 28 orang (54,9%)
pada kelompok kontrol di banding
dengan kelompok kasus sebanyak 20
orang (39,2%). Hal ini menunjukkan
bahwa persentase yang tidak mengalami
ANEMIA per- darahan postpartum pada ibu yang
pro-porsi anemia (Hb < 11) lebih besar sebanyak tidak anemia lebih tinggi dibandingkan
31 orang ( 60,8%) pada kelompok kasus di yang mengalami perdarahan postpar-
tum pada kelompok yang sama (tidak
banding dengan kelompok kontrol sebanyak 23
anemia).
orang (45,1%). Hal ini menunjukkan bahwa
persentase yang mengalami perdarahan
postpartum pada anemia lebih tinggi
dibandingkan yang tidak mengalami perdarahan
postpartum pada kelompok yang sama (anemia).
HASIL

Hasil perhitungan Odds Ratio menunjukkan


bahwa anemia merupak- an faktor resiko,
dimana besar resiko- nya adalah 1,8, yang
artinya ibu yang anemia (Hb <11)
mempunyai resiko 1,8 kali lebih besar untuk
mengalami perdarahan postpartum
dibandingkan ibu yang tidak anemia (Hb
>11)
Sedang- kan proporsi persalinan normal
HASIL lebih besar sebanyak 49 orang (96,1%)
pada kelompok kontrol di banding de-
ngan kelompok kasus sebanyak 48 orang
( 94,1%). Hal ini menunjukkan bahwa
persentase yang tidak mengalami
PERSALINAN LAMA perdarahan postpartum pada persalinan
pro-porsi persalinan lama lebih besar sebanyak normal lebih tinggi dibandingkan yang
3 orang (5,9%) pada kelom- pok kasus di mengalami perdarahan postpartum pada
kelompok yang sama (persalinan nor-
banding dengan kelompok kontrol sebanyak 2
mal).
orang (3,9%). Hal ini menunjukkan bahwa
persentase yang mengalami perdarahan
postpartum pada persalinan lama lebih tinggi
dibandingkan yang tidak mengalami perdarahan
postpartum pada kelompok yang sama
(persalinan lama).
HASIL

Hasil perhitungan Odds Ratio menunjukkan


bahwa persalinan lama (primipara >24 jam
dan multipara >18 jam) merupakan faktor
resiko dimana besar resikonya adalah 1,5
yang artinya ibu yang mengalami persalinan
lama mempunyai resiko 1,5 kali lebih besar
untuk mengalami perdarahan postpartum
dibandingkan ibu yang tidak mengalami
persalinan lama.
pembahasan
Penelitian ini menunjukkan bahwa umur
beresiko (< 20 tahun atau >35
tahun)memiliki risiko mengalami per-
darahan postpartum 3,7 kali lebih besar
dibandingkan ibu yang berumur tidak
beresiko (20 sampai 35 tahun). Umur paling
aman bagi seorang wanita untuk hamil dan
melahirkan adalah umur antara 20 – 35
tahun, karena mereka berada dalam masa
reproduksi sehat.
Kesimpulan
1. Umur beresiko (< 20 atau > 35 tahun) memiliki risiko untuk
menga- lami perdarahan postpartum 3,7lebih besar daripada ibu
yang berumur tidak beresiko (20 – 35 tahun).
2. Paritas beresiko ( 1 dan > 3) memiliki risiko 2,4 kali lebih besar
untuk mengalami perdarahan post- partum dibandingkan dengan
paritas tidak beresiko ( 2 – 3).
3. Ibu hamil dengan anemia ( Hb<11 ) memiliki risiko 1,8 kali lebih
besar untuk mengalami perdarahan post- partum dibandingkan
dengan ibu hamil yang tidak anemia ( Hb >11).
4. Persalinan lama memiliki risiko untuk mengalami perdarahan
postpartum 1,5 kali lebih besar di bandingkan persalinan normal.
TUJUAN PENELITIAN

bertujuan untuk mengetahui faktor


FAKTOR - FAKTOR YANG penyebab perdarahan postpartum yaitu :
MEMPENGARUHI IBU NIFAS
umur, paritas, janin besar, riwayat
TENTANG PERDARAHAN
buruk persalinan sebelumnya, anemia
POSTPARTUM
berat, kehamilan ganda, hidramnion,
Fitri Rachmania, Lela Zakiah
partus lama, partus presipitatus,
2019
penanganan yang salah pada kala III,
hipertensi dalam kehamilan, kelainan
uterus, infeksi uterus, tindakan operatif
dengan anastesi yang terlalu dalam.
METODE
PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain
survey analitik kualitatif dengan
pendekatan cross sectional. Populasi
pada penelitian ini adalah seluruh ibu
nifas di RSUD Cibinong kabupaten
Bogor tahun 2017 sebanyak 1675
responden. Sampel yang didapatkan
sebanyak 94 sampel. Cara
pengambilan sampel pada penelitian
ini adalah random sampling
UMUR
PEMBAHASAN Hasil penelitian diperoleh data bahwa ibu
postpartum dengan umur berisiko, sebanyak
41 responden yang mengalami perdarahan
postpartum dengan persentase (43,6%) dan
tidak mengalami perdarahan postpartum
berdasarkan umur tidak berisiko, sebanyak
53 responden dengan persentase (56,4%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Retno (2016)7 yang
menyimpulkan bahwa sebagian ibu yang
mengalami perdarahan postpartum berada
pada umur berisiko (<20 tahun dan >35
tahun).
Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun
dan di atas 35 tahun bisa mengakibatkan

PEMBAHASAN anemia, karena pada usia kurang dari 20


tahun secara biologis belum optimal,
emosi masih cenderung labil, sedangkan
pada usia lebih dari 35 tahun terkait
dengan penurunan daya tahan tubuh
HUBUNGAN ANTARA UMUR IBU NIFAS DENGAN serta berbagai penyakit kronis yang
PERDARAHAN POSTPARTUM menyebabkan anemia. Pengaruh anemia
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi- adalah kontraksi uterus yang lemah pada
saat persalinan, dan juga plasenta lebih
square didapat nilai Pvalue 0.048 yang artinya
lekat karena kompensasi anemia yang
Pvalue >0,05, maka Ho diterima Odd Ratio pada berakibat sukar lepas, sehingga keadaan
penelitian ini didapatkan hasil 2,408.Hasil tersebut dapat mengakibatkan
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang terjadinya perdarahan pasca persalinan
dikakukan oleh Retno (2016)7, didapatkan hasil
nilai pvalue 0,016 <0,05 yang artinya umur
berpengaruh secara signifikan dengan kejadian
perdarahan postpartum.
HUBUNGAN ANTARA PARITAS IBU NIFAS DENGAN

PEMBAHASAN PERDARAHAN POSTPARTUM

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square


didapat nilai Pvalue 0.023 yang artinya Pvalue >0,05,
maka Ho diterima. Odd Ratio pada penelitian ini didapatkan
hasil 2,866.
PARITAS
Dalam penelitian ini terdapat hubungan antara paritas
Hasil penelitian diperoleh bahwa ibu nifas berdasarkan dengan perdarahan postpartum akan tetapi hasil
paritas sebanyak 51 (54,3%) memiliki paritas berisiko OR=0,351, OR < 1 menunjukkan bahwa paritas bukan
merupakan faktor penyebab perdarahan postpartum, hal
dan sebanyak 43 (45,7%) memiliki paritas tidak berisiko.
ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
Hasil penelitian ini sesuai teori Saifuddin (2002) yaitu yaitu paritas bukan merupakan faktor langsung yang
paritas mempunyai pengaruh terhadap kejadian menyebabkan perdarahan postpartum, selain itu sebagian
besar responden pada penelitian ini berada pada paritas
perdarahan pasca persalinan karena pada setiap
tidak berisiko (2-3) dengan angka 57,5%.
kehamilan dan persalinan terjadi perubahan pada
serabut otot di uterus yang dapat menurunkan
kemampuan uterus untuk berkontraksi sehingga sulit
untuk melakukan penekanan pada pembuluh-pembuluh
darah yang membuka setelah lepasnya plasenta
HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN IBU NIFAS

PEMBAHASAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-


square didapat nilai Pvalue 0.015 yang artinya
Pvalue >0,05, maka Ho diterima Odd Ratio
PENDIDIKAN
pada penelitian ini didapatkan hasil 3,163
Hasil penelitian diperoleh bahwa ibu nifas berdasarkan
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
pendidikan sebanyak 53 (56,4%) memiliki pendidikan yang dilakukan oleh Megasari di RSUD Arifin
rendah dan sebanyak 41 (43,6%) memiliki pendidikan tinggi. Achmad Propinsi Riau tahun 2010 Uji Chi-
Sesuai dengan teori menurut Suaratin (2001) yaitu tingkat Square menunjukkan bahwa nilai pvalue
pendidikan yang tinggi akan menjadikan kehamilan lebih 0,001 <0,05 sehingga dapat dinyatakan
aman. Ibu dengan pendidikan tinggi cenderung menikah bahwa terdapat hubungan antara pendidikan
pada usia lebih tua, menunda kehamilan, mau mengikuti dengan perdarahan postpartum
keluarga berencana (KB) dan mencari pelayanan
antenatal dan persalinan. Disamping itu ibu dengan
pendidikan rendah juga tidak akan mencari pengobatan
tradisional bila hamil/bersalin dan juga dapat memilih
makanan yang bergizi
HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN IBU NIFAS

PEMBAHASAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM

Hasil uji statistik dengan uji chi- square


didapat nilai Pvalue 0.394 yang artinya Pvalue
>0,05, maka Ho ditolak Odd Ratio pada
PEKERJAAN
penelitian ini didapatkan hasil 0,606. Hasil
Hasil penelitian diperoleh bahwa ibu nifas berdasarkan
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
pekerjaan di RSUD Cibinong tahun 2017 menunjukkan dilakukan oleh Retno (2016)7, didapatkan
bahwa dari total 94 responden yang mengalami hasil nilai pvalue 0,091 <0,05 yang artinya
perdarahan postpartum yaitu ibu yang tidak bekerja pekejaan tidak berpengaruh secara signifikan
sebanyak 80 (85,1%). Hasil penelitian sejalan dengan dengan kejadian perdarahan postpartum.
penelitian Arthina (2015) bahwa responden yang tidak berarti dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat
bekerja atau IRT yang mengalami perdarahan lebih tinggi hubungaan antara pekerjaan dengan
perdarahan postpartum.
dibandingkan dengan ibu yang bekerja, karena selain
mengerjakan pekerjaan rumah ibu juga harus membantu
suami bekerja sehingga ibu mendapat peran ganda yaitu
selain mengurus rumah tangga ibu juga bekerja
Mengalami perdarahan postpartum dengan

KESIMPULAN paritas berisiko, pendidikan rendah sebanyak


53 (56,4%)., yang mengalami perdarahan
postpartum dengan ibu tidak bekerja sebanyak
80 (85,1%). Terdapat hubungan antara umur
dengan pengaruh ibu nifas tentang perdarahan
postpartum di RSUD Cibinong tahun 2017,
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terdapat hubungan antara paritas dengan
tentang Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi pengaruh ibu nifas tentang perdarahan
Ibu Nifas Tentang Perdarahan Postpartum di postpartum di RSUD Cibinong tahun 2017.Ada
hubungan antara pendidikan dengan pengaruh
RSUD Cibinong Tahun 2017 Kabupaten Bogor ibu nifas tentang perdarahan postpartum di
sebanyak 94 resonden terdapat 63 (67,0%) RSUD Cibinong tahun 2017.
yang tidak mengalami perdarahan postpartum,
53 (56,4%) mengalami perdarahan postpartum
dengan umur tidak berisiko sebanyak 51
(54,3%).
Daftar Pustaka

Faktor resiko penyebab perdarahan postpartum dipuskemas pamotan kabupaten


rembang. Nurul ummah, Ngadiyono, Elisa Ulfiana tahun 2018

Faktor - Faktor yang mempengaruhi ibu nifas tentang Perdarahan Postpartum.


Fitri Rachmania, Lela Zakiah tahun 2019
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai