1. Edema terjadi karena tekanan pada kepala bayi saat bergerak melalui jalan lahir selama
persalinan pervaginam yang lama atau sulit. Pada kondisi ini, cairan menumpuk di bawah
kulit kepala, menyebabkan pembengkakan. Kepala bayi mungkin berbentuk kerucut saat
lahir. Kondisi ini terjadi ketika kepala bayi diremas atau ditarik. Hal tersebut paling
sering terjadi selama proses persalinan. Proses persalinan memberikan banyak tekanan
pada bayi. Meski melebar saat melahirkan, leher rahim dan saluran vagina masih
menekan bayi.
2. Penyebab vernix caseosa pada bayi baru lahir karna melindungi dari cairan amion,
mencegah janin kehilangan air dan elektrolit, sebagai pelembab dan pelindung dari
beberapa bakteri. Vernix caseosa pada bayi adalah lapisan yang terbentuk sejak bayi
dalam kandungan dan bisa tetap bertahan hingga bayi lahir. Lapisan vernix ini umumnya
berkembang pada kulit sekitar usia kehamilan 20 minggu. Penyebab adanya vernix pada
bayi diawali dari lapisan kulit sementara yang terbentuk saat bayi berada dalam
kandungan.
3. Cara mengatasi kelopak mata yang edema pada bayi yaitu sebagai berikut :
1) Tidak mengoleskan atau memberikan obat dan substansi apapun pada mata yang
bengkak
2) Tinggikan kepala bayi Anda saat tidur
3) Jangan biarkan bayi menangis terlalu lama
4) Hindari kontak antara mata bayi dengan substansi yang berpotensi memicu alergi atau
iritasi
5) Kompres mata bayi dengan air hangat saat sedang tidur supaya bengkaknya
mengempis
4. Asuhan kebidanan yang dapat diberikan pada bayi baru lahir dengan ikterus fisiologis
yaitu dengan memberikan. ASI sedini mungkin dan sesering mungkin karena frekuensi
serta jumlah ASI yang diperoleh bayi harus sesuai dengan kebutuhan bayi agar bilirubin
bisa. dikeluarkan melalui urin dan feses. Sehingga pemberian ASI ini akan sangat efektif
untuk mengendalikan kadar bilirubin serta mencegah terjadinya ikterus patologis. Selain
itu melakukan penjemuran dibawah paparan sinar matahari pagi juga dapat dilakukan
untuk mengendalikan kadar bilirubin dengan memperhatikan lama penjemuran dan
kondisi cuaca pada saat itu.
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus patologis yaitu dengan melakukan
fototerapi yang berguna untuk menurunkan kadar bilirubin serum dalam darah sehingga
tindakan ini akan mengurangi kebutuhan transfusi tukar. Fototerapi akan lebih efektif
dengan menggunakan kain satin, karena intensitas sinar menjadi lebih tinggi sehingga
mempercepat penurunan kadar bilirubin. Dalam melakukan fototerapi harus
memperhatikan keadaan bayi terhadap kamungkinan terjadi efek sampingnya.
5. Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala bayi akibat
tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan tindakan vakum
ekstraksi. Cara bidan dalam menangani Caput Succedaneum pada bayi baru lahir yaitu
dengan memberitahu keluarga untuk tidak mengangakt-angkat bayi, mempertahankan
suhu tubuh agar bayi tidak masuk dalam hipotermi, melakukan stimulus pada derah caput
dengan mengompres menggunakan kassa steril dan bethadin, memberitahu ibu untuk
memberikan ASI yang adekuat, memberi ASI dengan sendok atau menyusui denga cara
miring sambil tiduran, menghindari pemakain topi pada bayi observasi keadaan caput dan
BAB, BAK, menunda memadikan bayi sampai caput pada bayi menghilng,
membersihkan. tubuh bayi dengan cara memakai waslap basah hangat semua perawatan
yang diberikan pada bayi dilakukan di tempat tidur.
6. Asuhan yang diberikan bidan untuk meningkatkan reflek roting yaitu dengan melakukan
IMD, karena dengan dilakukannya IMD, maka akan memberikan rangsangan reflek
rooting pada bayi baru lahir dan bayi mulai menghisap putting ibu. Sehingga bayi akan
mudah mendapatkan ASI. Pemberian informasi (penyuluhan, bimbingan dan konseling)
yang benar berkaitan dengan IMD yang dilakukan oleh petugas kesehatan dapat
membantu keberhasilan IMD sehingga dapat menimbulkan rangsangan reflek rooting
pada bayi baru lahir. Proses reflek rooting dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu factor
inisiasi menyusu dini, fisik ibu, psikologi ibu, kelainan congenital dan keadaan umum
bayi. Faktor yang sangat berhubungan dengan reflek rooting jika dilakukan Inisiasi
Menyusu Dini adalah membantu bayi menemukan putting susu, memperlancar proses
menyusu, dan untuk mempertahankan hidup bagi bayi.
7. Asuhan yang bisa kita berikan untuk tali pusat bayi yang baru lahir yaitu cara merawat
tali pusat dengan baik dan benar. Pada umumnya, tali pusar atau tali pusat bayi baru lahir
akan puput atau lepas dalam waktu 1–3 minggu setelah lahir. Sepanjang belum terlepas,
orang tua bayi perlu menjaga area tersebut tetap bersih dan kering. Hal ini karena kondisi
basah dan lembap di area tali pusat dapat memicu pertumbuhan kuman penyebab infeksi.
Perawatan tali pusat bayi baru lahir umumnya tidak terlalu sulit, hanya saja diperlukan
kesabaran dalam merawatnya sampai tali pusat benar-benar puput. Jangan pernah memaksa
melepasnya meski sudah tampak sembuh. Hal yang paling penting adalah merawat tali pusat
bayi dengan benar, sehingga pelepasan tali pusat dan penyembuhannya bisa lebih cepat. Namun,
Si Kecil perlu diperiksa ke dokter anak jika tali pusatnya belum puput setelah 3–6 minggu.
Pasalnya, hal ini bisa jadi pertanda adanya masalah kesehatan, seperti infeksi atau gangguan
sistem kekebalan tubuh.
Tahapan imunisasi ini dimulai pada saat anak berusia 0-6 bulan. Yang termasuk dalam tahapan
imunisasi ini antara lain:
1. Hepatitis B
Bayi yang baru berusia 24 jam sudah bisa diberikan vaksin Hepatitis B. Penyakit satu ini
berbahaya karena menyasar fungsi hati, dan hingga saat ini belum ditemukan pengobatan yang
paling ampuh. Vaksin Hepatitis B terdiri dari 4 dosis. Setelah dosis vaksin pertama, akan
dilanjutkan dengan jeda sebulan sehingga si Kecil akan disuntik lagi pada bulan ke-2, ke-4, dan
terakhir ke-6.
2. Polio
Saat anak berusia sebulan, saatnya diberikan vaksin polio. Penyakit yang berpotensi
menimbulkan kelumpuhan ini bisa diberikan vaksinnya baik melalui mulut (OPV) maupun
suntikan (IPV)
3. BCG
Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penyakit tuberkulosis supaya paru-paru anak
tetap terjaga. Vaksin ini bisa diberikan saat usia anak 2-3 bulan.
4. DPT
DPT merupakan akronim dari difteri, pertusis, dan tetanus. Bisa diberikan pada bayi
berusia 2-4 bulan dengan jeda pemberian 1 bulan.
Imunisasi Bayi Baru Lahir Tahap 2
Kategori ini adalah jenis-jenis vaksin yang biasa diberikan pada anak berusia 6-12 bulan. Yang
termasuk dalam imunisasi tahapan ini adalah vaksin untuk penyakit-penyakit berikut:
1. PCV
PCV alias pneumokokus adalah gangguan paru-paru taraf sedang-berat yang sulit
ditanggulangi jika sudah kena. Karenanya, vaksin ini sangat disarankan oleh para ahli
medis.
2. Rotavirus
Virus rota yang menyerang pencernaan ini bisa mengganggu tumbuh kembang anak
Anda. Untuk mencegahnya, berikan dosis vaksin rotavirus begitu anak menginjak usia 6 atau
8 bulan. Biasanya, dosis vaksin ini diberikan dua kali.
3. Campak
Khusus virus yang satu ini biasanya sepaket (campak, gondongan, rubella) dan
menggunakan vaksin MMR. Diberikan pada usia 9 bulan, ditambah dosis tambahan nanti
saat bayi sudah menginjak usia 18 bulan.
9. Penyebab Lanugo dapat menunjukkan tanda bahwa Si Kecil kekurangan nutrisi atau gizi
buruk. Umumnya, disebabkan oleh gangguan makan seperti anoreksia atau kondisi lain
yang menyebabkan penurunan berat badan yang parah. Hal ini juga memicu seorang anak
tidak memiliki cukup lemak pada tubuhnya.
Lanugo adalah rambut halus yang tumbuh di tubuh janin saat masih di dalam
kandungan. Lanugo umumnya akan luruh menjelang kelahiran, tetapi ada pula yang tetap
bertahan setelah bayi lahir. Lanugo biasanya mulai tumbuh ketika janin memasuki usia 4
atau 5 bulan. Secara umum, keberadaan rambut halus tersebut berfungsi untuk
mempertahankan zat lilin agar menempel pada kulit janin. Zat tersebut berperan sebagai
pelindung tubuh janin terhadap air ketuban.
Selain itu, lanugo juga berfungsi untuk mengatur suhu tubuh janin yang belum
memiliki jaringan lemak. Rambut halus tersebut biasanya akan rontok dengan sendirinya
ketika janin sudah memasuki usia 7–8 bulan atau 9 bulan.Namun, lanugo terkadang dapat
bertahan hingga beberapa minggu setelah bayi dilahirkan dan umumnya dialami
oleh bayi prematur.
10. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir merupakan prosedur medis rutin yang penting
dilakukan oleh setiap dokter atau bidan. Hal ini bertujuan untuk memastikan apakah bayi
baru lahir dalam keadaan sehat atau memiliki kelainan tubuh maupun gangguan
kesehatan. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir biasanya langsung dilakukan di hari pertama
bayi dilahirkan. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan tanda vital (detak
jantung, suhu tubuh, dan pernapasan), panjang dan berat badan, serta organ tubuh bayi.
Berikut ini adalah beberapa macam pemeriksaan fisik bayi baru lahir yang dapat
dilakukan:
1) Pemeriksaan Apgar
2) Pemeriksaan usia gestasional, lingkar kepala, dan berat badan
3) Pemeriksaan antropometri
4) Pemeriksaan mulut
5) Pemeriksaan jantung dan paru
6) Pemeriksaan perut dan kelamin
7) Pemeriksaan tulang belakang
8) Pemeriksaan tangan dan kaki
9) Pemeriksaan pendengaran
10) Pemeriksaan hipotiroid kongenital
11. Setiap jenis vaksin tersebut bisa menimbulkan efek samping atau kejadian ikutan
pascaimunisasi (KIPI). Hal ini biasanya terjadi akibat reaksi alami dari sistem kekebalan
tubuh ketika menerima imunisasi.
Berikut adalah jenis-jenis vaksin serta KIPI yang ditimbulkan:
a. Hepatitis B
Vaksin hepatitis B diberikan untuk mencegah penularan virus hepatitis B. KIPI yang
dapat terjadi pada vaksin hepatitis B adalah:
Nyeri di area suntikan
Mudah lelah
Demam
Kulit gatal-gatal dan kemerahan
Wajah bengkak
b. Polio
Imunisasi polio diberikan untuk mencegah penyakit polio. Reaksi KIPI imunisasi polio
antara lain:
Demam
Mudah lelah
Ruam merah dan gatal-gatal di kulit
Hilang nafsu makan
c. BCG
Vaksin BCG diberikan untuk melindungi tubuh dari penyakit tuberkulosis (TB). KIPI
pada vaksin BCG adalah:
Ruam merah di area suntikan
Demam
Sakit ketika buang air kecil
Sakit perut
Muntah
d. DPT
Imunisasi DPT merupakan vaksin gabungan untuk mencegah penyakit difteri, batuk rejan
(pertusis), dan tetanus. Pemberian imunisasi DPT dapat menyebabkan KIPI, seperti:
Lelah
Demam
Hilang nafsu makan
Muntah
Nyeri di area suntikan
e. Hib
Vaksin Hib bertujuan untuk mencegah infeksi bakteri Haemophilus influenza tipe B.
Reaksi KIPI vaksin Hib meliputi:
Bengkak atau kemerahan di area lengan yang disuntik
Hilang nafsu makan
Mengantuk
Demam
f. Campak
Imunisasi campak aman dan efektif untuk mencegah campak. Reaksi KIPI imunisasi
campak di antaranya:
Nyeri atau bengkak di area lengan yang disuntik
Ruam kemerahan
Nyeri sendi
Demam
g. PCV
Vaksin PCV (pneumokokus) diberikan untuk mencegah pneumonia, meningitis, dan
septikemia, yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae. Reaksi KIPI PCV
antara lain:
Bengkak dan kemerahan di area yang disuntik
Demam
h. Rotavirus
Vaksinasi ini diberikan untuk mencegah diare akibat infeksi rotavirus. Sama seperti
vaksin lain, vaksin rotavirus juga bisa menyebabkan KIPI, seperti:
Gatal-gatal
Muntah atau mual
Diare
Mengi atau bengek
Jantung berdebar
12. Gunanya, tentu saja untuk melindungi buah hati pada masa tumbuh kembangnya dari
penyakit-penyakit berbahaya dan dapat membentuk kekebalan tubuh. Sederhananya, konsep
imunisasi adalah menyuntikkan virus yang telah dilemahkan ke tubuh bayi agar tubuh anak
menyesuaikan dan membentuk antibodi alami untuk menyerang balik virus tersebut.