Anda di halaman 1dari 11

Perawatan Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari usia kehamailan 37 minggu sampai 42
minggu dengan berat badan lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Indriasari, 2012). Neonatal
adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 28 hari, disebut juga bayi baru lahir
(Ahmad dkk, 2013). Jadi bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dengan kahamilan cukup
bulan dan berumur 0-28 hari.

Masa bayi baru lahir merupakan periode yang berbahaya, baik secara fisik maupun
psikologis. Secara fisik periode ini berbahaya karena sulitnya mengadakan penyesuaian diri
secara radikal yang penting pada lingkungan yang sangat baru dan sangat berbeda. Hal ini
terbukti dengan tingginya tingkat kematian. Salah satu tanda bahwa bayi sehat adalah bayi
yang mengalami pertumbuhan sesuai dengan usianya. Pertumbuhan lebih ditekankan pada
pertambahan ukuran fisiknya, yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti
pertambahan ukuran berat, tinggi badan, dan lingkar kepala. oleh karena itu bayi baru lahir
membutuhkan perawatan yang optimal untuk kelangsungan hidup kedepannya (Ahmad dkk,
2013).

Perawatan bayi baru lahir meliputi memandikan, perawatan tali pusat, memakaikan
pakaian, mengganti atau memakaikan popok, pemberian ASI serta Imunisasi.

1. Memandikan bayi  
a. Pengertian memandikan bayi
Memandikan bayi adalah suatu cara membersihkan tubuh bayi dengan air dengan
cara menyiram, mengelap atau merendam dalam air berdasarkan langkah-langkah
yang benar. Memandikan dengan cara yang salah dapat mengakibatkan kondisi yang
buruk seperti celaka (jatuh dan tenggelam), air masuk ke dalam telinga atau hidung
dan menglami hipotermi (Deswani, 2010).
b. Tujuan memandikan bayi
1) Membersihkan kulit tubuh dari sisa-sisa lemak tubuh serta keringat.
2) Merangsang peredaran darah.
3) Memberikan rasa segar dan nyaman.
4) Mencegah terjadinya infeksi.
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum memandikan bayi
1) Mengukur suhu bayi sebelumnya, sangat tidak dianjurkan memandikan bayi saat
suhu tubuh bayi dibawah atau kurang dari 36,5°C.
2) Sebelum memandikan siapkan perlengkapan mandi bayi, sehingga bayi tidak di
tinggal sendirian
3) Siapkan air hangat secukupnya. Cara mengukur air hangat adalah dengan
punggung tangan atau siku tangan
d. Bayi yang tidak boleh dimandikan
1) Bayi lemah
2) Bayi premature
3) Suhu tubuh bayi  <36,5°C
e. Waktu yang tepat memandikan bayi
Bayi baru lahir baru boleh dimandikan setelah 6 – 24 jam dilahirkan karena bayi
membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan diluar kandungan.
Jika bayi baru lahir dipaksakan untuk mandi walaupun dengan air hangat, akan
menyebabkan hilangnya panas tubuh bayi karena terserap oleh air. Suhu tubuh bayi
dapat turun dan aliran darah terganggu sehingga bayi akan kekurangan oksigen
dengan ditandai warna kulit tubuh yang membiru. Bayi boleh dimandikan di waktu
manapun selama tidak bertabrakan dengan waktu tidur dan makannya. Waktu yang
dianjurkan untuk memandikan bayi kira-kira pukul 09.00-11.00. Adapun tempat yang
sangat pas dan cocok untuk memandikan bayi ialah pada ruangan khusus dengan
sinar matahari yang cukup, kondisi ruangan hangat dan tidak lembap, ruangan yang
cukup ventilasi atau saluran udara (Deswani, 2010). Apabila ruangan menggunakan
pendingin ruangan, sebaiknya pendingin ruangan dimatikan terlebih dahulu dan
biarkan suhu ruangan menjadi lebih hangat.
f. Cara memandikan bayi
1) Mempersiapkan perlengkapan mandi
 Handuk dan washlap bersih
 Sabun bayi dan shampoo
 Cotton but atau kapas bersih
 Bak mandi berisi air hangat
 Popok dan pakaian bersih
 Kasa steril
2) Langkah-langkah memandikan bayi
 Cuci tangan dengan menggunakan sabun lalu keringkan
 Mendekatkan semua peralatan yang telah disiapkan
 Siapkan terlebih dahulu baju bersih yang akan digunakan bayi setelah mandi.
 Memeriksa suhu bayi terlebih dahulu, apabila dalam batas normal (36,5 –
37,50C) bayi bisa dimandikan dengan menggunakan air hangat kuku.
 Usap mata dari kantus dalam ke luar. Gunakan air bersih dan bagian yang
berbeda untuk tiap mata.
 Bersihkan wajah dengan lembut. Gunakan air biasa tanpa menggunakan
sabun
 Pegang bayi dengan aman, basahi rambut dengan air secara lembut.
 Usapkan shampoo bayi dengan menggunakan washlap, bilas rambut dan
keringkan dengan cepat
 Bersihkan telinga dengan gerakan memutar dan gunakan bagian yang
berbeda untuk tiap-tiap telinga
 Setelah melepas selimut bayi atau pakaian bayi, bersihkan leher, dada,
lengan, dan punggung dengan cara yang sama
 Bersihkan bagian genetalia
 Keringkan bayi dengan handuk
 Perawatan tali pusat
 Kenakan pakaian bayi dengan lengkap (celana/popok tidak menutupi tali
pusat atau lipatan popok dibawah tali pusat)

2. Perawatan Tali Pusat


a. Pengertian
Perawatan tali pusat adalah tindakan perawatan pada tali pusat
bayi baru lahir sejak dipotongnya tali pusat sampai tali pusat puput atau kering
dengan tujuan untuk mencegah infeksi pada tali pusat bayi dan
mempercepat penyembuhan luka bekas pemotongan tali pusat (Sodikin, 2009). Tali
pusat bayi baru lahir umumnya berwarna kebiruan dan panjangnya 2,5 sampai 5 cm
sesudah dipotong. Klem plastik akan dipasang pada potongantali pusat untuk
menghentikan perdarahan. Klem tali pusat dibuka jika tali pusat sudah kering,
biasanya sebelum bayi pulang dari rumah sakit atau dalamwaktu 24-48 jam sesudah
lahir. Tali pusat biasanya kering dalam waktu 2 minggu sesudah lahir. Pada
dasarnya, tali pusat bisa dibiarkan terbuka atau tidak perlu ditutup kain kasa dan
harus dijaga agar selalu dalam keadaan kering. Yang penting selalu cuci tangan
dahulu sebelum melakukan perawatantali pusat (Simkin dkk, 2009).
b. Tujuan dari perawatan tali pusat
1) Mencegah terjadinya infeksi.
Bila tali pusat basah, berbau dan menunjukkan tanda-tanda infeksi, harus
waspada terhadap infeksi tali pusat. Infeksi ini harus segera diobati untuk
menghindari infeksi yang lebih berat. Dimana infeksi tali pusat pada bayi dapat
menyebabkan sepsis, meningitis dan tetanus. Infeksi tali pusat pada dasarnya
dapat dicegah dengan melakukan perawatan tali pusat yang baik dan benar,
yaitu dengan prinsip perawatan kering dan bersih.
2) Mempercepat proses pengeringan tali pusat.
3) Mempercepat terlepasnya tali pusat.
4) Mencegah terjadinya tetanus pada bayi baru lahir.
Penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus ke dalam tubuh
melalui tali pusat, baik dari alat steril, pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun-
daunan yang ditaburkan ke tali pusat sehingga dapat mengakibatkan infeksi.
c. Langkah-langkah cara merawat tali pusat pada bayi
1) Cuci tangan dengan sabun sampai bersih, keringkan dengan handuk bersih.
2) Turunkan sedikit bagian atas popok agar tidak bersentuhan dengan tali pusat.
3) Buka balutan pada tali pusat yang akan diganti dengan lembut dan hati-hati.
4) Bersihkan tali pusat dan daerah sekitar tali pusat menggunakan kapas yang
dibasahi air hangat dengan lembut dan hati-hati.
5) Keringkan tali pusat dan balut kembali dengan menggunakan kassa
d. Waktu Perawatan Tali Pusat
1) Sehabis mandi pagi atau sore.
2) Sewaktu-waktu bila balutan tali pusat basah oleh air kencing atau kotoran bayi.
3) Lakukan sampai tali pusat puput atau kering.
Selama tali pusat belum lepas atau puput, sebaiknya bayi tidakdimandikan dengan
cara dimasukkan ke dalam bak mandi. Bayi hanya perlu dilap saja dengan
menggunakan air hangat. Hal ini dilakukan agar tali pusat dan daerah sekitarnya
tetap dalam keadaan kering. Tali pusat harus selalu dilihat pada waktu mengganti
popok sampai tali pusat tersebut lepas dan luka pada umbilikusnya sembuh.

 
e. Tanda-tanda Infeksi Tali Pusat
1) Pangkal tali pusat atau sekitarnya berwarna merah atau bengkak
2) Keluar cairan yang berbau dan bernanah
3) Ada darah yang keluar terus menerus
4) Kejang
5) Bayi mengalami demam
f. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Perawatan Tali Pusat
1) Jangan menggunakan plester dalam membalut tali pusat bayi karena dapat
menyebabkan iritasi sekitar daerah tali pusat.
2) Daerah tali pusat dan sekitarnya harus selalu dalam keadaan kering dan bersih.
3) Jangan mengoleskan alkohol atau betadine pada tali pusat karena akan
menyebabkan tali pusat menjadi lembab.
4) Lipatlah popok di bawah puntung tali pusat.
5) Bila terdapat tanda-tanda infeksi pada tali pusat, seperti kemerahan atau
mengeluarkan nanah atau darah dan berbau segera hubungi petugas kesehatan.
6) Jangan membungkus pusat atau mengoleskan bahan atau ramuan apapun
ke puntung tali pusat

3. ASI Eksklusif
a. Pengertian Asi Ekslusif
ASI (Air Susu Ibu ) merupakan makanan terbaik untuk bayi. Tiada satupun makanan lain
yang dapat menggantikan ASI. Bagi bayi ASI memiliki kelebihan yang meliputi tiga aspek
yaitu aspek gizi, aspek kekebalan dan aspek kejiwaan. Aspek kejiwaan yang berupa jalinan
kasih sayang sangat penting untuk perkembangan mental anak. Untuk memperoleh manfaat
ASI yang maksimal, ASI harus diberikan segera sesudah bayi dilahirkan (30 menit setelah
lahir) karena daya isap bayi saat itu paling kuat untuk merangsang produksi ASI
selanjutnya. ASI yang keluar pertama kali sampai beberapa hari pasca persalinan disebut
kolustrum. Kolustrum mengandung zat kekebalan dan vitamin A yang sangat tinggi. Oleh
karena itu kolustrum harus diberikan kepada bayi. Meskipun produksi ASI baru sedikit pada
hari-hari pertama, kebutuhan bayi tercukupi. Bayi tidak perlu diberikan air gula, air tajin,
susu formula maupun makanan lain. Bayi sebaikya diberikan ASI Eksklusif.. ASI
Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa diberi cairan lain baik dalam bentuk
apapun kecuali sirup obat. ASI saja dapat mencukupi kebutuhan bayi pada enam
bulan 6 bulan pertama.

b. Langkah langkah menyusui yang benar:


1) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting
susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan
dan menjaga kelembaban putting susu.
2) Bayi diletakan menghadap perut ibu/payudara. Ibu duduk atau berbaring
santai. Bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu
tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.

3) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku
ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah
dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu. Satu tangan bayi diletakkan
di belakang badan ibu, dan yang satu di depan. Perut bayi menempel badan ibu,
kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala saja).
Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. Ibu menatap bayi dengan
kasih sayang.

4) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di
bawah. Jangan menekan putting susu atau areola saja.

5) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex) dengan cara:
menyentuh pipi dengan putting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.

6) Setelah bayi membuka mulut, dengan cara cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu dengan putting serta areola dimasukkan ke mulut bayi. Usahakan
sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga putting susu
berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari
tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola. Setelah bayi mulai
mengisap, payudara tak perlu dipegang atau disangga lagi.

7) Setelah menyusu pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya ganti
menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi: jari kelingking
ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau, dagu bayi ditekan
kebawah.

8) Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum terkosongkan (yang


dihisap terakhir).

9) Setelah Selesai Menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada


putting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya.

10) Menyendawakan dengan cara : bayi digendong tegak dengan bersandar pada
bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan, atau bayi tidur
tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.
Untuk mengetahui bayi telah menyusui dengan teknik yang benar, perhatikan:
bayi tampak tenang, badan bayi menempel pada perut ibu, mulut bayi
terbuka lebar, dagu bayi menempel pada payudara ibu, sebagian areola masuk
ke dalam mulut bayi, areola bagian bawah lebih banyak yang masuk, bayi
nampak mengisap kuat dengan irama perlahan, putting susu ibu tidak terasa
nyeri, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus, dan kepala agak
menengadah
c. Lama Menyusui
Pada hari-hari pertama, biasanya ASI belum keluar, bayi cukup disusukan selama 4-5 menit,
untuk merangsang produksi ASI dan membiasakan putting susu diisap oleh bayi. Setelah
hari ke 4-5 boleh disusukan selama 10 menit. Setelah produksi ASI cukup, bayi dapat
disusukan selama 15 menit (jangan lebih dari 20 menit). Menyusukan selama 15 menit ini
jika produksi ASI cukup dan ASI lancar keluarnya, sudah cukup untuk bayi. Dikatakan
bahwa, jumlah ASI yang terisap bayi pada 5 menit pertama adalah ± 112 ml, 5 menit kedua
± 64 ml, dan 5 menit terakhir hanya ± 16 ml.
d. Frekuensi Menyusui
Sebaiknya bayi disusui secara nir-jadwal (on demand), karena bayi akan menentukan sendiri
kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan sebab lain (kencing,
kepanasan/ kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui
bayinya. Bayi yang sehat, ASI dalam lambungnya akan kosong dalam waktu 2 jam.
Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tidak teratur, dan akan
mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian. Menyusui yang dijadwal
akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan
produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui nir-jadwal, sesuai kebutuhan bayi,
akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja di luar rumah
dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari.
4. Menjaga Kehangatan Bayi
a. Tanda-Tanda Bayi Kedinginan
1) Bayi tampak mengantuk atau lesu
2) Tubuh bayi teraba dingin
3) Kemampuan menghisap lemah
4) Tangisan lemah
b. Dampak Bayi Kehilangan Panas
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya sendiri secara
memadai, dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak
segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipotermia)
beresiko tinggi untuk untuk jatuh sakit dan meninggal. Jika bayi dalam
keadaan basah atau tidak diselimuti, mungkin akan mengalami hipotermia,
meskipun berada dalam lingkungan yang hangat. Bayi premature atau berat
badan lahir rendah sangat rentan terhadap terjaidnya hipotermia.
c. Upaya Untuk Pencegah Kehilangan Panas
1) Keringkan bayi secara seksama
Segera keringkan permukaan tubuh sebagai upaya untuk mencegah
kehilangan panas akibat evaporasi cairan ketuban pada permukaan
tubuh bayi. Hal ini juga merupakan rangsangan taktil untuk
membantu bayi memulai pernapasan.
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat
Segera tubuh bayi dikeringkan kemudian selimuti bayi dengan selimut
atau kain hangat, kering dan bersih. Kain basah yang diletakkan
didekat tubuh bayi akan mengakibatkan bayi tersebut mengalami
kehilangan panas tubuh. Jika selimut bayi harus dibuka untuk
melakukan suatu prosedur, segera selimuti kembali dengan handuk
atau selimut kering, segera setelah prosedur tersebut selesai.
3) Tutupi kepala bayi
Pastikan bahwa bagian kepala bayi ditutupi setiap saat. Bagian kepala
bayi memiliki luas permukaan yang cukup besar sehingga bayi akan
dengan cepat kehilangan panas tubuh jika bagian kepalanya tidak
tertutupi.
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI
Memeluk bayi akan membuat bayi tetap hangat dan merupakan upaya
pencegahan kehilangan panas yang sangat baik. Anjurkan ibu untuk
sesegera mungkin menyusukan bayinya setelah lahir. Pemberian ASI,
sebaiknya dimulai dalam waktu satu jam setelah bayi lahir.
5) Jangan memandikan bayi setidak-tidaknya 6 jam setelah lahir
Tunda untuk memandikan bayi hingga sedikitnya enam jam setelah lahir.
Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama kehidupannya dapat
mengarah kepada kondisi hipotermia dan dangat membahayakan
keselamatan bayi.
6) Tempatkan bayi dilingkungan hangat
Tempatkan bayi dilungkungan yang hangat. Idealnya, segera setelah lahir
bayi harus ditempatkan bersama ibunya ditempat tidur yang sama.
Menempatkan bayi bersama ibunya adalah cara yang paling mudah untuk
menjaga bayi agar tetap hangat, mendorong upaya untuk menyusui dan
mencegah terpapar infeksi.
5. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
a. Bayi Tidak Mau Menyusu
Bayi biasanya tidak mau menyusu ketika sudah dalam kondisi lemah dan mungkin
dalam kondisi dehidrasi berat. Jika mendapati kondisi ini, para orangtua bisa
mengupayakan agar sang buah hati tetap menempel ke payudara ibu dengan cara
yang benar.
b. Kejang
Jika kejang bayi dipicu oleh demam, maka penting bagi para orangtua untuk
memberikan obat penurun panas yang sesuai dengan dosis anjuran dokter. Jika bayi
kejang tapi tidak dalam kondisi demam, para orangtua alangkah baiknya segera
berkonsultasi dengan dokter untuk membicarakan kemungkinan penyebab lain.
c. Bayi lemah
Kondisi lemah pada bayi bisa dipicu oleh beragam penyebab, seperti diare, muntah
yang berlebihan, ataupun infeksi berat.
d. Sesak napas
Jika bayi bernapas kurang dari 40 kali per menit atau lebih dari 60 kali per menit,
maka para orangtua wajib waspada. Merintih Bayi belum bisa mengungkapkan apa
yang mereka rasakan. Maka dari itu, ketika mendapati bayi merintih terus-menerus
meski sudah diberi ASI atau sudah ditimang-timang, para orangtua lebih baik segera
menghubungi dokter.
e. Pusar kemerahan
Tali pusar yang berwarna kemerahan dapat menunjukkan adanya infeksi pada bayi.
Saat merawat tali pusar yang harus orangtua perhatikan adaah jaga tali pusar tetap
kering dan bersih.
f. Demam
Bayi dapat didiagnosis mengalami demam ketika suhu tubuhnya terpantau lebih dari
37,5 derajat Celsius. Jika mendapati bayi demam, para orangtua dianjurkan sesering
mungkin untuk mencegah kekurangan cairan. Selain itu, pertolongan pertama bisa
dilakukan dengan mengganti pakaian mereka dengan baju yang tipis agar panas
cepat menguap.
g. Mata bernanah
Nanah pada mata bayi baru lahir bisa menjadi tanda adanya infeksi yang berasal dari
proses persalinan. Untuk mengatasi masalah ini, para orangtua bisa melakukan
tindakan berupa membersihkan mata bayi dengan kapas dan air hangat.
h. Kulit Bayi Kuning
Kuning pada bayi pada umumnya terjadi karena bayi kurang minum ASI. Tapi, jika
kuning pada bayi terjadi pada waktu kurang dari 24 jam setelah lahir atau lebih dari
14 hari setelah lahir dan menjalar hingga telapak tangan dan kaki, para orangtua
patut cemas. Kondisi ini bisa menjadi gejala penyakit kuning.
Daftar Pustaka

Ahmad, Buraerah, Hakim, Prawirodiharjo, (2013). Faktor Determinan Status Kesehatan


Bayi Neonatal Di RSKDIA Siti Fatimah Makassar. Jurnal: Universitas
Hasanuddin. Dipublikasikan
Deswani, Kasim. 2010. Panduan Praktek Klinik dan Laboratorium Keperawatan
Maternitas. Jakarta: Salemba Medika
Indriasari, N. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir By. Ny.M dengan
Caput Succedaneum Di Rsu Assalam Gemolong. Skripsi: STIK Kusuma
Husada Surakarta. Dipublikasikan
Sodikin. (2009). Buku Saku Perawatan Tali Pusat. Jakarta :ECG

Anda mungkin juga menyukai