Anda di halaman 1dari 22

MATERNITAS

MEMANDIKAN BAYI DAN PERAWATAN TALI PUSAT

BAYI BARU LAHIR

1. Tinjauan Teori
a. Memandikan bayi
Memandikan bayi adalah salah satu tindakan perawatan bayi sehari-hari yang dilakukan
oleh seorang perawat. Memandikan bayi baru lahir dilakukan pada saat suhu tubuh bayi stabil
yaitu 36,5⁰ C - 37,5⁰ C atau menunggu 6 jam setelah bayi lahir. Teknik memandikan
neonatus adalah dengan teknik spongebath yaitu membersihkan neonatus dengan
membasuh seluruh bagian tubuh dari mulai kepala sampai degan ujung kaki tanpa dimasukan
kedalam bak mandi.

Gambar: teknik spongebath

Bayi baru lahir sebenarnya tidak perlu dimandikan segera setelah dilahirkan
untuk membersihkan vernik (lapisan lemak), karena vernik bisa menghilang sendiri setelah
hari kedua dan dapat melindungi kulit dari bakteri dan menjaga kehangatan bayi. Bayi harus
dimandikan jika seluruh tubuhnya diselimuti oleh mekonium / yang terkontaminasi oleh
darah/ feces ibu.

Gambar: bayi dengan verniks kaseosa


memandikan bayi adalah kegiatan penting yang harus dilakukan secara benar. Prinsip
dalam memandikan bayi yang harus diperhatikan adalah mempertahankan kehangatan bayi
setelah dimandikan, suhu air 37⁰-38⁰ C.
b. Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat adalah tindakan perawatan pada tali pusat bayi baru lahir sejak
dipotongnya tali pusat sampai tali pusat puput atau kering dengan tujuan untuk mencegah
infeksi pada tali pusat bayi dan mempercepat penyembuhan luka bekas pemotongan tali pusat
Rekomendasi terbaru dari WHO adalah cukup membersihkan pangkal tali pusat
dengan menggunakan air dan sabun, lalu dikering anginkan hingga benar-benar kering.
Penelitian menunjukkan bahwa tali pusat yang dibersihkan air dan sabun cenderung lebih
cepat lepas daripada tali pusat yang dibersihkan alkohol. Tali pusat juga tidak boleh ditutup
rapat dengan apapun karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat
lepasnya tali pusat, juga menimbulkan resiko
infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup, tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas tali
pusat dengan kain kassa steril. Pastikan bagian pangkal
tali pusat dapat terkena udara dengan leluasa

Tujuan dari perawatan tali pusat ada empat, yaitu:


1) Mencegah terjadinya infeksi.
Bila tali pusat basah, berbau dan menunjukkan tanda-tanda infeksi, harus waspada
terhadap infeksi tali pusat. Infeksi ini harus segera diobati untuk menghindari infeksi yang
lebih berat. Di mana infeksi tali pusat pada bayi dapat menyebabkan sepsis, meningitis
dan tetanus. Infeksi tali pusat pada dasarnya dapat dicegah dengan melakukan perawatan
tali pusat yang baik dan benar, yaitu dengan prinsip perawatan kering dan bersih.
2) Mempercepat proses pengeringan tali pusat.
3) Mempercepat terlepasnya tali pusat.
4) Mencegah terjadinya tetanus pada bayi baru lahir.
Penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus ke dalam tubuh melalui
tali pusat, baik dari alat steril, pemakaian obat-obatan, bubuk atau dedaunan yang
ditaburkan ke tali pusat sehingga dapat mengakibatkan infeksi.
Tanda-tanda Infeksi Tali Pusat
1) Pangkal tali pusat atau sekitarnya berwarna merah atau bengkak.
2) Keluar cairan yang berbau dan bernanah.
3) Ada darah yang keluar terus menerus.
4) Kejang.
5) Bayi mengalami demam.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan tali pusat:


1) Daerah tali pusat dan sekitarnya harus selalu dalam keadaan kering dan
bersih
2) Jangan mengoleskan alkohol atau betadine pada tali pusat karena akan
menyebabkan tali pusat menjadi lembab.
3) Pakaikan popok dibawah tali pusat
4) Bila terdapat tanda-tanda infeksi pada tali pusat, seperti kemerahan atau
mengeluarkan nanah atau darah dan berbau segera hubungi petugas
kesehatan
5) Jangan membungkus pusat atau mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke
tali pusat.

2. Tujuan Tindakan Memandikan Bayi


a. Membersihkan badan bayi.
b. Memberi rasa nyaman pada bayi.
c. Membuat bayi tetap wangi dan bersih.
d. Mengurangi risiko terjadinya infeksi.
e. Mandi sebelum tidur akan membantu relaksasi.
f. Merupakan bentuk perhatian ibu untuk menunjukan rasa sayangnya.
g. Merangsang saraf sensorik dan motorik.

3. SOP
Kegiatan SKOR
No 0 1 2
Memandikan Bayi dan Perawatan Tali Pusat
1 Fase Pre-Interaksi
a. Verifikasi order
1. Persiapan alat :
 Air hangat.
 Air steril.
 Termometer (tubuh dan air).
 Handuk, Waslap bersih.
 Sabun bayi dan sampo.
 Kassa, Cotton bud.
 Kapas untuk membersihkan daerah perineal.
 Waskom 2 buah.
 Bengkok.
 Apron, Perlak.
 Popok dan pakaian bersih.
 Keranjang atau ember untuk pakain kotor.
 Pinset anatomis 2 buah, kom 1 buah.
2. Persiapan perawat/lingkungan
1) Perawat mencuci tangan
2) Menyiapkan lingkungan dan membatasi pengunjung.
2 Fase Orientasi
a. Memberi salam, dan menyebut nama (bayi dan orang tua jika
ada).
b. Menjelaskan tindakan, tujuan tindakan, kontrak waktu, dan
memberikan kesempatan keluarga untuk bertanya.
c. Menutup pintu, jendela dan memasang sekat.
3 Fase Kerja
a. Pastikan bayi pada posisi nyaman dalam pegangan atau
terbaring.
b. Kaji ulang suhu tubuh bayi serta tanda dan gejala adanya distress
pernafasan.*
c. Periksa kembali temperatur air dengan suhu 37 0-380C (hangat-
hangat kuku), air dalam waskom hanya digunakan untuk
membasuh dan membersihkan rambut.*
d. Mulai memandikan:
1) Usap mata dari kantus dalam ke kantus luar. Gunakan air
bersih dan bagian yang berbeda untuk tiap-tiap mata.
2) Bersihkan hidung menggunakan cotton bud.
3) Bersihkan wajah dengan lembut. Gunakan air biasa/tanpa
menggunakan sabun, segera keringkan menggunakan
handuk. *
e. Membersihkan rambut dan telinga*
1) Pegang bayi dengan aman, gunakan ”foot ball hold”, basahi
rambut dengan air secara lembut sambil mempertahankan posisi
anak telentang dan kepala disokong perawat.
2) Usap sampo bayi dengan menggunakan lap, bilas rambut, dan
keringkan kulit kepala dengan cepat.
3) Membersihkan telinga luar dengan gerakan memutar dan
gunakan bagian yang berbeda untuk tiap-tiap telinga, keringkan
segera.
f. Membersihkan tubuh dan ekstremitas*
1) Melepas pakaian bayi, bayi tetap diselimuti
2) Membasahi leher, dada, abdomen, mengusapkan sabun,
membilas, dan mengeringkan
3) Membasahi ekstremitas atas (lengan-ketiak), mengusapkan
sabun, membilas, dan mengeringkan
4) Membasahi punggung, mengusapkan sabun, membilas, dan
mengeringkan
g. Membasahi kaki, mengusap sabun, membilas, dan
mengeringkan
h. Membersihkan genitalia, perianal, dan bokong
1) Membersihkan genitalia dengan kapas yang dibasahi air, tanpa
sabun, dan mengeringkan.
a) Bayi perempuan : bersihkan labia secara berlahan dengan
arah depan ke belakang.
b) Bayi laki-laki : tarik kulup dengan lembut dan sejauh-
jauhnya, bersihkan ujung glands dengan gerakan memutar
dan kembalikan kulup dengan segera setelah dibersihkan.
2) Membersihkan daerah perianal dengan kapas yang dibasahi air,
gunakan sabun jika bayi BAB, membilas, dan mengeringkan.
3) Membersihkan area bokong bayi, mengusap sabun, membilas,
dan mengeringkan.
i. Perawatan tali pusat terbuka*
Gunakan air steril untuk perawatan tali pusat. Angkat tali pusat
agar perawatan lebih adekuat. Bersihkan tali pusat menggunakan
kassa yang dibasahi air steril dari pangkal ke ujung kemudian
keringkan dengan kassa kering. Biarkan tali pusat dalam keadaan
terbuka.
j. Pakaikan pakaian bayi. Gunakan pakaian bayi yang tepat sesuai
kondisi lingkungan.*
4 Fase Terminasi
a. Evaluasi respon bayi dan keluarga terhadap prosedur yang
dilakukan.
b. Simpulkan hasil kegiatan .
c. Kontrak waktu kegiatan selanjutnya.
d. Dokumentasikan hasil kegiatan.
Nilai = Total Nilai x 100 Nilai =..............100 =
Total Skor (45) 45

4. Daftar Pustaka
Perry, S. E., Hockenberry, M. J., Alden, K. R., Lowdermilk, D. L., Cashion, M. C., & Wilson,
D. (2017). Maternal Child Nursing Care-E-Book. Mosby.
Sacks, E., Moss, W. J., Winch, P. J., Thuma, P., van Dijk, J. H., & Mullany, L. C. (2015). Skin,
thermal and umbilical cord care practices for neonates in southern, rural Zambia: a
qualitative study. BMC pregnancy and childbirth, 15(1), 1-11.
World Health Organization. UNFPA, UNICEF. 2015. Integrated Management of Pregnancy and
Childbirth. Pregnancy, childbirth, postpartum and newborn care: a guide for essential
practice – 3rd edition.
Available: http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/249580/1/9789241549356-eng.pdf.
https://www.wikihow.com/Give-a-Baby-a-Sponge-Bath
VULVA HYGIENE DAN PERAWATAN PERINEUM

1. Tinjauan Teori
Vulva Hygiene
Vulva adalah struktur organ genitalia eksternal wanita, yang meliputi labia mayora kanan,
labia mayora kiri, labia minora kanan, labia minora kiri, dan vestibulum. Vulva Hygiene adalah
suatu tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan organ eksternal genitalia wanita.

Perawatan Perineum
Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus.
Perawatan perineum pada ibu nifas perlu dilakukan terutama bila disertai dengan jahitan
perineum. Perineum dengan jahitan yang biasanya terjadi pada ibu nifas sangat potensial terjadi
infeksi. Potensi infeksi pada perineum terjadi karena perineum pada ibu nifas merupakan daerah
yang lembab, dengan lochea atau darah nifas yang selalu mengalir ke perineum. Hal tersebut
menyebabkan daerah perineum selalu basah. Perineum yang cenderung lembab akan
memudahkan mikroorganisme berkembangbiak, apalagi bila pasien enggan mengeringkannya
karena khawatir merasa sakit bila menyentuh jahitan perineum.
Perawatan perineum meliputi pencegahan kontaminasi dari rektum, penanganan dengan
lembut daerah perineum, membersihkan pengeluaran pervaginam yang berupa lochea agar tidak
menjadi sumber mikroorganisme dan bau. Prinsip perawatan perineum dengan jahitan adalah
dengan menjaga kebersihan daerah kelamin agar tetap bersih dan kering. Menjaga kebersihan dan
mencegah kelembaban daerah perineum, bisa dilakukan ketika mandi atau mengganti pembalut.
Jadi, Perawatan Perineum dan Vulva Hygiene adalah pemenuhan kebutuhan untuk
menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus, dan juga kegiatan membersihkan
vulva pada ibu yang sedang dalam masa nifas/post partum.
Berikut ini adalah gambar organ genitalia eksternal perempuan.

Sumber: https://www.nva.org/learnpatient/gynecological-anatomy/

Waktu
Pada ibu post partum, pembalut diganti 4-6 jam sekali atau setiap berkemih, atau mandi untuk
mengurangi resiko terjadinya infeksi. Waktu yang tepat untuk merawat perineum adalah :
1. ketika mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut. Setelah terbuka maka ada
kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk
itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut. Demikian pula pada perineum ibu, untuk itu
diperlukan pembersihan perineum.
2. ketika buang air kecil
Pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni pada rectum
akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan
pembersihan perineum.
3. ketika buang air besar
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus. Untuk
mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan
maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan
Cairan yang digunakan
Perawatan perineum dapat dilakukan dengan menggunakan cairan normal salin maupun povidone
iodine. Akan tetapi beberapa penelitian menyebutkan bahwa normal saline memberikan efek yang
positif terhadap penyembuhan luka episiotomy pada ibu postpartum dilihat dari rendahnya skala
REEDA dan nyeri yang lebih rendah dibandingkan ibu postpartum yang dilakukan perawatan
dengan povidone iodin5.
Skala REEDA adalah pengkajian secara inspeksi kondisi perineum yang mencakup:
Redness/kemerahan, Echimosis/kebiruan, Edema/bengkak, Discharge/ nanah,
Approximation/penyatuan jaringan luka. Kemerahan dianggap normal pada luka perineum,
edema berlebih dapat memperlambat penyembuhan luka, discharge harus tidak ada pada luka,
tepi luka jahitan harus rapat.

2. Tujuan
Tujuan dari vulva hygiene dan perawatan perineum adalah untuk:
1. Memberikan rasa nyaman pada pasien
2. Mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum, maupun uterus
3. Meningkatkan penyembuhan luka perineum atau jahitan perineum
4. Menjaga kebersihan perineum dan vulva

3. SOP
SKOR
No Kegiatan Perawatan Perinium dan Vulva Hygiene 0 1 2
1 Pre-Interaksi
a. Verifikasi order
b. Persiapan alat :
1) Bengkok dan perlak
2) Pispot
3) Botol berisi air matang hangat
4) Sarung tangan steril/bersih
5) Kassa steril
6) Korentang
7) pembalut
8) celana dalam bersih
9) NaCl
10) Kapas steril atau kapas sublimat
11) Bak steril dengan isinya (kom, pinset)
12) Handuk bersih, kering/tissue
13) Selimut mandi
14) Kantong plastik
b. Persiapan perawat / Lingkungan
Menyiapkan lingkungan dan membatasi pengunjung, cuci tangan
2 Fase Orientasi
a. Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa klien
dengan ramah.
b. Mengidentifikasi pasien.
c. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan
pada klien atau keluarganya.
d. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya, kontrak waktu
e. Menutup pintu, jendela, memasang sekat dan menutup tirai.
3 Fase Kerja
a. Memasang selimut mandi.
b. Memasang perlak dibawah bokong.
c. Tawarkan untuk lepas celana sendiri atau dibantu
d. Cek lokhea dalam pembalut (warna, karakteristik, jumlah)*
e. Celana dan pembalut dimasukkan dalam tas plastik yang berbeda.
f. Pasang pispot
g. Mengatur posisi pasien dorsal recumbent.*
h. Mendekatkan bengkok ke dekat pasien.
i. Perawat cuci tangan dan memakai sarung tangan.*
j. Membuka vulva dengan ibu jari dan jari telunjuk kiri.*
k. Mengamati kondisi vulva dan pengeluaran (sebutkan jumlah,
warna, bau, kondisi vulva)
l. Mengguyur vulva dengan air bersih.*, menggunakan tangan kanan,
sedangkan tangan kiri membuka labia sampai vestibulum dengan
hati-hati
m. Pispot diambil.*
n. Membersihkan vulva dengan kapas seteril atau kapas sublimat yg
telah dibasahi air bersih mulai dari labia mayora kiri, labia
mayora kanan, labia minora kiri, labia minora kanan, Arah dari
atas ke bawah (1 kapas, 1 kali usap).*
o. Membersihkan vestibulum dari atas ke bawah sampai ke anus
dengan sekali usapan sampai bersih*
p. Bersihkan perineum dan Perhatikan keadaan perineum. Bila ada
jahitan, perhatikan apakah lepas/longgar, bengkak/iritasi, kaji
REEDA*
q. Apabila terdapat luka pada perineum (luka episiotomy/jahitan)
maka lakukan perawatan dengan cara mengompres dengan kassa
steril yang telah dibasahi NaCl. *
r. Keringkan dengan handuk kering atau tissue dari depan
ke belakang dengan cara ditepuk.
s. Melepas sarung tangan
t. Memasang celana dalam dan pembalut.
u. Mengambil perlak dan bengkok.
v. Merapikan pasien, mengambil selimut mandi dan memakaikan
selimut pasien.
4 Fase Terminasi
a. Evaluasi respon pasien.
b. Simpulkan hasil kegiatan.
c. Kontrak waktu kegiatan selanjutnya.
d. Dokumentasikan hasil kegiatan.
Nilai= skor didapat x 100
Total skor (49) Nilai= ……… x 100
49
4. Daftar Pustaka
Pillitteri, A. 2014. Maternal & Child Health Nursing: Care of the Childbearing & Childrearing
Family. 7th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Nugroho dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan dan Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika
Wiknjosastro & Hanifa. 2015. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP
Reeder, Sharon., Martin, Leonide., Griffin, Deborah. 2011. Keperawatan maternitas kesehatan
wanita, bayi, dan keluarga. Vol 1. Alih bahasa Afiyanti, dkk. Jakarta: EGC
Gomaa, R., Hashem, SAER., Mohamed, R., Farrag, R. 2019. Effectiveness of Betadine versus
Normal Saline Dressing on Episiotomy Wound Healing. Egyptian Journal of Health Care.
Vol.10 No.3. 193- 206. https://www.nva.org/learnpatient/gynecological-anatomy/
PEMERIKSAAN LEOPOLD

1. Tinjauan Teori
a. Definisi
Pemeriksaan leopold merupakan teknik pemeriksaan pada perut pasien hamil untuk
menentukan posisi dan letak janin dengan melakukan palpasi abdomen pada pasien hamil.
b. Langkah Pemeriksaan Leopold
Palpasi leopold terdiri dari 4 langkah, yaitu:
1) Leopold I
Leopold I bertujuan untuk mengetahui letak fundus uteri dan bagian janin yang terdapat
pada bagian fundus uteri.
2) Leopold II
Leopold II bertujuan untuk menentukan bagian janin yang berada pada sisi lateral
maternal.
3) Leopold III
Leopold III bertujuan untuk membedakan bagian presentasi dari janin dan memastikan
apakah bagian terendah janin masuk panggul.
4) Leopold IV
Leopold IV bertujuan untuk meyakinkan hasil yang ditemukan pada pemeriksaan leopold
III dan untuk mengetahui sejauh mana bagian presentasi sudah masuk panggul.

Pelaksanaan pemeriksaan leopold dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 1. Pemeriksaan leopold

c. Mengukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)


Pengukuran TFU sebagai salah satu indikator untuk menentukan kemajuan pertumbuhan janin.
Pengukuran TFU juga dapat dijadikan perkiraan usia kehamilan. Tinggi fundus yang
stabil/tetap atau menurun merupakan indikasi adanya retardasi pertumbuhan janin,
sebaliknya tinggi fundus yang meningkat secara berlebihan mengindikasikan adanya jumlah
janin lebih dari satu atau kemungkinan adanya hidramnion.
Menentukan usia kehamilan berdasarkan TFU dapat menggunakan 2 jenis rumus sebagai
berikut:
1) Rumus Bartholomew
Antara simpisis pubis dan pusat dibagi menjadi 4 bagian yang sama, maka tiap bagian
menunjukkan penambahan 1 bulan. Fundus uteri teraba tepat di simfisis menunjukkan
umur kehamilan 2 bulan (8 minggu). Antara pusat sampai prosesus xifoideus dibagi
menjadi 4 bagian dan tiap bagian menunjukkan kenaikan 1 bulan. Tinggi fundus uteri
pada umur kehamilan 40 minggu (bulan ke-10) kurang lebih sama dengan umur
kehamilan 32 minggu (bulan ke-8).

Gambar 2. Usia kehamilan berdasarkan Tinggi Fundus Uteri (TFU)


2) Rumus Mc Donald’s
Tinggi Fundus Uteri diukur dengan metline, dapat dilihat pada gambaran rumus sebagai
berikut:
- TFU (cm) x 2/7 (atau + 3,5) = umur kehamilan dalam bulan
- TFU (cm) x 8/7 = umur kehamilan dalam minggu
Hasil pengukuran TFU dalam cm juga dipergunakan untuk menghitung taksiran berat
janin (TBJ). Taksiran ini hanya berlaku untuk janin dengan presentasi kepala. Rumus
perhitungan TBJ menurut Lohson adalah sebagai berikut:
- TBJ (gram) = (TFU – 11) x 155 (bila bagian presentasi sudah masuk PAP)
- TBJ (gram) = (TFU – 12) x 155 (bila bagian presentasi belum masuk PAP)

Gambar 3. Pengukuran TFU menggunakan metline

Tabel 1. Nilai normal TFU sesuai umur kehamilan, untuk memantau pertumbuhan janin
Umur kehamilan TFU (cm) TFU Leopold 1
12 minggu - 1-2 jari diatas simfisis
16 minggu - Pertengahan simfisis - pusat
20 minggu 20 mg (± 2cm) 2-3 jari dibawah pusat
22-27 minggu Umur kehamilan dalam Setinggi umbilikus
minggu = cm (± 2cm)
28 minggu 28 mg (± 2cm) Pertengahan pusat - PX
29-35 minggu Umur kehamilan dalam 3 jari dibawah PX
minggu = cm (± 2cm)
36-40 minggu 36 mg (± 2cm) Pada PX atau pertengahan psat
- PX
d. Perhitungan Denyut Jantung Janin (DJJ)
Pemeriksaan DJJ bertujuan untuk mengetahui kesejahteraan janin dengan mendengarkan
denyut jantung janin secara langsung (irama, frekuensi) selama 1 menit. Rentang normal DJJ
adalah 110-160 kali permenit.

(a) (b)

Gambar 4. Alat untuk menghitung DJJ: (a) fetoscope pinard, (b) doppler

Gambar 5. Letak punctum maksimum (lokasi pengukuran DJJ


pada area punggung janin bagian atas): (a) posisi janin presentasi
kepala, punggung kanan; (b) posisi janin presentasi bokong,
punggung kiri
2. Tujuan Tindakan
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan pasien dan bayi
b. Mengenali secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil
c. Mempersiapkan persalinan cukup bulan
d. Mempersiapakan pasien agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif

3. Standar Operasional Prosedur (SOP)


Kegiatan SKOR
No 0 1 2
Pemeriksaan Leopold
1 Fase Pre-Interaksi
Verifikasi order
Persiapan alat
 Metline
 Fetoscope pinard
 Doppler dan jelly
 Selimut
 Bantal
 Arloji
Perawat mencuci tangan
2 Fase Orientasi
a. Memberikan salam, kenalkan diri perawat, tanyakan nama pasien
dan cocokkan dengan gelang pasien.
b. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien.
c. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya.
d. Menutup pintu, jendela dan memasang sekat.
3 Fase Kerja
c. Mempersilahkan pasien untuk mengosongkan kandung kencing.
b. Mengatur posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bantal agak
ditinggikan, bantal sampai di bahu atas. Mengatur kaki pasien sedikit
ditekuk (30-45o).
c. Mengatur selimut (selimut menutupi daerah genitalia dan kaki), dan
mempersilahkan & membantu pasien untuk membebaskan daerah
perut dari baju.
d. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien, menghadap perut pasien.
e. Melakukan pemeriksaan leopold I
- Mengetengahkan rahim dengan kedua tangan
- Melakukan fiksasi dengan cara menahan fundus uteri dengan
tangan kiri
- Mengukur TFU dengan jari-jari tangan kanan
- Meraba bagian fundus untuk menentukan bagian yang teraba di
fundus kepala/bokong/kosong
f. Melakukan pemeriksaan leopold II
- Menggeser tangan ke sisi samping perut pasien
- Menahan perut pasien sebelah kiri dengan tangan kanan, dan
meraba perut sebelah kanan pasien dengan tangan kiri
- Meraba dan merasakan bagian-bagian janin, punggung akan
terasa datar dengan tahanan kuat, sedang bagian kecil janin akan
teraba bagian yang berbenjol-benjol
- Melakukan pemeriksaan yang sama pada sisi sebaliknya
g. Melakukan pemeriksaan leopold III
- Menggeser tangan kanan diatas simpisis untuk menangkap
bagian terbawah janin
- Menahan fundus uteri dengan tangan kiri
- Meraba bagian terbawah janin untuk menentukan bentuk dan
kekerasannya
- Menggoyangkan dengan lembut bagian terbawah janin dengan
tangan kanan (bila melenting berarti kepala)
h. Melakukan pemeriksaan leopold IV
- Mempersilahkan pasien untuk meluruskan kakinya
- Posisi pemeriksa berdiri menghadap kaki pasien
- Kedua tangan pemeriksa diletakkan di sisi bagian bawah rahim
(menangkap presentasi janin)
- Meraba dan mengidentifikasi (memastikan presentasi janin
masuk panggul)
Kedua tangan bertemu (konvergen) berarti presentasi belum
masuk panggul. Kedua tangan tidak bertemu (divergen) berarti
sudah masuk panggul
i. Melakukan pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) *:
- Letakkkan titik nol metline pada pinggir atas simphisis pubis
(untuk menghindari bias, sebaiknya pemeriksa menempatkan
metline dalam keadaan terbalik dengan satuan inchi)
- Metline ditarik melewati garis tengah abdomen sampai puncak
fundus uteri
- Menentukan TFU, fiksasi titik tertinggi yang menunjukkan
puncak fundus uteri, kemudian metline dibalik sehingga hasil
pengukuran dibaca dalam skala cm
- Menghitung usia kehamilan dengan menggunakan rumus Mc
donald’s
j. Melakukan penghitungan denyut jantung janin (DJJ)* :
Menggunakan fetoscope pinard
- Menentukan punctum maksimum (yaitu lokasi pada area
punggung janin bagian atas)
- Meletakkan fetoscope di punctum maksimum
- Menempelkan fetoscope pada telinga dan posisi pemeriksa
menghadap ke arah muka pasien (tangan pemeriksa sebaiknya
tidak memegang fetoscope agar tidak mempengaruhi
perhitungan denyut jantung)
- Memegang denyut nadi pasien pada pergelangan tangan dengan
tangan yang lain (membedakan antara bunyi DJJ dengan nadi
pasien, apabila beda, berarti fetoskop tepat pada DJJ)
- Menghitung DJJ menggunakan arloji selama 1 menit penuh

Menggunakan doppler
- Menentukan punctum maksimum (yaitu lokasi pada area
punggung janin bagian atas) dan mengoleskan jelly diatasnya
- Mengidentifikasi ketepatan bunyi DJJ (frekuensi, teratur, jelas,
suara tidak hilang timbul)
- Membaca frekuensi DJJ pada layar doppler
4 Fase Terminasi
a. Evaluasi respon pasien
b. Simpulkan hasil kegiatan
c. Kontrak waktu kegiatan selanjutnya
d. Dokumentasikan hasil kegiatan

Nilai = Total nilai x 100 Nilai = ...... x 100 =


Total skor (31) 31

*) Critical point

4. Daftar Pustaka
Department of Health. 2019. Clinical Practice Guidelines: Pregnancy Care. Canberra:
Australian Government, Department of Health.
National Institute for Health and Care Excellence (NICE). 2019. Clinical Guideline: Antenatal
Care for Uncomplicated Pregnancies. Available from: www.nice.org.uk/guidance/CG62.
WHO. 2016. Pregnant women must be able to access the right care at the right time, says WHO.
Available from: https://www.who.int/news/item/07-11-2016-pregnant-women-must-be-
able-to-access-the-right-care-at-the-right-time-says-who
Barreix, M; Lawrie, T.A; Kidula, N; Tall, F; Bucagu, M; Chahar, R; Tuncalp, O. 2020.
Development of the WHO Antenatal Care Recommendations Adaptation Toolkit: a
standardised approach for countries. Health Research Policy and System (2020) 18:70.
WHO. 2016. WHO recommendations on antenatal care for a positive pregnancy experience. UK
.
WHO. 2016. Standards For Improving Quality Of Maternal And Newborn Care In Health
Facilities. Switzerland.
PEMERIKSAAN FISIK PADA POST PARTUM

1. Tinjauan Teori
a. Definisi
Pemeriksaan Fisik Post Partum adalah pemeriksaan yang di lakukan pada ibu post partum,
yang merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah Kesehatan yang di
alami oleh ibu post partum dengan mengumpulkan data obyektif selama pemeriksaan pada
pasien.
b. Tujuan
Tujuan pemeriksaan Fisik pada ibu post partum adalah
1.Untuk mengumpulan data
2. mengidentifikasi masalah pasien
3. Menilai perubahan status pasien
4. Mengevalusi pelaksanaan Tindakan yang telah di berikan
2. Prinsip Umum
1. prinsip umum pada pemeriksaan ibu post partum adalah:
2. Pemeriksaan ibu nifas di sesuaikan dengan tujuan kunjungan program dan kebijakan ( 6
jam,2-6 hari,2 minggu,6 minggu setelah melahirkan )
3. Menjalaskan Tindakan pemeriksaan fisik yang akan di lakukan pada pasien
4. Pada saat melakukan pemeriksaan fisik posisi perawat di sebelah kanan pasien
5. Gunakan pendekatan fisik mulai dari arah luar tubuh ke arah dalam tubuh, posisi pasien
tergantung jenis pemeriksaan dan kondisi sewaktu di periksa
6. Gunakan pemeriksaan fisik dengan menggunakan tehnik pemeriksaan dari daerah yang
mengalami kelainan ( abnormal) ke daerah yang tidak mengalami kelainan ( normal )
7. Perhatikan pencahayaan yang tepat,suhu dan suasana ruangan yang nyaman serta menjaga
privasi pasien
3. SOP
Kegiatan Score
No Pemeriksaan Post Partum 0 1 2
1 Fase Pre-Interaksi
a. Verifikasi order.
b. Persiapan alat :
 Tensimeter, Termometer, Jam tangan.
 Timbangan berat badan.
 Tinggi badan.
 Stetoskop.
c. Persiapan perawat / Lingkungan.
 Perawat mencuci tangan.
 Menyiapkan lingkungan dan membatasi pengunjung.
2 Fase Orientasi
a. Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa
klien dengan ramah.
b. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan
pada klien atau keluarganya.
c. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya.
d. Menutup pintu, jendela dan memasang sekat.
3 Fase Kerja
a. Mencuci tangan.
b. Mengatur posisi klien yang nyaman.
c. Pemeriksaan Umum
1) Tanda vital, berat badan, tinggi badan.
2) Keadaan umum dan kesadaran klien.
3) Kebersihan keseluruhan
d. Pemeriksaan daerah kepala : Kepala, rambut, muka,
konjunktiva, telinga, bagian leher.
e. Pemeriksaan daerah dada : Jantung, payudara, puting susu dan
pengeluaran asi.
f. Pemeriksaan abdomen :
1) Infeksi abdomen.
2) Involusio uteri ( tinggi fundus uteri, kontraksi
serta posisinya).
3) Kandung kemih.
4) Diactasis recti abdominalis.
5) Adanya distensi, bising usus, flaktus.
6) Adanya afterpain.
g. Pemeriksaan perineum :
1) Mengatur posisi klien.
2) Jahitan perineum jika ada, ada tidaknya tanda REEDA.
3) Kebersihan perineum.
4) Pengeluaran lokea (warna, konsistesi, jumlah, bau),
adanya perdarahan.
5) Adanya hemoroid.
h. Pemeriksaan bawah :
1) Inspeksi.
2) Memeriksa adanya edema.
3) Memeriksa adanya tanda Homan.
4) Memeriksa adanya varises.
4 Fase Terminasi
a. Evaluasi hasil tindakan.
b. Kontrak waktu kegiatan selanjutnya.
c. Mengakiri kegiatan.
d. Dokumentasi.
Nilai = Total Nilai x 100
Nilai = ............. x 100 =
Total Skor (34) 34

4. Daftar Pustaka
Suhemi,dkk ( 2015 ), Perawatan masa nifas, Yogyakarta:Fitramaya
Anggraeni yeti ( 2015),Asuhan Kebidanan masa Nifas,Yogyakarta: Pustaka Rihama
Lowdermik and Deitra Leonard ( 2011), Maternity Nursing, St.Louis Missouri :Mosby
Elsevier
Berliana Irianti.,S.SiT,M.Keb ( 2019).Konsep Kebidanan dan Memahami dasar dasar Konsep
Kebidanan: .Pustaka Baru Press.
Marmi.,S.ST ( 2012) Penutun Belajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Jl. Bener No. 26 Tegalrejo Yogyakarta
Telp. (0274) 587402 Kodepos 55243

Anda mungkin juga menyukai