Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN BBDM MODUL 6.

2
SKENARIO 1

Kelompok 1x

Disusun Oleh :

MRX (22010117130xxx)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
202x
BBDM SKENARIO 1 MODUL 6.2

Seorang Ibu memeriksakan bayi perempuannya yang berusia 18 bulan


berat badan 10 kg , dengan keluhan diare dan nyeri perut setiap hendak BAB.
Diare sejak 3 hari yang lalu, frekuensi 5x dalam 24 jam, konsistensi cair
berampas, ada lendir, ada darah, tidak ada muntah sebelumnya. Anak demam 38,7
C, onset demam bersamaan dengan diare. Pada Pemeriksaan fisik didapatkan mata
cowong, mukosa mulut kering, anak tampak rewel. Pada anus didapatkan ruam.
Hasil pemeriksaan penunjang Hb 13 gr/dl Ht 36.8 %, Leukosit 27.800
/mm3, Trombosit 556.000 U/L. Feces rutin : leukosit 45/LPB, Eritrosit
penuh/LPB, bakteri +3, Kista amoeba (+). Anak lahir spontan cukup bulan
ditolong bidan langsung menangis. Anak saat ini minum formula, ASI tidak
diberikan sejak umur 2 bulan. Ibu menceritakan kalau botol susu dicuci dengan
cara direndam meggunakan air hangat.
I. TERMINOLOGI
1. Diare :Volume buang air besar cair yang sangat banyak dalam
sehari (>10 mL feses/kgBB/hari). Penyakit yang ditandai
dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari
biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan/ tanpa darah dan/atau lendir.
Diare dibagi menjadi 2 yaitu diare akut adalah sebagai
pasase tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih
banyak dari normal, dan berlangsungnya kurang dari 14
hari sedangkan diare kronis adalah diare yang berlangsung
lebih dari 15 hari.
2. Hematokrit : Presentase sel darah merah terhadap volume darah total.
3. Kista amoeba : Kista pada mahkluk mikrobial biasanya berada pada stage
resting atau dormant. Kista ini bisa terjadi pada bakteri
atau protoza (amoba). Fungsi perubahan pada bentuk kista
agar mahluk ini dapat bertahan hidup dikondisi apapun
ditubuh manusia biasanya kista bisa hidup karena tahan
asam yang diproduksi pada tubuh manusia, misalkan asam
lambung. Penemuan kista pada feses menandakan telah
terjadi infeksi. Genus yang sering ditemikan adalah
entamoeba.
4. Mata cowong : mata yang cekung atau menjorok ke dalam karena
penurunan jumlah vitreus humor termasuk salah satu tanda
dehidrasi
5. Ruam : Perubahan pada kulit berupa noda kemerahan, bintil, atau
luka lepuh akibat iritasi atau peradangan. Kondisi kulit
yang ditandai dengan iritasi, bengkak atau gembung kulit
yang diketahui dengan adanya warna merah, rasa gatal,
bersisik, kulit yang mengeras atau benjolan melepuh pada
kulit.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan laboratorium pasien?
2. Apa hubungan mata cowong, mukosa muliut kering, dan anak tampak
rewel terhadap keluhan pasien?
3. Apa hubungan anus tampak ruam dengan keluhan pasien?
4. Apakah terdapat hubungan antara riwayat pemberian ASI dengan keluhan
pasien?
5. Kemungkinan diagnosis pasien?
6. Apa yang harus dilakukan sebagai dokter umum?
7. Apakah BB dan TB normal pada usia 18 bulan? Apakah TB dan BB juga
dapat mempengaruhi kondisi pasien?
III. ANALISIS MASALAH
1. Interpretasi PP
Darah
 Hb 13 artinya mormal (N:10,5-13)
 Leukosit 27.800 artinya Meningkat (N:6000-17000) kemungkinan
terjadi reaksi infeksi
 Trombosit 556000 Normal (N : 250000-600000)
 Hematokrit 36,8% artinya normal
(N : Bayi usia 1 tahun: sekitar 28% – 45%, Anak-anak : sekitar 36% –
40%)
Feses
Makro
 Konsistensi cair berampas artinya abnormal (N:Lunak dan agak
berbentuk)
 Lendir, Darah artinya abnormal (N: tidak ada lendir dan darah)
beberapa sumber mengatakan jika adanya lendir itu normal pada
beberapa bayi, kemungkinan lain penyebab lendir dan darah adalah
adanya peradangan pada usus yang disebabkan oleh bakteri
Mikro
 Leukosit 45/LPB artinya meningkat (terjadi pada disentri
basiler,colitis ulserosa,dan peradangan)
 Eritrosit penuh artinya abnormal (N:Tdk ada) ada lesi pada kolon or
rectum or anus
 Bakteri +3 artinya Abnormal ( pada disentri -> bakteri Shigella,
Campylobacter, E. coli, dan Salmonella. Bakteri shigella adalah
penyebab disentri yang paling umum.)
 Kista amoeba artinya terdapat ada protozoa
2. Mata cowong, mukosa mulut kering, dan bayi rewel merupakan gambaran
klinis dari dehidrasi yang disebabkan karena diare yang dialami oleh
pasien. Kemungkinan bayi DEHIDRASI --> tanda dehidrasi : gejala awal
yang bisa diperhatikan adalah ubun-ubun bayi akan cekung, tidak
mengeluarkan air mata ketika menangis, kurang aktif, rewel, dan mudah
mengantuk.
Bayi diare -> dehidrasi, karena ketika anak diare (bab cair) sehingga
banyak cairan dan elektrolit yang hilang. Sehingga ketika carian dan
elektrolit hilang maka bayi bisa menjadi lemas. Sehingga sebaiknya untuk
mencegah bayi menjadi dehidrasi berat maka harus diberikan cairan
pengganti dan makanan tambahan dari ASI.
3. Terdapat hubungan dengan riwayat ASI yang tidak diberikan secara
eksklusif selama 6 bulan (2 bulan). ASI eksklusif memiliki kandungan
yang spesifik dan berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan kebutuhan
bayinya. ASI mengandung laktosa yang tinggi dimana laktosa
meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang baik yakni Lactobacillus
bifidus. Fermentasi laktosa menghasilkan asam laktat yang memberikan
suasana asam pada usus bayi yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri patogen. Selain itu, ASI juga mengandung laktoferin yang bersifat
bakteriostatik dan bakterisid. Laktoferin menghambat pertumbuhan
bakteri dengan cara berikatan dengan zat besi sehingga tidak tersedia lagi
zat besi untuk bakteri patogen. Zat imun lain dalam ASI adalah suatu
kelompok antibiotik alami yaitu lisozim. ASI juga berperan sebagai
sumber utama imunisasi pasif selama beberapa minggu sebelum produksi
endogen SIgA karena menghasilkan SIgA (secretory IgA), dimana SIgA
ini merupakan faktor protektif penting terhadap infeksi. Faktor lain yaitu
pengenceran susu formula yang tidak tepat juga dapat mengakibatka
gangguan pencernaan bayi, seperti susu yang terlalu kental dapat
membuat usus bayi susah mencerna, sehingga sebelum susu dicerna oleh
usus akan dikeluarkan kembali melalui anus yang mengakibatkan bayi
mengalami diare. Selain itu, pembuatan susu formula yang tidak
menjamin bebas dari kontaminasi mikroorganisme patogen.Diare dapat
menyebabkan anus lecet sehingga terjadi ruam pada anus ditambah
dengan pembersihan anus setelah diare tidak bersih.
Menurut Akademi Pediatrik Amerika (The American Academy of
Pediatrics),mencuci botol dengan air sabun yang hangat cukup efektif
untuk membersihkannya selama air tersebut aman untuk diminum.
Namun agar efektif membunuh bakteri, diperlukan temperatur 100 derajat
celcius misalkan menggunakan alat sterilisasi uap atau sterilisasi dengan
air mendidih. Kalau botol susu terbuat dari plastik, pastikan ada label
BPA (Bisphenol-A) Free, karena kalau bahan dari BPA dididihkan dapat
meningkatkan jumlah bahan kimia berbahaya dari plastik ke dalam
minuman dan menimbulkan resiko kesehatan pada si bayi
BPA itu sejenis bahan kimia yang struktur dan fungsinya mirip hormon
estrogen, yang menurut penelitian dapat mempengaruhi fungsi normal
hormon tubuh dan menimbulkan beberapa gangguan seperti obesitas,
attention-deficit atau hyperactivity disorder, DM tipe 2
4. Adanya kondisi anus kemerahan disebut dengan ruam popok atau diaper
dermatitis. Kondisi ini didefinisikan sebagai kelainan peradangan kulit
yang terjadi pada daerah yang tertutup oleh popok, umunya terjadi pada
bayi atau anak. Pendapat lain menyatakan bahwa diaper rash adalah
inflamasi kulit karena terkena paparan urine dan feses yang terus menerus
ditambah dengan gesekan dengan popok yang sifatnya iritatif. Pendapat
dari Andi, 2012 dalam penelitiannya menyatakan bahwa ruam popok
akdalah iritasi pada bokong bayi yang ditandai dengan warna kemerahan
dan gatal yang umum terjadi bila bayi mengalami diare.
Yang perlu digaris bawahi adalah dalam patogenesis terjadinya ruam
popok adalah perianal hygiene yang buruk. Perianal hygiene berfungsi
untuk mencegah terjadinya ruampopok karena bila terdapat perianal
hygiene yang buruk maka daerah anal akan sering kontak dengan feses,
dimana feses memiliki sift iritan terhadap kulit dengan adanya enzim-
enzim protease, lipase, dll. Iritasi yang disebabkan oleh enzim tersebut
dapat merusak barrier kulit, meningkatkan pH kulit, mengurai susunan
protein dan lemak kulit. Hal-hal ini kemudian dapat mendegradasi kulit
dan memudahkan organisme untuk masuk.
Terkait ruam yang menyebabkan organisme mudah masuk dan terjadi
infeksi, pada bayi terdapat gejala infeksi lain yaitu demam yg onsetnya
bersamaan dengan onset diare. Demam terjadi akibat mekanisme tubuh
dalam merespon zat pirogen (infeksi amoeba) yang mengaktifkan reseptor
suhu (seperti pada kondisi penurunan suhu) , dimana tubuh akan
mengkompensasinya melalui hipotalamus yang menaikkan termostat
suhu, tubuh akan memproduksi panas sampai diatas suhu normal,
sehingga terjadi demam.
5. BB bayi usia 18 bulan 9-12 kg. Pada scenario BB 10kg berarti normal.
Berdasarkan grafik antara BB dan umur pasien ini dibawah SD 1 atau
normal.
6. Kemungkinan diagnosis pasien adalah disentri. Dilihat dari keluahan
pasien yaitu diare disertai lendir dan darah, serta nyeri perut saat BAB.
Lebih spesifik lagi dilihat dari adanya demam yang menandakan adanya
infeksi dan pemeriksaan penunjang ditemukan kista amoeba pada feses
kemungkinan disentri amoeba.
7. Yang harus dilakukan dokter umum yaitu:
Pasien datang dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Ada tanda gizi
buruk sarankan untuk rawat inap. Semua diare berdarah pada faskes
primer diterapi awal dengan cotrimoxazole jika tidak ada perbaikan
selama 2 hari disarankan untuk pemeriksaan laboratorium. Terdapat
amuba vegetatif terapi beri metronidazole sedangkan apa bila bukan
amuba beri obat shigella yaitu siprofloxacin. Diberi tablet zinc untuk
mengatasi dehidrasi
IV. SKEMA

Bayi wanita Diare Pemeriksaa PP (darah rutin


18bln, 10kg, (lendir+darah) n Fisik dan feses rutin)
tidak ASI Nyeri perut bakteri +3,kista
sejak 2 bln saat BAB amoeba +
Demam
38,7oC Etiolog
Disentr
i
i
Gejala dan
Komplikas Terapi D Tanda
i dan D
edukas Patofisiolo
i gi

V. SASARAN BELAJAR
1. Definisi dan etiologi disentri amoeba pada anak
2. Patofisiologi disentri amoeba pada anak
3. Gejala dan tanda disentri amoeba pada anak
4. Diagnosis banding disentri amoeba pada anak
5. Komplikasi disentri amoeba pada anak
6. Tatalaksana disentri amoeba pada anak
7. Upaya preventif dan edukasi disentri amoeba pada anak
VI. BELAJAR MANDIRI
1. Definisi Disentri
Disentri adalah diare yang disertai darah, terutama disebabkan oleh
adanya infeksi parasite. Disentri dapat menyebabkan komplikasi
serius berupa gangguan pertumbuhan dan resiko kematian
- Etiologi Disentri amoeba
- Entamoeba histolytica

Entamoeba histolytica ditemukan hampir di seluruh dunia, tetapi


prevalensi tertinggi didapatkan di negara-negara berkembang terutama di
daerah endemik seperti Durban, Ibadan dan Kampala di Afrika
mencapai50%.7 Angka mortalitas diperkirakan 75.000 per tahun. Infeksi
E.histolytica dapat melalui makanan dan air serta melalui kontak manusia
ke manusia. Dalam daur hidupnya Entamoeba histolytica mempunyai 3
stadium yaitu bentuk histolitika, minuta dan kista.16 Bentuk histolitika
dan minuta adalahbentuk trofozoit. Perbedaan antara kedua bentuk
trofozoit tersebut adalah bentuk histolitika bersifat patogen dan
mempunyai ukuran yang lebih besar dari bentuk minuta. Bentuk histolitika
bersifat patogen dan dapat hidup di jaringan hati, paru, usus besar, kulit,
otak, dan vagina.
Disentri amuba, disebabkan oleh infeksi parasit bersel satu,
yaitu Entamoeba histolytica. Umumnya, daerah dengan sanitasi yang
buruk merupakan tempat dimana amuba sering ditemui. Komplikasi pada
organ hati, yang berupa abses hati bisa disebabkan karena disentri amuba.
Disentri basiler disebabkan oleh infeksi bakteri shigella (paling
umum ditemui). Namun demikian, bakteri Campylobacter, E. coli,
dan Salmonella, juga dapat menyebabkan disentri basiler.

2. Patofisiologi disentri amoebas


Dalam daur hidupnya Entamoeba histolytica mempunyai 3 stadium
yaitu bentuk histolitika, minuta dan kista. Bentuk histolitika dan minuta
adalah bentuk trofozoit. Perbedaan antara kedua bentuk trofozoit tersebut
adalah bentuk histolitika bersifat patogen dan mempunyai ukuran yang
lebih besar dari bentuk minuta. Bentuk histolitika bersifat patogen dan
dapat hidup di jaringan hati, paru, usus besar, kulit, otak, dan vagina.
Bentuk ini berkembang biak secara belah pasang di jaringan dan dapat
merusak jaringan tersebut. Minuta adalah bentuk pokok dan tanpa bentuk
minuta daur hidup tak dapat berlangsung. Kista dibentuk di rongga usus
besar dan dalam tinja, berinti 1 atau 4 dan tidak patogen, tetapi dapat
merupakan bentuk infektif. Dengan adanya dinding kista, bentuk kista
dapat bertahan hidup terhadap pengaruh buruk di luar badan manusia. 6-
8,10,16-18,20 Kista matang yang tertelan mencapai lambung masih dalam
keadaan utuh karena kista tahan terhadap asam lambung.18 Di rongga
usus halus terjadi ekskistasi dan keluarlah bentuk-bentuk minuta yang
masuk ke dalam rongga usus besar. Bentuk minuta ini berubah menjadi
bentuk histolitika yang patogen dan hidup di mukosa usus besar serta
menimbulkan gejala. Bentuk histolitika memasuki mukosa usus besar
yang utuh dan mengeluarkan enzim sisstein proteinase yang dapat
menghancurkan jaringan yang disebut histolisin. Kemudian bentuk
histolitika memasuki submukosa dengan menembus lapisan muskularis
mukosa, bersarang di submukosa dan membuat kerusakan yang lebih luas
daripada di mukosa usus sehingga terjadi luka yang disebut ulkus amuba.
Lesi ini biasanya merupakan ulkus-ulkus kecil yang letaknya tersebar di
mukosa usus, bentuk rongga ulkus sepertibotol dengan lubang sempit dan
dasar yang lebar, dengan tepi yang tidak teratur agak meninggi dan
menggaung. Proses yang terjadi terutama nekrosis dengan lisis sel
jaringan. Bila terdapat infeksi sekunder, terjadilah proses peradangan yang
dapat meluas di submukosa dan melebar ke lateral sepanjang sumbu usus.
Kerusakan dapat menjadi luas sekali sehingga ulkus-ulkus saling
berhubungan dan terbentuk sinussinus dibawah mukosa. Dengan
peristalsis usus, bentuk histolitika dikeluarkan bersama isi ulkus ke rongga
usus kemudian menyerang lagi mukosa usus yang sehat atau dikeluarkan
bersama tinja.
3. Gejala dan tanda disentri amoeba pada anak
Manifestasi klinis diare akibat amebiasis dapat tanpa gejala sampai tampak
sakit berat
Pada pasien dengan diare amebiasis sering mengalami gejala antara lain :
- nyeri abdomen
- diare
- anoreksia –
- malaise.

Pada infeksi kronik, diare dapat diselingi oleh fase konstipasi. Diare
biasanya mengandung darah dan mukus disertai tenesmus (pengosongan
usus secara spontan)

Pada diare akut menimbulkan tanda radang akut meliputi :

 Nyeri perut
 Demam
 Kejang
 Letargis
 Prolaps rektum

Selain itu pada diare akut juga bisa menimbulkan beberapa gejala lain :
- Dehidrasi
- Gangguan pencernaan
 Adanya invaginasi dengan adanya darah dan lendir pada feses

- Kekurangan zat gizi


- Muntah
- Gelisah
4. Diagnosis banding disentri amoeba pada anak
5. Disentri basiler

Disentri basiler atau Shigellosis merupakan suatu penyakit infeksi


akut yang terjadi pada usus yang disebabkan oleh bakteri genus
Shigella Secara umum terdapat 4 spesies Shigella yang menyebabkan
disentri basiler, meliputi Shigella dysenteriae, Shigella flexneri,
Shigella boydii, dan Shigella sonnei Secara umum gejala yang terjadi
pada disentri basiler adalah diare, adanya lendir dan darah dalam feses,
nyeri perut dan tenesmus Adanya darah dan lendir dalam feses
disebabkan karena invasi bakteri Shigella sp. pada dinding usus
sehingga menyebabkan kerusakan pada dinding usus

6. Kanker usus besar

tumor ganas di usus besar. Gejala yang paling umum dari kanker usus
besar adalah buang air besar (BAB) berdarah. Penyakit ini sering
kali berawal dari tumor jinak yang disebut polip.

Kemungkinan polip berubah menjadi kanker juga tergantung


kepada jenis polip itu sendiri. Terdapat 2 jenis polip di usus besar,
yaitu:

 Polip adenoma.

 Jenis polip ini yang dapat berubah menjadi kanker, karena itu
adenoma juga disebut kondisi pra kanker.

 Polip hiperplastik. 

Polip jenis ini lebih sering terjadi, dan biasanya tidak menjadi kanker.
7. Colitis Ulserative

peradangan pada usus besar (kolon) dan bagian akhir usus besar yang
tersambung ke anus(rektum). Kondisi ini sering kali ditandai dengan diare
yang terusmenerus, disertai darah atau nanah pada tinja.

Kolitis ulseratif biasanya bermula dari terbentuknya luka di


rektum, lalu menjalar ke atas. Luka di usus besar ini menyebabkan
penderitanya lebih sering buang air besar dan tinja yang keluar disertai
dengan darah atau nanah.
8. Schistosomiasis
infeksi yang disebabkan oleh cacing skistosoma. Skistosomiasis juga
sering disebut dengan penyakit demam siput.Cacing skistosoma hidup di
air tawar, seperti danau, waduk, dan sungai. Seseorang bisa terinfeksi
cacing ini jika kontak langsung dengan air yang terkontaminasi,
misalnya saat berenang atau mandi di air yang terkontaminasi cacing
ini.

9. Trichuriasis

infeksi yang diakibatkan cacing parasit(Trichuris trichiura /cacing


cambuk). Bila infeksi diakibatkan oleh sejumlah kecil cacing maka
sering kali tidak terlihat gejalanya. Bagi mereka yang terinfeksi oleh
sejumlah besar cacing, mungkin menderita sakit perut, keletihan
dan diare. Terkadang di diare terdapat darah. Infeksi pada anak bisa
menyebabkan penurunan kecerdasan dan perkembangan fisikTingkat
sel darah merah rendah bisa terjadi akibat kekurangan darah.
5. Komplikasi disentri amoeba pada anak

1. Infeksi Aliran Darah (Septisemia)

Infeksi aliran darah (septisemia) adalah kondisi di mana bakteri berhasil


masuk ke dalam aliran darah. Kendati jarang terjadi, Anda tetap harus
mewaspadai kemungkinan terjadinya septisemia ini.

Selain disentri, contoh penyakit yang berpotensi menyebabkan septisemia


di antaranya HIV/AIDS, kanker, atau mereka yang sedang menjalani
kemoterapi.

2. Sindrom Uremik Herolitik (HUS)

Sindrom Uremik Herolitik (HUS) adalah kondisi ketika infeksi yang


menyerang sistem pencernaan memproduksi racun yang kemudian
merusak sel darah merah. HUS ini tergolong penyakit serius sehingga
ketika Anda didiagnosis menderita HUS, maka penanganan medis khusus
mutlak untuk segera dilakukan untuk mencegah kondisinya bertambah
parah.

3. Arthritis

Radang sendi (arthritis) berkontribusi sekitar 2 persen dari total komplikasi


disentri yang mungkin terjadi. Arthritis terjadi jika bakteri yang
menginfeksi adalah bakteri shigella  berjenis shigella flexneri.

Saat mengidap artritis, Anda akan merasakan sejumlah gejala, seperti:

 Nyeri sendi
 Iritasi mata
 Buang air kecil terasa sakit
Komplikasi ini dapat berlangsung selama berminggu-minggu bahkan
berbulan-bulan. Oleh karena itu, saat Anda menderita penyakit pencernaan
tersebut, segera lakukan penanganan medis sebelum bertambah parah dan
menimbulkan komplikasi.

4. Abses Hati

Apabila penyakit ini disebabkan oleh infeksi amoeba (amoebiasis), maka


komplikasi yang muncul bisa berupa penyakit abses hati, meskipun jarang
terjadi.

Jika terus dibiarkan, kondisi ini dapat mengancam keselamatan jiwa


karena infeksi dapat menjalar ke paru-paru bahkan ke otak.

5. Kejang-Kejang

Pada anak-anak, komplikasi yang umum terjadi adalah kejang-kejang.


Belum ada penjelasan medis yang kuat terkait komplikasi yang satu ini.

6. Tatalaksana disentri amoeba pada anak

Terapi penyakit disentri pada anak biasanya dilakukan perawatan di rumah


sakit. Anak yang harus diberi perawatan di rumah sakit adalah :

4)  Anak dengan umur <2 bulan

5)  Anak yang mengalami keracunan, letargis, perut kembung dan nyeri


tekan atau kejang

6)  Anak mempunyai resiko sepsis dan harus dilakukan perawatan di


rumah sakit

Penatalaksanaan disentri pada balita biasanya direkomendasikan untuk


diberikan kotrimoksazol dan jika tidak membaik maka dilakukan
penggantian antibiotik. Dosis kotrimoksazol pada anak adalah
Trimetoprim 4mg/kgBB dan Sulfametoksazol 20mg/kgBB dua kali sehari.
Penanganan disentri pada anak adalah :

1)  Penanganan pada gejala dehidrasi dan pemberian makan seperti pada


diare akut

2)  Penanganan paling baik adalah yang didasarkan pada pemeriksaan tinja


rutin atau hasil laboratorium tinja, jika positif adanya amuba maka
diberikan Metronidazol dengan dosis 50mg/kg/BB dengan frekuensi 3 kali
sehari dan durasi pemberian selama 5 hari.

3)  Pemberian antibiotik oral dengan durasi pemberian 5 hari yang


sebagian besar sensitif terhadap bakteri shigella. Antibiotik yang sensitif
untuk penyakit disentri di Indonesia adalah Siprofloksasin, Sefiksim dan
Asam Nalidiksat.

4)  Penanganan untuk bayi dengan umur <2 bulan, jika terdapat sebab
yang lain seperti invaginasi maka anak harus dirujuk ke spesialis bedah

Penggunaan antibiotik dipertimbangkan untuk diare yang disebabkan oleh


: Shigella, Salmonella, Campylobacter, atau infeksi parasit. Diare sedang
atau parah dengan panas atau tinja yang berdarah diberikan antibiotik
golongan kuinolon dan kotrimoksazol merupakan pilihan kedua. Rifaximin
adalah antibiotik spektrum luas yang mungkin juga bisa digunakan.
Tatalaksana penanganan gizi

Diet yang tepat sangat penting karena disenteri memberi efek samping
pada status gizi. Namun demikian, pemberian makan seringkali sulit,
karena anak biasanya tidak punya nafsu makan. Kembalinya nafsu makan
anak merupakan suatu tanda perbaikan yang penting.

 Pemberian ASI harus terus dilanjutkan selama anak sakit, lebih


sering dari biasanya, jika memungkinkan, karena bayi mungkin
 Anak-anak berumur 6 bulan atau lebih harus menerima makanan
mereka yang biasa. Bujuk anak untuk makan dan biarkan anak untuk
memilih makanan yang disukainya.

7. Upaya preventif dan edukasi disentri amoeba pada anak

- Pencegahan Disentri

Menjaga kebersihan merupakan langkah utama dalam mencegah


disentri, terutama dengan melakukan beberapa hal berikut:

 Rajin cuci tangan dengan air dan sabun, khususnya sebelum makan,
memasak atau menyiapkan makanan, setelah dari toilet, dan setelah
mengganti popok bayi.
 Sebisa mungkin, hindari kontak dengan penderita disentri.
 Jangan menggunakan handuk yang sama dengan seseorang yang diketahui
menderita disentri.
 Gunakan air panas untuk mencuci pakaian penderita disentri.
 Hindari tertelan air saat berenang di fasilitas umum.
 Bersihkan toilet dengan disinfektan setiap selesai digunakan.
- Konseling dan Edukasi

1. Penularan disentri amuba dan basiler dapat dicegah dan dikurangi dengan


kondisi lingkungan dan diri yang bersih seperti membersihkan tangan
dengan sabun, suplai air yang tidak terkontaminasi serta penggunaan
jamban yang bersih.
2. Keluarga ikut berperan dalam mencegah penularan dengan kondisi
lingkungan dan diri yang bersih seperti membersihkan tangan dengan
sabun, suplai air yang tidak terkontaminasi, penggunaan jamban yang
bersih.
3. Keluarga ikut menjaga diet pasien diberikan makanan lunak sampai
frekuensi BAB kurang dari 5 kali/hari, kemudian diberikan makanan
ringan biasa bila ada kemajuan.

DAFTAR PUSTAKA

 Herbowo, H., & Firmansyah, A. (2016). Diare akibat infeksi parasit. Sari


Pediatri, 4(4), 198-203.
 Indonesia, I. D. A. (2009). Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah
sakit.
 Samik, W. (2000). Ilmu Kesehatan Anak Nelson, vol 1 Edisi 15. Buku
Kedokteran EGC. h, 791-795.
 Tanto, C., Liwang, F., Hanifati, S., & Pradipta, E. A. (2014). Kapita
selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius, 329-30.
 Pfeiffer, M. L., DuPont, H. L., & Ochoa, T. J. (2012). The patient
presenting with acute dysentery–a systematic review. Journal of
Infection, 64(4), 374-386.
 World Health Organization. (2012). Recommendations for management of
common childhood conditions: evidence for technical update of pocket
book recommendations: newborn conditions, dysentery, pneumonia,
oxygen use and delivery, common causes of fever, severe acute
malnutrition and supportive care.

Anda mungkin juga menyukai