Laporan Individu BBDM 6.1 Skenario 1 Yourlover
Laporan Individu BBDM 6.1 Skenario 1 Yourlover
SKENARIO 1
Disusun oleh:
Your lover
2201011xxxxxx
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
SKENARIO KASUS
BBDM 1
Seorang Ibu memeriksakan bayi perempuannya yang berusia 18 bulan berat badan 10 kg, dengan
keluhan diare dan nyeri perut setiap hendak BAB. Diare sejak 3 hari yang lalu, frekuensi 5x
dalam 24 jam, konsistensi cair berampas, ada lendir, ada darah, tidak ada muntah sebelumnya.
Anak demam 38,7oC, onset demam bersamaan dengan diare. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
mata cowong, mukosa mulut kering, anak tampak rewel. Pada anus didapatkan ruam. Hasil
feses rutin: leukosit 45/LPB, Eritrosit penuh /LPB, bakteri +3, kista amoeba (+). Anak lahir
spontan cukup bulan ditolong bidan langsung menangis. Anak saat ini minum susu formula, ASI
tidak diberikan sejak umur 2 bulan. Ibu menceritakan kalau botol susu dicuci dengan cara
TERMINOLOGI
1. Diare : Menurut WHO diare merupakan buang air besar dengan konsistensi cair
sebanyak 3x atau lebih dalam waktu 1 hari atau 24 jam. Terdapat dua kriteria penting,
yaitu BAB cair dan sering. Diare dibagi menjadi 2 yaitu diare akut adalah sebagai pasase
tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, dan berlangsungnya
kurang dari 14 hari sedangkan diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 15
hari.
2. Mata cowong : Gejala dari kondisi ketika sudah terjadi dehidrasi yang disebabkan oleh
diare.
3. Ruam : Kondisi kulit yang ditandai dengan iritasi, bengkak, atau gelembung kulit
yang diketahui dengan adanya warna merah, rasa gatal, bersisik, kulit yang mengeras
volume semua komponen darah (sel darah, sel darah putih, trombosit, dan plasma darah)
itu sendiri secara bersamaan (normalnya bayi usia1 tahun: 28% - 45%, dan pada anak-
5. Kista amoeba : Amoeba adalah salah satu contoh protozoa yang termasuk dalam
golongan rhizopoda atau sarcodina (berkaki semu). Pada keadaan yang tidak
menguntungkan, amoeba dapat membentuk dirinya menjadi kista. Jika keadaan diluar
telah membaik, kista amoeba akan pecah dan amoeba akan keluar untuk memulai
stadium infektif.
RUMUSAN MASALAH
2. Apa hubungan mata cowong, mukosa mulut kering, dan anak tampak rewel terhadap
keluhan pasien?
3. Apakah terdapat hubungan antara riwayat pemberian ASI dan cara pencucian botol susu
5. Apakah BB pasien normal berdasarkan usia? Dan apakah kaitannya BB dengan apa yang
dialami psien?
Feses
a. Makroskopis
- Lendir dan darah : abnormal (N: tidak terdapat lendir maupun darah)
Lendir dalam keadaan normal, didapatkan sedikit sekali lendir pada feses.
Namun, jika terdapat lendir dalam jumlah banyak pada feses menandakan
b. Mikroskopis
peradangan.
2. Mata cowong, mukosa mulut kering, dan anak tampak rewel merupakan tanda-tanda
Gejala dehidrasi ringan/sedang (terdapat dua atau lebih dari tanda dibawah ini):
a. Rewel, gelisah
b. Mata cekung
Gejala dehidrasi berat (terdapat dua atau lebih dari tanda dibawah ini):
a. Letargis/tidak sadar
b. Mata cekung
Dari hal tersebut juga dapat ditentukan status dehidrasi yang berdasarkan kriteria dari
WHO masuk kedalam kategori B yang ditandai dengan keadaan umum yang rewel, mata
cekung, mulut dan lidah yang kering, turgor lambat. Perlu diwaspadai bila kondisi/status
hidrasi berubah menjadi derajat C yang ditandai dengan keadana umum lesu, lunglai,
mata sangat cekung, mulut sangat kering, dan turgor sangat lambat.
3. Adanya kondisi anus kemerahan disebut dengan ruam popok atau diaper dermatitis.
Kondisi ini didefinisikan sebagai kelainan peradangan kulit yang terjadi pada daerah
yang tertutup oleh popok, umunya terjadi pada bayi atau anak. Pendapat lain menyatakan
bahwa diaper rash adalah inflamasi kulit karena terkena paparan urine dan feses yang
terus menerus ditambah dengan gesekan dengan popok yang sifatnya iritatif. Pendapat
dari Andi, 2012 dalam penelitiannya menyatakan bahwa ruam popok akdalah iritasi pada
bokong bayi yang ditandai dengan warna kemerahan dan gatal yang umum terjadi bila
bayi mengalami diare. Yang perlu digaris bawahi adalah dalam patogenesis terjadinya
ruam popok adalah perianal hygiene yang buruk. Perianal hygiene berfungsi untuk
mencegah terjadinya ruampopok karena bila terdapat perianal hygiene yang buruk maka
daerah anal akan sering kontak dengan feses, dimana feses memiliki sift iritan terhadap
kulit dengan adanya enzim-enzim protease, lipase, dll. Iritasi yang disebabkan oleh enzim
tersebut dapat merusak barrier kulit, meningkatkan pH kulit, mengurai susunan protein
dan lemak kulit. Hal-hal ini kemudian dapat mendegradasi kulit dan memudahkan
yang mengaktifkan reseptor suhu (seperti pada kondisi penurunan suhu) , dimana tubuh
akan memproduksi panas sampai diatas suhu normal, sehingga terjadi demam
4. Terdapat hubungan dengan riwayat ASI yang tidak diberikan secara eksklusif selama 6
bulan (2 bulan). ASI eksklusif memiliki kandungan yang spesifik dan berubah dari waktu
ke waktu sesuai dengan kebutuhan bayinya. ASI mengandung laktosa yang tinggi dimana
laktosa meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang baik yakni Lactobacillus bifidus.
Fermentasi laktosa menghasilkan asam laktat yang memberikan suasana asam pada usus
bayi yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Selain itu, ASI juga
menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara berikatan dengan zat besi sehingga tidak
tersedia lagi zat besi untuk bakteri patogen. Zat imun lain dalam ASI adalah suatu
kelompok antibiotik alami yaitu lisozim. ASI juga berperan sebagai sumber utama
imunisasi pasif selama beberapa minggu sebelum produksi endogen SIgA karena
menghasilkan SIgA (secretory IgA), dimana SIgA ini merupakan faktor protektif penting
terhadap infeksi. Faktor lain yaitu pengenceran susu formula yang tidak tepat juga dapat
mengakibatka gangguan pencernaan bayi, seperti susu yang terlalu kental dapat membuat
usus bayi susah mencerna, sehingga sebelum susu dicerna oleh usus akan dikeluarkan
kembali melalui anus yang mengakibatkan bayi mengalami diare. Selain itu, pembuatan
susu formula yang tidak menjamin bebas dari kontaminasi mikroorganisme patogen.
Menurut Akademi Pediatrik Amerika (The American Academy of Pediatrics) mencuci
botol dengan air sabun yang hangat cukup efektif untuk membersihkannya selama air
Namun agar efektif membunuh bakteri, diperlukan temperatur 100 derajat celcius
misalkan menggunakan alat sterilisasi uap atau sterilisasi dengan air mendidih. Kalau
botol susu terbuat dari plastik, pastikan ada label BPA (Bisphenol-A) Free, karena kalau
bahan dari BPA dididihkan dapat meningkatkan jumlah bahan kimia berbahaya dari
BPA itu sejenis bahan kimia yang struktur dan fungsinya mirip hormon estrogen, yang
menurut penelitian dapat mempengaruhi fungsi normal hormon tubuh dan menimbulkan
5. Berdasarkan grafik antara BB dan umur pasien ini dibawah SD 1 atau normal.
7. Berdasarkan pemeriksaan fisik, dilihat dia kemungkinan dehidrasi ringan/ sedang, maka
dr umum perlu melakukan rencana terapi B. cairan yang diberikan berdasarkan umur atau
bb anak. Lalu lanjut pemberian ASI, oralit, dan juga tablet zinc selama 10 hari.
SKEMA
SASARAN BELAJAR
BELAJAR MANDIRI
1. Amebiasis (disentri ameba, enteritis ameba, colitis ameba) merupakan penyakit infeksi
usus besar yang disebabkan oleh parasite usus Entamoeba histolytica. E. histolytica
merupakan protozoa usus yang apatogen di usus besar. Namun, parasite ini dapat menjadi
pathogen dengan cara membentuk koloni di dinding usus dan menembus dinding usus
sehingga menimbulkan ulserasi. Siklus hidup amoeba ada 2 macam bentuk, yaitu bentuk
tropozoit (komensal <10mm dan pathogen >10mm) dan kista (muda dan dewasa). Bentuk
tropozoit bertanggung jawab terhadap timbulnya gejala oenyakit, namun cepat mati
apabila berada diluar tubuh manusia. Tropozoit komensal dapat dijumpai pada lumen
usus tanpa adanya gejala penyakit. Sedangkan, tropozoit pathogen yang dapat dijumpai
pada lumen dan dinding usus (intraintestinal) maupun luar usus (ekstraintestinal)
mengakibatkan gejala disentri. Bentuk kista bertanggung jawab terhadap penularan dari
penyakit ini. Tropozoit dapat berubah menjadi kista diduga karena kekeringan akibat
penyerapan air sepanjang usus besar. Kista ini dapat hidup lama diluar tubuh manusia,
tahan asam lambung, dan kadar klor standard di dalam sistem air minum.
Prevalensi tertinggi amebiasis ditemukan pada anak – anak usia 1-5 tahun. Amebiasis
atau disentri amoeba ditularkan melalui fekal, oral, baik secara langsung melalui tangan,
maupun tidak langsung melalui air minum atau makanan yang tercemar. Sebagai sumber
penularan yaitu tinja yang mengandung kista amoeba. Beberapa cara penularan lainnya
yaitu sanitasi buruk, pencemaran air minum, popok kotor manusia, vector lalat dan kecoa,
Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal di dalam lumen usus besar, dapat
berubah menjadi patogen, menembus mukosa usus dan menimbulkan ulkus. Faktor yang
menyebabkan perubahan sifat trofozoit tersebut sampai saat ini masih belum diketahui
dengan pasti. Diduga baik faktor kerentanan tubuh pasien, sifat keganasan (virulensi)
tubuh misalnya
penyakit keganasan,
obat-obat
imunosupresif, dan
kortikosteroid.
Beberapa faktor
berpengaruh, misalnya
adanya bakteri, virus dan diet tinggi kolestrol, tinggi karbohidrat, dan rendah protein.
Amoeba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang dapat
mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus. Bentuk ulkus amoeba
sangat khas yaitu di lapisan mukosa berbentuk kecil, tetapi di lapisan submucosa dan
menonjol dan hanya terjadi reaksi radang yang minimal. Pada pemeriksaan mikroskopis
eksudat ulkus, tampak sel leukosit dalam jumlah banyak (lebih sedikit disbanding disentri
basiler). Tampak pula kristal Charcot Leyden dan kadang-kadang ditemukan trofozoit.
Ulkus yang terjadi dapat menimbulkan perdarahan dan apabila menembus lapisan
muscular akan menjadi perforasi dan peritonitis. Ulkus dapat terjadi disemua bagian usus
besar, tetapi berdasarkan frekuensi dan urut-urutan tempatnya adalah caecum, colon
ascenden, rectum, sigmoid, apendiks, dan ileum terminalis. Infeksi kronik dapat dapat
menimbulkan reaksi terbentuknya massa jaringan granulasi yang disebut ameboma, yang
sering terjadi di daerah caecum dan sigmoid. Dari ulkus di dalam dinding usus besar,
amoeba dapat bermetastasis ke hati lewat cabang vena porta dan menimbulkan abses hati.
Embolisasi lewat pembuluh darah atau pembuluh getah bening dapat pula terjadi ke paru,
otak, atau limpa, dan menimbulkan abses, akan tetapi peristiwa ini jarang terjadi.
Berdasarkan berat ringannya gejala yang ditimbulkan, maka amebiasis dapat dibagi
menjadi 5:
Pada pasien tidak terlihat gejala klinis, dikarenakan amoeba yang berada dalam
Pada pasien terjadi dengan onset yang perlahan-lahan dan biasanya mengeluh
perut kembung, kadang – kadang nyeri perut ringan yang bersifat kejang. Pada
pasien juga dapat timbul diare ringan 4-5 kali dalam sehari, dengan tinja berbau
busuk dan kadang disertai lendir dan darah. Keadaan umum pasien baik, tanpa
Pada pasien terdapat gejala klinis yang lebih berat dibandingkan gejala klinis pada
disentri amoeba ringan, namun pasien masih bisa melakukan aktivitas sehari –
hari seperti biasa. Pada tinja pasien ditemukan lendir dan darah, serta pasien
mengeluh kram, demam, dan lemah badan yang disertai hepatomegaly yang nyeri
ringan.
Pada pasien terdapat gejala klinis yag lebih hebat lagi. Pasien mengalami diare
disertai darah yang banyak, lebih dari 15 kali dalam sehari. Pasien juga
mengalami demam tinggi (40oC-40,5oC), disertai mual dan anemia. Pada saat ini,
Pada pasien dengan disentri amoeba kronik terdapat gejala klinis yang
normal atau asimptomatik. Kondisi ini dapat terjadi selama berbulan – bulan atau
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan rontgen kolon tidak banyak membantu karena seringkali ulkus tidak
tampak. Kadang pada kasus amoebiasis kronis, foto rontgen kolon dengan barium
enema tampak ulkus disertai spasme otot. Pada ameboma nampak filling defect
disentri, terutama apabila pada pemeriksaan tinja tidak ditemukan amoeba. Akan
tetapi pemeriksaan ini tidak berguna untuk carrier. Pada pemeriksaan ini akan
didapatkan ulkus yang khas dengan tepi menonjol, tertutup eksudat kekuningan,
d. Deteksi antigen
praktis, sensitive, spesifik untuk amebiasis intestinal. Syaratnya tinja harus segar
Uji serologi banyak digunakan sebagai uji bantu diagnosis abses hati amebik dan
Oleh karena itu uji ini akan positif pada pasien abses hati dan disentri amoeba dan
negatif pada carrier. Hasil uji serologis positif belum tentu menderita amebiasis
a. Disentri Basiler
dan dapat membuat inflamasi mukosa yang akan mengakibatkan sekresi dan
reabsorbsi air yang abnormal di jejenum dan akhirnya mengakibatkan watery
diarrhea. Selain itu, Shigella juga memiliki kemampuan melewati barrier epitel
melalui M cells sehingga ia dapat menginvasi mukosa dan mengakibatkan darah pada
feses. Shigella juga memiliki shiga toxin yang dapat disebarkan keseluruh peredaran
gejala anemia.
b. Kolitis Ulseratif
Pada pemeriksaan foto polos abdomen tampak gambaran kolon memendek dan
struktur haustra menghilang. Kadangkala usus dapat mengalami dilatasi yang berat
(toxic megacolon). Pada pemeriksaan barium enema tampak mukosa yang granuler
dan menghilangnya kontur haustra serta kolon tampak menjadi kaku seperti tabung.
Lumen menjadi sempit akibat spasme. Tetapi apabila ditemukan lesi yang segmental
maka rektum dan kolon kiri (desendens) selalu terlibat, karena awalnya kolitis
ulseratif ini mulai terjadi di rektum dan menyebar ke arah proksimal secara kontinu.
Jadi rektum selalu terlibat, walaupun rectum dapat mengalami inflamasi lebih ringan
dari bagian proksimalnya. Etiologinya masih ideopatik, namun ada beberapa faktor
yang mempengaruhi yaitu faktor familial tau genetic, faktor imunologik, faktor
c. Giardia Lamblia
Merupakan penyebab tersering infeksi protozoa pada saluran cerna manusia dan
pada infeksi giardia lamblia belum jelas. Meskipun mukosa yeyunum terlihat normal
bila dilihat dengan mikroskop cahaya, namun ternyata didapatkan berbagai bentuk
atrofi vilus seperti pemendekan dan distrofi mikrovilus. Infeksi G.lamblia dapat
bermanifestasi dalam 3 bentuk yaitu tanpa gejala, diare akut swasirna dan diare
kronik dengan atau tanpa disertai malabsorbsi. Giardiasis pada anak gizi cukup akan
sembuh dengan sendirinya setelah 3-6 minggu, namun terdapat sebagian kasus yang
d. Trichuris Trichiura
Trichuris trichiura dapat ditemukan baik di negara maju maupun negara berkembang.
Trichuris trichiura merupakan infeksi oleh cacing usus terbesar ketiga dan merupakan
penyebab terbanyak diare karena infeksi cacing Cacing ini terutama ditemukan di
daerah panas dan lembab, seperti Indonesia. Kasus infeksi Trikhuris menunjukkan
gejala beraneka ragam mulai dari keluhan yang ringan sampai keluhan yang berat.
Gejala yang timbul dapat berupa diare yang sering diselingi dengan sindrom disentri,
e. Kanker Kolon
Selain hal tersebut diatas perlu dipikirkan kemungkinan kanker kolon. Kebanyakan
kanker kolorektal bermula dari polip usus atau jaringan yang tumbuh di dinding
dalam kolon atau rektum. Namun, tidak semua polip akan berkembang menjadi
kepada jenis polip itu sendiri. Terdapat 2 jenis polip di usus besar, yaitu Polip
adenoma. Jenis polip ini yang dapat berubah menjadi kanker, karena itu adenoma
juga disebut kondisi pra kanker. Jenis kedua adalah Polip hiperplastik. Polip jenis ini
lebih sering terjadi, dan biasanya tidak menjadi kanker. Gejala kanker kolorektal
seringkali dirasakan oleh pasien ketika kanker sudah berkembang jauh. Jenis
gejalanya tergantung kepada ukuran dan lokasi tumbuhnya kanker. Beberapa gejala
yang dapat muncul, antara lain diare atau kontipasi, BAB yang terasa tidak tuntas,
darah pada tinja, mual, muntah, kram atau kembung, lelah, BB turun tanpa sebab
yang jelas.
Patogenesisnya seperti Shigelosis yaitu melekat dan menginvasi epitel usus sehingga
menyebabkan kematian sel dan respon radang cepat (secara klinis dikenal sebagai
kolitis). Serogroup ini menyebabkan lesi seperti disentri basiller, ulserasi atau
perdarahan dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear dengan khas edem mukosa dan
Manifestasi klinis dari EHEC dapat menyebabkan penyakit diare sendiri atau dengan
nyeri abdomen. Diare pada awalnya cair tapi beberapa hari menjadi berdarah (kolitis
adalah terjadinya demam yang merupakan manifestasi yang tidak umum terjadi.
a. Necrotizing colitis fulminant, kasus ini termasuk jarang terjadi. Angka mortalitas
b. Intususepsi, ini kasus yang sangat jarang. Mortalitasnya 50-100 % dan harus segera
c. Perforasi usus
d. Fistula rectovagina, akibat perforasi
e. Toksik megacolon
a. Komplikasi intestinal
Perdarahan usus
Terjadi apabila amoeba mengadakan invasi ke dinding usus besar dan merusak
pembuluh darah.
Perforasi usus
Hal ini dapat terjadi bila abses menembus lapisan muskular dinding usus besar.
Peritonitis
Ameboma
Peristiwa ini terjadi akibat infeksi kronis yang mengakibatkan reaksi terbentuknya
Intususepsi
segera.
Penyempitan usus (striktura). Dapat terjadi pada disentri kronik akibat terbentuknya
Amebiasis hati.
Abses hati merupakan komplikasi ekstraintestinal yang paling sering terjadi. Abses
dapat timbul dari beberapa minggu, bulan atau tahun sesudah infeksi amoeba
sebelumnya. Infeksi di hati terjadi akibat embolisasi ameba dan dinding usus besar
lewat vena porta, jarang lewat pembuluh getah bening. Mula-mula terjadi hepatitis
ameba yang merupakan stadium dini abses hati kemudian timbul nekrosis fokal
kecil-kecil (mikro abses), yang akan bergabung menjadi satu, membentuk abses
tunggal yang besar. Sesuai dengan aliran darah vena porta, maka abses hati ameba
terutama banyak terdapat di lobus kanan. Abses berisi nanah kental yang steril,
tidak berbau, berwarna kecoklatan (chocolate paste) yang terdiri atas jaringan sel
hati yang rusak bercampur darah. Kadang-kadang dapat berwarna kuning kehijauan
Abses pleuropulmonal
Abses ini dapat terjadi akibat ekspansi langsung abses hati. Kurang lebih 10-20%
abses hati ameba dapat mengakibatkan penyulit ini. Abses paru juga dapat terjadi
akibat embolisasi ameba langsung dari dinding usus besar. Dapat pula terjadi hiliran
Keadaan ini dapat terjadi akibat embolisasi ameba langsung dari dinding usus besar
Amebiasis kulit
Terjadi akibat invasi ameba langsung dari dinding usus besar dengan membentuk
hiliran (fistel). Sering terjadi di daerah perianal atau dinding perut. Dapat pula
terjadi di daerah vulvovaginal akibat invasi ameba yang berasal dari anus.
a. Carrier atau Cyst Passer: amebesid luminal, misalnya; diloksanit furoat 3 x 500 mg
a. Selalu menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun secara teratur
dan teliti.
f. Air minum sebaiknya dimasak dahulu karena kista akan mati bila air dipanaskan 50
oC selama 5 menit.
g. Penting sekali adanya jamban keluarga
c. Jika anak Anda menggunakan popok dan memiliki infeksi bakteri, bersihkan tempat
penggantian popok dengan disinfektan, seperti cairan pemutih perabotan dan buang
popok di tempat sampah yang tertutup. Kemudian cuci tangan Anda dengan sabun
d. Menjaga kebersihan makanan atau minuman, dan alat makan agar infeksi tidak
f. Hindari mengonsumsi makanan yang terlalu pedas, asam, berminyak, berlemak, dan
makanan mentah.
g. Hindari mengonsumsi susu dan produk susu lainnya yang tidak dipasteuriasi.
i. Cukupi kebutuhan cairan tubuh Anda dengan banyak minum air putih
3. Lung E, Acute Diarrheal Disease. In: Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH, editors.
Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology. 2nd edition. New York: Lange
from : http://www.depkes.go.id/downloads/SK1216-01.pdf
Dairy LB, Siregar GA, Editor. Buku Naskah Lengkap Gastroenterologi-Hepatologi Update
2003. Medan: Divisi Gastroentero-hepatologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK USU, 2003.
67-79.
7. Soewondo, Eddy Soewandojo. 2014. Amebiasis dalam Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI.