Anda di halaman 1dari 52

Skenario A blok 24

Regen, anak laki-laki usia 11 bulan dibawa Ibunya ke klinik karena BAB cair selama 3 hari, 4-5x perhari et 1-2 sendok makan, kuning, tidak ada lender dan tidak ada darah. Tidak ada muntah. Sebelumnya ia juga pernah mengalami diare pada usia 3 bulan, 8 bulan dan 10 bulan. Reygen lahir normal, spontan, cukup bulan ditolong bidan dengan berat badan lahir 2800 gr, panjang badan lahir 47 cm, lingkar kepala lahir tidak di ukur. Reygen saat ini mengalami keterlambatan perkembangan, baru bisa merangkak dan duduk pada umur 9 bulan, tapi sejak sakit duduk harus di bantu. Riwayat nutrisi sebelum sakit: ASI eksklusif dari lahir sampai umur 3 bulan, lalu usia setelah 3 bulan sampai dengan sekarang: susu formula standar merek S 6 kali sehari @ 2,5 sendok takar di campur dengan air panas sampai 90 ml, dan bubur bayi beras merah merek C 3x 1 sachet sehari @ 20 gr (80 kalori). Menurut ibunya, cara membuat campuran susu formula sudah bener. Ibu tidak pernah membuat bubur bayi rumahan dan lebih suka memakai bubur bayi pabrikan. Reygen sudah pernah mendapatimunisasi BCG, DPT 2x, hepatitis B 2x, dan polio 1x. Reygen dilahirkan dari keluarga ayah: usia 35 tahun, tidak tamat SD dan tukang becak, ibu usia 32 tahun, tidak tamat SD ibu rumah tangga, jumlah saudra 3 orang (usia 7 tahun 5 tahun dan 3 tahun). Rumah masih menyewa, 3 m x 7 m, ventiliasi jendela cukup, lantai semen, sumber air minum sumur gali, jarak sumur dengan MCK 6 meter. Pemeriksaan fisik: kelihatan sangat kurus, kesadaran kompos mentis, denyut nadi 124xmenit, isi dan tegangan cukup, pernapasan 30xmenit, suhu 36,8 derajat celcius, setelah dilakukan pengukuran antropometri, hasil pengukuran: berat badan 5150 gr, panjang 70 cm, lingkar kepala 46 cm, wajah seperti orang tua, tidak ada dismorfik, mata tidak ada tanda-tanda defisiensi vitamin A, tidak ada edema, iga gambang, perut cekung, lengan dan tungkai kurus, dan terdapat baggy pants.

Klarifikasi istilah: 1. BAB cair kandungan air lebih banyak. 2. Diare normal atau lebih dari 2 kali sehari. 3. ASI eksklusif : pemberian ASI pada bayi umur 0-6 bulan tanpa : pengeluaran tinja berair berkali-kali yang tidak : pengeluaran tinja dimana konsistensi cair atau

diberikan makanan atau minuman tambahan selain obat untuk terapi (pengobatan penyakit tertentu). 4. Keterlambatan perkembangan 5. Susu formula : : susu yang dibuat dari susu sapi atau susu buatan

yang diubah komposisinya hingga dapat dipakai sebagai penggati ASI. 6. Imunisasi BCG : basil calmette guerin. Vaksin yang disuntikkan ke

tubuh manusia untuk melindungi dari infeksi TB. 7. Imunisasi DPT toxsoid serta pertusis. 8. Imunisasi Hepatitis B 9. Imunisasi polio 10. Antropometri : : : ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan : difteria pertusis tetanus. Vaksin difteri dan tetanus

pengukuran ukuran berat dan proporsi badan manusia 11. Iga gambang 12. Baggy pants 13. Defisiensi vit A : tulang rusuk yang menonjol. : kulit dari bagian bokong yang terlihat bergelambir. : kelaian sistemik yang mempengaruhi jaringan

epitel dari organ-organ seluruh tubuh termasuk paru-paru, usus, mata, dan organ lain. <20ug/dl /0,7 umol/L

Identifikasi masalah: 1. Reygen, anak laki-laki usia 11 bulan dibawa Ibunya ke klinik karena BAB cair selama 3 hari, 4-5x perhari et 1-2 sendok makan, kuning, tidak ada lender dan tidak ada darah. Tidak ada muntah.

2. Sebelumnya ia juga pernah mengalami diare pada usia 3 bulan, 8 bulan dan 10 bulan. Reygen lahir normal, spontan, cukup bulan ditolong bidan dengan berat badan lahir 2800 gr, panjang badan lahir 47 cm, lingkar kepala lahir tidak di ukur. 3. Reygen saat ini mengalami keterlambatan perkembangan, baru bisa merangkak dan duduk pada umur 9 bulan, tapi sejak sakit duduk harus di bantu. 4. Riwayat nutrisi sebelum sakit: ASI eksklusif dari lahir sampai umur 3 bulan, lalu usia setelah 3 bulan sampai dengan sekarang: susu formula standar merek S 6 kali sehari @ 2,5 sendok takar di campur dengan air panas sampai 90 ml, dan bubur bayi beras merah merek C 3x 1 sachet sehari @ 20 gr (80 kalori). Menurut ibunya, cara membuat campuran susu formula sudah bener. Ibu tidak pernah membuat bubur bayi rumahan dan lebih suka memakai bubur bayi pabrikan. 5. Reygen sudah pernah mendapatimunisasi BCG, DPT 2x, hepatitis B 2x, dan polio 1x. 6. Reygen dilahirkan dari keluarga ayah: usia 35 tahun, tidak tamat SD dan tukang becak, ibu usia 32 tahun, tidak tamat SD ibu rumah tangga, jumlah saudra 3 orang (usia 7 tahun 5 tahun dan 3 tahun). 7. Rumah masih menyewa, 3 m x 7 m, ventilasi jendela cukup, lantai semen, sumber air minum sumur gali, jarak sumur dengan MCK 6 meter. 8. Pemeriksaan fisik: kelihatan sangat kurus, kesadaran kompos mentis, denyut nadi 124xmenit, isi dan tegangan cukup, pernapasan 30xmenit, suhu 36,8 derajat celcius. 9. Setelah dilakukan pengukuran antropometri, hasil pengukuran: berat badan 5150 gr, panjang 70 cm, lingkar kepala 46 cm, wajah seperti orang tua, tidak ada dismorfik, mata tidak ada tanda-tanda defisiensi vitamin A, tidak ada edema, iga gambang, perut cekung, lengan dan tungkai kurus, dan terdapat baggy pants.

Analisis Masalah 1. Apa saja etiologi BAB cair pada bayi? 1. Infeksi a) Enteral, yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan penyebab utama terjadinya diare. Infeksi enteral meliputi:

Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya;

Infeksi virus : enterovirus, seperti virus ECHO, coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astrovirus, dan sebagainya;

Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, dan strongylodies), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan trichomonas hominis), serta jamur (Candida albicans).

b)

Parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, misalnya otitis

media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya.

2. Malabsorbsi Karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa) serta monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada anak dan bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa.

3. Makanan Misalnya makanan basi, beracun, dan alergi. Bayi bisa terinfeksi jika menelan organisme tersebut ketika melewati jalan lahir yang terkontaminasi atau ketika disentuh/dipegang oleh tangan yang terkontaminasi. Sumber penularan lainnya adalah barang-barang, makanan maupun botol susu yang terkontaminasi.

4. Lingkungan Diare lebih sering ditemukan pada lingkungan yang kurang bersih atau pada lingkungan yang penuh sesak. Kadang infeksi bisa terjadi akibat menghirup organisme yang melayang-layang di udara, terutama ketika sedang terjadi wabah virus.

5. Psikologis, misalnya rasa takut atau cemas.

2. Bagaimana mekanisme BAB cair pada kasus? Diare sekretorik

Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum.

Diare osmotik Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (antara lain MgSO4, Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus missal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa.

Malabsorpsi asam empedu dan lemak Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.

Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif NA+K+AT Pase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal.

Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid.

Gangguan permeabilitas usus Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus.

Diare inflamasi Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada beberapa keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik dalam

pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit, mukus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare lain seperti diare osmotik dan diare sekretorik.

Diare infeksi Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif (merusak mukosa). Bakteri noninvasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresikan oleh bakteri tersebut.

3. Apa makna klinis BAB kuning, tidak ada lendir, tidak ada darah dan tidak muntah? Diare pada reygen belum masuk ke tahap yang mengakibatkan reygen dehidrasi.

4. Apa hubungan adanya riwayat diare pada usia 3 bulan, 8 bulan, 10 bulan dengan keluhan sekarang? Riwayat diare pada reygen menunjukan kemungkinan adanya kesalahan pada sistem pencernaan reygen karena reygen di berikan nutrisi yang tidak adekuat, di samping itu juga reygen tidak mendapat ASI eksklusif dan reygen sudah dikenalkan pada makanan pendamping ASI lebih dini.

5. Bagaimana perkembangan normal bayi usia 9-11 bulan ?


Usia 1 bulan Keterampilan-keterampilan Utama Mengangkat kepala ketika berbaring tengkurap Merespon suara. Menatap wajah Kerampilan-keterampilan yang Keterampilan-keterampilan akan dikuasai lebih lanjut Pandangan bayi untuk dapat Tersenyum, tertawa Menahan kepala pada 45 mengikuti objek walaupun hanya beberapa saat. derajat. Mengeluarkan suara: oohdan aah Dapat melihat pola berwarna hitam-putih Tersenyum, tertawa Dapat menegakkan kepala Menahan kepala pada posisi 45 dan menahannya agak lama Kaki sudah cukup kuat derajat Dapat membuat gerakanuntuk menahan beban gerakan yang lebih teratur ringan Dapat mengangkat kepada (lebih halus) dan bahu saat tidur dengan posisi tengkurap. Dapat berteriak, nyerocos, dan tertawa kecil (terkekeh) Dapat berguling, dari tengkurap menjadi

2 bulan

3 bulan

Suara: coo dan gumamam Dapat mengikuti benda lebih lama Mulai memperhatikan tangannya Dapat mengangkat kepala dan menahannya untuk beberapa saat. Dapat mengenali wajah dan wangi tubuh orang

4 bulan

5 bulan

yang biasa dekat dengannya (ibu ) Dapat mengangkat kepala dan menahannya dengan stabil. Visual: dapat mengikuti obyek yang bergerak. Tersenyum, tertawa Dapat mengangkat beban pada kakinya Tertawa kecil (terkekeh) bila Anda berbicara dengannya Dapat membedakan warna-warna dasar (mencolok) Mulai bermain dengan tangan dan kakinya.

Memainkan ludah menjadi gelembung (balon) Dapat mengenali suara orangorang terdekat. Dapat melakukan minipush-up.

terlentang Dapat berespon terhadap suara keras Dapat mengarahkan kedua tangan untuk memegang mainan. Meniru suara : baba, dada Tumbuh gigi pertama Mulai siap untuk makanan lunak selain ASI. Mulai dapat duduk sendiri beberapa saat. Mulai memasukkan bendabenda ke dalam mulutnya. Mulai muncul kecemasan akan perpisahan dengan orang terdekat (biasanya orangtua) Dapat melambaikan tangan (lambaiangoodbye) Dapat berdiri dengan berpegangan pada bendabenda di sekitarnya. Dapat membenturkan dua objek (misalnya: mainannya saling dibenturkan) Mulai mengerti bendabenda yang dipegangnya. Belajar untuk berdiri sendiri. Dapat mengambil benda dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk (seperti menjepit). Mulai dapat mengekspresikan keinginannya dengan bahasa tubuh (misalnya meminta susu dengan menunjuk tempat susu). Bermain ciluk ba Dapat mengatakan mama dan dada dengan tepat (mama kepada ibu dan dada ke ayah)

Dapat menggenggam mainan Berguling, dengan posisi dari belakang ke depan

Dapat mengenali namanya, terutama bila dipanggil Berespon terhadap suara-suara baru yang datang padanya Dapat berguling dari tengkurap ke depan dan sebaliknya. Sudah siap untuk makan makanan lunak (tidak ASI Ekslusif lagi). Dapat duduk sendiri tanpa sandaran. Senang memasukkan bendabenda ke mulutnya. Dapat memindahkan objek dari tangan satu ke tangan lainnya. (misal: dari tangan kiri ke tangan kanan). Berdiri dengan berpengangan Merangkak Dapat menunjuk benda Mencari benda-benda yang disembunyikan.

6 bulan

Dapat menoleh ke arah suara-suara baik benda maupun orang-orang di sekitarnya. Menirukan suara atau bunyi-bunyian. Berguling dari tengkurap ke terlentang dan sebaliknya. Dapat berkata mama dan dada, kepada kedua orang tuanya (namun tidak spesific mama untuk ibu, dada untuk ayah). Dapat memindahkan benda atau mainan dari tangan yang satu ke tangan yang lainnya. Dapat berdiri dengan berpegangan. Mulai mengoceh. Mulai mengenali &mengetahui bendabenda disekitarnya.

8 bulan

9 bulan

10 bulan Melambaikan tangan (goodbye) Mengambil benda dengan ibu jari dan telunjuk seperti menjepit (menjumput) Dapat merangkak dengan baik.

Mulai mengeksplorasi/ berjalan sambil berpegangan. Dapat minum dari gelas bertutup (sippy cup-gelas bertutup yang ujung tutupnya bercorong bolong-bolong seperti dot) Dapat makan dengan menggunakan tangannya sendiri. Dapat membeturkan dua benda yang ada ditangannya. Mengatakan mama dan dada dengan tepat. Dapat mengekspresikan keinginannya dengan gerakan

Dapat berdiri sendiri dalam beberapa saat Dapat menaruh barang ke dalam tempat tertentu (misalnya kotak)

11 bulan

12 bulan

Mengatakan mama dan dada dengan tepat. Bermain ciluk ba Dapat berdiri sendiri untuk beberapa detik. Mengeksplorasi sekitarnya Meniru orang lain Menyatakan keinginan dengan gerakan tubuh (seperti menunjuk, menggeleng, mengangguk)

Mulai mengerti tidak dan instruksi singkat lainnya (misalnya ambil, itu) Mulai suka menaruh atau memindahkan benda ke dalam tempat tertentu (misalnya kotak) Mulai berjalan beberapa langkah Mengatakan 1 kata lain selain mama dan dada

Mengatakan 1 kata lain selain mama dan dada Dapat membungkuk dari posisi berdiri.

Berjalan sendiri Membuat coretan dengan crayon Mengatakan 2 kata lain selain mama dan dada

Seharusnya pada bayi normal, kemampuan duduk sudah mulai muncul pada bulan ke lima kehidupan dan berfungsi dengan baik pada bulan ke enam kehidupan. Dan seharunya pada bulan ke sembilan, Reygen sudah mampu berdiri dengan berpegangan dan mengoceh. Hal ini menandakan adanya keterlambatan perkembangan. Keterlambatan perkembangan secara umum bisa disebabkan oleh gangguan genetik atau kromosom seperti sindrom Down; gangguan atau infeksi susunan saraf seperti palsi serebral atau CP, spina bifida, sindrom Rubella; riwayat bayi risiko tinggi seperti bayi prematur atau kurang bulan, bayi berat lahir rendah, bayi yang mengalami sakit berat pada awal kehidupan sehingga memerlukan perawatan intensif dan lainnya. (http://idai.or.id/public-articles/seputarkesehatan-anak/mengenal-keterlambatan-perkembangan-umum-pada-anak.html)

PERTUMBUHAN Berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala berdasarkan kurva WHO 2005 untuk anak laki-laki Usia 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 5 bulan 6 bulan 7 bulan 8 bulan 9 bulan 10 bulan Berat 3.3-6.0 kg 4.3-7.2 kg 5.1-8.0 kg 5.7-8.6 kg 6.0-9.2 kg 6.4-9.7 kg 6.8-10.2 kg 7.0-10.6 kg 7.2-10.6 kg 7.4-11.3 kg Tinggi 51.0-57.5 cm 54.5-62.5 cm 57.5-65.0 cm 60.0-68.0 cm 62.0-70.0 cm 63.5-72.5 cm 65.0-73.5 cm 66.5-75.0 cm 68.0-76.0 cm 69.0-78.0 cm Lingkar Kepala 34.5-39 cm 36-41 cm 37-43 cm 38.5-44 cm 40-45 cm 40.5-46 cm 41-47 cm 42-48 cm 42.5-48.5 cm 43-49 cm

11 bulan 12 bulan 15 bulan 18 bulan 2 tahun 2.5 tahun 3 tahun 3.5 tahun 4 tahun 4.5 tahun 5 tahun

7.6-11.6 kg 7.8-11.8 kg 8.4-12.7 kg 8.9-13.5 kg 9.9-15.0 kg 10.7-16.7 kg 11.4-18.0 kg 12.2-19.5 kg 12.9-20.9 kg 13.6-22.3 kg 14.3-23.8 kg

70.0-79.0 cm 71.0-80.5 cm 74.5-84.0 cm 77.3-88.5 cm 81.5-93.0 cm 85.5-98.0 cm 89.0-103.0 cm 97.5-107.0 cm 95.5-111.0 cm 98.0-114.0 cm 101.0-119.0 cm

43.5-49.5 cm 45-50.5 cm 45-50.5 cm 45.5-51.5 cm 46-52 cm 47-52.5 cm 48-53 cm 48-53 cm 48-53 cm 48.5-53 cm 48.5-53.5 cm

Terlihat bahwa meskipun usia Reygen sudah mencapai 11 bulan, namun pertumbuhannya mengalami gangguan pada bagian berat. Berat badannya tergolong kecil. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal. Menurut Soetjiningsih (2003) bila grafik berat badan anak lebih dari 120% kemungkinan anak mengalami obesitas atau kelainan hormonal. Sedangkan, apabila grafik berat badan di bawah normal kemungkinan anak mengalami kurang gizi, menderita penyakit kronis, atau kelainan hormonal.

6. Bagaimana pemberian ASI eksklusif dan makan pendamping ASI yang benar? ASI eksklusif diberikan sampai bayi berumur 6 bulan, sedangkan makanan pendamping ASI di berikan sejak umur 6 bulan dan asi hendaknya diteruskan sampai dengan umur anak mencapai 2 tahun.

7. Hubungan keterlambatan perkembangan dengan riwayat nutrisi pada kasus? Angka kejadian dan kematian diare pada anak-anak di negara berkembang masih tinggi terutama pada anak yang mendapat susu formula. Pemberian susu formula dengan botol yang tidak sesuai prosedur meningkatkan risiko diare karena kuman dan moniliasis mulut yang meningkat, sebagai akibat dari pengadaan air dan sterilisasi yang kurang baik. Untuk bayi yang diberi ASI eksklusif angka kejadian diare lebih sedikit hal ini dikarenakan ASI mengandung antibodi yang tidak dimiliki oleh susu formula. Selain itu

ASI juga memiliki zat kekebalan dalam pencernaan. Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna oleh sebab itu diperlukan ASI sebagai asupan utama bayi. Bayi dan balita yang masih memperoleh ASI eksklusif umumnya jarang terkena diare karena tidak terjadi kontaminasi dari luar. Disamping itu jika bayi yang minum ASI menderita diare, dan pemberian ASI tetap diteruskan dalam penatalaksanaan diare maka diare akan lebih cepat berhenti. Hal ini disebabkan adanya komponen-komponen anti infeksi pada ASI. Penggunaan susu formula bayi yang tidak benar atau tidak tepat dapat menimbulkan bahaya kesehatan,terutama diare. Susu formula merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri, sehingga kontaminasi mudah terjadi terutama jika persiapan dan pemberian kurang memperhatikan segi antiseptik. Hal yang sama berlaku untuk bubur beras merah. Selain itu, bubur beras merah bisa jadi, belum mampu dicerna dengan baik oleh bayi karena fungsi penceraan bayi 0-6 bulan masih ditujukan untuk menyerap makanan cair yaitu ASI. Sistem penceraannya belum sempurna untuk menyerap struktur bubur beras merah. Akibatnya dapat terjadi diare osmotik akibat makanan yang tidak tercerna

8. Apakah riwayat imunisasi pada kasus sudah benar? Jelaskan!

Reygen sudah pernah mendapatimunisasi BCG DPT 2x hepatitis B 2x polio 1x (diberikan 1 kali pada usia 2 atau 3 bulan) (di berikan pada usia bayi 2, 4, dan 6 bulan) (di berikan pada saat bayi lahir, bayi usia 1 dan 6 bulan) (di berikan pada usia bayi 2, 4, dan 6 bulan)

9. Apa hubungan status social ekonomi, pendidikan, riwayat tempat tinggal dan lingkungan orang tua dengan keluhan pada kasus? Departemen Kesehatan (2000) menyebutkan bahwa masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh kekurangan zat gizi yang disebabkan banyak faktor, di antaranya adalah tingkat sosial ekonomi keluarga.

Beberapa hal yang juga sebagai penyebab timbulnya masalah gizi yang mempengaruhi pertumbuhan seseorang adalah faktor sosial ekonomi yang meliputi : pendidikan orang tua, pekerjaan dan pendapatan, teknologi, budaya dan lain-lain. Keterbatasan sosial ekonomi ini juga berpengaruh langsung terhadap pendapatan keluarga untuk memenuhi kebutuhan akan makanan, berpengaruh pada praktek pemberian makanan pada bayi berpengaruh pula pada praktek pemeliharaan kesehatan dan sanitasi lingkungan yang akhirnya mempengaruhi daya beli dan asupan makanan untuk memenuhi kebutuhan akan pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta pencegahan terhadap penyakit infeksi yang kesemuanya berakibat pada gangguan pertumbuhan (Aritonang, 1994). Faktor pendidikan berpengaruh terhadap benar-salahnya pola pengasuhan anak, dan berkaitan tentang cara cara yang benar dalam mengasuh anak.

10. Apa interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik? kelihatan sangat kurus, kesadaran kompos mentis, denyut nadi 124xmenit, isi dan tegangan cukup, pernapasan 30xmenit, suhu 36,8 derajat celcius, wajah seperti orang tua, tidak ada dismorfik, mata tidak ada tanda-tanda defisiensi vitamin A, tidak ada edema, iga gambang, perut cekung, lengan dan tungkai kurus, dan terdapat baggy pants.

11. Apa interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan antropometri? setelah dilakukan pengukuran antropometri, hasil pengukuran: berat badan 5150 panjang 70 cm, lingkar kepala 46 cm gr,

12. Apa DD pada kasus?

13. Bagaimana cara menegakkan diagnosis dan pemeriksaan penunjang yang di perlukan pada kasus? PEMERIKSAAN PENUNJANG GIZI BURUK 1. Pemeriksaan Laboratorium a. Pada pemeriksaan darah meliputi Hb, albumin, globulin, protein total, elektrolit

serum, biakan darah b. Profil lipid (lipid total, trigliserida, kolesterol, LDL, HDL)

2. Pemeriksaan urine Pemeriksaan urine meliputi urine lengkap dan kulture urine 3. Uji faal hati 4. EKG 5. X foto paru 6. Pemeriksaan radiologis: usia tulang, osteoporosis / osteomalsia 7. Pemeriksan antropometris: BB, TB, BB/TB, LLA, LK

Pemeriksaan Laboratorium Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sumsum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.

Pemeriksaan ini meliputi kaidah pemeriksaan laboratorium klinis secara umum. Berupa pemeriksaan metabolit abnormal, perubahan aktivitas enzim, komponen darah atau fungsi fisiologis yang tergantung dari zat gizi tertentu (Gibson,2005), yaitu :

1.

Pemeriksaan status protein yang digunakan untuk penilaian status nutrisi : kadar

albumin serum dengan nilai normal 3,5-5,0 gr/dl 2. 3. Transferin Serum dengan nilai normal > 200 mg/dl Fungsi imunitas ; hitung limfosit total (%limfosit x sel darah putih)/100 dengan nilai

normal diatas 1500 sel/mm2 4. Pemeriksaan lain : Gula darah (BSS), profil lipid (kolesterol,triglyserid,LDL dan

HDL), fungsi ginjal (ureum, kreatinin), fungsi hati (sgot,sgpt, bilirubin,gama gt dan alkalin fosfatase), fungsi tulang, otot dan sendi (asam urat, ASTO,CRP dan Rematic Factor)

Pemeriksaan penunjang status gizi lainnya dengan foto rontgen, CT scan, MRI dan USG. Diagnosa kerja pada kelainan nutrisi yaitu Status Gizi Antropometrik : obesitas,preobes,marasmus, kwarshiorkor, chronic energy deficiency

Pemeriksaan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot . Uji biokimiawi yang penting ialah pemeriksaan kadar hemoglobin, pemeriksaan apusan darah untuk malaria, pemeriksaan protein. Ada dua jenis protein, viseral dan somatik, yang layak dijadikan parameter penentu status gizi. Pemeriksaan tinja cukup hanya pemeriksaan occult blood dan telur cacing saja.

Pemeriksaan Antropometris Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, 2002). Penilaian antropometris yang penting dilakukan ialah penimbangan berat dan pengukuran tinggi badan, lingkar lengan, dan lipatan kulit triseps. Pemeriksaan ini penting, terutama pada anak yang berkelas ekonomi dan sosial rendah. Pengamatan anak dipusatkan terutama pada percepatan tumbuh. Antropometri adalah pengukuran berbagai dimensi fisik tubuh manusia pada berbagai usia. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan nilai/data mentah pada seorang individu, misalnya umur, BB, TB, LLA, LK dan sebagainya. Indeks merupakan kombinasi hasil pengukuran, misalnya BB/U, TB/U dan sebagainya. Indikator adalah cut-off points untuk suatu indeks.

a. Berat badan Berat badan merupakan parameter pertumbuhan yang paling sederhana, mudah dilakukan dan diulang serta merupakan indeks untuk status gizi sesaat. Pengukuran dilakukan tanpa pakaian atau pakaian seminim mungkin dan tanpa sepatu. Keakuratan penimbangan pada anak besar 0,5 kg dan anak kecil/bayi 0,1 kg. Untuk mengevaluasinya diperlukan data

umur yang tepat, jenis kelamin dan acuan standar. Interpretasi: BB/U dibandingkan standar yang diacu, dalam persentase: 80-120% 60-80% < 60% Gizi baik Gizi kurang (tanpa edema), gizi buruk bila disertai edema. Gizi buruk

Penilaian: 5-10% 15-25% > 25% kehilangan BB ringan kehilangan BB sedang kehilangan BB berat

b. Tinggi badan Tinggi badan merupakan parameter sederhana, mudah dilakukan dan diulang serta bila dihubungkan dengan BB akan memberikan informasi yang bermakna. Cara pengukurannya adalah anak berdiri tegak dan mata menatap lurus ke depan, punggung menempel pada alat pengukur panjang pada tembok/dinding tegak lurus. Untuk bayi atau anak yang belum bisa berdiri, pengukuran dilakukan dalam posisi terlentang.

c. Berat badan menurut tinggi badan Rasio BB/TB sangat penting dan lebih akurat dalam penilaian status gizi karena mencerminkan proporsi tubuh serta dapat membedakan antara wasting dan stunting atau perawakan pendek. Indeks pada anak perempuan hanya sampai 135 cm dan anak laki-laki sampai TB 145 cm dan setelah itu rasio BB/TB tidak begitu banyak berarti karena adanya percepatan tumbuh. Indeks ini tidak memerlukan faktor umur.

BB/TB (%) = [BB aktual/BB menurut TB aktual] x 100%

Interpretasi: 1. Jika BB/TB (%):

> 120% 110-120% 90-110% 70-90% <70%

Obesitas Overweight Normal Gizi kurang Gizi buruk

2. Nilai BB/TB di sekitar persentil 50 menunjukkan normal. Makin jauh deviasi yang terjadi makin besar pula kelebihan atau kekurangan gizi pada individu tersebut.

d. Lingkar lengan atas Pemeriksaan ini digunakan pada anak 1-5 tahun, dan sudah dapat menunjukkan status gizi anak. Pengukuran dilakukan pada lengan kiri, pertengahan akromion dan olekranon, menggunakan pita pengukur yang tidak melar atau pita khusus (WHO/CARE) yang diberi warna hijau (> 12,5 cm), kuning (11,5-12,5 cm) dan merah (<11,5 cm). Interpretasi: <11,5 cm 11,5-12,5 cm >12,5 cm Gizi buruk (merah) Gizi kurang (kuning) Gizi baik (hijau)

Interpretasi LLA/U: 85-10% 70-85% < 70% Gizi baik/normal Gizi kurang Gizi buruk

Interpretasi LLA/TB: >85% Gizi baik/normal 80-85% 75-80% < 75% Borderline / KKP-I Gizi kurang / KKP-II Gizi buruk / KKP-III

e. Lingkaran kepala Lingkar kepala dipengaruhi oleh status gizi anak sampai usia 36 bulan. Pengukuran rutin dilakukan untuk menjaring kemungkinan adanya penyebab lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan otak. Pengukuran dilakukan dengan pita pengukur yang tidak melar, tepat diatas supra orbita pada bagian yang paling menonjol dan melalui oksiput sehingga didapat nilai lingkar kepala yang maksimal.

Interpretasi: LK < persentil 5 atau < -2SD menunjukkan kemungkinan malnutrisi kronik pada masa intrauterin atau masa bayi/anak dini.

f. Pemeriksaan EKG (Elektrokardiogram) EKG adalah salah satu bagian dalam pemeriksaan penunjang untuk mengevaluasi keadaan jantung kita. Beberapa gangguan jantung (misalnya infark -adanya kerusakan otot jantung karena kekurangan oksigen-, atau adanya pembesaran jantung, dan lainnya) dapat menyebabkan gangguan aktivitas listrik jantung. Jadi, adanya gangguan ini dapat terlihat di EKG

14. Apa diagnosis kerja pada kasus? Reygen menderita gizi buruk dengan keterlambatan perkembangan motorik ec gizi buruk, imunisasi dasar tidak lengkap. Sosial ekonomi dan pengetahuan orang tua dalam hal pemberian nutrisi anak.

15. Apa epidimiologi pada kasus? Masalah kesehatan yang menimbulkan perhatian masyarakat cukup besar akhir-akhir ini adalah masalah gizi kurang dan gizi buruk. Walaupun sejak tahun 1989 telah terjadi penurunan prevalensi gizi kurang yang relatif tajam, mulai tahun 1999 penurunan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada balita relatif lamban dan cenderung tidak berubah. Saat ini terdapat 10 provinsi dengan prevalensi gizi kurang di atas 30, dan

bahkan ada yang di atas 40 persen, yaitu di Provinsi Gorontalo, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Papua. Kurang energi dan protein pada tingkat parah atau lebih populer disebut busung lapar, dapat menimbulkan permasalahan kesehatan yang besar dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada anak. Menurut data Susenas 2003, diperkirakan sekitar 5 juta (27,5 persen) anak balita menderita gizi kurang, termasuk 1,5 juta (8,3 persen) di antaranya menderita gizi buruk. Data Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa pada tahun 2004 masih terdapat 3,15 juta anak (16 persen) menderita gizi kurang dan 664 ribu anak (3,8 persen) menderita gizi buruk. Pada tahun 2005 dilaporkan adanya kasus gizi buruk tingkat parah atau busung lapar di Provinsi NTB dan NTT, serta beberapa provinsi lainnya. Penderita kasus gizi buruk terbesar yang dilaporkan terjadi di Provinsi NTB, yaitu terdapat 51 kasus yang dirawat di rumah sakit sejak Januari sampai dengan Mei 2005. Jumlah kasus di sembilan provinsi sampai Juni 2005 dilaporkan sebanyak 3.413 kasus gizi buruk dan 49 di antaranya meninggal dunia. Munculnya kejadian gizi buruk ini merupakan fenomena gunung es yang menunjukkan bahwa masalah gizi buruk yang muncul hanyalah sebagian kecil dari masalah gizi buruk yang sebenarnya terjadi. Di Provinsi NTB, misalnya, berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan sejak Januari-Juni 2005 hanya ditemukan sekitar 900 kasus. Namun, diperkirakan terdapat 2.200 balita marasmus kwashiorkor. Masalah busung lapar terutama dialami oleh anak balita yang berasal dari keluarga miskin.

Dua faktor penyebab utama terjadinya gizi buruk tersebut adalah rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan terjadi dalam kurun waktu yang lama. Penyebab kedua adalah terjadinya serangan penyakit infeksi yang berulang. Kedua faktor ini disebabkan oleh tiga hal secara tidak langsung, yaitu (1) ketersediaan pangan yang rendah pada tingkat keluarga; (2) pola asuh ibu dalam perawatan anak yang kurang memadai; dan (3) ketersediaan air bersih, sarana sanitasi, dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terbatas. Penyebab tidak langsung tersebut merupakan konsekuensi dari pokok masalah dalam masyarakat, yaitu tingginya pengangguran, tingginya kemiskinan, dan kurangnya pangan.

Gizi buruk ini menjadi masalah di negara-negara miskin dan berkembang di Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Asia Selatan. Di negara maju sepeti Amerika Serikat kwashiorkor merupakan kasus yang langka. Berdasarkan SUSENAS (2002), 26% balita di Indonesia menderita gizi kurang dan 8% balita menderita gizi buruk (marasmus, kwashiorkor, marasmus-kwashiorkor).

Pada umumnya masyarakat indonesia telah mampu mengkonsumsi makanan yang cukup secara kuantitatif. Namun dari segi kualitatif masih cukup banyak yang belum mampu mencukupi kebutuhan gizi minimum. Departemen Kesehatan juga telah melakukan pemetaan, dan hasilnya menunjukan bahwa penderita gizi kurang ditemukan di 72% kabupaten di Indonesia. Indikasinya 2 4 dari 10 balita di Indonesia menderita gizi kurang.

Sesuai dengan survai di lapangan, insiden gizi buruk dan gizi kurang pada anak balita yang dirawat mondok di rumah sakit masih tinggi. 935 (38%) penderita malnutrisi dari 2453 anak balita yang dirawat di RSU Dr. Pirngadi Medan. Mereka terdiri dari 67% gizi kurang dan 33% gizi buruk. Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai ialah tipe marasmus. Arif di RS. Dr. Sutomo Surabaya mendapatkan 47% dan Barus di RS Dr. Pirngadi Medan sebanyak 42%. Hal ini dapat dipahami karena marasmus sering berhubungan dengan keadaan kepadatan penduduk dan higiene yang kurang di daerah perkotaan yang sedang membangun dan serta terjadinya krisis ekonomi di ludonesia.

16. Apa tatalaksana pada kasus? (enok, dika) - Prinsip perawatan diare adalah: 1) Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat ) 2) Diatetik (pemberian makanan) 3) Obat obatan Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi

memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu: 1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011). a. Diare tanpa dehidrasi

Umur < 1 tahun : - gelas setiap kali anak mencret Umur 1 4 tahun : - 1 gelas setiap kali anak mencret Umur diatas 5 Tahun : 1 1 gelas setiap kali anak mencret b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi. c. Diare dengan dehidrasi berat

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus. Kebutuhan oralit per kelompok umur

Umur

Jumlah oralit yang diberikan tiap BAB

Jumlah oralit yang di sediakn dirumah 400 ml/ hari (2 bungkus) 600-800 ml/hari (3-4 bungkus) 800-1000 ml/hari (45bungkus)

< 12 bulan 1-4 Tahun >5 tahun

50-100 ml 100-200 ml 200-300 ml

Dewasa

300-400 ml

1200-2800 ml/hari

Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011). Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare. Dosis pemberian Zinc pada balita: Umur < 6 bulan : tablet (10 mg) per hari selama 10 hari Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.

3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.

4. Antibiotik Selektif Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera. Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).

5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang: 1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah 2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila : a. Diare lebih sering b. Muntah berulang c. Sangat haus d. Makan/minum sedikit e. Timbul demam f. Tinja berdarah g. Tidak membaik dalam 3 hari.

17. Bagaimana pencegahan pada kasus? (dika, gina) Pencegahan Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak: 1) Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.

2) Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.

3) Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.

4) Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.

5) Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.

18. Apa komplikasi pada kasus? (gina, eba) Pada penderita gangguan gizi sering terjadi gangguan asupan vitamin dan mineral. Karena begitu banyaknya asupan jenis vitamin dan mineral yang terganggu dan begitu luasnya fungsi dan organ tubuh yang terganggu maka jenis gangguannya sangat banyak. Pengaruh KEP bisa terjadi pada semua organ sistem tubuh. Beberapa organ tubuh yang sering terganggu adalah saluran cerna, otot dan tulang, hati, pancreas, ginjal, jantung, dan gangguan hormonal.Anemia gizi adalah kurangnya kadar Hemoglobin pada anak yang disebabkan karena kurangnya asupan zat Besi (Fe) atau asam Folat. Gejala yang bisa terjadi adalah anak tampak pucat, sering sakit kepala, mudah lelah dan sebagainya.

Pengaruh sistem hormonal yang terjadi adalah gangguan hormon kortisol, insulin, Growht

hormon (hormon pertumbuhan) Thyroid Stimulating Hormon meninggi tetapi fungsi tiroid menurun. Hormon-hormon tersebut berperanan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan tersering mengakibatkan kematian (Sadewa, 2008).

Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada penderita KEP, khususnya pada KEP berat. Beberapa penelitian menunjukkan pada KEP berat resiko kematian cukup besar, adalah sekitar 55%. Kematian ini seringkali terjadi karena penyakit infeksi (seperti Tuberculosis, radang paru, infeksi saluran cerna) atau karena gangguan jantung mendadak. Infeksi berat sering terjadi karena pada KEP sering mengalami gangguan mekanisme pertahanan tubuh. Sehingga mudah terjadi infeksi atau bila terkena infeksi beresiko terjadi komplikasi yang lebih berat hingga mengancam jiwa (Nelson, 2007).

19. Bagaimana prognosis pada kasus? (faza, eba) Lebih dari 40% anak menderita gizi buruk meninggal. Kematian ini terjadi mulai dari hari pertama pengobatan biasanya disebabkan oleh Gangguan elektrolit Infeksi Hipotermia (suhu tubuh yang sangat rendah) Kegagalan jantung Keadaan setengah sadar (stupor), jaundice (sakit kuning), pendarahan kulit, rendahnya kadar natrium darah, dan diare yang menetap merupakan pertanda buruk. Pertanda baik adalah hilangnya apati, edema dan pertambahan nafsu makan. Efek jangka panjang pada masa kanak-kanak tidak diketahui. Jika anak-anak diobati dengan tepat maka sistem kekebalan, hati akan sembuh sempurna. Tetapi pada beberapa anak penyerapan gizi di usus tetap mengalami gangguan. Beratnya gangguan mental yang dialami berhubungan dengan lamanya anak menderita gizi buruk, beratnya gizi buruk, dan usia anak saat mederita gizi buruk keterbelakangan mental yang bersifat ringan bisa menetap sampai anak mencapai usia sekolah dan mungkin lebih.

20. Apa SKDI pada kasus? (faza, ghea)

LI: 1. Gizi buruk (faza, pierre, charisma, gina) Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar. Gizi masih menjadi masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini. Gizi buruk banyak di alami oleh bayi di bawah 5 tahun (balita). Banyak factor factor yang dianggap mempengaruhi gizi buruk. Nmun penyebab dasar tejadinya gizi buruk ada 2 hal yaitu sebab langsung dan tidak langsung. Sebab langsung adalah kurangnya asupa gizi dari makanan dan akibat terjadinya penyakit bawaan yang mengakibatkan mudah terinfeksi penyakit DBD, Diare dan lain lain. Sedangkan kemiskinan di duga menjadi penyebab utama terjadinya gizi buruk. Kurangnya asupan gizi bias di sebabkan oleh terbatasnya jumlah makanan yang di konsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang di butuhkan oleh tubuh.

PEMBAHASAN

2.1

DEFINISI DAN CIRI-CIRI GIZI BURUK

2.1.1 Definisi Gizi Buruk Gizi buruk adalah keadaan kurag gizi yang di sebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari atau disebabkan oleh gangguan penyakit tertentu, sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (depkes RI, 1999). Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun (Nency, 2005). Jadi, Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yangdimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang EnergiProtein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita. Gizi buruk atau lebih dikenal dengan gizi di bawah garis merah adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Tanda-tanda klinis dari gizi buruk secaragaris besar dapat dibedakan marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor (RI dan WHO,Rencana

Klasifikasi KEP:

1. KEP ringan : > 80-90% BB ideal terhadap TB 2. KEP sedang : > 70-80% BB ideal terhadap TB 3. KEP berat : 70% BB ideal terhadap TB

Menurut departemen kesehatan RI (1999) dalam tata buku tata laksana KEP pada anakdi pukesmas dan di rumah tangga, KEP berdasarkan gejala klinis ada tiga yaitu KEP ringan, sedang, dan berat (gizi buruk). Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala klinis KEP berat atau gizi buruk secara garis besar dapat di bedakan sebagai marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor.

2.1.2

Ciri-Ciri Gizi Buruk

1. Kwashiokor a. Edema umumnya diseluruh tubuh dan terutama pada kaki ( dorsumpedis) b. Wajah membulat dan sembab c. Otot-otot mengecil,lebih mengecil,lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan duduk,anak berbaring terus menerus. d. Perubahan status menta; cengeng.rewel,kadang apatis e. Anak sering menolak segala jenis makanan (Anoreksia) f. Pembesaran hati

g. Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut h. Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi hitam terkelupas ( crazy pavement dermatosis) i. Pandangan mata anak nampak sayu

2. Marasmus a. Anak sangat kurus b. Wajah seperti orang tua

c. Cengeng dan rewel d. Rambut tipis,jarang,dan kusam e. Kulit keriput f. Tulang Iga tampak jelas

g. Pantat kendur h. Perut cekung i. j. Sering disertai diare kronik atau konstipasi/susah buang air,serta penyakit kronik. Tekanan darah,detak jantung dan pernafasan berkurang

3.

Marasmus-Kwashiokor

Merupakan campuran dari beberapa ciri-ciri kwashiorkor dan marasmus.

2.3

JENIS-JENIS GIZI BURUK

2.3.1 Marasmus Marasmus ditandai olehpenciutan/pengurusan (wasting) otot generalisata dan tidak adanya lemak subkutis. Anak marasmus tampak kakektis dan sangat kurus. Mereka derita wasting yang parah dan sering juga mengalami hambatan pertumbuhan linear. Kulit mereka kering, tanpa tugor, dan tampak longgar dan berkerut karena hilangnya lemak subkubis. , klasik wajah cekung atu berkeriput yan g mirip orang tua,terjadi akibat hilannya banantalan lemak temporal dan bukal.

2.3.2 Kwasiorkor Kwasiorkor disebabkan oleh insufesiensi asupan protein yang bernilai biologis adekuat,dan seing berkaitan dengan defisiensi asupan energi. Gambaran utama pada malnutrisi tersebut adalah edema yang lunak,pitting, dan tidak nyeri ,biasanya di kakl tungkai kaki dapat meluas.

2.3.3 Kwasior Marasmus Bentuk kwasior marasmus dari malnutrisi protein protein-energi ditandai dengan gambaran klinis kedua jeni8smalnutrisi. Keadaan ini dapat terjadi pada malnutrisi kronik saat saat jaringan subkutis, massa otot, dan simpanan lemak menghilang. Gambaran utama tanpa lesi

kulit, kekaksia marasmus.

2.3

Epidemiologi

Masalah kesehatan yang menimbulkan perhatian masyarakat cukup besar akhir-akhir ini adalah masalah gizi kurang dan gizi buruk. Walaupun sejak tahun 1989 telah terjadi penurunan prevalensi gizi kurang yang relatif tajam, mulai tahun 1999 penurunan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada balita relatif lamban dan cenderung tidak berubah. Saat ini terdapat 10 provinsi dengan prevalensi gizi kurang di atas 30, dan bahkan ada yang di atas 40 persen, yaitu di Provinsi Gorontalo, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Papua.

Kurang energi dan protein pada tingkat parah atau lebih populer disebut busung lapar, dapat menimbulkan permasalahan kesehatan yang besar dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada anak. Menurut data Susenas 2003, diperkirakan sekitar 5 juta (27,5 persen) anak balita menderita gizi kurang, termasuk 1,5 juta (8,3 persen) di antaranya menderita gizi buruk. Data Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa pada tahun 2004 masih terdapat 3,15 juta anak (16 persen) menderita gizi kurang dan 664 ribu anak (3,8 persen) menderita gizi buruk. Pada tahun 2005 dilaporkan adanya kasus gizi buruk tingkat parah atau busung lapar di Provinsi NTB dan NTT, serta beberapa provinsi lainnya. Penderita kasus gizi buruk terbesar yang dilaporkan terjadi di Provinsi NTB, yaitu terdapat 51 kasus yang dirawat di rumah sakit sejak Januari sampai dengan Mei 2005. Jumlah kasus di sembilan provinsi sampai Juni 2005 dilaporkan sebanyak 3.413 kasus gizi buruk dan 49 di antaranya meninggal dunia. Munculnya kejadian gizi buruk ini merupakan fenomena gunung es yang menunjukkan bahwa masalah gizi buruk yang muncul hanyalah sebagian kecil dari masalah gizi buruk yang sebenarnya terjadi. Di Provinsi NTB, misalnya, berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan sejak Januari-Juni 2005 hanya ditemukan sekitar 900 kasus. Namun, diperkirakan terdapat 2.200 balita marasmus kwashiorkor. Masalah busung lapar terutama dialami oleh anak balita yang berasal dari keluarga miskin.

Dua faktor penyebab utama terjadinya gizi buruk tersebut adalah rendahnya konsumsi energi

dan protein dalam makanan sehari-hari dan terjadi dalam kurun waktu yang lama. Penyebab kedua adalah terjadinya serangan penyakit infeksi yang berulang. Kedua faktor ini disebabkan oleh tiga hal secara tidak langsung, yaitu (1) ketersediaan pangan yang rendah pada tingkat keluarga; (2) pola asuh ibu dalam perawatan anak yang kurang memadai; dan (3) ketersediaan air bersih, sarana sanitasi, dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terbatas. Penyebab tidak langsung tersebut merupakan konsekuensi dari pokok masalah dalam masyarakat, yaitu tingginya pengangguran, tingginya kemiskinan, dan kurangnya pangan.

Gizi buruk ini menjadi masalah di negara-negara miskin dan berkembang di Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Asia Selatan. Di negara maju sepeti Amerika Serikat kwashiorkor merupakan kasus yang langka. Berdasarkan SUSENAS (2002), 26% balita di Indonesia menderita gizi kurang dan 8% balita menderita gizi buruk (marasmus, kwashiorkor, marasmus-kwashiorkor).

Pada umumnya masyarakat indonesia telah mampu mengkonsumsi makanan yang cukup secara kuantitatif. Namun dari segi kualitatif masih cukup banyak yang belum mampu mencukupi kebutuhan gizi minimum. Departemen Kesehatan juga telah melakukan pemetaan, dan hasilnya menunjukan bahwa penderita gizi kurang ditemukan di 72% kabupaten di Indonesia. Indikasinya 2 4 dari 10 balita di Indonesia menderita gizi kurang.

Sesuai dengan survai di lapangan, insiden gizi buruk dan gizi kurang pada anak balita yang dirawat mondok di rumah sakit masih tinggi. 935 (38%) penderita malnutrisi dari 2453 anak balita yang dirawat di RSU Dr. Pirngadi Medan. Mereka terdiri dari 67% gizi kurang dan 33% gizi buruk. Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai ialah tipe marasmus. Arif di RS. Dr. Sutomo Surabaya mendapatkan 47% dan Barus di RS Dr. Pirngadi Medan sebanyak 42%. Hal ini dapat dipahami karena marasmus sering berhubungan dengan keadaan kepadatan penduduk dan higiene yang kurang di daerah perkotaan yang sedang membangun dan serta terjadinya krisis ekonomi di ludonesia.

2.4

ETIOLOGI GIZI BURUK

Menurut UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu :

1) Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan.

2) Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik.

Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu : 1) Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat. 2) Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak. 3) Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi buruk pada balita, yaitu : 1) Keluarga miskin. 2) Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak. 3) Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran pernapasan dan diare.

2.5

PATOFISIOLOGI GIZI BURUK

Patofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit makan atau anorexia bisa terjadi karena penyakit akibat defisiensi gizi, psikologik seperti suasana makan, pengaturan makanan dan lingkungan. Rambut mudah rontok dikarenakan kekurangan protein, vitamin A, vitamin C dan vitamin E. Karena keempat elemen ini merupakan nutrisi yang penting bagi rambut. Pasien juga mengalami rabun senja. Rabun senja terjadi karena defisiensi vitamin A dan protein. Pada retina ada sel batang dan sel kerucut. Sel batang lebih hanya bisa membedakan cahaya terang dan gelap. Sel batang atau rodopsin ini terbentuk dari vitamin A dan suatu protein. Jika cahaya terang mengenai sel rodopsin, maka sel tersebut akan terurai. Sel tersebut akan mengumpul lagi pada cahaya yang gelap. Inilah yang disebut adaptasi rodopsin. Adaptasi ini butuh waktu. Jadi, rabun senja terjadi karena kegagalan atau kemunduran adaptasi rodopsin. Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air (dehidrasi). Reflek patella negatif terjadi karena kekurangan aktin myosin pada tendon patella dan degenerasi saraf motorik

akibat dari kekurangn protein, Cu dan Mg seperti gangguan neurotransmitter. Sedangkan, hepatomegali terjadi karena kekurangan protein. Jika terjadi kekurangan protein, maka terjadi penurunan pembentukan lipoprotein. Hal ini membuat penurunan HDL dan LDL. Karena penurunan HDL dan LDL, maka lemak yang ada di hepar sulit ditransport ke jaringanjaringan, pada akhirnya penumpukan lemak di hepar. Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema. Pitting edema adalah edema yang jika ditekan, sulit kembali seperti semula. Pitting edema disebabkan oleh kurangnya protein, sehingga tekanan onkotik intravaskular menurun. Jika hal ini terjadi, maka terjadi ekstravasasi plasma ke intertisial. Plasma masuk ke intertisial, tidak ke intrasel, karena pada penderita kwashiorkor tidak ada kompensansi dari ginjal untuk reabsorpsi natrium. Padahal natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan tubuh. Pada penderita kwashiorkor, selain defisiensi protein juga defisiensi multinutrien. Ketika ditekan, maka plasma pada intertisial lari ke daerah sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh membran sel dan mengembalikannya membutuhkan waktu yang lama karena posisi sel yang rapat Edema biasanya terjadi pada ekstremitas bawah karena pengaruh gaya gravitasi, tekanan hidrostatik dan onkotik (Sadewa, 2008). Sedangkan menurut Nelson (2007), penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti hubungan orang tua dengan anak terganggu, karena kelainan metabolik atau malformasi kongenital. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis besar sebab-sebab marasmus adalah sebagai berikut :

a. Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer. b. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephiritis dan sifilis kongenital. c. Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschpurng, deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis pilorus. Hiatus hernia, hidrosefalus,

cystic fibrosis pankreas d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat e. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup f. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance g. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab maramus yang lain disingkirkan h. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan tambahan yang kurang akan menimbulkan marasmus i. Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus, meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu, dan bila disertai infeksi berulang terutama gastroenteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus

2.5.1 Perjalanan Penyakit Gizi Buruk Seorang anak bisa menjadi gizi buruk bisa berada dalam 3 tahap : Status Gizi Normal Ibu tidak mengetahui makanan yang tepat untuk diberikan pada balita. Anak balita terpajan dengan iklan panganan ringan yang tidak bergizi. Asupan buat anak tidak diistimewakan sebagaimana yang dipersiapkan untuk ayah atau ibunya. Tidak rutin datang ke Posyandu. Pada saat seperti ini anak masih berada dalam keadaan status gizi normal, namun berpotensi mendapatkan gangguan gizi. Pada usia < 6 bulan sebagian besar bayi (> 80%) masih disusui ibu. Dengan menetek, anak mendapatkan gizi yg seimbang & zat kebal dari asi anak jarang sakit pertumbuhan anak masih baik.

Status Gizi Kurang / Menurun (Fase Gangguan Gizi) Pada saat ini balita mengalami gangguan gizi, ini terjadi karena tidak terpantaunya berat

badan anak. Pada usia 6 bln 12 bln sebagian bayi sudah mulai disapih perlindungan zat kebal dari asi mulai berkurang & pemberian mp-asi kurang memenuhi syarat : jenis, jumlah, jadwal, higienis (3j-1h). Anak mudah jatuh sakit dan pertumbuhan mulai terganggu.

Status Gizi Buruk Pada saat ini status anak makin memburuk dan sudah menampakkan gejala-gejala penyakit. Anak sudah terlihat kurus sampai dengan sangat kurus. Pada saat ini anak rentan terhadap hawa dingin, khususnya pada bayi bisa berakibat kematian. Anak juga mengalami kekurangan energi (glukosa darah menurun) dan kekurangan protein. Pada beberapa kasus yang severe tidak hanya pembentukan otot yang gagal bahkan sampai dengan pembentukan otak bisa tidak terjadi (microcephali). Kematian bisa terjadi di tahap ini, bisa karena berbagai sebab.

2.6

MANIFESTASI KLINIS GIZI BURUK

Gizi buruk atau malnutrisi dapat diartikan sebagai asupan gizi yang buruk. Hal ini bisa diakibatkan oleh kurangnya asupan makanan, pemilihan jenis makanan yang tidak tepat ataupun karena sebab lain seperti adanya penyakit infeksi yang menyebabkan kurang terserapnya nutrisi dari makanan. Secara klinis gizi buruk ditandai dengan asupan protein, energi dan nutrisi mikro seperti vitamin yang tidak mencukupi ataupun berlebih sehingga menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. KEP berat secara klinis terdapat 3 tipe yaitu kwashiorkor, marasmus, dan marasmikkwashiorkor. KEP ringan atau sedang disertai edema yang bukan karena penyakit lain disebut KEP berat TIPE Kwashiorkor.

2.6.1. Gejala Klinis Kurang Energi Protein (KEP) dari marasmus

1. Tampak sangat kurus (tulang terbungkus kulit) 2. Wajah seperti orang tua 3. Cengeng dan Rewel 4. Sering disertai: penyakit kronik, diare kronik 5. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sediki tsampai tidak ada (~pakai celana

longgar-baggy pants) 6. Perut cekung 7. Iga gambang

2.6.2

GejalaKlinisKurangEnergi Protein (KEP) dari kwashiorkor

1. gejala terpenting ialah pertumbuhan yang terganggu. Selain berat badan juga tinggi badan kurang dibandingkan dengan anak sehat 2. Perubahan mental biasanya penderita cengeng dan pada stadium lanjut menjadi apatis. 3. pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun yang berat. 4. Wajah membulatdansembab 5. Pandangan mata sayu 6. Rambut tipis, kemerahan seperti seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok 7. Pembesaran hati 8. Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk 9. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkupas( crazy pavement dermatosis) 10. Sering disertai: infeksi, anemia, diare

2.6.3 Gejala Klinis Marasmus-Kwashiorkor

Gejala Klinis Kurang Energi Protein (KEP) dari Marasmus-kwashiorkor pada dasarnya adalah campuran dari gejala marasmus dan kwashiorkor, cirri khas yang dapat terlihat secara klinis yakni :

1. Beberapagejalaklinik marasmus, terlihatsangatburukberat badan kurang dari 60% berat anak normal seusianya. 2. Kwashiorkorsecaraklinisterlihatdisertai edema yang tidakmencolokpadakeduapunggung kaki Pada setiap penderia KEP berat, selalu periksa adanya gejala defisiensi Nutrien Mikro yang

sering menyertai seperti:

1. xerophthalmia (defisiensi Vitamin A), 2. Anemia (Kekurangan Fe, Cu, Vit. B12, Asam Folat) 3. 4. Stomatitis (kekurangan vit. B, vit. C) Kelainan pada kulit, gangguan pertumbuhan (kekurangan Zn)

5. Beri-beri (kekurangan vitamin B1)

2.7

DIAGNOSIS GIZI BURUK( ANAMNESIS & PEMERIKSAAN FISIK)

2.7.1 Anamnesis Awal (Untuk Kedaruratan) a. badan kurus sejak 3 bulan b. sulit makan c. rambut mudah rontok d.tangan dan kaki sering keram dan rabun senja

2.7.2 Anamnesis lanjutan a. Makanan biasa sebelum sakit b.Riwayat ASI c. frekuensi, dan konsistensi muntah atau diare d.Kehamilan perawatan antenatal:di ...setiap minggu/bulan e.Kelahiran:Tempat kelahiran:RS/Rumah f.Penolong persalinan :Dokter/bidan/dukun g.Keadaan Bayi:Berat lahir g:,panjang cm,lingkar kepala cm, langsung h.Kelainan bawaan: i.Tumbuh kembang j.Imunisasi Lengkap k.Apakah ditimbang setiap bulan ...menangis/tidak

l.Lingkungan keluarga (untuk memahami latar belakang sosial anak)

2.7.3.Pemeriksaan Fisik

a)

Inspeksi

Mata : agak menonjol Wajah : membulat dan sembab Kepala : rambut mudah rontok dan kemerahan Abdomen : perut terlihat buncit kulit : adakah Crazy pavement dermatosis, keadaan turgor kulit,odema b) Palpasi c) Auskultasi d) Peristaltic usus abnormal e) Apakah anak tampak sangat kurus/ odema/ pembengkakan kedua kaki f) Tanda-tanda terjadinya syok (rejatan) : tangan dan kaki dingin, nadi lemah, dan

kesadaran menurun g) Frekuensi dan tipe pernapasan: pneumonia atau gagal jantung

h) Tanda dehidrasi: tampak haus, mata cekung, turgor buruk (hati-hati menentukan status dehidrasi pada gizi buruk). i) j) Frekuensi pernafasan dan tipe pernafasan: gejala pneumonia atau gejala gagal jantung Tentukan status gizi engan menggunakan BB/TB-PB.

k) Pembesaran hati dan adanya kekuningan (ikterus) pada bagian putih mata (conjunktiva) l) Adanya perut kembung, suara usus, suara usus, dan adanya suara seperti pukulan pada

permukaan air (abdominal splash) m) Pucat yang sangat berat - Kulit: tanda infeksi atau purpura - pemeriksaan tanda utama pasien di mulai dari frekuensi nadi,frekuensi nafas,pengukuran suhu tubuh. n) Penilaian status gizi pada pasien dimulai dengan pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar lengan atas.Dengan menggunakan pengukuran status gizi berdasarkan CDC maka BB/TB x 100% =memberikan hasil bahwa status gizi pasien gizi kurang. o) Pemeriksaan pasien dilanjutkan dengan pemeriksaan khusus, Dimulai dengan

pemeriksaan kulit, pemeriksaan kepala, pemeriksaan mulut, pemeriksaan leher, Pemeriksaan thoraks, Pemeriksaan dilanjutkandengan pemeriksaan paru, Pemeriksaan abdomen, pemeriksaan genitalia, Lalu pemeriksaan anak ini dilanjutkan pada daerah ekstremitas,

2.8

PROGNOSIS GIZI BURUK

Gizi buruk yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi. Kematian sering disebabkan oleh infeksi sering tidak dapat dibedakan kematian karena infeksi atau karena gizi buruk itu sendiri. Prognosis tergantung dari stadium saat pengobatan mulai dilaksanakan. Pada penderita gizi buruk pemberian diet tinggi kalori dan tinggi protein serta mencegah kekambuhan penderita gizi buruk tanpa komplikasi dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan tentang pemberian makanan yg baik, sedangkan penderita yang komplikasi serta dehidrasi , syok dan lain-lain perlu mendapat perawatan dirumah sakit.

Lebih dari 40% anak menderita gizi buruk meninggal. Kematian ini terjadi mulai dari hari pertama pengobatan biasanya disebabkan oleh Gangguan elektroli Infeksi Hipotermia (suhu tubuh yang sangat rendah) Kegagalan jantung

Keadaan setengah sadar (stupor), jaundice (sakit kuning), pendarahan kulit, rendahnya kadar natrium darah, dan diare yang menetap merupakan pertanda buruk. Pertanda baik adalah hilangnya apati, edema dan pertambahan nafsu makan.

Efek jangka panjang pada masa kanak-kanak tidak diketahui. Jika anak-anak diobati dengan tepat maka sistem kekebalan, hati akan sembuh sempurna. Tetapi pada beberapa anak penyerapan gizi di usus tetap mengalami gangguan.

Beratnya gangguan mental yang dialami berhubungan dengan lamanya anak menderita gizi buruk, beratnya gizi buruk, dan usia anak saat mederita gizi buruk keterbelakangan mental

yang bersifat ringan bisa menetap sampai anak mencapai usia sekolah dan mungkin lebih.

Pengobatan pada penderita gizi buruk tentu saja harus disesuaikan pada tingkatannya. Penderita gizi buruk stadium ringan contohnya diatasi dengan perbaikan gizi. Dalam sehari anak-anak ini harus mendapatkan asupan protein sekitar 2-3 gram atau setara dengan 100-150 Kkal.

Pengobatan gizi buruk berat cenderung lebih kompleks karena masing-masing penyakit yang menyertai harus diobati satu persatu. Penderita pun sebaiknya harus dirawat dirumah sakit agar mendapat perhatian medis secra penuh. Sejalan dengan pengobatan penyakit penyerta maupun infeksinya status gizi anak tersebut terus diperbaiki hingga sembuh. Memulihkan keadaan gizinya dengan cara mengobati penyakit penyerta, peningkatan taraf gizi dan mencegah gejala dan kekambuhan dari gizi buruk.

2.9

PENCEGAHAN DARI GIZI BURUK

Cara pencegahan gizi buruk secara umum ialah dapat dicegah dengan memberikan makanan yang bergizi pada anak berupa sayur mayur, buah-buahan, makanan yang mengandung karbohidrat (seperti nasi, kentang, jagung), makanan yang mengandung protein (telur, ikan ,daging) melakukan posyiandu secara rutin seperti(imunisasi) , dan berikanlah ASI bagi anak usia 0 2 tahun.

Gizi buruk terbagi menjadi 3 yaitu :

1.

Marasmus

Marasmus adalah penyakit kelaparan dan terdapat banyak diantara kelompok social ekonomi rendah di sebagian besar Negara sedang berkembang dan lebih banyak dari pada kwashiorkor.

Cara pencegahan :

Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik bila penyebab diketahui.Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi.

a. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang paling baik untuk bayi. b. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun ke atas. c. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan. d. Pemberian imunisasi. e. f. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha

pencegahan jangka panjang. g. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang

gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.

2.

Kwashiorkor

Kwashiorkor merupakan syndrome klinis akibat dari defisiensi berat dan masukan kalori tidak cukup.

Cara Pencegahan :

a. Pencegahannya dapat berupa diet adekuat dengan jumlah-jumlah yang tepat dari protein (12 % dari total kalori). Sentiasa mengamalkan konsumsi diet yang seimbang dengan cukup karbohidrat, cukup lemak. Protein terutamanya harus disediakan dalam makanan. Untuk mendapatkan sumber protein yang bernilai tinggi bisa didapatkan dari protein hewan seperti susu, keju, daging, telur dan ikan. Bisa juga mendapatkan protein dari protein nabati seperti kacang ijo dan kacang kedelei,karena kwashiorkor tidak hanya mengalami perjalanan serius dan sering mematikan tetapi sering menimbulkan pengaruh di kemudian hari yang permanen dan merusak pada anak yang sembuh dan keturunannya.

b. Menjaga kebersihan, terutama keadaan lingkungan dan makanan supaya tidak mudah dihinggapi infeksi dan infestasi parasit dan timbulnya diare, mempercepat atau merupakan trigger mechanisme dari penyakit ini. Marasmus Kwashiorkor

3.

Cara pencegahan marasmus kwashiorkor adalah gabungan dari pencegahan yang ada pada marasmus dan kwashiorkor.

2.10 PEMERIKSAAN PENUNJANG GIZI BURUK

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pada pemeriksaan darah meliputi Hb, albumin, globulin, protein total, elektrolit serum, biakan darah b. Profil lipid (lipid total, trigliserida, kolesterol, LDL, HDL)

2. Pemeriksaan urine Pemeriksaan urine meliputi urine lengkap dan kulture urine 3. Uji faal hati 4. EKG 5. X foto paru 6. Pemeriksaan radiologis: usia tulang, osteoporosis / osteomalsia 7. Pemeriksaan antropometris: BB, TB, BB/TB, LLA, LK 2.10.1 Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.

Pemeriksaan ini meliputi kaidah pemeriksaan laboratorium klinis secara umum. Berupa pemeriksaan metabolit abnormal, perubahan aktivitas enzim, komponen darah atau fungsi fisiologis yang tergantung dari zat gizi tertentu (Gibson,2005), yaitu :

1. Pemeriksaan status protein yang digunakan untuk penilaian status nutrisi : kadar albumin serum dengan nilai normal 3,5-5,0 gr/dl 2. Transferin Serum dengan nilai normal > 200 mg/dl 3. Fungsi imunitas ; hitung limfosit total (%limfosit x sel darah putih)/100 dengan nilai normal diatas 1500 sel/mm2 4. Pemeriksaan lain : Gula darah (BSS), profil lipid (kolesterol,triglyserid,LDL dan HDL), fungsi ginjal (ureum, kreatinin), fungsi hati (sgot,sgpt, bilirubin,gama gt dan alkalin fosfatase), fungsi tulang, otot dan sendi (asam urat, ASTO,CRP dan Rematic Factor) Pemeriksaan penunjang status gizi lainnya dengan foto rontgen, CT scan, MRI dan USG. Diagnosa kerja pada kelainan nutrisi yaitu Status Gizi Antropometrik : obesitas,preobes,marasmus, kwarshiorkor, chronic energy deficiency Pemeriksaan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot .

Uji biokimiawi yang penting ialah pemeriksaan kadar hemoglobin, pemeriksaan apusan darah untuk malaria, pemeriksaan protein. Ada dua jenis protein, viseral dan somatik, yang layak dijadikan parameter penentu status gizi. Pemeriksaan tinja cukup hanya pemeriksaan occult blood dan telur cacing saja.

2.10.2 Pemeriksaan Antropometris

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, 2002).

Penilaian antropometris yang penting dilakukan ialah penimbangan berat dan pengukuran

tinggi badan, lingkar lengan, dan lipatan kulit triseps. Pemeriksaan ini penting, terutama pada anak yang berkelas ekonomi dan sosial rendah. Pengamatan anak dipusatkan terutama pada percepatan tumbuh.

Antropometri adalah pengukuran berbagai dimensi fisik tubuh manusia pada berbagai usia. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan nilai/data mentah pada seorang individu, misalnya umur, BB, TB, LLA, LK dan sebagainya. Indeks merupakan kombinasi hasil pengukuran, misalnya BB/U, TB/U dan sebagainya. Indikator adalah cut-off points untuk suatu indeks.

2.10.2.1 Berat badan Berat badan merupakan parameter pertumbuhan yang paling sederhana, mudah dilakukan dan diulang serta merupakan indeks untuk status gizi sesaat. Pengukuran dilakukan tanpa pakaian atau pakaian seminim mungkin dan tanpa sepatu. Keakuratan penimbangan pada anak besar 0,5 kg dan anak kecil/bayi 0,1 kg. Untuk mengevaluasinya diperlukan data umur yang tepat, jenis kelamin dan acuan standar. Interpretasi:

BB/U dibandingkan standar yang diacu, dalam persentase:

80-120% 60-80% edema. < 60% Penilaian: 5-10% 15-25% > 25%

Gizi baik Gizi kurang (tanpa edema), gizi buruk bila disertai

Gizi buruk

kehilangan BB ringan kehilangan BB sedang kehilangan BB berat

2.10.2.2 Tinggi badan Tinggi badan merupakan parameter sederhana, mudah dilakukan dan diulang serta bila dihubungkan dengan BB akan memberikan informasi yang bermakna. Cara pengukurannya adalah anak berdiri tegak dan mata menatap lurus ke depan, punggung menempel pada alat

pengukur panjang pada tembok/dinding tegak lurus. Untuk bayi atau anak yang belum bisa berdiri, pengukuran dilakukan dalam posisi terlentang.

2.10.2.3 Berat badan menurut tinggi badan Rasio BB/TB sangat penting dan lebih akurat dalam penilaian status gizi karena mencerminkan proporsi tubuh serta dapat membedakan antara wasting dan stunting atau perawakan pendek. Indeks pada anak perempuan hanya sampai 135 cm dan anak laki-laki sampai TB 145 cm dan setelah itu rasio BB/TB tidak begitu banyak berarti karena adanya percepatan tumbuh. Indeks ini tidak memerlukan faktor umur.

BB/TB (%) = [BB aktual/BB menurut TB aktual] x 100% Interpretasi: 1. Jika BB/TB (%): > 120% 110-120% 90-110% 70-90% <70% Obesitas Overweight Normal Gizi kurang Gizi buruk

2. Nilai BB/TB di sekitar persentil 50 menunjukkan normal. Makin jauh deviasi yang terjadi makin besar pula kelebihan atau kekurangan gizi pada individu tersebut.

2.10.2.4 Lingkar lengan atas Pemeriksaan ini digunakan pada anak 1-5 tahun, dan sudah dapat menunjukkan status gizi anak. Pengukuran dilakukan pada lengan kiri, pertengahan akromion dan olekranon, menggunakan pita pengukur yang tidak melar atau pita khusus (WHO/CARE) yang diberi warna hijau (> 12,5 cm), kuning (11,5-12,5 cm) dan merah (<11,5 cm). Interpretasi: <11,5 cm 11,5-12,5 cm >12,5 cm Gizi buruk (merah) Gizi kurang (kuning) Gizi baik (hijau)

Interpretasi LLA/U: 85-10% 70-85% < 70% Gizi baik/normal Gizi kurang Gizi buruk

Interpretasi LLA/TB: >85% Gizi baik/normal 80-85% 75-80% < 75% Borderline / KKP-I Gizi kurang / KKP-II Gizi buruk / KKP-III

2.10.2.5 Lingkaran kepal Lingkar kepala dipengaruhi oleh status gizi anak sampai usia 36 bulan. Pengukuran rutin dilakukan untuk menjaring kemungkinan adanya penyebab lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan otak. Pengukuran dilakukan dengan pita pengukur yang tidak melar, tepat diatas supra orbita pada bagian yang paling menonjol dan melalui oksiput sehingga didapat nilai lingkar kepala yang maksimal.

Interpretasi: LK < persentil 5 atau < -2SD menunjukkan kemungkinan malnutrisi kronik pada masa intrauterin atau masa bayi/anak dini.

2.10.3 Pemeriksaan EKG (Elektrokardiogram) EKG adalah salah satu bagian dalam pemeriksaan penunjang untuk mengevaluasi keadaan jantung kita. Beberapa gangguan jantung (misalnya infark -adanya kerusakan otot jantung karena kekurangan oksigen-, atau adanya pembesaran jantung, dan lainnya) dapat menyebabkan gangguan aktivitas listrik jantung. Jadi, adanya gangguan ini dapat terlihat di EKG

2.11PENATALAKSANAAN GIZI BURUK

2.11.1 Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak

Pedoman dalam deteksi pertumbuhan anak balita adalah dengan menggunakan berat badan (BB) terhadap tinggi badan (TB). Deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anak dapat dilakukan melalui : 1. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan anak di posyandu atau puskesmas 2. Mencatat berat badan anak dalam KMS (kartu menuju sehat 3. Membaca kecenderungan berat badan anak pada KMS, meliputi : a. jika berat badan naik dibanding bulan lalu lebih cepat dari garis baku disebut N 1 (tumbuh kejar) b. jika berat badan naik dibanding bulan lalu sesuai dengan garis baku disebut N 2 (tumbuh normal) c. jika berat badan naik dibanding bulan lalu lebih lambat dibanding garis baku disebut T1 (tumbuh tidak memadai) d. jika berat badan tetap dibanding bulan lalu sehingga garis pertumbuhan mendatar disebut T2 (tidak tumbuh) e. jika berat badan dibanding bulan lalu turun sehingga garis pertumbuhan turun disebut T3 ( tumbuh negatif) 4. Melakukan pemeriksaan adanya tanda bahaya, yang meliputi : adanya renjatan atau syok, keadaan tidak sadar atau letargis serta adanya muntah/diare/dehidrasi 5. Melakukan pemeriksaan fisik 6. Merujuk anak apabila a. ditemukan 2 kali T berturut-turut meskipun BB di KMS masih diatas garis merah b. BB dibawah garis meah di KMS (kartu menuju sehat)

2.11.2 Pengobatan Dan Perawatan Anak Gizi Buruk 2.11.2.1 Pengobatan dan perawatan fase stabilisasi Prosedur tindakan pengobatan dan perawatan terhadap anak balita gizi buruk sebelum dirujuk, meliputi : 1) Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia 2) Pengobatan dan pencegahan hipotermia 3) Pengobatan dan pencegahan dehidrasi 4) Pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit

5) Pengobatan atau pencegahan infeksi 6) Pemberian makanan yang sesuai dengan kondisi anak balita 7) Pemberian multivitamin 8) Pemantauan masa tumbuh kejar

2.11.2.2 Pengobatan dan perawatan fase stabilisasi dibagi dalam : 1) Perawatan Awal pada Fase Stabilisasi, yang meliputi: a) pemeriksaan berat badan dan suhu tubuh (aksila) b) memberikan oksigen apabila disertai renjatan atau syok c) menghangatkan tubuh d) memberikan cairan dan makanan sesuai dengan rencana e) memberikan antibiotic sesuai umur

2) Perawatan Lanjutan pada Fase Stabilisasi, yang meliputi: a) melakukan anamnesa untuk konfirmasi kejadian campakdan TB paru b) melakukan pemeriksaan umum, meliputi tinggi badan, thorax, abdomen, otot dan jaringan lemak c) melakukan pemeriksaan khusus, meliputi mata, kulit, telinga, hidung, tenggorokan d) melakukan pemeriksaan laboratorium, meliputi kadar guladarah dan Hemoglobin e) memberikan tindakan meliputi Vitamin A, asam folat, multivitamin tanpa Fe/ ferrum (besi), pengobatan penyakit penyulit f) melakukan stimulasi

3) Perawatan Lanjutan pada Fase Transisi : a) melakukan pemeriksaan berat badan b) memberikan makanan untuk tumbuh kejar c) memberikan multivitamin tanpa Fe (besi) d) melakukan stimulasi e) pengobatan penyakit penyulit

4) Perawatan lanjutan pada Fase Rehabilitasi :

a) melakukan monitoring tumbuh kembang b) memberikan multivitamin dengan Fe (besi) c) pengobatan penyakit penyulit d) melakukan persiapan pada ibu e) melakukan stimulasi

2.11.3 Prosedur tetap penatalaksanaan fase rehabilitasi di puskesmas 1) mengkaji berat badan 2) observasi keadaan kesehatan 3) memberikan makanan secara bertahap 4) menentukan kebutuhan enegi dan protein pada anak 5) memberikan makanan porsi kecil dan sering 6) menganjurkan ASI sampai 2 tahun 7) menimbang berat badan anak setiap 2 minggu 8) penyuluhan pada orangtua 9) menganjurkan keluarga untuk memantau kesehatan secarateratur ke posyandu

2.11.4 Perawatan Tindak Lanjut di Rumah Bagi Anak Gizi Buruk Setelah anak pulang dari tempat perawatan, harus dilakukan: 1) pemberian makan yang baik, 2) stimulasi tumbuh kembang, 3) penyuluhan kepada orang tua untuk kunjungan ulang, pemberian makanan, terapi bermain, serta imunisasi 4) pemberian vitamin A 5) pemantauan anak di rumah Perawatan fase tindak lanjut bagi anak gizi buruk meliputi : 1) Melanjutkan pola pemberian makan yang baik dan stimulasi dilanjutkan di rumah setelah pulang dari rumah sakit 2) Memberikan contoh kepada orang tua cara membuat menu dan makanan dengan kandungan energi dan zat gizi yang padat sesuai dengan umur dan berat badan anak 3) Memberikan contoh pada orang tua cara terapi bermain

4) Menyarankan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan porsi kecil tapi sering sesuai dengan umur anak 5) Menyarankan kepada orang tua untuk membawa control secara teratur yaitu : a) bulan I : 1 x setiap minggu b) bulan II : 1x setiap 2 minggu c) bulan III - IV : 1x setiap bulan 6) Memberikan imunisasi dasar dan ulangan (booster) 7) Memberikan vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan sekali

2.11.5 Cara Memberikan Stimulasi Sensorik Dan Dukungan Emosional Pada Anak Gizi Buruk Pada anak gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku, oleh karena itu harus diberikan : a. Kasih sayang b. Lingkungan yang ceria

c. Terapi bermain selama 15-30 menit setiap hari, contohnya bermaincilukba d. Aktifitas fisik segera setelah sembuh e. Keterlibatan ibu dalam memberi makan, memandikan, bermain danlain-lain. 2.11.6 Pedoman Pemberian Makanan Balita Gizi Buruk Pemberian makanan bagi anak dengan gizi buruk antara lain : 1. Apabila anak belum mencapai umur 2 tahun maka ASI tetap diberikan. Bila selama dirawat anak tidak diberi ASI, maka setelahkembali dari rawat inap anak harus tetap diberi ASI. 2. Balita gizi buruk setelah kembali dari rawat inap di Puskesmaas /Rumah Sakit, perlu diikuti dengan pengamatan dan perhatian terusmenerus terhadap kesehatan dan gizi, antara lain denganpemberian makanan yang sesuai dengan kebutuhannya. 3. Pemberian makanan sedapat mungkin dibuat dari bahan makananyang tersedia di rumah tangga, harga murah dan pembuatannyamudah. Disamping itu anak gizi buruk setelah kembali dari rawatinap harus tetap mendapat vitamin A di posyandu dua kali setahundan sirup besi. 4. Anak yang menderita gizi buruk biasanya mempunyai masalah pada fungsi alat pencernaan, sehingga dalam pemberianmakanannya memerlukan perhatian khusus. Sebagai

patokanyang digunakan dalam pemberian makanan kepada anak giziburuk adalah berat badan, bukan umur. 5. Karena sebagian alat pencernaan tubuh anak yang menderita gizi buruk belum berfungsi dengan baik, maka bentuk makanan sampaianak mencapai berat badan 7kg mengikuti bentuk makanan pendamping ASI (MP ASI), berupa makanan cair, lembik dan lunak. 6. Petugas harus selalu memantau dan membina melalui konselingdengan cara kunjungan ke rumah tangga paling sedikit sekalidalam seminggu 7. Jika anak sudah diberi makan sesuai ketentuan, tetapi dalam satubulan berat badan tidak naik, anak harus segera dirujuk kepuskesmas 8. Jika anak sudah mencapai berat badan 7 kg dan telah diberimakanan orang dewasa, akan tetapi berat badannya tidak naik,maka anak harus kembali diberi makanan formula seperti semula 9. Dalam mempersiapkan dan memberikan makanan formula, harus selalu dijaga kebersihannya, antara lain : mencuci tangan sebelummemasak, alat makan harus selalu dicuci terlebih dahulu, bahanmakanan harus dimasak, harus selalu menggunakan air yangsudah dimasak 10. Bila menggunakan produk hasil industri, gunakan jenis produkmakanan bayi untuk umur 4 bulan keatas, dan untuk anak dibawah4 bulan bila ada indikasi medis anak diberi susu formula.

2.12 KOMPLIKASI GIZI BURUK

Pada penderita gangguan gizi sering terjadi gangguan asupan vitamin dan mineral. Karena begitu banyaknya asupan jenis vitamin dan mineral yang terganggu dan begitu luasnya fungsi dan organ tubuh yang terganggu maka jenis gangguannya sangat banyak. Pengaruh KEP bisa terjadi pada semua organ sistem tubuh. Beberapa organ tubuh yang sering terganggu adalah saluran cerna, otot dan tulang, hati, pancreas, ginjal, jantung, dan gangguan hormonal.Anemia gizi adalah kurangnya kadar Hemoglobin pada anak yang disebabkan karena kurangnya asupan zat Besi (Fe) atau asam Folat. Gejala yang bisa terjadi adalah anak tampak pucat, sering sakit kepala, mudah lelah dan sebagainya.

Pengaruh sistem hormonal yang terjadi adalah gangguan hormon kortisol, insulin, Growht hormon (hormon pertumbuhan) Thyroid Stimulating Hormon meninggi tetapi fungsi tiroid menurun. Hormon-hormon tersebut berperanan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan tersering mengakibatkan kematian (Sadewa, 2008).

Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada penderita KEP, khususnya pada KEP berat. Beberapa penelitian menunjukkan pada KEP berat resiko kematian cukup besar, adalah sekitar 55%. Kematian ini seringkali terjadi karena penyakit infeksi (seperti Tuberculosis, radang paru, infeksi saluran cerna) atau karena gangguan jantung mendadak. Infeksi berat sering terjadi karena pada KEP sering mengalami gangguan mekanisme pertahanan tubuh. Sehingga mudah terjadi infeksi atau bila terkena infeksi beresiko terjadi komplikasi yang lebih berat hingga mengancam jiwa (Nelson, 2007).

Selain itu ada juga komplikasi yang lain,yaitu:

1. Hipotemi Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Hipotermia juga dapat didefinisikan sebagai suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 C.Tubuh manusia mampu mengatur suhu pada zona termonetral, yaitu antara 36,5-37,5 C. Di luar suhu tersebut, respon tubuh untuk mengatur suhu akan aktif menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas dalam tubuh.Gejala hipotermia ringan adalah penderita berbicara melantur, kulit menjadi sedikit berwarna abu-abu, detak jantung melemah, tekanan darah menurun, dan terjadi kontraksi otot sebagai usaha tubuh untuk menghasilkan panas. Pada penderita hipotermia moderat, detak jantung dan respirasi melemah hingga mencapai hanya 3-4 kali bernapas dalam satu menit. Pada penderita hipotermia parah, pasien tidak sadar diri, badan menjadi sangat kaku, pupil mengalami dilatasi, terjadi hipotensi akut, dan pernapasan sangat lambat hingga tidak kentara (kelihatan).

2. Hipoglikemi Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah hingga dibawah 60 mg/dl. Padahal kinerja tubuh,terutam otak dan sistem syaraf,membutuhkan glukosa dalam darah

yang berasal dari makanan berkarbohidrat dalam kadar yang cukup. Kadar gula darah normal adalah 80-120 mg/dl pada kondisi puasa,100-180 mg/dl pada kondisi setelah makan

3.

Infeksi

Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme inang, dan bersifat pilang membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. Respons inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih luas, mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan viroid.

4. Diare dan Dehidrasi Diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang air besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air berlebihan.

5. Syok Syok adalah suatu keadaan dimana pasokan darah tidak mencukupi untuk kebutuhan organ-organ di dalam tubuh. Shock juga didefinisikan sebagai gangguan sirkulasi yang mengakibatkan penurunan kritis perfusi jaringan vital atau menurunnya volume darah yang bersirkulasi secara efektif.

6.

ISPA

Infeksi saluran napas akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernapasan, hidung, sinus, faring, atau laring.

7. Cacingan Cacingan adalah kumpulan gejala gangguan kesehatan akibat adanya cacing parasit di dalam tubuh.Penyebab kecacingan yang populer adalah cacing pita, cacing kremi, dan cacing

tambang.

8. Tuberkulosis Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosi.

9. Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama Plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut. Di dalam tubuh manusia, parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian menginfeksi sel darah merah

2. Tumbuh kembang anak (ghea, keidya, ivan, eba)

Anda mungkin juga menyukai