A.PENGERTIAN
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak
dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair
/setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980),
diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Diare terbagi 2
berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis
(Mansjoer,A.1999,501).
B. ETIOLOGI
1. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
2. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada
anak-anak).
3. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
4. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,
sayuran dimasak kutang matang.
5. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas
C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya gastroenteritis ialah:
1.Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalamlumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektroloit ke dalam lumen usus. Isirongga usus yang berlebihan akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbulgastroenteritis.
2.Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi,air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul
gastroenteritis kerena peningkatanisi lumen usus.
3.Gangguan motilitas
usus Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanansehingga timbul gastroenteritis. Sebaliknya bila peristaltik
usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat
timbul gastroenteritis pula.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Konistensi feses cair (diare) dan frekuensi defekasi meningkat
2. muntah (umumnya tidak lama)
3. demam (mungkin ada atau tidak)
4. kram abdomen, tenesmus
5. membrane mukosa kering
6. fontanel cekung (bayi)
7. BB menurun
8. malaise
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. darah samar feses : untuk memeriksa adanya darah (lebih sering pada GE
yang berasal dari bakteri)
2. evaluasi volume, warna, konsistensi, adanya mucus atau pus pada feses
3. hitung darah lengkap dengan differensial
4. uji antigen immunoassay enzim-untuk memastikan adanya rotavirus
5. kultur feses (jika anak dirawat di RS, pus dalam feses, tau diare yang
berkepanjangan)-untuk menentukan pathogen
6. evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit
7. aspirasi duodenum (jika diduga G.lamblia)
8. urinalisis dan kultur (berat jenis bertambah karena dehidrasi; organisme
shigella keluar melalui urin)
C. PENATALAKSANAAN
Rehidrasi
1. jenis cairan
a. Cara rehidrasi oral
1) Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti orali,
pedyalit setiap kali diare.
2) Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)
b. Cara parenteral
1) Cairan I : RL dan NS
2) Cairan II : D5 ¼ salin,nabic. KCL
D5 : RL = 4 : 1 + KCL
D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL
3) HSD (half strengh darrow) D ½ 2,5 NS cairan khusus pada diare
usia > 3 bulan.
2. Jalan pemberian
a. Oral (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)
b. Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran menurun)
3. Jumlah Cairan ; tergantung pada :
a. Defisit ( derajat dehidrasi)
b. Kehilangan sesaat (concurrent less)
c. Rumatan (maintenance).
4. Jadwal / kecepatan cairan
a. Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya
kurang lebih 13 kg : maka pemberianya adalah :
1) BB (kg) x 50 cc
2) BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1 gls.
b. Terapi standar pada anak dengan diare sedang :
+ 50 cc/kg/3 jam atau 5 tetes/kg/mnt
Terapi
1. obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
2. obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
3. antibiotic : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta
Dietetik
1. Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan padat / makanan cair atau
susu
2. Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat
diberi elemen atau semi elemental formula.
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR :
< 40 x/mnt )
Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong,
UUB tidak cekung.
Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa
dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan
segera untuk memperbaiki defisit
2) Pantau intake dan output
R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat
keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
3) Timbang berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan
kehilangan cairan 1 lt
4) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
5) Kolaborasi :
- Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na,
K,Ca, BUN)
R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk
mengetahui faal ginjal (kompensasi).
- Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
- Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar
simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik
sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk menghambat
endotoksin.
Kriteria hasil :
Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan
benar
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah
dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena
kelebaban dan keasaman feces
3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga
tak terjadi iskemi dan irirtasi .
Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo.
Surabaya.
Disusun Oleh
MAHASISWA KEPERAWATAN