Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


“DIARE”

Satase Keperawatan Dasar Profesi

Disusun Oleh:

Nama : Wahyu Hindarto

NIM : 210103158N

PROGAM STUDI NERS FAKULTAS ILMU KESEHETAN


UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
1. DEFINISI
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja), dengan tinja berbentuk cair atau setengan padat,
dapat disertai frekuensi yang meningkat (Markum, 2008). Menurut WHO (2014), diare
adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari dan diare terbagi 2 berdasarkan mula dan
lamanya , yaitu diare akut dan kronis.
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali
sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah
(Alimul H, 2006).
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih
dari 3 kali pada anak, konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula
bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Potter & Perry. 2006)
Diare adalah kondisi yang didefinisikan oleh peningkatan frekwensi defekasi (lebih
dari 3kali sehari), peningkatan jumlah feses (lebih dari 200g per hari) dan perubahan
konsistensi (cair) (Brunner&Suddart, 2014).
Dapat disimpulkan diare akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan
oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen,yang di tandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi
cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat dan pada
neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah.
2. ETIOLOGI
Etilogi diare menurut Brunner&Suddart (2014):
a. Faktor infeksi : Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus),
parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak).
c. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak
kutang matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
f. Medikasi tertentu, formula untuk pemberian makanan melalui selang, gangguang
metabolisme dan endokrin, deficit sfingter anal, sindrom Zollinger-Ellison, ileus
paralitik, AIDS, dan obstruksi usus.
3. TANDA dan GEJALA
Tanda dan Gelaja diare menurut Brunner&Suddart (2014):
a. Peningkatan frekwensi defekasi dan kandungan cairan dalam feses
b. Kram abdomen, distensi, gemuruh di usus (borborigmus), anoreksia dan rasa haus,
kontraksi anus dan nyeri serta mengejan yang tidak efektif (tenemus) setiap kali
defekasi.
c. Feses cair, yang mengindikasikan penyakit pada usus kecil
d. Feses semi padat, lunak yang disebakan oleh gangguan pada usus besar
e. Terdapat lender, darah, dan nanah dalam feses, yang menunjukan kolitis atau inflamasi
f. Cipratan minyak pada cairan toilet, yang merupakan diagnosis insufisiensi pancreas
dan diare nokturnal, yang merupakan manifestasi neuropatik diabetik.

4. PATHWAY

Faktor infeksi F.malabsorbsi F.makanan F.Psikologi


KH,Lemak,Protein

Masuk dan meningk. Tekanan toksin tak dapat cemas


berkembang osmotik diserap
dalam usus

Hipersekresi air pergeseran air dan hiperperistaltik


dan elektrolit elektrolit ke rongga
( isi rongga usus) usus menurunya kesempatan usus
menyerap makanan

DIARE

Frekuensi BAB meningkat distensi abdomen

Kehilangan cairan & elektrolit integritas kulit


berlebihan perianal

gangguan kes. cairan As. Metabl mual, muntah


dan elektrolit

Resiko hipovolemi syok sesak nafsu makan menurun

Gangguan Oksigensi BB menurun

Gangguan Tumbang
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
- feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
- Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
- AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3
menurun )
- Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

6. Penalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis menurut Brunner&Suddart (2014):
a. Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada upaya mengontrol gejala, mencegah
komplikasi, dan menyingkirkan atau mengatasi penyakit penyebab
b. Medikasi tertentu (misalkan pemberian antibiotic, agens anti-imflamasi) dan
antidiare (misalkan pemberian loperamida (imodium)), defiknosilit (limotil) dapat
mengurangi tingkat keparahan diare.
c. Menambah cairan oral, larutan elektrolit dan glukosa oral dapat diprogramkan
d. Antimikroba diprogramkan ketika agens infeksius telah teridentifikasi atau diare
tergolong berat
e. Terapi IV digunakan untuk tindakan hidrasi cepat pada pasien yang sangat muda atau
pasien lansia.
f. Terapi obat menurut Markum (2008):
- obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
- obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
- antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta.
7. Asuhan Keperawatan
Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan
kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan
penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau
lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus
asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya
infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya .
b. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
c. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare
akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid
jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi
makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
e. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa,
porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan
gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik,
menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
g. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.
h. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
1. Pertumbuhan
 Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2
kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
 Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan
seterusnya.
 Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring,
seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
 Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
2. Perkembangan
a. Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
 Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan
keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya,
tugas utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan
bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal,
bermain).
b. Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari
lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk
mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan,
berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut
harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu
seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada
diri anak.
c. Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri : Umur 2-3 tahun :
 berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan
(GK)
 Meniru membuat garis lurus (GH)
 Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
 Melepasa pakaian sendiri (BM)
3. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil,
lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak
umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat >35x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal
atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau
kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat >40x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat >120x/mnt dan lemah, tensi menurun
pada diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik, suhu
meningkat >37,50C, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary
refill time memajang >2 detik, kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24
jam), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress
yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan
invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian
menerima.

Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau
output berlebihan dan intake yang kurang
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
cairan skunder terhadap diare.
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder
terhadap diare
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
5. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus
menerus.
6. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa1 :Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
cairan skunder terhadap diare
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan keseimbangan dan elektrolit
dipertahankan secara maksimal dengan Kriteria hasil :
- Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,5 0 c, RR : < 40
x/mnt )
- Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB
tidak cekung.
- Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
Rasional: Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan
pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk
memperbaiki deficit.

2) Pantau intake dan output


Rasional: Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran
tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
3) Timbang berat badan setiap hari
Rasional: Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan
kehilangan cairan 1 lt
4) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
Rasional: Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
5) Kolaborasi :
- Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
Rasional: koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui
faal ginjal (kompensasi).
- Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
Rasional:engganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
- Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
Rasional: anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar
simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti
bakteri berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.
IMPLEMENTASI:
1) Memantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
2) Memantau intake dan output
3) Menimbang berat badan setiap hari
4) Menganjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
5) Berkolaborasi :
- Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
- Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
EVALUASI:
- Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,5 0 c, RR : < 40 x/mnt ),
turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, dan konsistensi
BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari.

Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake dan out put
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan
nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil:
- Nafsu makan meningkat
- BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi,
berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
Rasional: Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang
mengiritasi lambung dan sluran usus.
2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan
makanan dalam keadaan hangat
Rasional: situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
Rasional: Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
4) Monitor intake dan out put dalam 24 jam
Rasional: Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
5) Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
a. terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
b. obat-obatan atau vitamin ( A)
Rasional: Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan
IMPLEMENTASI:
1) Mendiskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi,
berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
2) Menciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah,
sajikan makanan dalam keadaan hangat
3) Memberikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
4) Memonitor intake dan out put dalam 24 jam
5) Berkolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
c. terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
d. obat-obatan atau vitamin ( A).
EVALUASI:
- Nafsu makan meningkat dan BB meningkat atau normal sesuai umur.

Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak
sekunder dari diare
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
dengan kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C), Tidak
terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa).
Intervensi :
1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
Rasional: Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)
2) Berikan kompres hangat
Rasonal: merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh
3) Kolaborasi pemberian antipirektik
Rasional: Merangsang pusat pengatur panas di otak
IMPLEMENTASI:
1) Memonitor suhu tubuh setiap 2 jam
2) Memberikan kompres hangat
3) Berkolaborasi pemberian antipirektik.
EVALUASI:
- suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C), Tidak terdapat tanda infeksi (rubur,
dolor, kalor, tumor, fungtio leasa).
Diagnosa4 :Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan
frekwensi BAB (diare)
Tujuan : setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit
tidak terganggu dengan criteria hasil: Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet,
kebersihan terjaga dan keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal
dengan baik dan benar.
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
Rasional: Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan
mengganti pakaian bawah serta alasnya)
Rasional: Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena
kelebaban dan keasaman feces
3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
Rasional: Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga
tak terjadi iskemi dan irirtasi .
IMPLEMENTASI:
1) Mendiskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
2) Mendemontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan
mengganti pakaian bawah serta alasnya)
3) Mengatur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam.
EVALUASI:
- Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga dan keluarga mampu
mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar

Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive


Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu
beradaptasi dengan kriteria hasil: Mau menerima tindakan perawatan, klien
tampak tenang dan tidak rewel
Intervensi :
1) Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan
Rasional: Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga
2) Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS
Rasional: mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS
3) Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
Rasional: menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya
4) Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non
verbal (sentuhan, belaian dll)
5) Rasional: Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa aman
pada klien.
6) Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak.

IMPLEMENTASI:
1) Meliibatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan
2) Menghindari persepsi yang salah pada perawat dan RS
3) Memberikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
4) Melakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun
non verbal (sentuhan, belaian dll)
5) Memberikan mainan sebagai rangsang sensori anak.
EVALUASI:
- Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel.

DAFTAR PUSTAKA

Bates. B, 2019. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta


Brunner & Suddart. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 12. EGC. Jakarta
Carpenitto.LJ. 2016. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 7. EGC.
Jakarta.
Markum.AH. 2018. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
NANDA. 2012-2014. Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta
Ngastiyah. 2016. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta
Suryanah. 2015. Keperawatan Anak. EGC.

Anda mungkin juga menyukai