Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KAJIAN PENYAKIT HIV/AIDS

Disusun Oleh :
1. Alpira Melda Nieta ( 2019005 )
2. Amalia Arinda Kurniawati ( 2019006 )
3. Anisa Salsabila Pratiwi ( 2019007 )

Tingkat : 2B
Mata Kuliah : KMB II

INSTITUSI AKADEMI KEPERAWATAN BUNDA DELIMA


BANDAR LAMPUNG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas berkah, rahmat, dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa pula kita
kirimkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW.
kami sangat berterima kasih kepada Dosen Pengajar mata kuliah iniIbu Idayatun
khomsah, karena dengan tugas ini dapat menambah wawasan kami dalam memahami tentang
Kajian penyakit HIV/AIDS. Adapun isi dari makalah kami yang dikutip dari beberapa buku dan
internet yang berhubungan dengan pembahasan materi makalah kami. Namun kami sangat
menyadari, materi makalah kami memiliki banyak kekurangan sehingga kami memerlukan kritik
dan saran dari pembaca guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas dari makalah kami.
Mudah-mudahan makalah kami bermanfaat bagi pembaca dan dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.

Wassalamu’alaikum, Wr.Wb.

BandarLampung, 4 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER...........................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.................................................................................................................. Latar Belakang


...........................................................................................................................................1
1.2.................................................................................................................. Rumusan Masalah
...........................................................................................................................................1
1.3.................................................................................................................. Tujuan Penulisan
...........................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian HIV/AIDS.....................................................................................................3


2.2 Penyebab HIV/AIDS......................................................................................................3
2.3 Gejala dan tanda-tanda HIV/AIDS.................................................................................3
2.4 Patofisiologi penyakit HIV/AIDS...................................................................................5
2.5 Pemeriksaan diagnostik dan penunjang HIV/AIDS ......................................................5
2.6 Cara penulran HIV/AIDS...............................................................................................8
2.7 Penaganan HIV/AIDS di rumah sakit.............................................................................10
2.8 Komplikasi HIV/AIDS....................................................................................................13
BAB III PENUTUP

3.1.................................................................................................................. Kesimpulan
.........................................................................................................................................14
3.2.................................................................................................................. Saran ............
............14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang


HIV/AIDS telah menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi. HIV/AIDS adalah
salah satu penyakit yang harus diwaspadai karena AcquiredImmunodeficiency Syndrome ( AIDS)
sangat berakibat pada penderitanya. Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) merupakan
sekumpulan gejala
penyakit yang menyerang tubuh manusia setelah sistem kekebalannya dirusak oleh virus HIV
(Human Immunodeficiency Virus).
Cara penularan HIV dapat melalui hubungan seksual, penggunaan obat suntik, ibu ke anak-
anak dan lain-lain. Mengenai penyakit HIV/AIDS, penyakit ini telah menjadi pandemi yang
mengkhawatirkan masyarakat dunia, karena disamping belum ditemukan obat dan vaksin
pencegahan penyakit ini juga memiliki “window periode” dan fase asimtomatik (tanpa gejala)
yang relatif panjang dalam perjalanan penyakitnya. Hal tersebut menyebabkan pola
perkembangannya seperti fenomena gunung es (iceberg phenomena).
Jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun di seluruh bagian dunia terus meningkat
meskipun berbagai upaya preventif terus dilaksanakan. Dari beberapa cara penularan tersebut,
masing-masing penularan memiliki resiko penularan cukup besar. Oleh karena itu, penularan
HIV harus diberi pengobatan agar penyebaran mengalami perlambatan.
HIV tidak dapat disembuhkan karena tidak ada obat yang dapat sepenuhnya menyembuhkan
HIV/AIDS. Perkembangan penyakit dapat diperlambat namun tidak dapat dihentikan
sepenuhnya. Kombinasi yang tepat antara berbagai obat-obatan antiretroviral dapat
memperlambat kerusakan yang diakibatkan oleh HIV pada sistem kekebalan tubuh dan menunda
awal terjadinya AIDS.

B.  Rumusan Masalah


1.    Apakah HIV/AIDS itu ?
2.    Bagaimana cara penularan AIDS
3.    Tanda-tanda  terserang HIV
4.    Siapa saja yang terkena AIDS
5.    Bagaimana pencegahan AIDS ?

C.  Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memahami tentang bahaya virus HIV/AIDS dan
cara menangulangi virus tersebut. Dan menyadarkan generasi mudasecara terus menerus akan
bahaya HIV/AIDS dan mampu melaksanakan pencgahan dan usaha-usaha penanggulangannya
dalam angka meningkatkan kekebalan tubuh.
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian HIV/AIDS


Menurut H. JH. Wartono, Abu Chanif, dkk :AIDS adalah “singkatan dari Acquired
Immune Definsiency Syndreome, yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh manusia. Sehingga manusia dapat meninggal bukan semata-mata oleh virus
HIV nya oleh penyakit lain yang sebenarnya bisa ditolak seandainya daya tubuh tidak rusak,
sedangkan HIV adalah nama Virus menyebab AIDS atau disebut Human Immunodeficiency
Virus”.(1999, 9)
Jadi Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome(disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau sindrom) yang timbul
karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV, atau infeksi virus-
virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).

B Penyebab HIV dan AIDS


Di negara Indonesia, penyebaran dan penularan HIV paling banyak disebabkan melalui
hubungan intim yang tidak aman dan bergantian menggunakan jarum suntik yang tidak steril saat
memakai narkoba. Seseorang yang terinfeksi HIV dapat menularkannya kepada orang lain, bahkan
sejak beberapa minggu sejak tertular. Semua orang berisiko terinfeksi HIV

C. Gejala dan Tanda-Tanda HIV AIDS

Banyak orang dengan HIV tidak tahu kalau mereka terinfeksi. Hal ini karena gejala dan tanda-tanda
HIV/AIDS pada tahap awal sering kali tidak menimbulkan gejala berat. Infeksi HIV hingga menjadi AIDS
terbagi menjadi 3 fase, yaitu:

1. Fase pertama: infeksi HIV akut


Fase pertama umumnya muncul setelah 1-4 minggu infeksi HIV terjadi. Pada fase awal
ini, penderita HIV akan mengalami gejala mirip flu, seperti:
 Sariawan
 Sakit kepala
 Kelelahan
 Radang tenggorokan
 Hilang nafsu mak
 Nyeri otot
 Ruam
 Pembengkakan kelenjar getah bening
 Berkeringat

Gejala dan tanda-tanda HIV/AIDS tersebut dapat muncul karena sistem kekebalan
tubuh sedang berupaya melawan virus. Gejala ini bisa bertahan selama 1-2 minggu atau
bahkan lebih.

1. Fase kedua: fase laten HIV

Pada fase ini, penderita HIV/AIDS tidak menunjukkan tanda dan gejala yang
khas, bahkan dapat merasa sehat. Padahal secara diam-diam, virus HIV sedang
berkembang biak dan menyerang sel darah putih yang berperan dalam melawan infeksi.

Pada fase ini, tanda-tanda HIV/AIDS memang tidak terlihat, tapi penderita tetap bisa
menularkannya pada orang lain. Pada akhir fase kedua, sel darah putih berkurang secara
drastis sehingga gejala yang lebih parah pun mulai muncul.

2. Fase ketiga: AIDS

AIDS merupakan fase terberat dari infeksi HIV. Pada fase ini, tubuh hampir
kehilangan kemampuannya untuk melawan penyakit. Hal ini karena jumlah sel darah
putih berada jauh di bawah normal.

Tanda-tanda HIV AIDS pada tahap ini antara lain berat badan menurun drastis, sering
demam, mudah lelah, diare kronis, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Karena pada fase AIDS sistem kekebalan tubuh sudah sangat lemah, maka penderita
HIV/AIDS akan sangat rentan terkena infeksi dan jenis kanker tertentu. Penyakit yang
biasanya terjadi pada penderita AIDS antara lain:
 Infeksi jamur pada mulut dan tenggorokan
 Pneumonia
 Toksoplasmosis
 Meningitis
 Tuberkulosis (TB)
 Kanker, seperti limfoma dan sarkoma kaposi

D. Patofisiologi Penyakit

E. Pemeriksaan diagnostik dan penunjang HIV/AIDS


Tujuan utama dalam penatalaksanaan HIV/AIDS adalah untuk menurunkan morbiditas
dan mortalitas. Pengobatan diperlukan untuk menekan replikasi virus, mengatasi penyakit
penyerta (jamur, TB, hepatitis, toksoplasma, sarcoma kaposi, limfoma, kanker serviks) serta
pengobatan suportif seperti gizi, gaya hidup, dan terapi psikososial.
 Anjuran WHO:
a. Pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa muda
b. Program penyuluhan sebaya (peer group education) untuk berbagai kelompok sasaran
c. Program kerja sama dengan media cetak dan elektronik
d. Paket pencegahan komprehensif bagi pengguna narkotika termasuk program  penggandaan
jarum suntik steril.
e. Program pendidikan agama dan pelatihan ketrampilan hidup, layanan  pengobatan infeksi
menular seksual (IMS), promosi kondom di lokalisasi  pelacuran di panti pijat
f. Pengadaan tempat-tempat untuk tes HIV dan konseling, dukungan untuk anak  jalanan dan
pengerantasan prostitusi anak, integrasi program pencegahan dan  perawatan dan dukungan
ODHA.
g. Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dengan pemberiaan obat ARV
Pengobatan yang diberikan bagi orang yang terkena HIV yaitu dapat diberikan obat
antivirus. Ada 2 jenis obat yang dapat diberikan bagi orang yang terinfeksi HIV yaitu analog
nucleotide yang berfungsi untuk mencegah aktifitas reverse transcriptase seperti timidine-
AZT, dideoksinosin dan dideoksisitidin yang dapat mengurangi kadar RNA HIV dalam
plasma. Biasanya obat-obat tersebut tidak  berhasil dalam menghentikan progress penyakit
oleh karena timbulnya bentuk mutasi reverse transkiptase yang resisten terhadap obat. Selain
itu ada juga inhibitor protease virus yang sekarang digunakan untuk mencegah proses
protein  prekusor menjadi kapsid virus matang dan protein core. Selain itu dapat dilakukan
Antiretroviraltherapy yang sering dikenal dengan highly active antiretroviral therapy
(HAART) untuk menghambat HIV. Pengobatan ini diharapkan mampu menghambat
progresivitas infeksi HIV untuk menjadi AIDS dan penularannya terhadap orang lain.

ART dibagi dalam dua kategori yaitu :


1. Ada perhitungan CD4 Stadium IV menurut kriteria WHO (AIDS) tanpa memandang
hitung CD4 Stadium III menurut kriteria WHO dengan CD4 < 350 sel/ mm3Stadium I-II
menurut kriteria WHO dengan CD4 ≤ 200 sel/mm
2. Tidak ada perhitungan CD4 Stadium IV menurut WHO tanpa memandang TLC Stadium
III menurut WHO tanpa memandang TLC Stad ium II dengan TLC ≤ 1200 sel/mm
3. Pemberian ART ini tergantung pada tingkat progresivitas masing-masing  penderita.
Terapi kombinasi ART mampu menekan replikasi virus sampai tidak terdeteksi oleh
PCR. Pada kondisi ini penekanan virus berlangsung efektif mencegah timbulnya virus
yang resisten terhadap obat dan memperlambat  progersifitas penyakit. Karena itu terapi
kombinasi ART harus menggunakan dosis dan jadwal yang tepat. Jadi tujuan utama dari
terapi antivirus ini adalah untuk penekanan secara maksimum dan berkelanjutan jumlah
virus, pemulihan atau pemeliharaan (atau keduanya), fungsi imunologi, perbaikan
kualitas hidup dan pengurangan morbiditas dan mortalitas HIV.

Terapi ARVtujuan terapi: mencapai supresi maksimum terhadap replikasi HIV, meningkatkan
CD4 limfosit, memperbaiki kualitas hidup.

Indikasi ARV:

a. HIV stadium I dan II dengan CD4 < 350  


b. HIV stadium III tanpa memandang CD4
c. Tanpa melihat CD4: HIV+TB/kehamilan/hepatitis B kronik, pasangan serodiskordan,
populasi kunci (penjaja seks, pengguna narkoba suntik pria homoseksual)
Indikasi non-medis: kesiapan pasien. Pada CD4 : 350
- 500 sel/ml, dapat dipertimbangkan pemberian ARV bila :
- Penurunan CD4 > 100 / tahun
- CD4 < 17 %
- Viral load > 100.000 kopi/ml
- Keinginan pasien dengan adherance kuat
- Ibu hamil

PedomanTerapi ARV

a. Jangan gunakan obat tunggal atau 2 obat  


b. Selalu gunakan minimal kombinasi 3 ARV disebut: “ HAART “ (Highly Active Anti
Retroviral Therapy) Kombinasi ARV lini pertama pasien naïve (belum pernah memakai
ARV sebelumnya) yang dianjurkan: 2 NRTI + 1 NNRTI Di Indonesia : -lini pertama :
AZT + 3TC + EFV atau NVP -alternatif : d4T + 3TC + EFV atau NVP dan AZT atau
d4T + 3TC + 1 PI (LPV/r) Terapi seumur hidup, mutlak perlu kepatuhan ok risiko cepat
terjadi resistensi bila sering lupa minum obat.
1. Evaluasi Pengobatan
a. Monitoring CD4 tiap 6 bulan  
b. Viral Load Medikasi untuk keluhan penyerta (Infeksi Opportunistik/IO)
c. Kandidiasis oral: Flukonazol 150 mg 1x/hari  
d. Toxoplasmosis: -Klindamisin (4x600mg) + Pirimetamin (loading dose 200mg 1x,
lanjut 50mg/hari) (3-6minggu) -Selanjutnya klindamisin 4x300mg + Pirimetamin
50mg (3-5minggu)
e. PCP: Kotrimoxazol (Trimetoprim 15-20 mg/kgBB/hari (2dd), selama 6 minggu.
Alternatif: klindamisin + primakuin
f. Tuberkulosis: Regimen OAT Untuk pengobatan dengan keluhan penyerta, obatilah
infeksi oportunis terlebih dahulu selama 2 minggu- 2 bulan dan mulailah terapi ARV.
2. Profilaksis
a. Kotrimoxazol 1 x 960mg
-Tujuan: Mencegah PCP, Toxoplasmosis, diare, dan ISPA yang masih sensitive terhadap
kotrimoxazol
-Indikasi: HIV stadium II, III, IV atau jika CD4 < 200/mm3
- Diberikan sampai CD4 > 200/mm3 pada 2x pemeriksaan dengan selang 6  bulan.
Dihentikan bila sudah diberikan selama 2 tahun. Pengobatan suportif :
b. Sebagian besar pasien malnutrisi : perlu dukungan nutrisi
c. Multivitamin : B-complex, C, E, selenium
-Aspek psikologis meliputi perawatan personal dan dihargai, mempunyai seseorang
untuk diajak bicara tentang masalahnya, mengurangi penghalang untuk pengobatan
pendidikan/ penyuluhan tentang kondisi mereka.
-Aspek Sosial: dukungan emosional, penghargaan, dukungan instrumental, serta
dukungan informative lainnya.
F. Cara Penularan

Pada dasarnya, HIV dapat ditularkan melalui cairan tubuh, termasuk darah, air
mani, cairan vagina, dan air susu ibu yang terinfeksi HIV. Siapa pun dari segala usia,
ras, maupun jenis kelamin bisa terinfeksi HIV, termasuk bayi yang lahir dari ibu
dengan HIV.

Beberapa metode penularan HIV antara lain adalah melalui:

1. Hubungan seks
Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seksual tanpa kondom, baik itu
melalui vagina, anal, maupun seks oral. Selain itu seseorang yang suka berganti-ganti
pasangan seksual juga lebih berisiko untuk terkena HIV.

2. Penggunaan jarum suntik


HIV dapat ditularkan melalui jarum suntik yang terkontaminasi darah orang yang
terinfeksi HIV. Berbagi pakai jarum suntik atau menggunakan jarum suntik bekas
membuat seseorang berisiko sangat tinggi tertular penyakit, termasuk HIV.

3. Kehamilan, persalinan atau menyusui


Seorang ibu yang terinfeksi HIV dan mengandung atau menyusui berisiko tinggi
untuk menularkan HIV kepada bayinya. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter
jika Anda adalah penderita HIV yang tengah hamil agar risiko penularan HIV pada
bayi bisa ditekan.

4. Transfusi darah
Dalam sebagian kasus, penularan HIV juga bisa terjadi melalui transfusi darah.
Namun, kejadian ini semakin jarang terjadi karena adanya penerapan uji kelayakan
donor, termasuk donor darah, organ ataupun donor jaringan tubuh. Dengan pengujian
yang layak, penerima donor darah memiliki risiko yang rendah untuk terinfeksi HIV.
Mencegah Penularan HIV
Sampai saat ini belum ada obat ataupun vaksin yang dapat mencegah dan
menyembuhkan infeksi HIV/AIDS. Namun bagi Anda yang menderita infeksi HIV,
ada upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan infeksi tersebut, yaitu
mengonsumsi obat antiretroviral sesuai dosis yang disarankan dokter.

Obat tersebut akan membantu menekan aktivitas virus dalam tubuh, sehingga
penderita HIV memiliki harapan untuk berumur lebih panjang, hidup lebih sehat, dan
mampu memperkecil risiko dalam menularkan HIV kepada pasangan.

Selain itu, yang tidak kalah penting adalah mencegah penularan HIV sejak awal.
Bagaimana caranya? Berikut ini adalah langkah-langkah yang bisa Anda lakukan:

1. Gunakan kondom setiap kali berhubungan seks


Jika Anda tidak mengetahui status HIV pasangan Anda, gunakanlah kondom setiap
kali Anda melakukan hubungan seks vaginal, anal maupun oral. Untuk wanita, bisa
menggunakan kondom wanita.

2. Hindari perilaku seksual yang berisiko


Seks anal adalah aktivitas seks yang memiliki risiko tertinggi dalam penularan HIV.
Pelaku maupun penerima seks anal sama-sama berisiko untuk tertular HIV, hanya
saja penerima seks anal berisiko lebih tinggi. Karena itu, disarankan untuk melakukan
hubungan seks yang aman, serta gunakan kondom untuk mencegah penularan HIV.

3. Hindari penggunaan jarum bekas


Hindari penggunaan jarum bekas saat menyuntikkan obat. Penularan HIV melalui
tato dan tindik juga berisiko terjadi jika memakai jarum tato yang tidak disterilisasi
dengan baik atau menggunakan tinta tato yang terkontaminasi. Sebelum melakukan
tato atau tindik, pastikan jarum masih steril.

4. Lakukan pre-exposure prophylaxis (PrEP)


PrEP merupakan metode pencegahan HIV dengan cara mengonsumsi antiretroviral
bagi mereka yang berisiko tinggi tertular HIV, yaitu:

Yang memiliki lebih dari satu pasangan seksual


Yang memiliki pasangan dengan HIV positif
Pengguna jarum suntik yang berisiko dalam 6 bulan terakhir, atau mereka yang sering
berhubungan seksual tanpa pengaman
Pemahaman dan stigma yang salah mengenai penularan HIV merupakan salah satu
kendala dalam penanggulangan penyakit ini.

G. Penanganan di RS

VCT atau voluntary counselling and testing diartikan sebagai konseling dan tes HIV
secara sukarela (KTS). Layanan ini bertujuan untuk membantu pencegahan,
perawatan, dan pengobatan bagi penderita HIV/AIDS. VCT bisa dilakukan di
puskesmas atau rumah sakit maupun klinik penyedia layanan VCT.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan dan WHO, pada tahun 2018
diperkirakan terdapat sekitar 640 ribu penderita HIV dengan sedikitnya 46 ribu kasus
baru HIV di Indonesia.

Oleh karena itu, adanya program VCT sangat berperan dalam mencegah penyebaran
penyakit tersebut.

Tahapan dan Proses dalam VCT


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah meluncurkan panduan VCT yang berguna
dalam mendeteksi dan menangani HIV secara global. Pedoman tersebut kemudian
diterapkan di berbagai negara, khususnya negara berkembang.

Pada prinsipnya, VCT bersifat rahasia dan dilakukan secara sukarela. Artinya, hanya
dilakukan atas inisiatif dan persetujuan pihak yang datang ke penyedia layanan VCT
untuk diperiksa. Hasil pemeriksaan yang dilakukan selama VCT pun terjaga
kerahasiaannya.

Setelah menandatangani persetujuan tertulis, VCT dapat segera dilakukan. Adapun


proses utama dalam penanganan HIV/AIDS melalui VCT adalah sebagai berikut:

Tahap Konseling Sebelum Tes


Saat memberikan konseling, konselor akan memberikan informasi kepada klien
seputar HIV dan AIDS. Selama konseling berlangsung, konselor juga akan
menanyakan beberapa pertanyaan kepada klien.

Klien dihimbau untuk jujur dan terbuka kepada konselor dalam menceritakan riwayat
kebiasaan atau aktivitas sebelumnya yang dicurigai dapat berisiko terpapar virus HIV,
misalnya riwayat pekerjaan atau kegiatan sehari-hari, aktivitas seksual, dan
penggunaan narkoba dengan suntikan.

Di sesi konseling, konselor juga mungkin akan menanyakan riwayat penyakit atau
pengobatan terdahulu yang pernah dialami klien, misalnya riwayat infeksi menular
seksual atau transfusi darah.

Tes HIV
Setelah klien mendapatkan informasi yang jelas melalui konseling, konselor akan
menjelaskan mengenai pemeriksaan yang bisa dilakukan dan meminta persetujuan
klien (informed consent) untuk dilakukan tes HIV.

Setelah mendapat persetujuan tertulis, tes HIV dapat dilakukan. Bila hasil tes sudah
tersedia, klien akan diberi kabar dan diminta untuk datang kembali ke fasilitas
penyedia layanan VCT agar konselor dapat memberitahu hasil yang telah dilakukan.

Tahapan Konseling Setelah Tes


Setelah menerima hasil tes, klien akan menjalani tahapan pascakonseling. Apabila
hasil tes negatif, konselor tetap akan memberi pemahaman mengenai pentingnya
menekan risiko HIV/AIDS. Misalnya, mengedukasi klien untuk melakukan hubungan
seksual dengan lebih aman dan menggunakan kondom.

Namun, bila hasil tes positif, konselor akan memberikan dukungan emosional agar
penderita tidak patah semangat. Konselor juga akan memberikan informasi tentang
langkah berikutnya yang dapat diambil, seperti penanganan dan pengobatan yang
perlu dijalani.

Konselor juga akan memberi petunjuk agar klien dapat senantiasa menjalani pola
hidup sehat dan melakukan beberapa langkah pencegahan HIV agar tidak
menularkannya kepada orang lain.

Pada tahapan berikutnya, peran konselor adalah untuk lebih mendukung dan
memperkuat kesehatan mental penderita HIV agar mereka tetap semangat dalam
menjalani aktivitas dan hidup sehari-hari serta memastikan penderita HIV tetap
mendapatkan pengobatan secara teratur.

Beberapa Manfaat Melakukan VCT


Infeksi HIV/AIDS harus diwaspadai karena infeksi HIV tidak memiliki gejala awal
yang jelas. Tanpa pengetahuan yang cukup, penyebaran HIV akan semakin sulit
dihindari.

Oleh karena itu, VCT perlu dilakukan sebagai langkah awal untuk mendapat
informasi mengenai HIV sehingga penderita HIV bisa segera melakukan deteksi
sedini mungkin dan mendapat pengobatan yang dibutuhkan.

Cara ini sangat membantu sebagai langkah pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS.
Kendati belum terdapat pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit HIV/AIDS
secara tuntas, pengobatan antiretroviral (ARV) yang digunakan untuk mengobati HIV
saat ini dapat menekan perkembangan virus HIV dalam tubuh penderita.

Dengan demikian, penderita HIV/AIDS (ODHA) mampu meningkatkan kualitas


hidup dan daya tahan tubuh mereka. Dengan mendapatkan pengobatan ARV secara
teratur seumur hidup, para ODHA tetap bisa bekerja, sekolah, dan berkarya.

Mayoritas orang yang mengalami HIV/AIDS adalah anak-anak muda. Dengan


berbagai penyebab utama, seperti perilaku seksual berisiko, misalnya sering berganti
pasangan seksual dan tidak menggunakan kondom sebagai pengaman, membuat
tindikan atau tato, serta menggunakan narkoba melalui jarum suntik.

Namun, tidak hanya anak-anak muda, siapa saja bisa menjalani konseling HIV dan
tidak perlu takut untuk menjalani VCT. Langkah ini justru dapat membantu
meningkatkan pengetahuan setiap orang tentang pencegahan dan penanganan
HIV/AIDS.
Dengan berbekal pengetahuan yang baik, VCT tidak hanya mampu mencegah
penularan HIV, namun juga mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap orang yang
hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).

G. Komplikasi HIV (AIDS)


Terdapat sejumlah penyakit yang umumnya berkembang dalam tubuh
manusia dengan sistem kekebalan tubuh yang inadekuat ataupun rudak oleh HIV,
diantaranya adalah : PCP (pneumonia), TBC, kaposi`s sarcoma (kanker kulit), non-
Hodgkins`s lymphoma, herpes simplex, dll.Hingga saat ini walaupun manajemen
infeksi HIV/AIDS berkembang pesat namun komplikasi pulmonologis masih
menjadi komplikasi yang utama (penyebab 30 - 40% masuk rumah sakit). Hampir 65%
penderita AIDS mengalami komplikasi pulmonologis dimana pneumonia
karena merupakan infeksi oportunistik tersering, diikuti oleh infeksi
tuberculosispneumonia bakterial dan jamur, sedangkan pneumonia viral lebih jarang
terjadi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun di seluruh bagian dunia terus
meningkat meskipun berbagai upaya preventif terus dilaksanakan. Dari beberapa cara
penularan tersebut, masing-masing penularan memiliki resiko penularan cukup besar.
Oleh karena itu, penularan HIV harus diberi pengobatan agar penyebaran mengalami
perlambatan.

B. Saran
Kita sebagai generasi muda harus dapat menyadarkan generasi muda lain atau orang lain
disekitar kita secara terus menerus akan bahaya HIV/AIDS dan mampu melaksanakan
pencgahan dan usaha-usaha penanggulangannya dalam angka meningkatkan kekebalan
tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/141353561/Makalah-Askep-Hiv-Aids

https://slideplayer.info/slide/11918576/

Anda mungkin juga menyukai