Disusun Oleh :
1. Alpira Melda Nieta ( 2019005 )
2. Amalia Arinda Kurniawati ( 2019006 )
3. Anisa Salsabila Pratiwi ( 2019007 )
Tingkat : 2B
Mata Kuliah : KMB II
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas berkah, rahmat, dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa pula kita
kirimkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW.
kami sangat berterima kasih kepada Dosen Pengajar mata kuliah iniIbu Idayatun
khomsah, karena dengan tugas ini dapat menambah wawasan kami dalam memahami tentang
Kajian penyakit HIV/AIDS. Adapun isi dari makalah kami yang dikutip dari beberapa buku dan
internet yang berhubungan dengan pembahasan materi makalah kami. Namun kami sangat
menyadari, materi makalah kami memiliki banyak kekurangan sehingga kami memerlukan kritik
dan saran dari pembaca guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas dari makalah kami.
Mudah-mudahan makalah kami bermanfaat bagi pembaca dan dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Wassalamu’alaikum, Wr.Wb.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
3.1.................................................................................................................. Kesimpulan
.........................................................................................................................................14
3.2.................................................................................................................. Saran ............
............14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memahami tentang bahaya virus HIV/AIDS dan
cara menangulangi virus tersebut. Dan menyadarkan generasi mudasecara terus menerus akan
bahaya HIV/AIDS dan mampu melaksanakan pencgahan dan usaha-usaha penanggulangannya
dalam angka meningkatkan kekebalan tubuh.
BAB II
PEMBAHASAN
Banyak orang dengan HIV tidak tahu kalau mereka terinfeksi. Hal ini karena gejala dan tanda-tanda
HIV/AIDS pada tahap awal sering kali tidak menimbulkan gejala berat. Infeksi HIV hingga menjadi AIDS
terbagi menjadi 3 fase, yaitu:
Gejala dan tanda-tanda HIV/AIDS tersebut dapat muncul karena sistem kekebalan
tubuh sedang berupaya melawan virus. Gejala ini bisa bertahan selama 1-2 minggu atau
bahkan lebih.
Pada fase ini, penderita HIV/AIDS tidak menunjukkan tanda dan gejala yang
khas, bahkan dapat merasa sehat. Padahal secara diam-diam, virus HIV sedang
berkembang biak dan menyerang sel darah putih yang berperan dalam melawan infeksi.
Pada fase ini, tanda-tanda HIV/AIDS memang tidak terlihat, tapi penderita tetap bisa
menularkannya pada orang lain. Pada akhir fase kedua, sel darah putih berkurang secara
drastis sehingga gejala yang lebih parah pun mulai muncul.
AIDS merupakan fase terberat dari infeksi HIV. Pada fase ini, tubuh hampir
kehilangan kemampuannya untuk melawan penyakit. Hal ini karena jumlah sel darah
putih berada jauh di bawah normal.
Tanda-tanda HIV AIDS pada tahap ini antara lain berat badan menurun drastis, sering
demam, mudah lelah, diare kronis, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Karena pada fase AIDS sistem kekebalan tubuh sudah sangat lemah, maka penderita
HIV/AIDS akan sangat rentan terkena infeksi dan jenis kanker tertentu. Penyakit yang
biasanya terjadi pada penderita AIDS antara lain:
Infeksi jamur pada mulut dan tenggorokan
Pneumonia
Toksoplasmosis
Meningitis
Tuberkulosis (TB)
Kanker, seperti limfoma dan sarkoma kaposi
D. Patofisiologi Penyakit
Terapi ARVtujuan terapi: mencapai supresi maksimum terhadap replikasi HIV, meningkatkan
CD4 limfosit, memperbaiki kualitas hidup.
Indikasi ARV:
PedomanTerapi ARV
Pada dasarnya, HIV dapat ditularkan melalui cairan tubuh, termasuk darah, air
mani, cairan vagina, dan air susu ibu yang terinfeksi HIV. Siapa pun dari segala usia,
ras, maupun jenis kelamin bisa terinfeksi HIV, termasuk bayi yang lahir dari ibu
dengan HIV.
1. Hubungan seks
Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seksual tanpa kondom, baik itu
melalui vagina, anal, maupun seks oral. Selain itu seseorang yang suka berganti-ganti
pasangan seksual juga lebih berisiko untuk terkena HIV.
4. Transfusi darah
Dalam sebagian kasus, penularan HIV juga bisa terjadi melalui transfusi darah.
Namun, kejadian ini semakin jarang terjadi karena adanya penerapan uji kelayakan
donor, termasuk donor darah, organ ataupun donor jaringan tubuh. Dengan pengujian
yang layak, penerima donor darah memiliki risiko yang rendah untuk terinfeksi HIV.
Mencegah Penularan HIV
Sampai saat ini belum ada obat ataupun vaksin yang dapat mencegah dan
menyembuhkan infeksi HIV/AIDS. Namun bagi Anda yang menderita infeksi HIV,
ada upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan infeksi tersebut, yaitu
mengonsumsi obat antiretroviral sesuai dosis yang disarankan dokter.
Obat tersebut akan membantu menekan aktivitas virus dalam tubuh, sehingga
penderita HIV memiliki harapan untuk berumur lebih panjang, hidup lebih sehat, dan
mampu memperkecil risiko dalam menularkan HIV kepada pasangan.
Selain itu, yang tidak kalah penting adalah mencegah penularan HIV sejak awal.
Bagaimana caranya? Berikut ini adalah langkah-langkah yang bisa Anda lakukan:
G. Penanganan di RS
VCT atau voluntary counselling and testing diartikan sebagai konseling dan tes HIV
secara sukarela (KTS). Layanan ini bertujuan untuk membantu pencegahan,
perawatan, dan pengobatan bagi penderita HIV/AIDS. VCT bisa dilakukan di
puskesmas atau rumah sakit maupun klinik penyedia layanan VCT.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan dan WHO, pada tahun 2018
diperkirakan terdapat sekitar 640 ribu penderita HIV dengan sedikitnya 46 ribu kasus
baru HIV di Indonesia.
Oleh karena itu, adanya program VCT sangat berperan dalam mencegah penyebaran
penyakit tersebut.
Pada prinsipnya, VCT bersifat rahasia dan dilakukan secara sukarela. Artinya, hanya
dilakukan atas inisiatif dan persetujuan pihak yang datang ke penyedia layanan VCT
untuk diperiksa. Hasil pemeriksaan yang dilakukan selama VCT pun terjaga
kerahasiaannya.
Klien dihimbau untuk jujur dan terbuka kepada konselor dalam menceritakan riwayat
kebiasaan atau aktivitas sebelumnya yang dicurigai dapat berisiko terpapar virus HIV,
misalnya riwayat pekerjaan atau kegiatan sehari-hari, aktivitas seksual, dan
penggunaan narkoba dengan suntikan.
Di sesi konseling, konselor juga mungkin akan menanyakan riwayat penyakit atau
pengobatan terdahulu yang pernah dialami klien, misalnya riwayat infeksi menular
seksual atau transfusi darah.
Tes HIV
Setelah klien mendapatkan informasi yang jelas melalui konseling, konselor akan
menjelaskan mengenai pemeriksaan yang bisa dilakukan dan meminta persetujuan
klien (informed consent) untuk dilakukan tes HIV.
Setelah mendapat persetujuan tertulis, tes HIV dapat dilakukan. Bila hasil tes sudah
tersedia, klien akan diberi kabar dan diminta untuk datang kembali ke fasilitas
penyedia layanan VCT agar konselor dapat memberitahu hasil yang telah dilakukan.
Namun, bila hasil tes positif, konselor akan memberikan dukungan emosional agar
penderita tidak patah semangat. Konselor juga akan memberikan informasi tentang
langkah berikutnya yang dapat diambil, seperti penanganan dan pengobatan yang
perlu dijalani.
Konselor juga akan memberi petunjuk agar klien dapat senantiasa menjalani pola
hidup sehat dan melakukan beberapa langkah pencegahan HIV agar tidak
menularkannya kepada orang lain.
Pada tahapan berikutnya, peran konselor adalah untuk lebih mendukung dan
memperkuat kesehatan mental penderita HIV agar mereka tetap semangat dalam
menjalani aktivitas dan hidup sehari-hari serta memastikan penderita HIV tetap
mendapatkan pengobatan secara teratur.
Oleh karena itu, VCT perlu dilakukan sebagai langkah awal untuk mendapat
informasi mengenai HIV sehingga penderita HIV bisa segera melakukan deteksi
sedini mungkin dan mendapat pengobatan yang dibutuhkan.
Cara ini sangat membantu sebagai langkah pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS.
Kendati belum terdapat pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit HIV/AIDS
secara tuntas, pengobatan antiretroviral (ARV) yang digunakan untuk mengobati HIV
saat ini dapat menekan perkembangan virus HIV dalam tubuh penderita.
Namun, tidak hanya anak-anak muda, siapa saja bisa menjalani konseling HIV dan
tidak perlu takut untuk menjalani VCT. Langkah ini justru dapat membantu
meningkatkan pengetahuan setiap orang tentang pencegahan dan penanganan
HIV/AIDS.
Dengan berbekal pengetahuan yang baik, VCT tidak hanya mampu mencegah
penularan HIV, namun juga mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap orang yang
hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun di seluruh bagian dunia terus
meningkat meskipun berbagai upaya preventif terus dilaksanakan. Dari beberapa cara
penularan tersebut, masing-masing penularan memiliki resiko penularan cukup besar.
Oleh karena itu, penularan HIV harus diberi pengobatan agar penyebaran mengalami
perlambatan.
B. Saran
Kita sebagai generasi muda harus dapat menyadarkan generasi muda lain atau orang lain
disekitar kita secara terus menerus akan bahaya HIV/AIDS dan mampu melaksanakan
pencgahan dan usaha-usaha penanggulangannya dalam angka meningkatkan kekebalan
tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/141353561/Makalah-Askep-Hiv-Aids
https://slideplayer.info/slide/11918576/