Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“Pencegahan Primer, Sekunder, Tersier Pada Pasien HIV/AIDS Dengan COVID-19”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan HIV/AIDS
Yang Diampu Oleh Bapak Taufiqul Akbar, S. Tr., Keb., M.K.M

Disusun Oleh :
Kelompok 1

1. Faldi Setyawan A.S (202102103)


2. Rohman Amanulloh (202102102)
3. Dea Adesti Enofani (202102108)
4. Nurul Nasrina (202102106)
5. Dhimas Arkananta (202102110)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MALANG WIDYA CIPTA HUSADA
2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atau berkat
dan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah berjudul “Pencegahan Primer,Sekunder,Tersier Pada Pasien
HIV/AIDS Dengan COVID 19” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan HIV/AIDS.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung
dan memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini. Penyusunan menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan.
Penyusun dengan senang hati menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga hasil dari penyusunan makalah ini dapat bermanfaat. Akhir kata melalui
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih.

Malang, 07 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.....................................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 Pengertian HIV/AIDS.........................................................................................3
2.2 Fase infeksi HIV/AIDS.......................................................................................4
2.3 Pencegahan klien HIV/AIDS dengan Covid19..................................................4
BAB III..............................................................................................................................7
PENUTUP.........................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................7
3.2 Saran...................................................................................................................7

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


HIV/AIDS merupakan masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak
Negara di seluruh dunia. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrom) dapat diartikan
sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan
tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Kelompok
remaja merupakan kelompok usia yang paling berisiko tinggi tertular dan menularkan
HIV dan AIDS, oleh karena itu penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru
HIV dan AIDS, diperlukan upaya khusus yang difokuskan pada kelompok remaja.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan remaja terkait HIV dan AIDS
melalui program penyuluhan, dan promosi kesehatan.
Transmisi infeksi HIV/AIDS terdiri dari lima fase yaitu:
1. Periode jendela, lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi dan tidak ada
gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut, lamanya 1 – 2 minggu dengan gejala flu like
illness.
3. Infeksi asimtomatik, lamanya 1 – 15 atau lebih tahun dan tidak ada gejala.
4. Supresi imun simtomatik, diiatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam
hari, berat badan menurun,diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, dan
lesimulut.
5. AIDS, lamanya bervariasi antara 1 – 5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai sistem
tubuh,dan manifestasi neurologis.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pencegahan primer pada pasien HIV/AIDS dengan Covid 19


2. Apa pencegahan sekunder pada pasien HIV/AIDS dengan Covid 19
3. Apa pencegahan tersier pada pasien HIV/AIDS dengan Covid 19

1
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa pencegahan primer pada pasien HIV/AIDS dengan Covid
19
2. Untuk mengetahui apa pencegahan sekunder pada pasien HIV/AIDS dengan
Covid 19
3. Untuk mengetahui apa pencegahan tersier pada pasien HIV/AIDS dengan Covid
19

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian HIV/AIDS


HIV atau Human Immunodeficiency Virus secara fisiologis adalah virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh penderitanya. Dalam buku “Pers Meliput AIDS”,
virus HIV adalah retrovirus yang termasuk dalam family lentivirus, yaitu virus yang
dapat berkembang biak dalam darah manusia. Pasien yang sudah terinfeksi HIV dan
mengalami stress yang berkepanjangan, akan mempercepat menyebarnya AIDS. HIV
menyerang salah satu jenis sel darah putih (limfosit / sel-sel T4) yang bertugas
menangkal infeksi. Replikasi virus yang terus menerus mengakibatkan semakin berat
kerusakan sistem kekebalan tubuh dan semakin rentan terhadap infeksi oportunistik (IO)
sehingga akan berakhir dengan kematian (Bruner & Suddarth, 2002).
Salah satu virus yang menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 yaitu
Human Immunodeficiency Virus (HIV), virus tersebut dapat menyebabkan AIDS
dalam rentang waktu tertentu dapat merusak sistem kekebalan tubuh pada manusia.
Infeksi oportunistik yang menyertai dapat menjadi manifestasi klinis yang
terlihat.Menurunnya imun tubuh terjadi karena melemahnya kekebalan tubuh akibat
infeksi HIV sehingga dapat terjadi infeksi oportunistik (Sudikno, Bona Simanungkalit
2011).
AIDS (Aquared Immunodeficiency Syndrome) yang terjadi akibat efek dari
perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup, kondisi dimana tubuh sudah
diserang sepenuhnya/ sudah tidak mempunyai kekebalan tubuh lagi.Jadi ketika tubuh
sakit tidak bisa sembuh dengan kekebalan sendiri.HIV hidup didalam darah dan cairan
tubuh orang yang terinfeksi.Cairan yang bisa mengeluarkan HIV itu dari cairan darah,
dinding anus, ASI, sperma dan cairan vagina termasuk darah menstruasi. Sedangkan
penularan dapat terjadi melalui: hubungan sek bebas/seks yang tanpa menggunakan
pengaman dengan orang yang terinfeksi HIV, jarum suntik atau tindik dan bisa melalui
tato yang tidak steril dan dipakai secara bergantian, dapat juga melalui transfusi darah
yang mengandung virus HIV, ibu penderita HIV positif saat proses persalinan atau
melalui Air Susu Ibu (ASI) yang diberikan (Jambak, Nur Ainun, Wiwit Febrina 2016).

3
Secara struktural morfologinya, virus HIV sangat kecil sama halnya dengan virus-
virus lain, bentuk virus HIV terdiri atas sebuah silinder yang dikelilingi pembungkus
lemak yang melingkar-melebar. Dan pada pusat lingkaran terdapat untaian RNA atau
ribonucleic acid. Bedanya virus HIV dengan virus lain, HIV dapat memproduksi selnya
sendiri dalam cairan darah manusia, yaitu pada sel darah putih. Sel-sel darah putih yang
biasanya dapat melawan segala virus, lain halnya dengan virus HIV, virus ini justru
dapat memproduksi sel sendiri untuk merusak sel darah putih (Harahap, 2008: 42).

2.2 Fase infeksi HIV/AIDS


Transmisi infeksi terdiri dari 5 fase
1. Periode jendela, lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi dan tidak ada
gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut, lamanya 1 – 2 minggu dengan gejala flu like
illness.
3. Infeksi asimtomatik, lamanya 1 – 15 atau lebih tahun dan tidak ada gejala.
4. 4. Supresi imun simtomatik, diiatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat
malam hari, berat badan menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati,
dan lesi mulut.
5. 5. AIDS, lamanya bervariasi antara 1 – 5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai sistem
tubuh, dan manifestasi neurologis.

2.3 Pencegahan klien HIV/AIDS dengan Covid19


1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan pencegahan garda terdepan dimana pencegahan ini
bertujuan untuk mengurangi insiden dari suatu penyakit. Pencegahan ini lebih mensasar
pada pendekatan perseorangan dan komunitas seperti promosi kesehatan dan upaya
proteksi spesifik (Porta 2008) dalam (Septarini, 2017).
Proteksi Spesifik
Penularan virus HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual dengan orang yang
berisiko, penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan bebarengan, dan penularan dari

4
ibu hamil ke janinnya. Adapun upaya proteksi spesifik yang sudah direkomendasikan
untuk pengendalian penyakit HIV/AIDS sebagai berikut :
a) Menurut permenkes nomor 21 tahun 2013 telah dijelaskan penanggulangan
HIV/AIDS pada pasal 14 tentang pencegahan HIV/AIDS melalui hubungan seksual
dilakukan melalui :
- Tidak melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang berisiko.
- Setia dengan pasangan
- Menggunakan kondom secara konsisten pada saat berhubungan
- Menghindari penyalahgunaan obat atau zat adiktif narkoba
- Melakukan pencegahan lain seperti melakukan sirkumsisi.
Dalam melakukan hubungan seksual, proteksi penularan HIV/AIDS dapat efektif
dilakukan untuk mengurangi risiko melalui (Men & Estimate 2015) :
- Mempunyai satu pasangan seks yang berisiko rendah
- Pasangan seks sesama ODHA ( Orang dengan HIV/AIDS )
- Dan tidak melakukan hubungan seks

2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan lini kedua dari teori pencegahan penyakit.
Pencegahan sekunder bertujuan untuk mengurangi dan meminimalisir prevalensi
penyakit dengan durasi waktu yang cukup singkat. Pencegahan sekunder terdiri dari
deteksi dini dan pengobatan tepat (Porta 2008) dalam (Septarini, 2017) . Berikut salah
satu contoh upaya pencegahan sekunder sebagai berikut :
Pengobtan Tepat
Pengobatan yang spesifik merupakan upaya tepat setelah mendapatkan pelaporan dari
deteksi dini. Walaupun HIV/AIDS sampai saat ini belum ditemukan obat paten untuk
menyembuhkan HIV/AIDS, namun peranan obat ini dapat menjadi penghambat dan
memperpanjang perkembangan virus HIV di dalam tubuh.
Sebelum ditemukan pengobatan ARV ( Anti Retrovirus ) yang ada saat ini, pengobatan
yang ada hanya disasarkan pada penyakit opportunistik yang diakibatkan oleh infeksi
HIV. Berikut macam-macam pengobatan yang digunakan :
‐ Penggunaan TMP-SMX oral untuk profilaktif
‐ Pentamidin aerosol untuk mencegah pneumonia P. Carinii.

5
‐ Tes tuberkulin pada penderita TBC aktif

3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier merupakan lini terakhir dari tahap pencegahan penyakit. Pencegahan
tersier bertujuan untuk membatasi akibat dari penyakit yang dapat terjadi pada jangka
waktu yang relatif lama dan juga memperbaiki kualitas hidup seseorang untuk bisa lebih
membaik (Porta 2008) dalam (Septarini, 2017)
Dalam topik penyakit HIV/AIDS hampir dipastikan orang yang terinfeksi HIV/AIDS
akan berujung pada kematian. Beberapa contoh yang bisa diterapkan adalah
penggunaan terapi ARV. Hingga sampai saat ini, hanya ARV yang masih menjadi terapi
efektif untuk menghambat perkembangan virus HIV dalam menyerang CD4+T.
Keterlambatan dalam penggunaan terapi ARV akan meningkatkan mortalitas (Rumah &
Sanglah 2011).

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
HIV atau Human Immunodeficiency Virus secara fisiologis adalah virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh penderitanya. Dalam buku “Pers Meliput AIDS”,
virus HIV adalah retrovirus yang termasuk dalam family lentivirus, yaitu virus yang
dapat berkembang biak dalam darah manusia. Pasien yang sudah terinfeksi HIV dan
mengalami stress yang berkepanjangan, akan mempercepat menyebarnya AIDS.

Pencegahan primer merupakan pencegahan garda terdepan dimana pencegahan ini


bertujuan untuk mengurangi insiden dari suatu penyakit. Pencegahan sekunder
merupakan pencegahan lini kedua dari teori pencegahan penyakit. Pencegahan sekunder
bertujuan untuk mengurangi dan meminimalisir prevalensi penyakit dengan durasi
waktu yang cukup singkat. Pencegahan tersier merupakan lini terakhir dari tahap
pencegahan penyakit. Pencegahan tersier bertujuan untuk membatasi akibat dari
penyakit yang dapat terjadi pada jangka waktu yang relatif lama dan juga memperbaiki
kualitas hidup seseorang untuk bisa lebih membaik.

3.2 Saran
Untuk tenaga Kesehatan dan pemerintah harapannya dapat bekerja sama untuk
mengadakan Pendidikan dan Promosi Kesehatan terkait HIV/AIDS dengan cara yang
lebih menarik serta terus mengembangkan penelitian terkait HIV/AIDS. Bagi
masyarakat umum harapannya dapat melakukan pencegahan infeksi HIV/AIDS
sebagaimana mestinya agar HIV AIDS tidak menyebar keberadaannya.

Anda mungkin juga menyukai