Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS


“MILIARIASIS”

DOSEN PEMBIMBING :
Endah Wijayanti.M.Keb

DISUSUN OLEH :
Rena Sari (P07224120028)
Rita Yolanda (P07224120030)
Sri Wahyuni (P07224120035)

D-III KEBIDANAN BALIKPAPAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Miliariasis ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Endah
Wijayanti.M.Keb pada mata kuliah Askeb Neonatus,bayi,balita&anak prasekolah. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Miliariasis bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Endah Wijayanti.M.Keb. Selaku dosen kebidanan pada mata
kuliah Askeb Neonatus,bayi,balita&anak prasekolah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Balikpapan, 05 Agustus 2021 

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perubahan iklim dan suhu saat ini menimbulkan masalah bagi kesehatan. Tak terkecuali masalah
kesehatan kulit. Salah satu masalah kulit yang banyak dialami terjadi pada bayi yaitu biang keringat. Kondisi
tersebut diperparah dengan kondisi kulit bayi yang belum sempurna berkembang.

Asuhan Kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan. Jadi, asuhan kebidanan pada neonatus,
bayi, dan balita adalah perawatan yang diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir, bayi, dan balita.

Neonatus, bayi, dan balita dengan masalah adalah suatu penyimpangan yang dapat menyebabkan
gangguan pada neonatus, bayi dan balita. Ada beberapa masalah yang lazim terjadi diantaranya adalah
adanya miliaris atau biang keringat.

Penyakit miliariasis dan infeksi umumnya dapat menyerang bayi dan anak yang baru lahir. Kulit bayi
memang bisa dikatakan sangatlah sensitif, beberapa kendala yang memang dihadapi ada timbulnya
miliariasis atau biang keringat di bagian kulit bayi dimana rentanya timbulnya di beberapa bagian seperti
pada punggung bayi, bagian kulit leher bayi yang terkadang menimbulkan iritasi akibat dampak keringat
yang kurang kita perhatikan sehingga kerap kali bayi merasakan gatal. Salah satu penyakit kulit pada bayi
adalah miliaria (biang keringat). Biang keringat dapat dijumpai pada bayi yang kemungkinan disebabkan
oleh sel – sel pada bayi yang belum sempurna sehingga terjadi sumbatan pada kelenjar kulit yang
mengakibatkan retensi keringat. Kulit pada neonatus (bayi < 1 bulan) dan bayi (< 1 bulan) merupakan bagian
yang mengalami proses pematangan yang cepat, baik struktur anatomi, bio kimia dan fisiologik setelah tahap
pembentukan in utero. Pada remaja dan dewasa, kulit sudah matang atau mature kemudian mengalami
kemunduran.

Miliaria paling umum terjadi di lingkungan tropis dan juga pada bayi baru lahir biasa mendapat
kekebalan atau imunitas trans plasenta terdapat kuman yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir bayi terpapar
dengan kuman sering juga berasal dari orang lain. Dalam hal ini bayi tidak mempunyai imunitas sehingga
rentan terkena infeksi. Beberapa gejala perubahan tingkah laku bayi baru lahir tersebut diantaranya ialah
malas minum, gelisah atau mungkin tampak letargis, frekuensi pernafasan meningkat, berat badan tiba – tiba
turun, muntah, dan diare. Suhu tubuh dapat meninggi, normal atau dapat pula kurang dari normal.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization, 2008) melaporkan tiap tahun terdapat
80% penderita biang keringat (miliaria), diantaranya 65% terjadi pada bayi. Indonesia merupakan daerah
tropis sehingga sering terjadi biang keringat (Miliaria) khususnya pada bayi berusia kurang dari 6 bulan.
Karena cuaca yang panas sangat berpengaruh untuk terjadinya biang keringat (miliaria). Bayi baru lahir akan
dibedong untuk menjaga kehangatan tubuhnya agar tidak terjadi hipotermi sekitar 34,14% bayi terkena biang
keringat (milaria) akibat pembedongan, pembedongan pada bayi akan memberi efek hangat tetapi bila cuaca
panas dapat menyebabkan biang keringat. Keadan inilah yang sering menyebabkan biang keringat (miliaria).
Milaria dapat terjadi pada bayi – bayi prematur pada minggu pertama pasca persalinan disebabkan oleh sel –
sel pada bayi yang belum sempurna sehingga terjadi sumbatan pada kelenjar kulit dan mengakibatkan retensi
keringat, biang keringat terjadi sekitar 40% pada bayi baru lahir. Muncul pada usia 2 – 3 bulan pertama dan
akan menghilang dengan sendirinya pada 3 – 4 minggu kemudian. Terkadang kasus ini menetap untuk
beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya. (Vivian, 2010).

Biang keringat kerap kita temui pada neonatus ,bayi dan balita, karena kulit mereka cenderung lebih
sensitif daripada orang dewasa. Bahkan 70 persen dari tubuh bayi mengandung air, itulah mengapa bayi
mudah sekali mengeluarkan keringat bila dibandingkan dengan orang dewasa. Masalah kembali bertambah
saat anak Anda rewel karena rasa gatalnya yang terus mengganggu. Jangan panik, sebelum tergesa-gesa
memberi anak Anda bermacam-macam obat, kenali dulu tanda-tanda dan deskripsi dari biang keringat itu
sendiri, jangan sampai nantinya Anda salah mendeskripsikan keadaan anak Anda dan memberinya obat yang
salah.

Biang keringat atau biasa disebut dalam istilah medis dengan miliaris adalah penyakit kulit yang ditandai
dengan kemerahan, muncul papul (bintil-bintil), dan gatal. Penyebabnya bisa terjadi pada cuaca yang
lembab, panas, karena peredaman yang terus- menerus pada kulit oleh keringat sehingga lemak kulit
terbuang. Biang keringat biasanya muncul pada anak-anak yang bertempat tinggal di daerah yang lembab
dan sangat pamnas. Gatalnya yang hebat menyebabkan gangguan tidur,men gurangi nafsu makan, dan
gangguan umum infeksi sekunder.

Miliaria merupakan salah satu kelainan kulit berupa papul nonfolikular ukuran 1-3 mm,vesikel dan
pustul dengan dasar eritem. Biasanya mengenai dada,punggung,wajah,lipatan aksila,ekstrimitas proksimal
serta telapak tangan dan kaki disertai rasa gatal dan panas.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Miliariasis ?
2. Apa saja Klasifikasi Miliariasis ?
3. Apa Saja Penyebab Miliariasis ?
4. Apa Saja Tanda Dan Gejala Miliarisiasis ?
5. Bagaimana Pencegahan Miliarisiasis ?
6. Bagaimana Penatalaksanaan Miliarisiasis ?
7. Bagaimana Pengobatan Miliarisiasis ?

C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH


1. Mahasiswa Mampu Mengetahui Pengertian Miliariasis
2. Mahasiswa Mampu Mengetahui Klasifikasi Miliariasis
3. Mahasiswa Mampu Mengetahui Penyebab Miliarisiasi
4. Mahasiswa Mampu Mengetahui Tanda Dan Gejala Miliarisiasis
5. Mahasiswa Mampu Mengetahui Pencegahan Miliarisiasis
6. Mahasiswa Mampu Mengetahui Penatalaksanaan Miliarisiasis
7. Mahasiswa Mampu Mengetahui Pengobatan Miliarisiasis
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MILIARIASIS

Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan, disertai dengan gelembung kecil
berair yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat yaitu di dahi,
leher, bagian yang tertutup pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami tekanan atau gesekan
pakaian dan juga kepala.
Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat keringat berlebihan disertai
sumbatan saluran kelenjar keringat, yaitu di dahi, leher, bagian-bagian badan yang tertutup pakaian (dada
dan punggung), serta tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan dapat juga dikepala.
Keadaan ini biasanya di dahului oleh produksi keringat yang berlebihan, dapat diikuti rasa gatal seperti
ditusuk, kulit menjadi kemerahan dan disertai banyak gelembung kecil berair.
Milliariasis disebut juga sudamina, biang keringat, keringat buntet, liken tropikus, atau pickle heat .
( Adhi Djuanda, 1987)
Miliariasis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh tertutupnya saluran kelenjar keringat.
(Hassan, 1984).Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan adanya vesikel
milier. (Adhi Djuanda, 1987).Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retens keringat akibat
tersumbatnya pori kelenjar keringat. (Vivian, 2010)
Miliariasis adalah dermatosis yang timbul akibat penyumbatan kelenjar keringat dan porinya, yang
lazim timbul dalam udara panas lembab seperti daerah tropis atau selama awal musim panas atau akhir
musim hujan yang suhunya panas dan lembab. Karena sekresinya terhambat maka menimbulkan tekanan
yang menyebabkan pecahnya kelenjar atau duktus kelenjar keringat. Keringat yang masuk ke jaringan
sekelilingnya menimbulkan perubahan anatomi. Sumbatan disebabkan oleh bakteri yang menimbulkan
peradangan dan oleh edema akibat keringat yang tak keluar (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988).
Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat keringat berlebihan disertai
sumbatan saluran kelenjar keringat, yaitu di dahi, leher, bagian-bagian badan yang tertutup pakaian (dada
dan punggung), serta tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan dapat juga dikepala.
Keadaan ini biasanya di dahului oleh produksi keringat yang berlebihan, dapat diikuti rasa gatal seperti
ditusuk, kulit menjadi kemerahan dan disertai banyak gelembung kecil berair. (Arjatmo Tjoktronegoro
dan Hendra Utama, 2000).

B. Klasifikasi Miliariasis
1. Miliaria Kristalina

Pada penyakit ini terlihat vesikel berukuran 1-2 mm


sumbatan terjadi pada permukaan kulit sehingga terlihat
gelembung-gelembung kecil berisi cairan bewarna jernih
yang mudah pecah tanpa disertai kulit kemerahan,
terutama pada badan setelah banyak berkeringat,
misalnya karena hawa panas.
Vesikel bergerombol tidak disertai tanda-tanda radang
atau inflamasi pada bagian badan yang tertutup pakaian.
Umumnya tidak memberi keluhan subjektif dan sembuh
dengan sisik yang halus.
Pada gambaran histopatologik terlihat gelembung
intra/subkorneal. Pengobatan tidak diperlukan, cukup
dengan menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan ventilasi yang baik, pakaian tipis dan
menyerap keringat. (Adhi Djuanda, 1987)
Daerah predileksi lipat siku, lipat lutut, lipat payudara, lipat paha dan punggung, dahi, leher, dan dada.
Vesikel terletak sangat superfisial, kecil dan tembus terang, tidak disertai tanda-tanda inflamasi dan
mudah pecah. Biasanya tidak ada keluhan subjektif. (Hassan, 1984).
Milliaris timbul pada pasien dengan peningkatan keringat seperti pasien demam di ranjang. Lesinya
berupa vesikel sangat superfisial, jernih, dan kecil tanpa reaksi peradangan, asimptomatik dan
berlangsung singkat dan cenderung mudah pecah akibat trauma teringan pun. (E.Sukardi dan Petrus
Andrianto, 1988).

2. Miliaria Rubra
Penyakit ini lebih berat daripada miliariasis kristalina.
Terdapat pada badan dan tempat-tempat tekanan ataupun
gesekan pakaian. Terlihat papul merah atau papul
vesikular ekstrafolikular yang sangat gatal dan pedih.
Milliaria jenis ini terdapat pada orang yang tidak biasa
pada daerah tropik. Kelainan bentuknya dapat berupa
gelembung merah kecil, 1-2 mm, dapat tersebar dan dapat
berkelompok. (Adhi Djuanda, 1987)
Patogenesisnya belum diketahui pasti, terdapat dua
pendapat. Pendapat pertama mengatakan primer, banyak
keringat dan perubahan kualitatif, penyebabnya adanya
sumbatan keratin pada muara kelenjar keringat dan
perforasi sekunder pada bendungan keringat di epidermis.
Pendapat kedua mengatakan bahwa primer kadar garam yang tinggi pada kulit menyebabkan spongiosis
dan sekunder terjadi pada muara kelenjar keringat. Staphylococcus juga diduga memiliki peranan. Pada
gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum sehingga menyebabkan peradangan
pada kulit dan perifer kulit di epidermis. (Adhi Djuanda, 1987)
Daerah predileksi sama seperti pada miliaria kristalina. Lesinya berupa papulo vesikula eritematosa yang
sangat gatal dan diskrit, kemudian konfluens dengan dasar merah, sering terjadi maserasi karena
terhalangnya penguapan kelembaban. Keringat keluar ke stratum spinosum. Bisa terjadi infeksi sekunder
dengan impetigo dan furunkulosis, terutama pada anak-anak. Terutama timbul pada bagian tubuh yang
tertutup pakaian seperti punggung dan dada. (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988).

3. Miliaria Profunda
Bentuk ini agak jarang terjadi kecuali didaerah tropis. Jenis
miliaria ini terjadi di lapisan lebih dalam (dermis).
Tertahannya keringat ini akan menyebabkan munculnya bintil
merah yang lebih besar dan lebih keras. Walaupun lebih
jarang terjadi, miliaria jenis ini bersifat kronis dan sering
kambuh.Kelainan ini biasanya timbul setelah miliaria
rubra.ditandai dengan papula putih, kecil, keras, berukuran 1-
3 mm. Terutama terdapat di badan ataupun ekstremitas.
Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik
lebih banyak berupa papula daripada vesikel. Tidak gatal, dan
tidak terdapat eritema. (Adhi Djuanda, 1987)
Pada gambaran histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang pecah pada dermis bagian atas atau
tanpa infiltrasi sel radang. Pengobatan dengan cara menghindari panas dan kelembaban yang berlebihan,
mengusahakan regulasi suhu yang baik, menggunakan pakaian yang tipis, pemberian losio calamin
dengan atau tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam alkohol. (Adhi Djuanda, 1987)
Daerah predileksi dapat dimana saja, kecuali muka, ketiak, tangan, dan kaki. Lesi berupa vesikel yang
berwarna merah daging, disertai gejala inflamasi maupun keluhan rasa gatal, disebabkan penyumbatan di
bagian atas kutis. Kelenjar-kelenjar keringat tersebut sama sekali tidak berfungsi. Biasanya timbul
setelah menderita milliaria rubra yang hebat. (Hassan, 1984).

4. Miliaria Pustulosa
Miliaria pustulosa merupakan perkembangan lanjutan
dari miliaria rubra. Biang keringat ini terjadi ketika
miliaria rubra mengalami peradangan. Tanda dari miliaria
pustola yaitu bintil merah yang terisi nanah (pustule)
sehingga berubah warna menjadi putih atau kuning.
Adanya pustule ini menandakan mulai terjadinya infeksi
kulit. Pada umumnya didahului oleh dermatosis yang
menyebabkan gangguan saluran kelenjar ekrin dan terjadi
pustel superfisial. (Hassan, 1984). Lesinya berupa pustula
steril yang gatal, tegas, superfisial dan tak berhubungan
dengan folikel rambut. (E.Sukardi dan Petrus Andrianto,
1988).

C. Penyebab Terjadinya Milliariasis


1. Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang
2. Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat
3. Aktivitas yang berlebihan
4. Setelah menderita demam atau panas
5. Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang dan edema akibat
perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum.
6. Iklim tropis
Iklim dan cuaca yang panas serta lembab merupakan pemicu utama dari munculnya biang
keringat.
7. Kepanasan
Kepanasan juga dapat memicu tersumbatnya kelenjar keringat yang menyebabkan biang
keringat. Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan kepanasan adalah menggunakan pakaian
yang terlalu tebal atau tidur dengan selimut tebal saat suhu panas.
8. Obesitas
Berat badan berlebih (obesitas) juga lebih berisiko mengalami biang keringat terutama di area
lipatan-lipatan seperti perut, leher, dan selangkangan.

Terjadinya milliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat, sehingga


pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya pengeluaran keringat ditandai dengan adanya vesikel miliar
di muara kelenjar keringat lalu disusul dengan timbulnya radang dan edema akibat perspirasi yang tidak
dapat keluar kemudian diabsorpsi oleh stratum korneum. (Vivian, 2010)
Milliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena proses diferensiasi sel epidermal dan apendiks yang
belum sempurna. Kasus milliariasis terjadi pada 40-50% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan
pertama dan akan menghilang dengan sendirinya pada 3-4 minggu kemudian. Terkadang kasus ini
menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya. (Vivian, 2010).
D. Tanda Dan Gejala Miliarisiasis
Bintik-bintik merah atau ruam pada leher dan ketiak bayi. Keadaan ini disebabkan peradangan kulit pada
bagian tersebut. Penyebabnya adalah proses pengeringan yang tidak sempurna saat dilap dengan handuk
setelah bayi dimandikan. Apalagi jika si bayi gemuk sehingga leher dan ketiaknya berlipat-lipat.
Biang keringat juga dapat timbul di daerah dahi dan bagian tubuh yang tertutup pakaian (dada dan
punggung). Gejala utama ialah gatal-gatal seperti ditusuk-tusuk, dapat disertai dengan warna kulit yang
kemerahan dan gelembung berair berukuran kecil (1-2 mm). kondisi ini bisa kambuh berulag-ulang
terutama jika udara panas dan berkeringat.
- biang keringat berisiko :
1. Demam
2. Terjadi selama seminggu
3. Menyebar ke daerah lain
4. Leher kaku, sensitivitas terhadap cahaya, perubahan neurologis, atau tubuh bergetar tak terkendali,
dapat disebabkan meningitis.

 Menurut Mayo Clinic, biang keringat pada bayi terjadi di area terutama di bagian leher, bahu, dan
dada. Bintik-bintik kecil tersebut juga bisa muncul di ketiak, lipatan siku, dan selangkangan.

 Pada situs Raising Children, disebutkan bahwa sebaiknya konsultasikan Si Kecil ke dokter bila ia
mengalami kondisi berikut ini:
1. Lepuh pada kulit yang berisi nanah kuning atau hijau, kemungkinan menandakan infeksi dan butuh
perawatan
2. Ruamnya terjadi selama lebih dari tiga hari
3. Selain ruam, bayi umumnya tidak sehat, demam, atau tidak dapat menyusu dengan baik.

 Terjadinya milliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat, sehingga


pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya pengeluaran keringat ditandai dengan adanya vesikel
mili.

 Penyebab biang keringat yaitu :


1. Ventilasi ruangan kurang baik sehingga udara di dalam ruangan panas atau lembab.
2. Pakaian bayi terlalu tebal dan ketat, pakaian yang tebal dan ketat menyebabkan suhu tubuh bayi
meningkat.
3. Bayi mengalami panas atau demam.
4. Bayi terlalu banyak beraktivitas sehingga banyak mengeluarkan keringat.

E. Pencegahan Miliarisiasis
 Segera keringkan tubuh bayi dengan kain yang lembut jika terlihat tubuhnya basah oleh keringat.
 Pada cuaca panas, taburkan bedak atau cairan khusus untuk mendinginkan kulit, sekaligus menyerap
keringat.
 Mengganti segera baju bayi yang basah oleh keringat atau kotoran.
 Mengkondisikan ruangan ventilasi udara yang cukup, terutama dikota-kota besar yang panas dan
pengap.
 Mengupayakan agar kamar bayi diberi jendela sehingga pertukaran udara dari luar ke dalam lancar.
 Memandikan bayi secara teratur.
 Menghindarkan pakaian yang tidak menyerap keringat.
 Biang keringat pada bayi disebabkan oleh hal apapun yang mencegah kulit bernapas, seperti:
ADVERTISEMENT
Melansir About Kids Health, berikut beberapa cara yang bisa dilakukan :
 Mengganti pakaian sesering mungkin.
 Jangan kenakan pakaian tebal pada anak.
 Mandikan Si Kecil dengan air hangat dan sabun yang tidak membuat kulit kering.
 Setelah mandi, biarkan tubuh kering dengan udara ketimbang menggunakan handuk.
 Pastikan ada ventilasi pada kamar anak, dan jaga kamar pada suhu sedang (16-20 derajat Celcius).
 Gunakan pakaian berbahan katun yang longgar.
 Hindari menggunakan krim atau salep, yang dapat memblokir pori-pori.

F. Penatalaksanaan Miliarisiasis
Asuhan yang diberikan pada neonatus, bayi, dan balita dengan milliaria bergantung pada beratnya
penyait dan keluhan yang dialami. Asuhan yang umum diberikan adalah sebagai berikut:
- Perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga kebersihan tubuh bayi.
- Prinsip asuhan adalah mengurangi penyumbatan keringat dan menghilangkan sumbatan yang sudah
timbul.
- Upayakan untuk menciptakan lingkungan dengan kelembaban yang cukup serta suhu yang sejuk dan
kering, misalnya pasien tinggal diruangan ber-AC atau didaerah yang sejuk dan kering.
- Gunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak terlalu sempit.
- Segera ganti pakaian yang basah dan kotor.
- Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering diberi bedak salycil atau bedak kocok setelah
mandi.
- Bila membasah, jangan berikan bedak, karena gumpalan yang terbentuk memperparah sumbatan
kelenjar
- Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul dapat diberikan antibiotic.
- Menjaga kebersihan kuku dan tangan. kuku pendek dan bersih, sehingga tidak menggores kulit saat
menggaruk.
- Mengurangi penyumbatan keringat dan menghilangkan sumbatan yang sudah timbul
- Menjaga kebersihan tubuh bayi
- Melakukan eksfoliasi kulit
- Pada milliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2% dengan menambahkan mentol 0,5-2% yang
bersifat mendinginkan ruam.
- Pada saat memandikan bayi yang menderita biang keringat, sebaiknya gunakan sabun bayi yang cair,
sebab sabun cair tidak meninggalkan partikel. Jika menggunakan sabun padat bisa meninggalkan
partikel yang dapat menghambat penyembuhan (Pasaribu, 2007).

G. Pengobatan Miliarisiasis
Biang keringat umumnya tidak berbahaya dan tidak membutuhkan pertolongan medis khusus.
Kondisi ini dapat ditangani sendiri di rumah dengan langkah-langkah sederhana, seperti:
- Perawatan kulit secara benar
- Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering diberi bedak salycil atau bedak kocok setelah
mandi
- Bila membasah, jangan berikan bedak, karena gumpalan yang terbentuk memperparah sumbatan
kelenjar
- Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul dapat diberikan antibiotic
- Menjaga kebersihan kuku dan tangan (kuku pendek dan bersih, sehingga tidak menggores kulit saat
menggaruk) (lenteraimpian | March 5, 2010).
- Mengompres bagian yang mengalami ruam dengan kain lembap atau es batu selama tidak lebih dari
20 menit setiap jam.
- Membersihkan bagian yang mengalami ruam dengan air mengalir dan sabun yang lembut.
- Menaburkan bedak talek pada bagian yang mengalami ruam untuk mengurangi rasa tidak nyaman di
kulit.
- Menjaga kulit tetap dingin, misalnya dengan berendam dan mandi.
- Menghindari cuaca panas dan tempat yang lembap, seperti berada lebih lama dalam ruangan yang
sejuk, atau menggunakan kipas angin.
- Meminum banyak cairan agar terhindar dari dehidrasi.
- Memakai pakaian longgar sehingga tidak menghambat pengeluaran keringat.
Jika biang keringat yang dialami cukup parah dan mengganggu, dokter dapat melakukan penanganan
berupa:
- Pemberian obat golongan antihistamin, untuk meredakan rasa gatal dan kemerahan di permukaan
kulit.
- Pemberian salep kortikosteroid, untuk meredakan rasa gatal dan peradangan pada ruam.
- Pemberian losion calamine, untuk meredakan rasa gatal, perih, atau mengalami iritasi.
- Pemberian obat antibiotik, untuk menangani jika terjadi infeksi sekunder pada biang keringat.
- Pemberian lanolin anhidrat, untuk mencegah penyumbatan kelenjar keringat dan menghentikan
timbulnya ruam baru.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEBIDANAN
A. PENGKAJIAN
a. Indetitas
Identitas terdiri dari nama, jenis kelamin. Umur, agama, suku bangsa, pendidkan pendapatan
pekerjaan,nomor akses, alamat dan lain- lain.
Dermatitis kontak dapat terjadi pada semua orang di semua umur sering terjadi pada remaja
dan dewasa muda dapat terjadi pada pria dan wanita. Bila dibandingkan dengan dermatitis
kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai
orang yang kulitnya sangat peka (hipersensitif). Dermatitis kontak iritan timbul pada 80% dari
seluruh penderita dermatitis kontak sedangkan dermatitis kontak alergik kira-kira hanya 20%.
Sedangkan insiden dermatitis kontak alergik terjadi pada 3-4% dari populasi penduduk. Usia
tidak mempengaruhi timbulnya sensitisasi namun dermatitis kontak alergik lebih jarang dijumpai
pada anak-anak. Lebih sering timbul pada usia dewasa tapi dapat mengenai segala usia.
Prevalensi pada wanita dua kali lipat dari pada laki-laki.
Bangsa kaukasian lebih sering terkena dari pada ras bangsa lain. Nampaknya banyak juga
timbul pada bangsa Afrika-Amerika namun lebih sulit dideteksi. Jenis pekerjaan merupakan hal
penting terhadap tingginya insiden dermatitis kontak.

b. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan Sekarang
 Riwayat keluhan utama
Keluhan Utama : Pada kasus dermatitis kontak biasanya klien mengeluh kulitnya
terasa gatal serta nyeri.Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat
pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul.
Provoking Inciden, yang menjadi faktor presipitasi dari keluhan utama. Pada beberapa kasus
dematitis kontak timbul Lesi kulit ( vesikel ),terasa panas pada kulit dan kulit akan berwarna
merah, edema yang diikuti oleh pengeluaran secret.
 Riwayat Kesehatan masa lalu
Seperti apakah klien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, apakah pernah
menderita alergi serta tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya selain itu perlu juga
dikaji kebiasaan klien.
 Riwayat Kesehatan keluarga
Apakah ada salah seorang anggota keluarganya yang mengalami penyakit yang
sama, tapi tidak pernah ditanggulangi dengan tim medis. Dermatitis pada sanak saudara
khususnya pada masa kanak-kanak dapat berarti penderita tersebut juga mudah menderita
dermatitis atopik.

c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
- Ringan, sedang, berat.
1. Tingkat Kesadaran
 Kompos mentis.
 Apatis.
 Samnolen, letergi/hypersomnia.
 Delirium.
 Stupor atau semi koma.
 Koma
Tingkat Kesadaran dermatitis kontak biasanya tidak terganggu Dermatitis kontak termasuk tidak
berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit
ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu.
2. Tanda-tanda vital
 Tekanan darah
 Denyut nadi
 Suhu tubuh
 Pernafasan
3. Berat Badan
4. Tinggi Badan
5. Kulit
 Inspeksi
- radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor).
- kemerahan (rubor),
- gangguan fungsi kulit (function laisa).
- biasanya batas kelainan tidak tegas an terdapat lesi polimorfi yang dapat timbul secara serentak atau
beturut-turut.
- terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian membesar.
- Terdapat bula atau pustule,
- ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi kering disebut ematiti sika.
- terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak likenifikasi dan sebagai
sekuele telihat
- hiperpigmentasi tau hipopigmentasi.
 Palpasi
- Nyeri tekan
- edema atau pembengkakan
- Kulit bersisik
6. Keadaan Kepala
 Inspeksi
Tekstur rambut klien halus dan jarang, kulit kepala nampak kotor.
 Palpasi
Periksa apakah ada pembengkakan/ benjolan nyeri tekan atau adanya massa.
7. Keadaan Mata
 Inspeksi
- Palpebrae : tidak edema, tidak radang
- Sclera : Tidak ictertus
- Conjuctiva : Tidak terjadi peradangan
- Pupil : Isokor
 Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan
- Tekanan Intra Okuler ( TIO ) tidak ada.
8. Keadaan hidung.
 Inspeksi
- simetris kiri dan kanan
- Tidak ada pembengkakan dan sekresi
- Tidak ada kemerahan pada selaput lendir
 Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan
- Tidak ada benjolan/tumor
9. Keadaan telinga
 Inspeksi
- Telinga bagian luar simetris
- Tidak ada serumen/cairan, nanah.

Pemeriksaan Diagnostik
1. Biopsi kulit.
2. Uji temple.
3. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus.
4. Uji kultur dan sensitivitas
Pola Kegiatan Sehari-hari
1. Nutrisi
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kebiasaan klien dalam hal pola makan, frekwensi maka/hari,
nafsu makan, makanan pantang, makanan yang disukai banyak minuman dalam sehari serta apakah
ada perubahan.
2. Eliminasi
Pada eliminasi yang perlu dikaji adalah Kebiasaan BAK dan BAB seperti frekuensi,warna dan
konsistensi baik sebelum dan sesudah sakit
3. Aktivitas
Pada penderita penyakit dermatitis kontak biasanya akan mengalami gangguan dalam aktifitas
karena adanya rasa gatal dan apabila mengalami infeksi maka akan mengalami gangguan dalam
pemenuhan aktifitas sehari-hari.
4. Istirahat
Klien biasanya mengeluh susah tidur dimalam hari karena gatal serta adanya nyeri. Adanya
gangguan pola tidur akibat gelisah, cemas.
5. Pola Interaksi social
Secara umum klien yang mengalami dermatitis kontak biasanya pola interaksi sosialnya terganggu
biasanya akan merasa malu dengan penyakitnya.
6. Keadaan Psikologis
Biasanya klien mengalami perubahan dalam berinteraksi dengan orang lain dan biasanya klien lebih
suka menyendiri dan sering cemas dengan penyakit yang diderita. Pada keadaaan psikologis ada
beberapa hal yang perlu dikaji seperti bagaimana persepsi klien terhadap penyakit yang diderita
sekarang, bagaimana harapan klien terhadap keadaan kesehatannyaserta bagaimana pola interaksi
dengan tenaga kesehatan & lingkungan.
7. Kegiatan Keagamaan
Biasanya klien beranggapan bahwa penyakit yang dideritanya merupakan cobaan untuknya dan pasti
terdapat hikmah untuknya.yang perlu dikaji pada kegiatan keagamaan seperti klien menganut agama
apa selama sakit klien sering berdoa.

B. Diagnosa
1. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit.
2. Nyeri dan gatal yang berhubungan dengan lesi kulit.
3. Perubahan pola tidur yang berhubungan dengan pruritus.
4. Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik.
5. Kurang pengetahuan tentang perawatan kulit dan cara – cara menangani kelainan kulit.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak – bercak merah pada kulit.

C. Peran Bidan
Berikut ini merupakan peran bidan dalam kasus milliariasis yang ditinjau dari aspek pelayanan
kesehatan promotif, kuratif, rehabilitatif, dan preventif. Diantaranya yaitu:
a. Pelayanan kesehatan promotif
- Memberikan informasi kepada ibu dan kelurga mengenai:
- Perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga kebersihan tubuh bayi.
- Kebersihan kuku dan tangan anak. Kuku pendek dan bersih sehingga tidak menggores kulit saat
menggaruk.
- Keringat yang harus segera dikeringkan dan sering mandi. Segera ganti pakaian jika basah dan
kotor. (Vivian, 2010)
b.Pelayanan kesehatan preventif
- Menggunakan pakaian yang tipis dan longgar serta menyerap keringat dan tidak terlalu sempit.
- Melakukan perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga kebersihan tubuh bayi.
- Menjaga kebersihan kuku dan tangan anak. Kuku pendek dan bersih sehingga tidak menggores
kulit saat menggaruk.
- Keringat harus segera dikeringkan dan sering mandi. Segera ganti pakaian jika basah dan kotor.
(Vivian, 2010)

c. Pelayanan kesehatan kuratif


- Topikal bisa diberikan bedak atau bedak kocok pendingin dengan bahan antigatal, dapat
ditambah dengan mentol 0,25% sampai 1% kalau gatal. Lanolin anhidrat dan salephidrofilik
bisa menghilangkan sumbatan pori sehingga mempermudah aliran keringat yang normal.
- Kasus ringan bisa berespon dengan bedak seperti talkum bayi. Bila sangat gatal, pedih, luka dan
timbul bisul akibat infeksi, penderita sebaiknya segera dibawa ke dokter. Dokter akan
memberikan obat minum serta krim atau salap bila diperlukan, untuk mengatasi keluhan
tersebut. Dan bila timbul bisul jangan dipijat arena kuman dapat menyebar ke sekitar sehingga
semakin meluas. (Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000)
- Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering, anjurkan untuk diberi bedak salicil atau bedak
kocok setelah mandi. Dan bila membasah jangan berikan bedak karena gumpalan yang
terbentuk memperparah sumbatan kelenjar. (Vivian, 2010).

d. Pelayanan kesehatan rehabilitatif


- Sedapat mungkin mencegah produksi keringat yang berlebihan, dengan cara menghindari hawa
panas dan kelembaban yang berlebihan, misalnya memakai pakaian tipis dan menyerap
keringat, mandi dengan air dingin dan menggunakan sabun. Selama berbagai faktor penyebab
yang berpengaruh dapat diatasi, kekambuhan dapat dihindari.
- Biang keringat dapat membaik dalam beberapa hari setelah penderita pindah ke lingkungan
yang lebih sejuk, atau ke tempat dengan ventilasi yang lebih baik. (Arjatmo Tjoktronegoro dan
Hendra Utama, 2000).
Contoh Kasus Pada Neonatus Dengan Millirisis Rubra
Seorang ibu nNy A datang keBPM Rosallia untuk memeriksakan bayi perempuanya , ibu mengatakan
bayinya berumur 7 hari, dan saat ini pada badan bayinya terdapat gelembung berwarna merah, kecil –
kecil dan berkelompok, terutama pada punggung dan dada sejak 2 hari yang lalu, sehingga bayinya
rewel, menangis, , ibu merasa cemas dengan keadaan bayinya.

Penatalaksanaan Pada Neonatus Dengan Milliaris Rubra:

a. Diagnosa
seorang bayi Ny A umur 7 hari dengan milliarisis rubra
b. Data Subyektif
- Ibu mengatakan bayinya berumur 7 hari
- Ibu mengatakan terdapat gelembung merah kecil – kecil pada badan bayinya
- Ibu mengatakan bayinya rewel dan sering menangis
- Ibu mengatakan merasa cemas dengan keadaan bayinya
c. Data Obyektif
- Nadi: 140 X/ menit
- Suhu: 37° C
- Respirasi: 55X/menit
- Badan bayi terdapat gelembung merah,dengan diameter 1-2 mm
- Gelembung merahnya bergerombol pada bagian punggung dan dada
d. Terapi
Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan yaitu:
- Nadi : 140 x menit, Suhu: 37° C , Respirasi: 55X/menit dan bayi ibu mengalami milliarisis rubra
atau yang biasa disebut dengan keringat buntet, ini disebabkan kerena penyumbatan keringt didalam
tubuh, ibu tidak perlu kawatir karna bayinya dalam keadaaan baik
- Memberitahu kepada ibu untuk menciptakan lingkungan pada bayi dengan kelembaban yang
cukup serta suhu yang sejuk dan kering, misalnya bayi tinggal diruangan ber-AC atau didaerah yang
sejuk dan kering.
- Menganjurkan kepada ibu untuk menggunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak terlalu
sempit, seperti kain baju yang terbuat dari bahan kapas asli, atau katun.
- Menganjurkan kepada ibu untuk segera mengganti pakaian yang basah dan kotor, supaya badan
bayi tetap terjaga kebersihanya.
- Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan kuku dan tangan bayinya (kuku pendek dan
bersih, sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk)
- Memiberikan bedak salicil 2% dan mentol 0,5% - 2%, untuk menghilangkan rasa gatal dan pedih
diberikan 3x/ hari sebelumnya dibersihkan dahulu badan bayi.
- Menberi tahu ibu jadwal kunjungan ulang 3 hari dari sekarang, atau jika ada keluhan lainya ibu
segera datang ketenaga kesehatan.

 Berikut ini merupakan peran bidan dalam kasus milliariasis yang ditinjau dari aspek pelayanan
kesehatan promotif, kuratif, rehabilitatif, dan preventif. Diantaranya yaitu:
- Pelayanan kesehatan promotif
Memberikan informasi kepada ibu mengenai:
a) Perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga kebersihan tubuh bayi.
b) Kebersihan kuku dan tangan anak. Kuku pendek dan bersih sehingga tidak menggores kulit saat
menggaruk.
c) Keringat yang harus segera dikeringkan dan sering mandi. Segera ganti pakaian jika basah dan
kotor. (Vivian, 2010)
2. Pelayanan Kesehatan Preventif
a) Menggunakan pakaian yang tipis dan longgar serta menyerap keringat dan tidak terlalu sempit.
b) Melakukan perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga kebersihan tubuh bayi.
c) Menjaga kebersihan kuku dan tangan anak. Kuku pendek dan bersih sehingga tidak menggores
kulit saat menggaruk
d) Keringat harus segera dikeringkan dan sering mandi. Segera ganti pakaian jika basah dan kotor.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perubahan iklim dan suhu saat ini menimbulkan masalah bagi kesehatan. Tak terkecuali
masalah kesehatan kulit. Salah satu masalah kulit yang banyak dialami terjadi pada bayi yaitu
biang keringat. Kondisi tersebut diperparah dengan kondisi kulit bayi yang belum sempurna
berkembang.

Milliariasis disebut juga sudamina, biang keringat, keringat buntet, liken tropikus, ataupickle


heat. Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retensi keringat akibat tersumbatnya pori
kelenjar keringat. Biasanya milliariasis ini disebabkan udara yang panas dan lembab, pakai yang
terlalu ketat dan tidak menyerab keringat, dll. Milliariasis di awali dengan tersumbatnya pori-pori
kelenjar keringat sehingga pengeluaran keringat tertahan.
Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan, disertai dengan
gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar
keringat yaitu di dahi, leher, bagian yang tertutup pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami
tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala.
Penyebab Miliariasis yaitu : Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang.
Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat. Aktivitas yang berlebihan. Setelah
menderita demam atau panas. Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan
radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum.
Pencegahan Miliarisiasis yaitu : Segera keringkan tubuh bayi dengan kain yang lembut jika
terlihat tubuhnya basah oleh keringat. Pada cuaca panas, taburkan bedak atau cairan khusus untuk
mendinginkan kulit, sekaligus menyerap keringat. Mengganti segera baju bayi yang basah oleh
keringat atau kotoran. Mengkondisikan ruangan ventilasi udara yang cukup, terutama dikota-kota
besar yang panas dan pengap. Mengupayakan agar kamar bayi diberi jendela sehingga pertukaran
udara dari luar ke dalam lancar. Memandikan bayi secara teratur. Menghindarkan pakaian yang tidak
menyerap keringat.

B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan, diharapkan
kepada dosen pembimbing dan para pembaca dapat memberikan kritik serta saran yang membangun
agar makalah saya ini agar dapat menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak.. Jakarta: Balai Penerbit FKUI


Sudarti, dan Fauziah, Afroh. 2012. Asuahan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Balita. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Sudarti 2012. Kelainan dan Penyakit Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
http://mayasarimajang.wordpress.com/2011/04/14/milliariasis-pada-bayi/Milliariasis
https://www.orami.co.id/magazine/kenali-biang-keringat-pada-bayi/
http://www.sitiaisahonline.com
http://eprints.unipdu.ac.id/417/1/BAB%20I.pdf
https://www.alodokter.com/biang-keringat
https://www.alomedika.com/penyakit/dermatovenereologi/miliaria
https://www.klikdokter.com/penyakit/biang-keringat
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/article/view/24419/22053
http://www.who.int/en/
http://aribubun.blogspot.com/2013/05/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_3.html
Jelliffe, D.B .KESEHATAN ANAK DI DAERAH TROFIS . Bumi Aksara . Jakarta 1982

Anda mungkin juga menyukai