Anda di halaman 1dari 33

KASUS MALPRAKTIK PADA PELAYANAN KELUARGA BERENCANA

(KB)
(diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etikolegal)

Disusun Oleh :
Ainul Yuli Wulandari

022015001

Alda Malia Fasha

022015002

Ananda Rizqia

022015003

PRODI D-III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH BANDUNG
2015-2016

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja serta puji syukur kita haturkan kehadirat Illahi Robbi, sebagai
penguasa yang Akbar bagi seluruh alam semesta karena atas rahmat dan karuniaNyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan waktu
yang telah ditentukan.
Dengan adanya pembuatan makalah ini penulis tak lupa mengucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbimg selaku penyusun petunjuk dalam
pembuatan makalah ini, serta tak lupa juga kepada para dosen kesehatan
masyarakat serta asisten lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan, khususnya
kedua orang tua penulis yang selalu mensuport dan memberi wejangan agar
penulis selalu semangat dalam menyelesaikan tugas apapun itu, dan teman
seperjuangan penulis yang selalu mengingatkan, mengajak, dan membimbing
dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini penulis buat semaksimal mungkin
dan dengan berusaha menghindarkan dari kesalahan dan kekurangan.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih
yang mendalam kepada seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam penulisan makalah ini. Semoga Allah SWT
meridhai dan memberkati segala usaha kita.

Bandung, 18 April 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan............................................................................................... 3
D. Manfaat............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 4
A.

Pengertian Etika................................................................................ 4

B.

Faktor yang melandasi Etika.................................................................4

C.

Pembagian Etika................................................................................5

E.

Tujuan Kode Etik...............................................................................5

F.

Dimensi Kode Etik.............................................................................6

G.

Prinsip Kode Etik...............................................................................6

H.

Kode Etik Profesi Bidan.......................................................................6

I.

Hak dan Kewajiban............................................................................9

J. Keluarga Berencana.............................................................................12
K. Wewenang bidan dalam asuhan KB.........................................................13
L. Penyimpangan etika dalam pelayanan KB.................................................14
M. Pengertian Malpraktek.........................................................................14
N. Jenis jenis Malpraktek dan Hukumnya...................................................15
O. Upaya Pencegahan Malpraktek..............................................................17
P. Hukum menurut KEPMENKES, UU dan KUHP..........................................19
Q. Ayat Al-Quran yang berhubungan dengan KB............................................22
BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN.........................................................24
A. Kasus............................................................................................. 24
B. Pembahasan...................................................................................... 24
BAB IV PENUTUP...................................................................................27
A. Simpulan......................................................................................... 27
B. Saran............................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 31

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pandangan manusia khususnya di Indonesia dari tahun ke tahun terus
berkembang sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan tekhnologi yang dari hari ke hari semakin cepat sehubungan dengan
derasnya era informasi. Kemajuan tersebut menyebabkan timbulnya sebagai
permasalahan antara lain mahalnya pelayanan medik. Selain itu terjadi pula
perubahan tata nilai dalam masyarakat, yaitu masyarakat semakin kritis dan
memandang masalah yang ada, termasuk menilai pelayanan yang diperolehnya
(Koesno, 2004).
Paradigma baru program keluarga berencana NASIONAL telah di ubah
visinya dari mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera) menjadi visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015
keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri,
memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab,
harmonis, dan bertakwa kepada Tuhan YME. Dalam paradigma baru program
KB ini, misinya sangat menekankan upaya menghormati hak-hak reproduksi,
sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga berdasarkan
salah satu pesan kunci dalam Rencana Strategik Nasional Making Pregnancy
Safer (MPS) di Indonesia adalah bahwa setiap kehamilan harus merupakan
kehamilan yang diinginkan. Untuk mewujudkan pesan kunci tersebut, Keluarga
Berencana (KB) merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif yang paling
dasar dan utama. (Saifuddin, 2004)
Meningkatnya jumlah peserta KB aktif dari sasaran sebanyak 28,2 juta
menjadi 29,0 juta yang terdiri dari peserta KB aktif miskin dan rentan sebanyak
12,5 juta menjadi 12,8 juta dan peserta KB aktif dengan MKJP dari 25,9 persen
menjadi 26,7 persen. Tersedianya sarana dan prasarana pelayanan KB bagi

4.700 klinik KB pemerintah dan swasta untuk mendukung peningkatan akses


dan kualitas pelayanan KB. Selain itu, meningkatnya pemahaman remaja dan
pasangan usia subur tentang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi
dengan advokasi dan KIE melalui berbagai media. Menguatnya kapasitas
tenaga lini lapangan KB, institusi masyarakat perdesaan atau perkotaan serta
kelembagaan KB di daerah dalam rangka meningkatkan kesertaan dan
kemandirian ber KB (Rakesnas, 2013).
Menurut Undang-Undang No 36 tahun 2009 pasal 78 tentang Keluarga
Berencana ayat 2, pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan
tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan pelayanan
keluarga berencana yang aman, bermutu, dan terjangkau oleh masyarakat
(Supardan S, 2008).
Dengan demikian sebagai jabatan professional bidan dalam pelaksanaan
pelayanan kebidanan, selalu berpegang pada etika kebidanan. Etika dapat
berarti nilai dan moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sesuatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Etika mencakup prinsip, konsep
dasar dan nilai-nilai yang membimbing makhluk hidup dalam berpikir dan
bertindak. (Supardan S, 2008)

B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apa pengertian etika dan kode etik ?


Apa pengertian KB dan tujuannya ?
Apa saja wewenang bidan dalam pelayanan KB ?
Apa pengertian, jenis dan hukum malpraktik ?
Bagaimana upaya pencegahan malpraktik ?
Bagaimana pandangan kepmenkes dan hukum undang undang atas kasus

malpraktik KB?
7. Apa ayat al-quran yang berkaitan dengan pelayanan KB ?

C. Tujuan
a. Tujuan umum

Untuk mengetahui penerapan etika profesi bidan dalam pelayanan


kebidanan.
b. Tujuan Khusus
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mengetahui dan memahami pengertian etika dan kode etik ?


Mengetahui dan memahami pengertian KB dan tujuannya ?
Mengetahui dan memahami wewenang bidan dalam pelayanan KB ?
Mengetahui dan memahami pengertian, jenis dan hukum malpraktik ?
Mengetahui dan memahami upaya pencegahan malpraktik ?
Mengetahui pandangan kepmenkes dan hukum undang undang atas

kasus malpraktik KB?


7. Mengetahui ayat al-quran yang berkaitan dengan pelayanan KB ?
D. Manfaat
Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui penerapan etika profesi bidan
dalam pelayanan kebidanan yaitu pada pelayanan KB serta mengetahui hukum
atas penyimpangan yang terjadi pada pelayanan KB.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika
Dalam profesi bidan etika lebih dimengerti sebagai filsafat moral. Istilah
etika berasal dari bahasa yunani kuno. Kata yunani ethos dalam bentuk tunggal
mempunyai artikebiasaan-kebiasaan tingkah laku manusia, adat, akhlak, watak,
perasaan, sikap, dan cara berfikir. Dalam bentuk jamakta etha mempunyai adat
kebiasaan. Menurut filsuf Yunani Aristoteles, istilah etika sudah dipakai untuk
menunjukkan filsafat moral. Sehingga berdasarkan asal usul kata, maka etika
berarti : ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat
kebiasaan.
Etika berasal dari bahasi Inggris Ethics, artinya pengertian, ukuran tingkah
laku atau perilaku manusia yang baik, yakni tindakan yang tepat yang harus
dilaksanakan manusia sesuai dengan moral pada umumnya.
Etika berasal dari bahasa Latin Mos atau mores ( jamak ), artinya moral,
yang berarti juga adat kebiasaan, sehingga makna kata moral dan etika adalah
sama, hanya bahasa asalnya berbeda.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia ( Poerwadarminta, 1953 ) etika
artinya ilmu pengetahuan tentang azas-azas akhlak ( moral ).
B. Faktor yang melandasi Etika
1.
2.
3.
4.
5.

Nilai-nilai atau value.


Norma.
Sosial budaya.
Religius.
Kebijakan / policy maker.

C. Pembagian Etika
1. Etika Deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya
adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik buruk, tindakantindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan.
2. Etika Normatif terjadi penilaian tentang perilaku manusia. Penilaian ini
terbentuk atas datas norma. Etika normatif bersifat preskriptif
( memerintahkan ), tidak melukiskan melainkan menentukan benar atau
tidaknya tingkah laku.
3. Mata Etika, meta berasal dari bahasa yunani yang berarti melebihi
atau melampaui. Mata etika mempelajari logika khusus dari ucapanucapan etis.
A.
D. Pengertian Kode Etik
B.

Kode etik adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh

setiap profesi didalam melaksanakan tugas profesinya dan didalam


hidupnya di masyarakat.
C.
Kode etik juga diartikan sebagai suatu ciri profesi yang
bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu displin ilmu dan
merupakan pengetahuan komprehensif suatu profesi yang memberikan
tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi.
E. Tujuan Kode Etik
1.
2.
3.
4.

Menjunjung tinggi martabat dan citra profesi.


Menjaga dan memelhara kesejahteraan anggota.
Meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
Meningkatkan mutu profesi.
D.

F. Dimensi Kode Etik


1.
2.
3.
4.

Anggota profesi dan klien.


Anggota profesi dan sistem.
Anggota profesi dan profesi lain.
Semua anggota profesi.

G. Prinsip Kode Etik


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Menghargai otonomi.
Melakukan tindakan yang benar.
Mencegah tindakan yang dapat merugikan.
Mmeperlakukan manusia secara adil.
Menjelaskan dengan benar.
Menepati janji yang telah disepakati.
Menjaga kerahasiaan.

H. Kode Etik Profesi Bidan


E.

Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan, didalamnya


terdapat Kode Etik Bidan Indonesia. Kode etik bidan Indonesia pertama kali
disusun tahun 1986 dan disahkan dalam Kongres Nasional Ikatan Bidan
Indonesia X tahun 1988, dan petunjuk pelaksanaannya disahkan dalam
Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IBI tahun 1991. Kode etik bidan Indonesia
terdri atas tujuh bab yang dibedakan atas tujuh bagian :
F. 1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat ( 6 butir ), diantaranya
:
G. a. Setiap bidan senantiasa menjujung tinggi, menghayati dan
mengamalkan

sumpah

jabatan

dalam

melaksanakan

tugas

pengabdianya.
H. b. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung
tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara
citra bidan.
I. c. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman
pada peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien,
keluarga dan masyarakat.
J. d. Setiap bidan dalam

menjalankan

tugasnya

mendahulukan

kepentinagan klien, menghormati hak klien dan menghormati nilainilai yang berlaku di masyarakat.
K. e. Setiap bidan dalam menjalankan

tugasnya

senantiasa

mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan


idntitas yang sama dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang
dimiliki.

L. f. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam


hubungan pelaksanaan tugasnya dengan mendorong pertisipasi
masyarakat untuk meningkantkan derajat kesehatan secara maksimal.
M. 2. Kewajiban bidan terahadap tugasnya (3 butir), diantaranya :
N. a. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada
klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi
yang di miliki berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
O. b. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai
kewenangan dalam mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk
keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan.
P. c. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat
dan atau kepercayaan kepadanya, kecuali bila di minta oleh
pengadilan atau diperlikan sehubungan dengan kepentingan klien.
Q. 3. Kewajiban bidan terdapat sejawat dan tenaga kesehatan lainya ( 2
butir)
R. a. Setiap bidan harus menjamin hubungan dengan teman sejawatnya
untuk menciptakan suasana yang serasi.
S. b. Setiap bidan dalam melaksanakan

tugasnya

harus

saling

menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan


lainya.
T. 4. Kewajiban bidan terhadap rofesinya ( 3 butir)
U. a. Setiap bidan harus manjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra
profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan
memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
V. b. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan

diri

dan

meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan


ilmu pengetahuan dan teknologi.
W.c. Setiap bidan senatiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan
kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra
profesinya.
X. 5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir)
Y. a. Setiap bidan harus memelihara kesehatanya
melaksanakan tugas profesinya dengan baik.
Z. b. Setiap bidan seyogyanya berusaha

untuk

agar

dapat

meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi.

AA.

6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah

air (2 butir)
AB. a.Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya,

senantiasa

melaksanakan ketentuan-ketentuan perintah dalam bidang kesehatan,


khusunya dalam pelayanan KIA / KB dan kesehatan keluarga.
AC. b. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi
menyumbangkan

pemikiranya

kepada

pemerintah

dan
untuk

meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan terutama


AD.

pelayanan KIA / KB dan kesehatan keluarga.


7. Penutup (1 butir)
AE.
Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari

senantiasa menghayati dan mengamalkan Kode Etik Bidan Indonesia.


(Kosno H, 2004)
AF.
I. Hak dan Kewajiban
1. Hak Pasien
a. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi adil dan makmur.
b. Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan
profesi bidan tanpa diskriminasi.
c. Pasien berhak memperoleh asuhan kebidanan sesuai dengan profesi
bidan tanpa diskriminasi.
d. Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya sesuai dengan
keinginannya.
e. Pasien berhak mendapat pendampingan suami selama proses
persalinan berlangsung.
2. Kewajiban Pasien
a. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan
dan tata tertib rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan.
b. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter, bidan,
perawat yang merawatnya.
c. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua
imbalan atas jasa pelayanan rumahs akit atau institusi pelayanan
kesehatan, dokter, bidan dan perawat.
d. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal hal
yang selalu disepakati atau perjanjian yang telah dibuatnya.

AG.
3. Hak Bidan
a. Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam pelaksanaan
tugas sesuai dengan profesinya.
b. Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada
setiap tingkat atau jenjang pelayanan kesehatan.
c. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui
pendidikan maupun pelatihan.
d. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan
jabatan yang sesuai.
e. Bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.
AH.
4. Kewajiban Bidan
a. Bidan wajib memberi kesempatan pada pasien untuk didampingi
oleh suami atau keluarga.
b. Bidan wajib memberikan

kesempatan

pada

pasien

untuk

menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan.


c. Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
seorang pasien.
d. Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan
standar profesi dengan menghormati hak hak pasien.
e. Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan
yang akan dilakukan serta resiko yang mungkin dapat timbul.
AI.
5. Pelaksanaan Etika dalam Pelayanan Kebidanan
AJ. Pelayanan kebidanan di suatu institusi memiliki norma dan
budaya yang unik. Are kewenanagna bidan tertuang dalam Kepmenkes
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan.
Mengenai kejelasan peran bdan diatur dalam standar praktik kebidanan
dan standar pelayanan kebidanan.
1. Etika dalam pelayanan kontrasepsi
AK. Dalam merencanakan jumlah anak, seorang ibu telah
merundingkan dengan suami dan telah menetapkan metode
kontrasepsi yang akan digunakan. Sehingga keputusan utnuk
memilih kontrasepsi merupakan hak klien dan berada diluar
kompetensi bidan. Jikan klien belum mempunyai keputusan karena
disebabkan ketidaktahuan klien tentang kontrasepsi, maka menjadi

10

kewajiban bidan untuk memberikan informasi tentang kontrasepsi


yang dapat dipergunakan klien, dengan memebrikan informasi yang
lengkap mengenai alat kontrasepsi dan beberapa alternatif sehingga
klien dapat memilih sesuai dengan pengetahuan dan keyakinannya.
AL.
Bidan sebagai konselor dalam pelayanan
kontrasepsi

harus

memiliki

kemampuan

teknik

konseling,

pengetahuan tentang alat kontrasepsi dan pemakaiannya, indikasi,


kontraindikasi, serta efek sampingnya. Klien atau ibu sebagai calon
ekseptor tidak boleh dipaksa oleh bidan sebagai provider namun
pangambilan keputusan klien untuk menggunakan salah satu alat
kontrasepsi merupakan pilihan klien sendiri, setelah memahami
mengenai alat kontrasepsi.
AM.

2. Konseling Pelayanan Kontrasepsi


AN. Konseling adalah bentuk wawancara untuk membantu

orang lain memperoleh pengertian yang lebih baik megenai dirinya,


termasuk keinginan, sikap, kecemasan dalam usaha memahami
permasalahan yang sedang dihadapinya. Bidan sebagai konselor
memiliki kemampuan teknik konseling, pengetahuan tentang alat
kontrasepsi, dan segala hal terkait dengan cara pemakaiannya. Bidan
tidak diperkenankan memaksa klien untuk menggunakan alat
kontrasepsi karena ketersediaan klien untuk memakai satu alat
kontrasepsi adalah keputusan klien, setelah mereka memahami setiap
alat kontrasepsi. Pemilihan alat kontrasepsi oleh klien dan keluarga
merupakan hak klien dan keluarganya untuk dapat merencanakan
dengan baik pengaturan kelahiran anak mereka. Tujuan konseling yang
dilakukan bidan adalah calon peserta keluarga berencana (KB). Mampu
memahami manfaat KB bagi dirinya maupun keluarganya dan
mempunyai pengetahuan yang baik tentang alasan menggunakan KB,
cara penggunaannya, dan segala hal yang berhubungan dengan
kontrasepsi (Supardan, 2007).
AO.
3. Tujuan Konseling Kontrasepsi

11

a. Agar calon akseptor mampu memahami dan manfaat KB dan diri


keluarganya.
b. Calon akseptor memilik pengetahuan yang baik tentang alasan
menggunakan KB dan segala hal yang

berkaitan dengan

kontrasepsi.
AP.
4. Langkah langkah Pelaksanaan Konseling
a. Menciptakan suasana dan hubungan saling percaya.
b. Menggali permasalahan yang dihadapi calon akseptor.
c. Memberikan penjelasan disertai penunjukan alat alat kontrasepsi.
AQ.
Setelah klien memutuskan memilih salah satu alat
kontrasepsi, bidan menyiapkan informed consent secara tertulis.
Bidan

harus

bersikap

netraldalam

memberikan

konseling

kontrasepsi. Perlu diingat bahwa belum daanya alat kontrasepsi


yang aman dan efektif tanpa efek samping, juga perlu diingat bahwa
pemakaian kontrasepsi berhubungan dengan keyakinan atau agama
masing masing klien yang harus dihargai. Sangat diperlukan
penjelasan mengenai keuntungan, indikais, kontraindikasi dan efek
samping pemakaian kontrasepsi karena berhubungan dnegan
kesehatan klien. Informed consent dalam pemilihan alat kontrasepsi
sebaiknya dilakukan secara terulis dan melibatkan suami, karena
mengingat dalam hak reproduksi bahwa : merupakan hak suami dan
istri untuk menentukan jumlah anak dan cara pembatasan kelahiran.
AR.
J. Keluarga Berencana
AS. 1. Pengertian
AT.
Keluarga berencana (disingkat KB) adalah
gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan
membatasi kelahiran. Itu bermakna adalah perencanaan jumlah keluarga
dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat
kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD,
dan sebagainya.
AU. 2. Tujuan Keluarga Berencana
AV.
a. Tujuan Umum

12

AW.

Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam

rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera)


yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan
mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan
penduduk.
AX.
b. Tujuan khusus
1) Meningkatkan

jumlah

penduduk

untuk

menggunakan

kontrasepsi.
2) Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
3) Meningkatnya kesehatan keluarga berencana

dengan

alat

cara

penjarangan kelahiran.
AY. 3. Manfaat penggunaan KB
AZ.
a. Aman artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila
di gunakan.
BA.
b. Berdaya guna, artinya bila digunakan sesuai aturan akan
dapat mencegah kehamilan.
BB.
c. Dapat diterima bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh
lingkungan budaya masyarakat.
BC.
d. Terjangkau.
BD.
e. Bila metode tersebut dihentikan penggunaanya, klien akan
segera kembali kesuburanya, kecuali kontap. (KBBI, 2005)
BE.
BF.

K. Wewenang bidan dalam asuhan KB


Bidan dalam memberikan asuhan kebidanan melalui proses

pengambilan keputusan dan tindakan dilakukan sesuai dengan wewenang


dan ruang lingkup prakteknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.
BG. Area kewenangan bidan dalam pelayanan keluarga berencana
tercantum dalam Permenkes 1464/MENKES/PER/X/2010 Pasal 12 yakni
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga
berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 c ( pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana), berwenang untuk :
BH. a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana; dan
BI.
b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.
BJ. Pasal 13 ayat 1 a : selain kewenangan sebagai mana dimaksud
dalam pasal 10, pasal 11, dan pasal 12, bidan yang menjalankan

13

program pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan


meliputi : pemberian alat kontrasepsi suntikan, AKDR, dan AKBK.
(Permenkes, 2010)
BK.

L. Penyimpangan etika dalam pelayanan KB


BL. Kasus malpraktik umumnya dipicu oleh ketidakhati-hatian.

Kewaspadaan tenaga medis menjadi faktor utama terjadinya malpraktik.


Kesalahan fatal tersebut umumnya terjadi pada saat diagnosis, terapi,
pemberian obat sampai operasi. Malpraktik tidak hanya dapat mengarah
pada penurunan derajat kesehatan klien, namun juga dapat menyebabkan
kematian dan kecacatan seumur hidup. Kasus kesalahan tindakan medis
bukan hanya terjadi di indonesia kualitas kesehatannya masih rendah,
namun masih sering terjadi di negara maju. Kebanyakan klien atau
keluarganya memilih untuk tidak mengungkapkan penderitaannya.
Umumnya, mereka tidak mengetahui kasusmalpraktik dapat diajukan ke
meja hijau dan sebagian memilih untuk pasrah dan enggan terlibat dalam
konflik hukum yang biasanya sangat melelahkan (Supardan, 2007).
BM.

M. Pengertian Malpraktek
BN.
Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifaatnya

dan tidak selalu berkonotasi yuridis. Secara harfiah mal mempunyai arti
salah sedangkan praktek mempunyai arti pelaksanaan atau
tindakan, sehingga malpraktek berarti pelaksanaan atau tindakan yang
salah. Meskipun arti harfiahnya demikian tetapi kebanyakan istilah
tersebut dipergunakan untuk menyatakan adanya tindakan yang salah
dalam rangka pelaksanaan suatu profesi.
BO. Sedangkan definisi malpraktek profesi kesehatan adalah
kelalaian dari seorang dokter atau tenaga keperawatan dari seseorang
(perawat danbidan) untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu
pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim
dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran
dilingkungan yang sama (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle
de Los Angelos, California, 1956).

14

BP.N. Jenis jenis Malpraktek dan Hukumnya


BQ.
Untuk malpraktek hukum atau yuridical malpractice dibagi
dalam 3 kategori sesuai bidang hukum yang dilanggar, yakni :
BR. 1. Malpraktik Medik (medical malpractice)
BS. John.D.Blum merumuskan: Medical malpractice is a form of
professional negligence in whice miserable injury occurs to a plaintiff
patient as the direct result of an act or omission by defendant
practitioner. (malpraktik medik merupakan bentuk kelalaian professional
yang menyebabkan terjadinya luka berat pada pasien / penggugat sebagai
akibat

langsung

dari

perbuatan

ataupun

pembiaran

oleh

dokter/terguguat).
BT. Sedangkan rumusan yang berlaku di dunia kedokteran adalah
Professional misconduct or lack of ordinary skill in the performance of
professional act, a practitioner is liable for demage or injuries caused by
malpractice. (Malpraktek adalah perbuatan yang tidak benar dari suatu
profesi atau kurangnya kemampuan dasar dalam melaksanakan
pekerjaan. Seorang dokter bertanggung jawab atas terjadinya kerugian
atau luka yang disebabkan karena malpraktik), sedangkan junus hanafiah
merumuskan malpraktik medik adalah kelalaian seorang dokter untuk
mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim
dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang yang terluka menurut
lingkungan yang sama.
BU. 2. Malpraktik Etik (ethical malpractice)
BV. Malpraktik etik adalah tindakan dokter yang bertentangan
dengan etika kedokteran, sebagaimana yang diatur dalam kode etik
kedokteran Indonesia yang merupakan seperangkat standar etika, prinsip,
aturan, norma yang berlaku untuk dokter.
BW.3. Malpraktik Yuridis (juridical malpractice)
BX.
Malpraktik yuridik adalah pelanggaran ataupun kelalaian
dalam pelaksanaan profesi kedokteran yang melanggar ketentuan hukum
positif yang berlaku. Malpraktik Yuridis meliputi:
BY.
a. Malpraktik perdata (civil malpractice0
BZ.
Malpraktik perdata terjadi jika dokter tidak melakukan
kewajiban (ingkar janji) yaitu tidak memberikan prestasinya

15

sebagaimana yang telah disepakati. Tindakan dokter yang dapat


dikatagorikan sebagai melpraktik perdata antara lain :
CA. 1). Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatan wajib
dilakukan.
CB. 2). Melakukan apa yang disepakati dilakukan tapi tidak
sempurna.
CC. 3). Melakukan apa yang disepakati tetapi terlambat.
CD. 4). Melakukan apa yang menurut kesepakatan tidak seharusnya
dilakukan.
CE. 5). Malpraktik Pidana (criminal malpractice).
CF. Malpraktik pidana terjadi, jika perbuatan yang dilakukan
maupun tidak dilakukan memenuhi rumusan undang-undang hukum
pidana. Perbuatan tersebut dapat berupa perbuatan positif (melakukan
sesuatu) maupun negative (tidak melakukan sesuatu) yang merupakan
perbuatan tercela (actus reus), dilakukan dengan sikap batin yang slah
(mens rea) berupa kesengajaan atau kelalauian. Contoh malpraktik
pidana dengan sengaja adalah :
1)
2)
3)

Melakukan aborsi tanpa tindakan medik.


Mengungkapkan rahasia kedi\okteran dengan sengaja.
Tidak memberikan pertolongan kepada seseorang yang dalam

keadaan darurat.
4) Membuat surat keterangan dokter yang isinya tidak benar.
5) Membuat visum et repertum tidak benar.
6) Memberikan keterangan yang tidak benar di pengadilan dalan
kapasitasnya sebagai ahli.
CG.

Contoh malpraktik pidana karena kelalaian:

1) Kurang hati-hati sehingga menyebabkan gunting tertinggal diperut.


2) Kurang hati-hati sehingga menyebabkan pasien luka berat atau
meninggal.
CH.

c. Malpraktik Administrasi Negara (administrative malpractice)


CI. Malpraktik administrasi terjadi jika dokter menjalankan

profesinya

tidak

mengindahkan

ketentuan-ketentuan

administrasi Negara. Misalnya:


1) Menjalankan praktik kedokteran tanpa ijin.

hukum

16

2) Menjalankan

praktik

kewenangannya.
3) Melakukan praktik

kedokteran
kedokteran

tidak

dengan

sesuai
ijin

yang

dengan
sudah

kadalwarsa.
4) Tidak membuat rekam medik.
CJ.O. Upaya Pencegahan Malpraktek
1.Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya,
karena perjanjian berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan
perjanjian akan berhasil (resultaat verbintenis).
2.Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.
3.Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.
4.Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.
5.Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan
segala kebutuhannya.
6.Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan
masyarakat sekitarnya.
CK.

Apabila tuduhan kepada bidan, dokter dan ahli kesehatan

lainnya merupakan criminal malpractice, maka tenaga bidan,dokter dan


ahli kesehatan lainnya apat melakukan :
CL.
1. Informal defence, dengan

mengajukan

bukti

untuk

menangkis/ menyangkal bahwa tuduhan yang diajukan tidak berdasar


atau tidak menunjuk pada doktrin-doktrin yang ada, misalnya bidan
mengajukan bukti bahwa yang terjadi bukan disengaja, akan tetapi
merupakan risiko medik (risk of treatment), atau mengajukan alasan
bahwa dirinya tidak mempunyai sikap batin (menrea)sebagaimana
disyaratkan dalam perumusan delik yang dituduhkan.
CM.
CN.
2. Formal/legal defence, yakni melakukan pembelaan dengan
mengajukan atau menunjuk pada doktrin-doktrin hukum, yakni dengan
menyangkal tuntutan dengan cara menolak unsur-unsur pertanggung
jawaban atau melakukan pembelaan untuk membebaskan diri dari
pertanggung jawaban, dengan mengajukan bukti bahwa yang dilakukan
adalah pengaruh daya paksa.

17

CO.

Berbicara

mengenai

pembelaan,

ada

baiknya bidan menggunakan jasa penasehat hukum, sehingga yang


sifatnya teknis pembelaan diserahkan kepadanya.Pada perkara perdata
dalam tuduhan civil malpractice dimana bidan digugat membayar ganti
rugi sejumlah uang, yang dilakukan adalah mementahkan dalil-dalil
penggugat, karena dalam peradilan perdata, pihak yang mendalilkan
harus membuktikan di pengadilan, dengan perkataan lain pasien atau
pengacaranya harus membuktikan dalil sebagai dasar gugatan bahwa
tergugat (bidan) bertanggung jawab atas derita (damage) yang dialami
penggugat.
CP.
Untuk membuktikan adanya civil malpractice tidaklah
mudah, utamanya tidak diketemukannya fakta yang dapat berbicara
sendiri (res ipsa loquitur),apalagi untuk membuktikan adanya tindakan
menterlantarkan kewajiban(dereliction of duty) dan adanya hubungan
langsung antara menterlantarkan kewajiban dengan adanya rusaknya
kesehatan (damage), sedangkan yang harus membuktikan adalah orangorang awam dibidang kesehatan dan hal inilah yang menguntungkan
tenaga kebidanan,dokter dan ahli kesehatan lainnya.
CQ.
P. Hukum menurut KEPMENKES, UU dan KUHP
CR. 1. Kepmenkes No. 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang standar profesi
bidan
CS.

a. Kompetensi ke 1, Pengetahuan dan keterampilan dasar.

Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmuilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari
asuhan yang 14 bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita,
bayi baru lahir dan keluarganya.
CT.
b. Kompetensi yang ke 2, pra konsepsi, KB dan ginekologi
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan
yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh dimasyarakat
dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat,
perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orangtua.

18

c. Kompetensi ke 3, asuhan dan konseling kehamilan Bidan memberikan


asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan
selama kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan atau rujukan
dari komplikasi tertentu.
d. Kompetensi ke 4, asuhan selama persalinan dan kelahiran bidan
memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggapan terhadap
kebudayaan setempat selama persalianan, memimpin selama persalinan
yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu
untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayi yang baru lahir.
e. Kompentensi ke 5, Asuhan pada ibu nifas dan menyusui Bidan
memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi
dan tanggap terhadap budaya setempat.
f. Kompetensi ke 6, Asuhan pada bayi baru Bidan memberikan asuhan
yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi barulahir sehat sampai
dengan 1 bulan.
g. Kompetesi ke 7, Asuhan pada bayi dan balita Bidan memberikan
asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi dan balita sehat
(1bulan-5 tahun).
h. Kompetensi ke 8, Kebidanan komunitas Bidan memberikan asuhan
yang bermutu tinggi dan komperhensif pada keluarga, kelompok dan
masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
CU.

i. Kompetensi ke 9, Asuhan pada ibu/wanita dengan gangguan

reproduksi Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu/wanita dengan


gangguan sistem reproduksi.
CV. 2. Undang undang (UU)
CW.

Menurut Undang-Undang No 36 tahun 2009 pasal 78

tentang Keluarga Berencana ayat 2, pemerintah bertanggung jawab dan


menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam
memberikan pelayanan keluarga berencana yang aman, bermutu, dan
terjangkau oleh masyarakat (Supardan S, 2008).
2. PERMENKES

19

CX.

Permenkes 1464/MENKES/PER/X/2010 Pasal 12 yakni

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga


berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 c ( pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana), berwenang
untuk :
CY. a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana; dan
CZ.
b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.
DA. Pasal 13 ayat 1 a : selain kewenangan sebagai mana
dimaksud dalam pasal 10, pasal 11, dan pasal 12, bidan yang
menjalankan program pemerintah berwenang melakukan pelayanan
kesehatan meliputi : pemberian alat kontrasepsi suntikan, AKDR, dan
AKBK. (Permenkes, 2010)
3. KUHP
a) Pasal 359 KUHP berbunyi "barangsiapa karena kelalaiannya
menyebabkan orang lain mati, dipidana dengan pidana penjara
paling lama lima tahun penjara". Bila pasal tersebut di terapkan di
kedokteran, terdapat satu kekeliruan yang mendasar.
b) Pasal 359
DB. Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan
matinya orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama
lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun.
DC. Karena kealpaannya menyebabkan orang luka berat
atau luka sehingga sakit sementara atau tidak dapat bekerja
sementara.
DD. c) Pasal 360
DE.
Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan orang
lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun.
DF. Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan orang
lain luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau
halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian selama
waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama
Sembilan bulan atau kurungan paling lama enam bulan atau
denda paling tinggi tiga ratus rupiah.

20

DG.

d. Pasal 361
DH. Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan

dalam menjalankan suatu jabatan atau pencarian, maka pidana


ditambah dengan sepertiga dan yang bersalah dapat dicabut haknya
untuk menjalankan pencarian dalam mana dilakukan kejahatan dan
Hakim dapat memerintahkan supaya putusannya diumumkan.
DI.

e. Pasal 54.1
DJ.
Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan

atau kelalaian dalam melaksanakan profesinya, dapat dikenakan


tindakan displin.
f.

154
DK.

Dalam pasal 15 ayat (1) dan (2) Dipidanan penjara

paling lama 15 (lime belas) tahun dan dipidana denda paling banyak
Rp. 500.000.000,00 (lima belas juta rupiah).
DL.

Q. Ayat Al-Quran yang berhubungan dengan KB


DM. Dalam al-quran dicantumkan beberapa ayat yang berkaitan

dengan keluarga berencana , diantaranya :



.DN

DO. Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya


meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar.(Qs.An-Nisa : 9 )

.DP



DQ. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.(Qs.Lukman : 14)

21



.DR


DS. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.(Qs.Al-Qashash: 77)
DT. Ayat-ayat al-quran diatas menunjukan bahwa islam mendukung
adanya keluarga berencana karena dalam QS. An-Nissa ayat 9 dinyatakan
bahwa hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah. Anak lemah yang
dimaksud adalah generasi penerus yang lemah agama , ilmu , pengetahuan
sehingga KB menjadi upaya agar mewujudkan keluarga yang sakinah.

DU.
DV.
DW.

BAB III

KASUS DAN PEMBAHASAN

DX.
DY.

A. Kasus
DZ. Suatu hari ada seorang ibu bersama suaminya ke bidan F , ibu

datang ke bidan bertujuan untuk suntik KB. Ibu awalnya memakai KB suntik
1 bulan tetapi ibu meminta ke bidan F untuk mengganti KB suntik 3 bulan
sekali, bidan pun memberikan suntikan KB 3 bulan itu ke ibu tersebut. Dua
bulan kemudian, ibu datang bersama suaminya, dengan keluhan keluar darah
lumayan banyak dari vaginanya. Ibu terlihat pucat dan lemas, bidan F
menjelaskan kepada bapak dan ibu tersebut bahwa KB suntik 3 bulan sekali
itu tidak cocok untuk ibu, dan ibu tersebut dibaringkan di tempat tidur. Suami
ibu tersebut meminta ke bidan diberikan obat agar darah yang keluar sedikit
berkurang, tapi bidan F tidak memberikan dengan alasan agar tidak terjadi
penyakit. Setelah beberapa menit darah yang keluar dari vagina ibu semakin
banyak, tekanan darah menurun menjadi 80/60 mmHg, nadi meningkat
110x/menit, pernafasan 40x/menit, ekstremitas pucat, keadaan umum lemah,
sampai syok sehingga bidan merujuk ke dokter.
EA.

B. Pembahasan
EB.

Dari kasus tersebut dapat dilihat bahwa bidan dalam

memberikan pelayanan KB tidak sesuai dengan kode etik bidan. Bidan tidak
menjelaskan mengenai komplikasi yang mungkin dialami yaitu apabila tidak
cocok pasien yang berganti KB suntik 1 bulan sekali ke suntik 3 bulan sekali
akan mengalami perdarahan. Kesalahan fatal yang dilakukan bidan menjadi
faktor utama terjadinya malpraktik. Hal tersebut umumnya dapat terjadi pada
saat diagnosis, terapi, dan pemberian obat.
EC. Pada kenyataanya mereka sudah mengetahui bahwa kasus
malpraktik dapat diajukan ke meja hijau sesuai dengan Undang-Undang No
36 tahun 2009 pasal 78 tentang Keluarga Berencana ayat 2, pemerintah

22

bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan,


alat dan obat.
ED.
EE. Dalam memberikan pelayanan keluarga berencana yang aman,
bermutu, dan terjangkau oleh masyarakat (Supardan S, 2008). Sedangkan
dalam

Kepmenkes

yaitu

terdapat

pada

Kepmenkes

No.

369/Menkes/SK/III/2007 Tentang standar profesi bidan dalam kompetensi ke


2.
EF. Oleh karena itu setiap pelayanan yang dilakukan bidan harus sesuai
etika dan stantar operasional yang berlaku, menghindari terjadinya komplain
dari klien dan kerugian yang akan ditimbulkan pada klien ataupun bidan
tersebut.
EG. Kurangnya informasi atau pendidikan kesehatan yang diberikan
bidan pada calon akseptor KB mengakibatkan klien tidak mengetahui dampak
dan akibat dari kontrasepsi yang akan digunakan. Bidan juga tidak
memberikan informed consent atau persetujuan tindakan pada klien sebelum
melakukan tindakan penyuntikan. Hal tersebut tidak sesuai dengan
Permenkes

Nomor

1464/MENKES/PER/X/2010

Tentang

Izin

dan

Penyelenggaraan Praktik Bidan.


EH. Sedangkan dalam hukum pidana bidan tersebut dapat terkena pasal
359-361 karena telah membuat orang luka atas kelalaiannya, selain itu dapat
terkena pasal 154.
EI. Dalam pasal 15 ayat (1) dan (2) Dipidanan penjara paling lama
15 (lime belas) tahun dan dipidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00
(lima belas juta rupiah).

23

24

EJ.
EK.
EL.
EM.

EN.

BAB IV

EO.

PENUTUP
EP.

EQ.

A. Simpulan
ER. Etika dapat berarti nilai dan moral yang menjadi pegangan bagi

seseorang atau sesuatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Etika


mencakup prinsip, konsep dasar dan nilai-nilai yang membimbing makhluk
hidup dalam berpikir dan bertindak. Kode etik suatu profesi adalah serupa
norma yang harus di indahkan oleh setiap anggota profesi yang bersangkutan
di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.
ES.
Keluarga berencana (disingkat KB) adalah gerakan untuk
membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran.
Itu bermakna adalah perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang
bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan
kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya. Tujuannya untuk
meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi,
menurunnya jumlah angka kelahiran bayi dan meningkatnya kesehatan
keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran.
ET.
Area kewenangan bidan dalam pelayanan keluarga
berencana tercantum dalam Permenkes 1464/MENKES/PER/X/2010 Pasal 12
yakni Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga
berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 c.
EU.
Malpraktik secara harfiah mal mempunyai arti salah
sedangkan praktek mempunyai arti pelaksanaan atau tindakan,
sehingga malpraktek berarti pelaksanaan atau tindakan yang salah. Jenis
malpraktik terdiri dari malpraktik medik, etik, yuridis. Malpraktik yuridis
meliputi malpraktik perdata, malpraktik pidana, dan malpraktik administrasi
negara.
EV.

Sedangkan upaya pencegahan malpraktik dapat

dilakukan Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed

25

consent, mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis,


apabila terjadi

26

27

EW.

keragu-raguan,

konsultasikan

kepada

senior

atau

dokter.

Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala


kebutuhannya. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan
masyarakat sekitarnya.
1. Pandangan

kepmenkes

yaitu

terdapat

dalam

Kepmenkes

No.

369/Menkes/SK/III/2007 Tentang standar profesi bidan dalam kompetensi


ke-2. Menurut Undang-Undang No 36 tahun 2009 pasal 78 tentang
Keluarga Berencana ayat 2, pemerintah bertanggung jawab dan menjamin
ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan
pelayanan keluarga berencana yang aman, bermutu, dan terjangkau oleh
masyarakat.

Selain

itu

pandangan

Permenkes

1464/MENKES/PER/X/2010 Pasal 12 yakni Bidan dalam memberikan


pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 c. Sedangkan dalam hukum pidanan bidan
tersebut dapat terkena pasal 359-361 karena telah membuat orang luka atas
kelalaiannya, selain itu dapat terkena pasal 154.
2. Dalam pasal 15 ayat (1) dan (2) dipidanan penjara paling lama 15 (lime
belas) tahun dan dipidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima
belas juta rupiah). Ayat al quran yang berhubungan dengan pekayanan
KB diantaranya an-Nisa ayat 9, al- Lukman ayat 14, dan al-Qashash ayat
77. Ayat-ayat al-quran diatas menunjukan bahwa islam mendukung adanya
keluarga berencana karena dalam QS. An-Nissa ayat 9 dinyatakan bahwa
hendaklah

takut

kepada

Allah

orang-orang

yang

seandainya

meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah. Anak lemah


yang dimaksud adalah generasi penerus yang lemah agama , ilmu ,
pengetahuan sehingga KB menjadi upaya agar mewujudkan keluarga yang
sakinah.
EX.
EY.
EZ.
FA.

28

FB.

B. Saran

FC. 1. Diharapkan setiap bidan dapat memahami dan menerapkan etika dalam
menjalankan profesinya sebagai bidan.
FD. 2. Diharapkan setiap bidan dapat

mengetahui

kewajiban

dalam

menjalankan kewenangannya sebagai bidan.


FE. 3. Diharapkan setiap bidan mengetahui wewenang bidan dalam pelayanan
KB dan memberikan konseling yang tepat.
FF.
FG.
FH.
FI.
FJ.
FK.
FL.
FM.
FN.
FO.
FP.
FQ.
FR.
FS.
FT.
FU.

FV.DAFTAR PUSTAKA
FW.
FX.

Wahyuningsih,

Heni

Puji.2008.Etika

Profesi

Kebidanan.Yogyakarta: Fitramaya.
FY.Amir, Amri.1997.Bunga Rampai Hukum Kesehatan. Jakarta: Widya
medika.
FZ.Guwandi, J.2008.Hukum dan Dokter. Jakarta: CV. Sagung Seto.
GA.

AyuPutri.http://etikaputrirahayu.blogspot.co.id/2015/04/aplikasi-

etika-profesi-bidan-dalam.html . Diakses pada tanggal 18 April pukul


21.00.
GB.

Academiaedu.http://www.academia.edu/9709333/BIDAN_MALP

RAKTIK. Diakses pada tanggal 18 April pukul 21.00.

Anda mungkin juga menyukai