Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH MILIARIASIS

NAMA KELOMPOK

1. WAHYU MAULANA PUTRA


2. SILVIA WULANDARI
3. SELFY WULANDARI
4. DEBI INDRIANI
5. NATASYA NURUL FALA

DOSEN PEMBIMBING : Ns.YENNY SAFITRI,M.Kep

JURUSAN S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
2019
2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas ridho
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Milliariasis”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, tidak dapat
terselesaikan tanpa bimbingan, arahan, bantuan dan kerjasama dari semua pihak,
baik dalam bentuk moral maupun material. Untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen yang telah membimbing dan
membina dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari atas segala keterbatasan yang dimiliki, sehingga masih
banyak kekurangan , baik segi isi maupun tulisan. Oleh karena itu penyusun
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
selanjutnya.

Bangkinang ,Oktober 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A.Latar Belakang...........................................................................................................1
B.Rumusan Masalah......................................................................................................1
C.Tujuan.........................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI...............................................................................................3
2.1DEFINISI..................................................................................................................3
2.2ETIOLOGI................................................................................................................4
2.3PATOFISIOLOGIS...................................................................................................4
2.4 KLASIFIKASI.........................................................................................................5
A.Miliaria kristalina...................................................................................................5
B.Miliaria rubra.........................................................................................................5
2.5PENATALAKSANAAN...........................................................................................6
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................9
3.1Pengkajian.................................................................................................................9
3.2 Diagnosa Keperawatan...........................................................................................13
3.3 Rencana Keperawatan............................................................................................14
3.4Evaluasi...................................................................................................................16
BAB IV TINJAUAN KASUS..........................................................................................18
1. PENGKAJIAN DATA KLIEN.................................................................................18
2.Analisa data...............................................................................................................22
3.Diagnosa keperawatan...............................................................................................23
4. NCP..........................................................................................................................23
BAB V PENUTUP...........................................................................................................28
1. Kesimpulan..............................................................................................................28
2. Saran........................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................29

2
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kulit merupakan organ tubuh terluar yang terus menerus terpajan dengan
lingkungan luar sehingga senantiasa aktif mengadakan penyesuaian diri dengan
berbagai perubahan lingkungan. Keadaan makroskopis dan mikroskopis kulit
mencerminkan kesehatan individu dan berbeda-beda sesuai dengan umurnya.
Kulit merupakan bagian yang mengalami proses pematangan yang cepat, baik
struktur anatomi, bio kimia dan fisiologik setelah tahap pembentukan in utero.
Pada remaja dan dewasa, kulit sudah matang (mature) kemudian mengalami
kemunduran.

Salah satu penyakit kulit adalah miliaria (biang keringat). Biang keringat
dapat dijumpai pada bayi cukup bulan maupun premature, pada minggu-minggu
pertama pasca kelahiran. Kemungkinan disebabkan oleh sel-sel pada bayi yang
belum sempurna sehingga terjadi sumbatan pada kelenjar kulit yang
mengakibatkan retensi keringa dan pada orang biasa biasanya dikarenakan
terpaparsinar matahari yang lama. Penanggulangan biang keringat cukup dengan
mandi memakai sabun, mengatur agar suhu lingkungan cukup sejuk, sirkulasi
(ventilasi) yang baik serta memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
Pemakaian bedak tabur dapat juga membantu, namun bila inflamasinya hebat,
pemakaian cream hidrokortison 1% dapat mengatasinya. Di seluruh dunia,
Miliaria adalah yang paling umum terjadi di lingkungan tropis, terutama di
kalangan orang-orang yang baru saja pindah ke lingkungan seperti dari daerah
beriklim lebih tinggi dalam hal panas dan kelembapan.

1
B.Rumusan Masalah

1. Apa definisi Miliariasis ?


2. Bagaimana etiologi Miliariasis ?
3. Bagaimana patofisiologis Miliriasis ?
4. Apa saja klasifikasi Miliriasis ?
5. Bagaimana penatalaksanaan Miliariasis ?

C.Tujuan

1. Agar mahasiswa mengetahui definisi Miliariasis

2. Agar mahasiswa mengetahui etiologi Miliriasis

3. Agar mahasiswa mengetahui patofisiologis Miliriasis

4. Agar mahasiswa mengetahui klasifikasi Miliariasis

5. Agar mahasiswa mengetahui penatalaksanaan Miliariasis

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1DEFINISI

Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan, disertai


dengan gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat berlebihan disertai
sumbatan saluran kelenjar keringat yaitu di dahi, leher, bagian yang tertutup
pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian
dan juga kepala. (lenteraimpian | March 5, 2010).

Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, di tandai adanya


vesikel milier, berukuran 1-2 mm pada bagian badan yang banyak berkeringat.
Pada keadaan yang lebih berat, dapat timbul papul merah atau papul putih.
(Sudoyo, 2009).

3
Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit akibat tertutupnya
saluran kelenjar keringat yang menyebabkan retensi keringat. ( Arif Mansyoer,
2001).

Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan


adanya vesikel milier. (Adhi Djuanda, 1987).

Miliariasis adalah dermatosis yang timbul akibat penyumbatan kelenjar


keringat dan porinya, yang lazim timbul dalam udara panas lembab seperti daerah
tropis atau selama awal musim panas atau akhir musim hujan yang suhunya panas
dan lembab. Karena sekresinya terhambat maka menimbulkan tekanan yang
menyebabkan pecahnya kelenjar atau duktus kelenjar keringat. Keringat yang
masuk ke jaringan sekelilingnya menimbulkan perubahan anatomi. Sumbatan
disebabkan oleh bakteri yang menimbulkan peradangan dan oleh edema akibat
keringat yang tak keluar (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)

Miliariasis adalah keadaan kulit dengan retensi keringat yang


diekstravasasi pada tingkatan kulit yang berbeda, bila diagnose sendiri mengarah
pada miliariasis Rubra, heat rash, prickly heat, keadaan yang terjadi akibat
obstruksi saluran keringat. Keringat masuk ke epidermis menyebabkan
papulovesikel merah yang gatal. ( Poppy Kumala, 1998)

Milliariasis disebut juga sudamina, biang keringat, keringat buntet, liken


tropikus, atau pickle heat .

2.2ETIOLOGI

Penyebab terjadinya miliariasis ini adalah udara yang panas dan lembab.
(Vivian, 2010)

4
Sering terjadi pada cuaca yang panas dan kelembaban yang tinggi. Akibat
tertutupnya saluran kelenjar keringat terjadilah tekanan yang menyebabkan
pembengkakan saluran atau kelenjar itu sendiri, keringat yang menembus ke
jaringan sekitarnya menimbulkan perubahan-perubahan anatomis pada kulit
berupa papul atau vesikel. (Hassan, 1984)

Faktor faktor penyebab milariasis :

1. Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang

2. Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat

3. Aktivitas yang berlebihan

4. Setelah menderita demam atau panas

5. Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang dan


edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum
korneum (Lenteraimpian, 2010)

2.3PATOFISIOLOGIS

Patofisiologi terjadinya milliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-pori


kelenjar keringat, sehingga pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya
pengeluaran keringat ditandai dengan adanya vesikel miliar di muara kelenjar
keringat lalu disusul dengan timbulnya radang dan edema akibat perspirasi yang
tidak dapat keluar kemudian diabsorpsi oleh stratum korneum. (Vivian, 2010)

5
Milliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena proses diferensiasi sel
epidermal dan apendiks yang belum sempurna. Kasus milliariasis terjadi pada 40-
50% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama dan akan menghilang
dengan sendirinya pada 3-4 minggu kemudian. Terkadang kasus ini menetap
untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya. (Vivian, 2010)

2.4 KLASIFIKASI

A.Miliaria kristalina

1. Kelainan kulit berupa gelembung kecil 1-2 mm berisi cairan jernih disertai
kulit kemerahan.

2. Vesikel bergerombol tanpa tanda radang pada bagian pakaian yang tertutup
pakaian

3. Umumnya tidak menimbulkan keluhan dan sembuh dengan sisik halus

4. Pada keadaan histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal

5. Asuhan : pengobatan tidak diperlukan, menghindari udara panas yang


berlebihan, ventilasi yang baik serta menggunakan pakaian yang menyerap
keringat.
Pada miliaria kristalina, sumbatan terjadi pada intra subkorneal.Terlihat
vesikel berukuran 1-2 mm terutama pada badan setelah banyak berkeringat,
misalnya karena hawa panas yang bergerombol tanpa tanda radang pada bagian
yang tertutup pakaian.Umumnya tidak memberi keluhan dan sembuh dengan sisik
yang halus.

6
B.Miliaria rubra

1. Sering dialami pada anak yang tidak biasa tinggal didaerah panas

2. Kelainan berupa papula/gelembung merah kecil dan dapat menyebar atau


berkelompok dengan rasa sangat gatal dan pedih

3. Staphylococcus juga diduga memiliki peranan

4. Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum


sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer kulit di epidermis

5. Asuhan : gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat, menghindari


udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik, dapat diberikan bedak
salicyl 2% dibubuhi menthol 0,25-2%

Pada miliaria rubra, sumbatan terjadi pada stratum spinosum.Terlihat


papul merah atau papul vesicular ekstrafolikular yang gatal dan pedih pada
badan tempat tekanan atau gesekan pakaian.Jenis ini terdapat pada orang
yang tidak biasa pada daerah tropic.

C.Miliaria profunda

1. Timbul setelah miliaria rubra

2. Papula putih, kecil, berukuran 1-3 mm

3. Terdapat terutama di badan ataupun ekstremitas

7
4. Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik lebih banyak
berupa papula daripada vesikel

5. Tidak gatal, jarang ada keluhan, tidak ada dasar kemerahan, bentuk ini jarang
ditemui

6. Pada keadaan histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang pecah


pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang

7. Asuhan : hindari panas dan lembab berlebihan, mengusahakan regulasi suhu


yang baik, menggunakan pakaian yang tipis, pemberian losio calamin dengan
atau tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam
alcohol.Berdasarkan letak sumbatan, miliaria diklasifikasikan menjadi : (Arif
Mansyoer, 2001

Miliaria profunda terjadi bila sumbatan terdapat pada dermis bagian atas,
biasanya timbul setelah miliaria rubra, ditandai papul putih, keras berukuran 1-3
mm terutama di badan dan ekstremitas.

2.5PENATALAKSANAAN

A.Pencegahan

1. Anjurkan mandi secara teratur paling sedikit 2 kali sehari menggunakan air
dingin dan sabun.

2. Bila berkeringat, sesering mungkin dibasuh dengan menggunakan handuk


(lap) basah, kemudian dikeringkan dengan handuk atau kain yang lembut.
Setelah itu dapat diberikan bedak tabur.

8
3. Jangan sekali-kali memberikan bedak tanpa membasuh keringat terlebih
dahulu, karena akan memperparah penyumbatan sehingga mempermudah
terjadinya infeksi baik oleh jamur maupun bakteri.

4. Hindari penggunaan pakaian tebal, bahan nilon, atau wol yang tidak
menyerap keringat (FKUI, 2002).

Biang keringat bisa tidak dialami bayi asalkan orang tua rajin menghindari
penghalang penguapan keringat yang menutup pori-pori bayi dengan cara:

1. Bayi harus dimandikan secara teratur pada pagi dan sore hari.

2. Setelah selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi seperti ketiak, leher, paha
dan lutut harus benar-benar kering kemudian oleskan bedak keseluruhan tubuh
dengan tipis.

3. Jaga tubuh bayi agar tetap kering.

4. Jika bayi berkeringat jangan keringkan dengan menggunakan bedak. Sebaiknya


dengan waslap basah, lalu dikeringkan, dan diolesi dengan bedak tipis.

5. Gunakan pakaian bayi dari bahan katun yang menyerap keringat bayi.

6. Biasanya 70% biang keringat timbul pada bayi karena sirkulasi udara kamar yang
tidak baik. Untuk itu usahakan udara di dalam kamar bayi mengalir dengan baik
sehingga kamar selalu sejuk.

7. Pada saat memandikan bayi yang menderita biang keringat, sebaiknya gunakan
sabun bayi yang cair, sebab sabun cair tidak meninggalkan partikel. Jika

9
menggunakan sabun padat bisa meninggalkan partikel yang dapat menghambat
penyembuhan (Pasaribu, 2007).

B.Pengobatan

1. Perawatan kulit secara benar

2. Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering diberi bedak salycil atau bedak
kocok setelah mandi

3. Bila membasah, jangan berikan bedak, karena gumpalan yang terbentuk


memperparah sumbatan kelenjar

4. Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul dapat diberikan antibiotic

5. Menjaga kebersihan kuku dan tangan (kuku pendek dan bersih, sehingga tidak
menggores kulit saat menggaruk) (lenteraimpian | March 5, 2010)

Seluruh bentuk miliaria berespon baik terhadap pendinginan penderita


dengan pengaturan suhu lingkungan, melepas pakaian yang berlebihan, dan pada
penderita demam pemberian anti piretik. Pengobatan yang paling efektif adalah
dengan memperhatikan kebersihan lingkungan untuk mengatasi sebab ini

Penting untuk menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan


ventilasi yang baik dan menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat. Untuk
miliaria kristalina tidak diperlukan pengobatan. Untuk miliaria rubra dapat
diberikan bedak salisil 2 % dbubuhi menthol ¼ - 2 %.

Losio Febri dapat pula digunakan komposisi sebagai berikut :

10
R/ Acidi salicylici 500 mg

Talci 5 mg

Oxydi zincici 5 mg

Amyli oryzae 5 mg

Alkohol (90; vo1%) 25 mg

Sebagai antipruritus dapat ditambahkan menthol ½ - 1% atau kamper 1-


2% dalam losio feberi. Untuk miliaria dapat digunakan losio calamin dengan atau
tanpa menthol 0,25%, dapat pula resorsin 3% dalam alkohol. (Arif Mansyur,
2001)

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1Pengkajian

A. Identitas
Identitas terdiri dari nama, jenis kelamin. Umur, agama, suku bangsa,
pendidkan pendapatan pekerjaan,nomor akses, alamat dan lain- lain.
Dermatitis kontak dapat terjadi pada semua orang di semua umur sering terjadi
pada remaja dan dewasa muda dapat terjadi pada pria dan wanita. Bila

11
dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak
alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya sangat peka
(hipersensitif). Dermatitis kontak iritan timbul pada 80% dari seluruh penderita
dermatitis kontak sedangkan dermatitis kontak alergik kira-kira hanya 20%.
Sedangkan insiden dermatitis kontak alergik terjadi pada 3-4% dari populasi
penduduk. Usia tidak mempengaruhi timbulnya sensitisasi namun dermatitis
kontak alergik lebih jarang dijumpai pada anak-anak. Lebih sering timbul pada
usia dewasa tapi dapat mengenai segala usia. Prevalensi pada wanita dua kali lipat
dari pada laki-laki.
Bangsa kaukasian lebih sering terkena dari pada ras bangsa lain. Nampaknya
banyak juga timbul pada bangsa Afrika-Amerika namun lebih sulit dideteksi.
Jenis pekerjaan merupakan hal penting terhadap tingginya insiden dermatitis
kontak.
B. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang.

a. Keluhan Utama

Pada kasus dermatitis kontak biasanya klien mengeluh kulitnya


terasa gatal serta nyeri.Gejala yang sering menyebabkan penderita
datang ke tempat pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang
timbul.

b. Riwayat keluhan utama.

Provoking Inciden, yang menjadi faktor presipitasi dari keluhan


utama. Pada beberapa kasus dematitis kontak timbul Lesi kulit

12
( vesikel ),terasa panas pada kulit dan kulit akan berwarna merah,
edema yang diikuti oleh pengeluaran secret.

b. Riwayat Kesehatan masa Lalu


Seperti apakah klien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya,
apakah pernah menderita alergi serta tindakan yang dilakukan untuk
mengatasinya selain itu perlu juga dikaji kebiasaan klien.
c. Riwayat Kesehatan keluarga.
Apakah ada salah seorang anggota keluarganya yang mengalami
penyakit yang sama, tapi tidak pernah ditanggulangi dengan tim
medis. Dermatitis pada sanak saudara khususnya pada masa kanak-
kanak dapat berarti penderita tersebut juga mudah menderita
dermatitis atopik.
C. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum

 Ringan, sedang, berat.

2. Tingkat Kesadaran

 Kompos mentis.

 Apatis.

 Samnolen, letergi/hypersomnia.

 Delirium.

 Stupor atau semi koma.

 Koma

13
Tingkat Kesadaran dermatitis kontak biasanya tidak terganggu Dermatitis
kontak termasuk tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak
menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman
dan amat mengganggu.
3. Tanda-tanda vital

 Tekanan darah

 Denyut nadi

 Suhu tubuh

 Pernafasan

4. Berat Badan
5.Tinggi Badan
6.Kulit.
a.Inspeksi

 radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor).

 kemerahan (rubor),

 gangguan fungsi kulit (function laisa).

 biasanya batas kelainan tidak tegas an terdapat lesi polimorfi yang


dapat timbul secara serentak atau beturut-turut.

 terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang


kemudian membesar.

14
 Terdapat bula atau pustule,

 ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi kering


disebut ematiti sika.

 terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis


tapak likenifikasi dan sebagai sekuele telihat

 hiperpigmentasi tau hipopigmentasi.

b.Palpasi

 Nyeri tekan

 edema atau pembengkakan

 Kulit bersisik

7.Keadaan Kepala

a. Inspeksi

tekstur rambut klien halus dan jarang, kulit kepala nampak kotor.

b. Palpasi

Periksa apakah ada pembengkakan/ benjolan nyeri tekan atau adanya


massa.

15
8. Keadaan mata

a. Inspeksi

 Palpebrae : tidak edema, tidak radang

 Sclera : Tidak ictertus

 Conjuctiva : Tidak terjadi peradangan

 Pupil : Isokor

b. Palpasi

 Tidak ada nyeri tekan

 Tekanan Intra Okuler ( TIO ) tidak ada

9. Keadaan hidung.

a. inspeksi

 simetris kiri dan kanan

 Tidak ada pembengkakan dan sekresi

16
 Tidak ada kemerahan pada selaput lendir

b. Palpasi

 Tidak ada nyeri tekan

 Tidak ada benjolan/tumor

10. Keadaan telinga

a.inspeksi

 telinga bagian luar simetris

 tidak ada serumen/cairan, nanah

D. Pemeriksaan Diagnostik
a. Biopsi kulit.
b. Uji temple.
c. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus.
d. Uji kultur dan sensitivitas.
E. Pola Kegiatan Sehari-hari
a. Nutrisi
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kebiasaan klien dalam hal pola makan, frekwensi
maka/hari, nafsu makan, makanan pantang, makanan yang disukai banyak
minuman dalam sehari serta apakah ada perubahan.
`b. Eliminasi
Pada eliminasi yang perlu dikaji adalah Kebiasaan BAK dan BAB seperti
frekuensi,warna dan konsistensi baik sebelum dan sesudah sakit
`c. Aktivitas
Pada penderita penyakit dermatitis kontak biasanya akan mengalami
gangguan dalam aktifitas karena adanya rasa gatal dan apabila mengalami infeksi
maka akan mengalami gangguan dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari.
`d. Istirahat

17
Klien biasanya mengeluh susah tidur dimalam hari karena gatal serta
adanya nyeri. Adanya gangguan pola tidur akibat gelisah, cemas.
`e. Pola Interaksi social
Secara umum klien yang mengalami dermatitis kontak biasanya pola interaksi
sosialnya terganggu biasanya akan merasa malu dengan penyakitnya.
`f. Keadaan Psikologis
Biasanya klien mengalami perubahan dalam berinteraksi dengan orang lain dan
biasanya klien lebih suka menyendiri dan sering cemas dengan penyakit yang diderita. Pada
keadaaan psikologis ada beberapa hal yang perlu dikaji seperti bagaimana persepsi klien
terhadap penyakit yang diderita sekarang, bagaimana harapan klien terhadap keadaan
kesehatannyaserta bagaimana pola interaksi dengan tenaga kesehatan &
lingkungan.
`g. Kegiatan Keagamaan
Biasanya klien beranggapan bahwa penyakit yang dideritanya merupakan cobaan
untuknya dan pasti terdapat hikmah untuknya.yang perlu dikaji pada kegiatan keagamaan
seperti klien menganut agama apa selama sakit klien sering berdoa.

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi


barier kulit.

2. Nyeri dan gatal yang berhubungan dengan lesi kulit.

3. Perubahan pola tidur yang berhubungan dengan pruritus.

4. Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang


tidak baik.

5. Kurang pengetahuan tentang perawatan kulit dan cara – cara menangani


kelainan kulit.

18
6. Resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak – bercak merah pada
kulit.

3.3 Rencana Keperawatan

No. Dx. Keperawatan Tujuan, Kriteria Hasil Rencana Tindakan

1. Ganguan integritas Tujuan : 1. Lakukan inspeksi lesi


kulit, setiap hari.
2. Pantau adanya tanda-
Integritas kulit pasien
tanda infeksi.
ditandai dengan : kembali utuh 3. Ubah posisi pasien
tiap 2-4 jam.
4. Bantu mobilitas
DS : - Kriteria hasil :
pasien sesuai
kebutuhan.
DO : Pada seluruh Kulit utuh, eritema dan5. Pergunakan sarung
tubuh terdapat skuama hilang tangan jika merawat
pateh erythermatas lesi.
dengan skuama Krusta menghilang 6. Jaga agar alat tenun
tebal, berwarna selau dalam keadaan
putih dan bersih dan kering.
Daerah axilla dari7. Libatkan keluarga
mengelupas.
inguinal tidak dalam memberikan
mengalami maserasi bantuan pada pasien

2. Resiko infeksi, Tujuan : 1. Lakukan tekni aseptic


ditandai dengan : dan antiseptic dalam

Tidak terjadi infeksi melakukan tindakan

DS : - pada pasien.
2. Ukur tanda vital tiap
Kriteria hasil :
4-6 jam.
DO : Seluruh tubuh 3. Observasi adanya
berwarna Hasil pengukuran tanda tanda-tanda infeksi.
4. Batasi jumlah

19
kemerahan dengan vital pengunjung.
5. Kolaborasi dengan
skuama berwarna
ahli gizi untuk
putih diatasnya dan dalam batas normal.
pemberian diet TKTP.
mengelupas
6. Libatkan peran serta
- RR :16-20 x/menit keluarga dalam
memberikan bantuan
- N : 70-82 x/menit pada klien

- T : 37,5 C

- TD : 120/85 mmHg

Tidak ditemukan tanda-


tanda infeksi
(kalor,dolor, rubor,
tumor, infusiolesa)

Hasil pemeriksaan
laborat dalam batas
normal Leuksosit
darah : 5000-
10.000/mm3

3. Gangguan konsep Tujuan : 1. Berikan support pada


diri,b.d kerusakan pasien untuk menerima
kulit Pasien tidak mengalami keadaannya.
2. Kaji persepsi pasien
gangguan konsep diri
tentang gambaran
Ditandai dengan : body image
dirinya.

20
DS : Pasien Kriteria hasil : 3. Jaga komunikasi yang
menyatakan baik dengan pasien dan
“mengapa saya Pasien tidak menarik bantu pasien untuk
kelihatan aneh diri dari kontak social berkomunikasi dengan
seperti ini?” orang lain.
4. Catat adanya tingkah
Pasien mau
laku non-verbal atau
DO : Pasien sering berpartisipasi dalam
tingkah laku negative.
menutupi tubuhnya perawatan dirinya 5. Libatkan keluarga
dengan selimut dan untuk meningkatkan
menyendiri
Ekspresi wajah pasien konsep diri pasien.
6. Evaluasi sikap dan
tidak menunjukkan
mekanisme koping
tanda berduka
pasien

3.4Evaluasi

A. Diagnosa I

1. Tidak adanya maserasi.

2. Tidak ada tanda – tanda cedara termal.

3. Tidak ada infeksi.

4. Memberikan obat topikal yang diprogramkan

B. Diangnosa II

1. Mencapai peredaran gangguan rasa.

21
2. Mengutarakan dengan kata – kata bahwa gatal telah reda.

3. Memeperlihatkan tidak adanya gejala ekskoriasi kulit karena garukan.

4. Mematuhi terapi yang diprogramkan.

5. Pertahankan keadekuatan hidrasi dan lubrikasi kulit.

6. Menunjukan kulit utuh; kulit menunjukan kemajuan dalam penampilan


yang sehat.

C. Diagnosa III

1. Mencapai tidur yang nyenyak.

2. Melaporkan peredaran rasa gatal.

3. Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.

4. Menghindari konsumsi kafein pada sore hari dan menjelang tidur malam
hari.

5. Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.

D.Diagnosa IV

1. Mengalami Mengembangkan peningkatan kemampuan untuk menerima


diri sendiri.

22
2. Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan mandiri.

3. Melaporkan perasaan dalam mengendalikan situasi.

4. Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri

5. Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang sehat.

6. Tampak tidak begitu memperhatikan kondisi.

7. Menggunakan tekhnik menyembunyikan kekurangan dan menekankan


teknik untuk meningkatkan penampilan.

E. Diagnosa V

1. pola tidur / istirahat yang memuaskan.

2. Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang


tidak baik.

3. Kurang pengetahuan tentang perawatan kulit dan cara – cara menangani


kelainan kulit. Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.

4. Mengikuti terapi seperti yang diprogramkan dan dapat mengungkapkan


rasional tindakan yang dilakukan.

5. Menjalankan mandi, pencucian, barutan basah sesuai yang


diprogramkan.

23
6. Gunakan obat tropikal dengan tepat.

7. Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.

F. Diagnosa VI

1. Tetap bebas dari infeksi.

2. Mengungkapkan tindakan perawatan kulit yang meningkatkan


kebersihan dan mencegah kerusakan.

3. Mengidentifikasikan tanda dan gejala infeksi untuk dilaporkan.

4. Mengidentifikasi efek merugikan dari obat yang harus dilaporkan ke


petugas perawatan kesehatan.

5. Berpartisipasi dalam tindakan perawatan kulit ( misalnya mandi, dan


penggantian balut ).

BAB IV

TINJAUAN KASUS

1. PENGKAJIAN DATA KLIEN

A. Biodata pasien:

Nama : Tn. “Y”

24
Umur : 22 Th

Suku/bangsa : Bengkulu/ Indonesia

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status : Belum Nikah

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Mahasiswa

Suku bangsa : Gresik / Indonesia

Alamat : Jl. KH Kholil 88 gresik

Tanggal masuk RS : 30 Oktober 2016

Tanggal pengkajian : 1 Nopember 2016

Dx Medis : Dermatitis atopic dd miliarisis

Keluarga dekat yang dapat dihubungi:

Nama : Ny “S”

25
Umur : 49 Tahun

Jenis kelamin : Wanita

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Jl. KH Kholil 88 gresik

Hub. Dengan pasien : Ibu Klien

Sumber informasi : keluarga pasien, status, klien, perawat dan


catatan perawat

26
B. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama :

Pada saat Pasien datang ke rumah sakit keluhannya adalah adanya gatal-
gatal yang hebat pada bagian kulit.

Alasan masuk rumah sakit

Pasien masuk IGD tanggal 30 Oktober 2016 pukul 10.30 WIB, dengan
keluhan adanya gatal – gatal yang hebat, Lesi pada daerah garutan.

2) Riwayat kesehatan sekarang :

Faktor pencetus

pasien mengatakan tidak mengetahui apa yang menyebabkan gatal – gatal


yang diderita klien.

Sifat keluhan

Pasien mengatakan gatal yang klien derita terjadi terus menerus dan
biasanya akan mengeluarkan akan meninggalkan bekas yang menonjol.

Lokalisasi dan sifatnya

Pasien mengatakan gatal pada daerah kulitnya dapat menyebar.

27
Berat ringannya keluhan

Klien mengatakan gatal –gatal yang di derita pasien adalah gatal hebat
yang dapat mengganggu aktivitas klien.

Lamanya keluhan

Klien mengatakan kalau keluhan yang di derita oleh klien ini diderita sejak
3 minggu terakhir

Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya

Klien mengatakan saat Gatal–gatal yang diderita klien,klien hanya


mengoleskan minyak kayu putih dan Balsem, dan meminun obat yang
diberikan oleh mantri saat ia berobat. Klien mengatakan, Saat klien
menggaruk kulitnya pada daerah yang gatal, terkadang meninggalkan
bekas dan mengeluarkan cairan, dan klien tidak menghiraukan dengan
gatal-gatlnya, karena Pasien tidak tahu tentang penyaikt yang klien derita.

Keluhan saat pengkajian

Klien mengatakan gatal-gatal timbul secara tiba-tiba dan menetap dan


cenderung mengeluarkan cairan dan setalah itu akan meninggalkan bekas
yang berupa tonjolan kulit ke luar.

Diagnosa medik :
Suspect Dermatitis : 30 Oktober 2016
Dermatitis dd miliarisis : 2 Nopember 2016

28
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Penyakit yang pernah dialami
Klien pernah dirawat dirumah sakit Arga Makmur dengan keluhan sesak
napas, batuk berdahak selama 1 minggu,
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan kalau bapaknya pernah menderita penyakit yang sama,
dan bapaknya juga pernah menderita sesak napas.

C) Pemeriksaan Fisik

1.Keadaan umum :
 Penampilan umum : Keadaan umum lemah.
 Kesadaran : Composmentis
 Klien tampak : lemah
BB : 60 kg
TB : 153 Cm
2.Tanda-tanda vital
 TD : 90/60 mmHg
 ND : 90 i/menit
 RR : 27 i/menit
 S : 36,3 c
3. Kulit
 Inspeksi : warna kulit gelap, lesi kulit ada, pruritus ada, terdapat
papul, Ekskoriasi, krusta dan likeforasi.
 Palpasi : suhu panas,
 Kepala/Rambut
 Inspeksi : Bersih, tidak ada ketombe, rambut lurus, distribusi rambut
merata, bentuk kepala simetris.
 Palpasi : Tidak ada massa di kepala, rambut halus, tidak berminyak,
tidak ada nyeri tekan.
4. Mata
 Fungsi penglihatan : Baik
 Pupil dan reflek cahaya : Normal
 Konjungtiva : Anemis
 Lensa/iris : Tidak ada kekeruhan lensa
 Odema palpebra : Tidak ada
5.Telinga
 Fungsi pendengaran : Baik
 Kebersihan : Bersih

29
 Daun telinga : Simetris Kiri dan kanan
 Sekret : Tidak ada
 Mastoid : Tidak ada pembengkakan dan Nyeri
tekan mastoid
6.Hidung dan Sinus
 Inspeksi : Bentuk simetris
 Fungsi pennciuman : Baik
 Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan
 Kebersihan : Bersih
 Pendarahan : Tidak ada pendarahan
 Sekret : tidak ada
7.Mulut dan Tenggorokan
 Membran mukosa : kering
 Kebersihan mulut : lidah bersih, bentuk lidah simetris
 Keadaaan gigi : lengkap, caries dentis ada, gigi palsu tidak
ada.
 Tanda radang : Tidak ada
 Trismus : Tidak ada trismus
 Kesulitan menelan : Tidak ada
8.Leher
 Trakea : Simetris
 Kelenjar limfe : Ada pembesaran limfe
 Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran tiroid
 Gerakan leher : Normal
 Kaku kuduk : tidak ada kaku kuduk
9.Thorak dan paru

 Inspeksi : Dada simetris, RR : 27 X/ menit, menggunakan otot bantu


pernapasan

 Perkusi : Resonan pada kedua paru

 Palpasi : Fremitus kiri=kanan, Tidak ada nyeri tekan

 Auskultasi : Vesikuler

10.Abdomen
 Inspeksi : tdak terdapat kelainan

30
 Perkusi : normal
 Palpasi : tidak terdapat massa
 Auskultasi : bising usus 10 X / menit
11. Genetalia : normal
12. Neurologis
 Status mental : Compos mentis
 Motorik : Gerak terkoodinasi, fungsi kooordinasi baik,
kejang dan tremor tidak ada.

2.Analisa data

MASALAH
DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN

DO: Kekeringan pada kulit  Gangguan integritas


kulit

Kulit klien kemerahan,


terkelupas, dan lecet

DO: paparan allergen  Resiko kerusakan kulit

Kulit klien tampak


kering, berwarna
kemerahan, terkelupas
dan lecet.

DO: Pruritus (rasa gatal)  Perubahan rasa nyaman

Klien tampak gatal, dan


sering menggaruk.

31
3.Diagnosa keperawatan

1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit.

2. Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen

3. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus.

4. NCP

Diagnosa
Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasionalisasi
Keperawatan

Gangguan Klien akan  Mengungkap-  Mandi paling  Dengan


integritas kulit mempertahankan kan peningkatan tidak sekali mandi air akan
berhubungan kulit agar kenyamanan kulit sehari selama meresap dalam
dengan mempunyai 15–20 menit. saturasi kulit.
kekeringan hidrasi yang baik  Berkurangnya Segera oleskan Pengolesan
pada kulit dan turunnya derajat salep atau krim krim pelembab
peradangan. pengelupasan yang telah selama 2 – 4

kulit. diresepkan menit setelah


setelah mandi. mandi untuk
Mandi lebih mencegah
 Berkurangnnya
sering jika penguapan air
kemerahan.
tanda dan dari kulit.
gejala
 Berkurangnya
meningkat.
lecet karena
garukan
 Gunakan air
hangat jangan
 Penyembuhan
panas
area kulit yang  air panas

32
telah rusak menyebab-kan
vasodilatasi
yang akan
meningkat-kan
pruritus.

 sabun yang
mengandung
pelembab lebih
 Gunakan
sedikit
sabun yang
kandungan
mengandung
alkalin dan
pelembab atau
tidak membuat
sabun untuk
kulit kering,
kulit sensitif.
sabun kering
Hindari mandi
dapat
busa.
meningkat-kan
keluhan.

 salep atau
krim akan
melembab-kan
kulit


Oleskan/berika
n salep atau

33
krim yang
telah
diresepkan 2
atau tiga kali
per hari.

Resiko Klien akan Menghindari  Ajari klien  menghindari


kerusakan mempertahankan alergen menghindari alergen akan
kulit integritas kulit. atau menurunkan
berhubungan menurunkan respon alergi.
dengan paparan
terpapar terhadap
alergen alergen yang
telah diketahui.

 Baca label
makanan
kaleng agar
terhindar dari
bahan makan
yang
mengandung
alergen.

 Hindari
binatang
peliharaan

34
 jika alergi
terhadap bulu
binatang
sebaiknya
hindari
memelihara
binatang atau
batasi
keberadaan
 Gunakan
binatang di
penyejuk
sekitar area
ruangan (AC)
rumah.
di rumah atau
di tempat
 AC
kerja, bila
membantu
memungkin-
menurunkan
kan.
paparan
terhadap
beberapa
alergen yang
ada di

35
lingkungan.

Perubahan Klien  Berkurangnya  Jelaskan  Dengan


rasa nyaman menunjukkan lecet akibat gejala gatal mengetahui
berhubungan berkurangnya garukan. berhubungan proses
dengan pruritus. dengan fisiologis dan
pruritus  Klien tidur penyebanya psikologis dan

nyenyak tanpa (misal: prinsip gatal

terganggu rasa keringnya serta

gatal. kulit) dan penangannya


prinsip akan
terapinya meningkat-kan
 Klien
(misal: hidrasi) rasa kooperatif.
mengungkapkan
dan siklus
adanya
gatal-garuk-
peningkatan rasa
gatal-garuk.
nyaman

 Cuci semua
pakaian
sebelum
digunakan
 pruritus
untuk
sering
menghilang-
disebabkan
kan
oleh dampak
formaldehid
iritan atau
dan bahan
alergen dari
kimia lain serta
bahan kimia
hindari
atau komponen
mengguna-kan
pelembut
pelembut

36
pakaian buatan pakaian.
pabrik.

 Gunakan
deterjen ringan
dan bilas
pakaian untuk
memastikan
sudah tidak
ada sabun yang
tertinggal.

 bahan yang
tertinggal
(deterjen) pada
pencucian
pakaian dapat
menyebab-kan
iritasi.

37
38
BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari makalah di atas dapat disimpulkan bahwa beberapa masalah yang


lazim terjadi pada kulit diantaranya adalah masalah miliariasis/sudamina/liken
tropikus/biang keringat. hal ini disebabkan oleh kuman. Maka dari itu sebagai
seorangperawat, kita harus terampil dalam memberikan asuhan pada klien untuk
menghindari terjadinya masalah tersebut.

Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan, disertai


dengan gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat berlebihan disertai
sumbatan saluran kelenjar keringat yaitu di dahi, leher, bagian yang tertutup
pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian
dan juga kepala

2. Saran

Diharapkan kepada mahasiswa dapat mempelajari dan memahami

tentang penyakit dermatitis atopic dan pencegahannya.


Dalam bidang keperawatan, mempelajari suatu penyakit itu penting,

dan diharapkan kepada mahasiswa mampu membuat konsep teoritis suatu


penyakit tersebut beserta asuhan keperawatannya.

39
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Prof. DR. Adhi, dkk. 2002. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Brunner dan Suddart. 2002. Keperawatan Medical-Bedah. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC Volume 3.

Mansyoer, arief, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media


Aesculapius FKUI Jilid 2.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:


Salemba Medika jilid 2.

http://keperawatan-gun.blogspot.com/2007/07/asuhan-keperawatan-dengan-
klien.html

40

Anda mungkin juga menyukai