NAMA KELOMPOK
JURUSAN S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
2019
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas ridho
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Milliariasis”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, tidak dapat
terselesaikan tanpa bimbingan, arahan, bantuan dan kerjasama dari semua pihak,
baik dalam bentuk moral maupun material. Untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen yang telah membimbing dan
membina dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari atas segala keterbatasan yang dimiliki, sehingga masih
banyak kekurangan , baik segi isi maupun tulisan. Oleh karena itu penyusun
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
selanjutnya.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A.Latar Belakang...........................................................................................................1
B.Rumusan Masalah......................................................................................................1
C.Tujuan.........................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI...............................................................................................3
2.1DEFINISI..................................................................................................................3
2.2ETIOLOGI................................................................................................................4
2.3PATOFISIOLOGIS...................................................................................................4
2.4 KLASIFIKASI.........................................................................................................5
A.Miliaria kristalina...................................................................................................5
B.Miliaria rubra.........................................................................................................5
2.5PENATALAKSANAAN...........................................................................................6
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................9
3.1Pengkajian.................................................................................................................9
3.2 Diagnosa Keperawatan...........................................................................................13
3.3 Rencana Keperawatan............................................................................................14
3.4Evaluasi...................................................................................................................16
BAB IV TINJAUAN KASUS..........................................................................................18
1. PENGKAJIAN DATA KLIEN.................................................................................18
2.Analisa data...............................................................................................................22
3.Diagnosa keperawatan...............................................................................................23
4. NCP..........................................................................................................................23
BAB V PENUTUP...........................................................................................................28
1. Kesimpulan..............................................................................................................28
2. Saran........................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................29
2
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kulit merupakan organ tubuh terluar yang terus menerus terpajan dengan
lingkungan luar sehingga senantiasa aktif mengadakan penyesuaian diri dengan
berbagai perubahan lingkungan. Keadaan makroskopis dan mikroskopis kulit
mencerminkan kesehatan individu dan berbeda-beda sesuai dengan umurnya.
Kulit merupakan bagian yang mengalami proses pematangan yang cepat, baik
struktur anatomi, bio kimia dan fisiologik setelah tahap pembentukan in utero.
Pada remaja dan dewasa, kulit sudah matang (mature) kemudian mengalami
kemunduran.
Salah satu penyakit kulit adalah miliaria (biang keringat). Biang keringat
dapat dijumpai pada bayi cukup bulan maupun premature, pada minggu-minggu
pertama pasca kelahiran. Kemungkinan disebabkan oleh sel-sel pada bayi yang
belum sempurna sehingga terjadi sumbatan pada kelenjar kulit yang
mengakibatkan retensi keringa dan pada orang biasa biasanya dikarenakan
terpaparsinar matahari yang lama. Penanggulangan biang keringat cukup dengan
mandi memakai sabun, mengatur agar suhu lingkungan cukup sejuk, sirkulasi
(ventilasi) yang baik serta memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
Pemakaian bedak tabur dapat juga membantu, namun bila inflamasinya hebat,
pemakaian cream hidrokortison 1% dapat mengatasinya. Di seluruh dunia,
Miliaria adalah yang paling umum terjadi di lingkungan tropis, terutama di
kalangan orang-orang yang baru saja pindah ke lingkungan seperti dari daerah
beriklim lebih tinggi dalam hal panas dan kelembapan.
1
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1DEFINISI
3
Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit akibat tertutupnya
saluran kelenjar keringat yang menyebabkan retensi keringat. ( Arif Mansyoer,
2001).
2.2ETIOLOGI
Penyebab terjadinya miliariasis ini adalah udara yang panas dan lembab.
(Vivian, 2010)
4
Sering terjadi pada cuaca yang panas dan kelembaban yang tinggi. Akibat
tertutupnya saluran kelenjar keringat terjadilah tekanan yang menyebabkan
pembengkakan saluran atau kelenjar itu sendiri, keringat yang menembus ke
jaringan sekitarnya menimbulkan perubahan-perubahan anatomis pada kulit
berupa papul atau vesikel. (Hassan, 1984)
2.3PATOFISIOLOGIS
5
Milliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena proses diferensiasi sel
epidermal dan apendiks yang belum sempurna. Kasus milliariasis terjadi pada 40-
50% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama dan akan menghilang
dengan sendirinya pada 3-4 minggu kemudian. Terkadang kasus ini menetap
untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya. (Vivian, 2010)
2.4 KLASIFIKASI
A.Miliaria kristalina
1. Kelainan kulit berupa gelembung kecil 1-2 mm berisi cairan jernih disertai
kulit kemerahan.
2. Vesikel bergerombol tanpa tanda radang pada bagian pakaian yang tertutup
pakaian
6
B.Miliaria rubra
1. Sering dialami pada anak yang tidak biasa tinggal didaerah panas
C.Miliaria profunda
7
4. Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik lebih banyak
berupa papula daripada vesikel
5. Tidak gatal, jarang ada keluhan, tidak ada dasar kemerahan, bentuk ini jarang
ditemui
Miliaria profunda terjadi bila sumbatan terdapat pada dermis bagian atas,
biasanya timbul setelah miliaria rubra, ditandai papul putih, keras berukuran 1-3
mm terutama di badan dan ekstremitas.
2.5PENATALAKSANAAN
A.Pencegahan
1. Anjurkan mandi secara teratur paling sedikit 2 kali sehari menggunakan air
dingin dan sabun.
8
3. Jangan sekali-kali memberikan bedak tanpa membasuh keringat terlebih
dahulu, karena akan memperparah penyumbatan sehingga mempermudah
terjadinya infeksi baik oleh jamur maupun bakteri.
4. Hindari penggunaan pakaian tebal, bahan nilon, atau wol yang tidak
menyerap keringat (FKUI, 2002).
Biang keringat bisa tidak dialami bayi asalkan orang tua rajin menghindari
penghalang penguapan keringat yang menutup pori-pori bayi dengan cara:
1. Bayi harus dimandikan secara teratur pada pagi dan sore hari.
2. Setelah selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi seperti ketiak, leher, paha
dan lutut harus benar-benar kering kemudian oleskan bedak keseluruhan tubuh
dengan tipis.
5. Gunakan pakaian bayi dari bahan katun yang menyerap keringat bayi.
6. Biasanya 70% biang keringat timbul pada bayi karena sirkulasi udara kamar yang
tidak baik. Untuk itu usahakan udara di dalam kamar bayi mengalir dengan baik
sehingga kamar selalu sejuk.
7. Pada saat memandikan bayi yang menderita biang keringat, sebaiknya gunakan
sabun bayi yang cair, sebab sabun cair tidak meninggalkan partikel. Jika
9
menggunakan sabun padat bisa meninggalkan partikel yang dapat menghambat
penyembuhan (Pasaribu, 2007).
B.Pengobatan
2. Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering diberi bedak salycil atau bedak
kocok setelah mandi
4. Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul dapat diberikan antibiotic
5. Menjaga kebersihan kuku dan tangan (kuku pendek dan bersih, sehingga tidak
menggores kulit saat menggaruk) (lenteraimpian | March 5, 2010)
10
R/ Acidi salicylici 500 mg
Talci 5 mg
Oxydi zincici 5 mg
Amyli oryzae 5 mg
BAB III
3.1Pengkajian
A. Identitas
Identitas terdiri dari nama, jenis kelamin. Umur, agama, suku bangsa,
pendidkan pendapatan pekerjaan,nomor akses, alamat dan lain- lain.
Dermatitis kontak dapat terjadi pada semua orang di semua umur sering terjadi
pada remaja dan dewasa muda dapat terjadi pada pria dan wanita. Bila
11
dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak
alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya sangat peka
(hipersensitif). Dermatitis kontak iritan timbul pada 80% dari seluruh penderita
dermatitis kontak sedangkan dermatitis kontak alergik kira-kira hanya 20%.
Sedangkan insiden dermatitis kontak alergik terjadi pada 3-4% dari populasi
penduduk. Usia tidak mempengaruhi timbulnya sensitisasi namun dermatitis
kontak alergik lebih jarang dijumpai pada anak-anak. Lebih sering timbul pada
usia dewasa tapi dapat mengenai segala usia. Prevalensi pada wanita dua kali lipat
dari pada laki-laki.
Bangsa kaukasian lebih sering terkena dari pada ras bangsa lain. Nampaknya
banyak juga timbul pada bangsa Afrika-Amerika namun lebih sulit dideteksi.
Jenis pekerjaan merupakan hal penting terhadap tingginya insiden dermatitis
kontak.
B. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang.
a. Keluhan Utama
12
( vesikel ),terasa panas pada kulit dan kulit akan berwarna merah,
edema yang diikuti oleh pengeluaran secret.
2. Tingkat Kesadaran
Kompos mentis.
Apatis.
Samnolen, letergi/hypersomnia.
Delirium.
Koma
13
Tingkat Kesadaran dermatitis kontak biasanya tidak terganggu Dermatitis
kontak termasuk tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak
menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman
dan amat mengganggu.
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah
Denyut nadi
Suhu tubuh
Pernafasan
4. Berat Badan
5.Tinggi Badan
6.Kulit.
a.Inspeksi
kemerahan (rubor),
14
Terdapat bula atau pustule,
b.Palpasi
Nyeri tekan
Kulit bersisik
7.Keadaan Kepala
a. Inspeksi
tekstur rambut klien halus dan jarang, kulit kepala nampak kotor.
b. Palpasi
15
8. Keadaan mata
a. Inspeksi
Pupil : Isokor
b. Palpasi
9. Keadaan hidung.
a. inspeksi
16
Tidak ada kemerahan pada selaput lendir
b. Palpasi
a.inspeksi
D. Pemeriksaan Diagnostik
a. Biopsi kulit.
b. Uji temple.
c. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus.
d. Uji kultur dan sensitivitas.
E. Pola Kegiatan Sehari-hari
a. Nutrisi
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kebiasaan klien dalam hal pola makan, frekwensi
maka/hari, nafsu makan, makanan pantang, makanan yang disukai banyak
minuman dalam sehari serta apakah ada perubahan.
`b. Eliminasi
Pada eliminasi yang perlu dikaji adalah Kebiasaan BAK dan BAB seperti
frekuensi,warna dan konsistensi baik sebelum dan sesudah sakit
`c. Aktivitas
Pada penderita penyakit dermatitis kontak biasanya akan mengalami
gangguan dalam aktifitas karena adanya rasa gatal dan apabila mengalami infeksi
maka akan mengalami gangguan dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari.
`d. Istirahat
17
Klien biasanya mengeluh susah tidur dimalam hari karena gatal serta
adanya nyeri. Adanya gangguan pola tidur akibat gelisah, cemas.
`e. Pola Interaksi social
Secara umum klien yang mengalami dermatitis kontak biasanya pola interaksi
sosialnya terganggu biasanya akan merasa malu dengan penyakitnya.
`f. Keadaan Psikologis
Biasanya klien mengalami perubahan dalam berinteraksi dengan orang lain dan
biasanya klien lebih suka menyendiri dan sering cemas dengan penyakit yang diderita. Pada
keadaaan psikologis ada beberapa hal yang perlu dikaji seperti bagaimana persepsi klien
terhadap penyakit yang diderita sekarang, bagaimana harapan klien terhadap keadaan
kesehatannyaserta bagaimana pola interaksi dengan tenaga kesehatan &
lingkungan.
`g. Kegiatan Keagamaan
Biasanya klien beranggapan bahwa penyakit yang dideritanya merupakan cobaan
untuknya dan pasti terdapat hikmah untuknya.yang perlu dikaji pada kegiatan keagamaan
seperti klien menganut agama apa selama sakit klien sering berdoa.
18
6. Resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak – bercak merah pada
kulit.
DS : - pada pasien.
2. Ukur tanda vital tiap
Kriteria hasil :
4-6 jam.
DO : Seluruh tubuh 3. Observasi adanya
berwarna Hasil pengukuran tanda tanda-tanda infeksi.
4. Batasi jumlah
19
kemerahan dengan vital pengunjung.
5. Kolaborasi dengan
skuama berwarna
ahli gizi untuk
putih diatasnya dan dalam batas normal.
pemberian diet TKTP.
mengelupas
6. Libatkan peran serta
- RR :16-20 x/menit keluarga dalam
memberikan bantuan
- N : 70-82 x/menit pada klien
- T : 37,5 C
- TD : 120/85 mmHg
Hasil pemeriksaan
laborat dalam batas
normal Leuksosit
darah : 5000-
10.000/mm3
20
DS : Pasien Kriteria hasil : 3. Jaga komunikasi yang
menyatakan baik dengan pasien dan
“mengapa saya Pasien tidak menarik bantu pasien untuk
kelihatan aneh diri dari kontak social berkomunikasi dengan
seperti ini?” orang lain.
4. Catat adanya tingkah
Pasien mau
laku non-verbal atau
DO : Pasien sering berpartisipasi dalam
tingkah laku negative.
menutupi tubuhnya perawatan dirinya 5. Libatkan keluarga
dengan selimut dan untuk meningkatkan
menyendiri
Ekspresi wajah pasien konsep diri pasien.
6. Evaluasi sikap dan
tidak menunjukkan
mekanisme koping
tanda berduka
pasien
3.4Evaluasi
A. Diagnosa I
B. Diangnosa II
21
2. Mengutarakan dengan kata – kata bahwa gatal telah reda.
C. Diagnosa III
4. Menghindari konsumsi kafein pada sore hari dan menjelang tidur malam
hari.
D.Diagnosa IV
22
2. Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan mandiri.
E. Diagnosa V
23
6. Gunakan obat tropikal dengan tepat.
F. Diagnosa VI
BAB IV
TINJAUAN KASUS
A. Biodata pasien:
24
Umur : 22 Th
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Nama : Ny “S”
25
Umur : 49 Tahun
26
B. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama :
Pada saat Pasien datang ke rumah sakit keluhannya adalah adanya gatal-
gatal yang hebat pada bagian kulit.
Pasien masuk IGD tanggal 30 Oktober 2016 pukul 10.30 WIB, dengan
keluhan adanya gatal – gatal yang hebat, Lesi pada daerah garutan.
Faktor pencetus
Sifat keluhan
Pasien mengatakan gatal yang klien derita terjadi terus menerus dan
biasanya akan mengeluarkan akan meninggalkan bekas yang menonjol.
27
Berat ringannya keluhan
Klien mengatakan gatal –gatal yang di derita pasien adalah gatal hebat
yang dapat mengganggu aktivitas klien.
Lamanya keluhan
Klien mengatakan kalau keluhan yang di derita oleh klien ini diderita sejak
3 minggu terakhir
Diagnosa medik :
Suspect Dermatitis : 30 Oktober 2016
Dermatitis dd miliarisis : 2 Nopember 2016
28
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Penyakit yang pernah dialami
Klien pernah dirawat dirumah sakit Arga Makmur dengan keluhan sesak
napas, batuk berdahak selama 1 minggu,
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan kalau bapaknya pernah menderita penyakit yang sama,
dan bapaknya juga pernah menderita sesak napas.
C) Pemeriksaan Fisik
1.Keadaan umum :
Penampilan umum : Keadaan umum lemah.
Kesadaran : Composmentis
Klien tampak : lemah
BB : 60 kg
TB : 153 Cm
2.Tanda-tanda vital
TD : 90/60 mmHg
ND : 90 i/menit
RR : 27 i/menit
S : 36,3 c
3. Kulit
Inspeksi : warna kulit gelap, lesi kulit ada, pruritus ada, terdapat
papul, Ekskoriasi, krusta dan likeforasi.
Palpasi : suhu panas,
Kepala/Rambut
Inspeksi : Bersih, tidak ada ketombe, rambut lurus, distribusi rambut
merata, bentuk kepala simetris.
Palpasi : Tidak ada massa di kepala, rambut halus, tidak berminyak,
tidak ada nyeri tekan.
4. Mata
Fungsi penglihatan : Baik
Pupil dan reflek cahaya : Normal
Konjungtiva : Anemis
Lensa/iris : Tidak ada kekeruhan lensa
Odema palpebra : Tidak ada
5.Telinga
Fungsi pendengaran : Baik
Kebersihan : Bersih
29
Daun telinga : Simetris Kiri dan kanan
Sekret : Tidak ada
Mastoid : Tidak ada pembengkakan dan Nyeri
tekan mastoid
6.Hidung dan Sinus
Inspeksi : Bentuk simetris
Fungsi pennciuman : Baik
Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan
Kebersihan : Bersih
Pendarahan : Tidak ada pendarahan
Sekret : tidak ada
7.Mulut dan Tenggorokan
Membran mukosa : kering
Kebersihan mulut : lidah bersih, bentuk lidah simetris
Keadaaan gigi : lengkap, caries dentis ada, gigi palsu tidak
ada.
Tanda radang : Tidak ada
Trismus : Tidak ada trismus
Kesulitan menelan : Tidak ada
8.Leher
Trakea : Simetris
Kelenjar limfe : Ada pembesaran limfe
Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran tiroid
Gerakan leher : Normal
Kaku kuduk : tidak ada kaku kuduk
9.Thorak dan paru
Auskultasi : Vesikuler
10.Abdomen
Inspeksi : tdak terdapat kelainan
30
Perkusi : normal
Palpasi : tidak terdapat massa
Auskultasi : bising usus 10 X / menit
11. Genetalia : normal
12. Neurologis
Status mental : Compos mentis
Motorik : Gerak terkoodinasi, fungsi kooordinasi baik,
kejang dan tremor tidak ada.
2.Analisa data
MASALAH
DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
31
3.Diagnosa keperawatan
4. NCP
Diagnosa
Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasionalisasi
Keperawatan
32
telah rusak menyebab-kan
vasodilatasi
yang akan
meningkat-kan
pruritus.
sabun yang
mengandung
pelembab lebih
Gunakan
sedikit
sabun yang
kandungan
mengandung
alkalin dan
pelembab atau
tidak membuat
sabun untuk
kulit kering,
kulit sensitif.
sabun kering
Hindari mandi
dapat
busa.
meningkat-kan
keluhan.
salep atau
krim akan
melembab-kan
kulit
Oleskan/berika
n salep atau
33
krim yang
telah
diresepkan 2
atau tiga kali
per hari.
Baca label
makanan
kaleng agar
terhindar dari
bahan makan
yang
mengandung
alergen.
Hindari
binatang
peliharaan
34
jika alergi
terhadap bulu
binatang
sebaiknya
hindari
memelihara
binatang atau
batasi
keberadaan
Gunakan
binatang di
penyejuk
sekitar area
ruangan (AC)
rumah.
di rumah atau
di tempat
AC
kerja, bila
membantu
memungkin-
menurunkan
kan.
paparan
terhadap
beberapa
alergen yang
ada di
35
lingkungan.
Cuci semua
pakaian
sebelum
digunakan
pruritus
untuk
sering
menghilang-
disebabkan
kan
oleh dampak
formaldehid
iritan atau
dan bahan
alergen dari
kimia lain serta
bahan kimia
hindari
atau komponen
mengguna-kan
pelembut
pelembut
36
pakaian buatan pakaian.
pabrik.
Gunakan
deterjen ringan
dan bilas
pakaian untuk
memastikan
sudah tidak
ada sabun yang
tertinggal.
bahan yang
tertinggal
(deterjen) pada
pencucian
pakaian dapat
menyebab-kan
iritasi.
37
38
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
39
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Prof. DR. Adhi, dkk. 2002. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
http://keperawatan-gun.blogspot.com/2007/07/asuhan-keperawatan-dengan-
klien.html
40