Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
pendahuluan dalam Asuhan Kebidanan pada Bayi, balita dan pra sekolah ini
dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat dan
terima kasih yang sebesar – besarnya kepada dosen pengampu Ibu Arihta
Sembiring, SST, M.Kes yang telah membimbing selama ini.
Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
Dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan
terbuka menerima masukan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan
penyempurnaan laporan ini dikemudian hari.
Akhirnya penulis berharap, laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca. Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam
proses perkuliahan Profesi bidan.

Medan, Januari 2020

Lestari Febrianty
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. DEFENISI
Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan
adanya vesikel milier (Adhi Djuanda, 1987). Milliariasis adalah dermatosis yang
disebabkan oleh retens keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat.
(Vivian, 2010)
Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa miliariasis adalah dermatosis
yang timbul akibat penyumbatan kelenjar keringat dan porinya, yang lazim timbul
dalam udara panas lembab seperti daerah tropis atau selama awal musim panas
atau akhir musim hujan yang suhunya panas dan lembab. Karena sekresinya
terhambat maka menimbulkan tekanan yang menyebabkan pecahnya kelenjar atau
duktus kelenjar keringat. Keringat yang masuk ke jaringan sekelilingnya
menimbulkan perubahan anatomi. Sumbatan disebabkan oleh bakteri yang
menimbulkan peradangan dan oleh edema akibat keringat yang tak keluar
(E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988).
Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat
keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat, yaitu di dahi,
leher, bagian-bagian badan yang tertutup pakaian (dada dan punggung), serta
tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan dapat juga dikepala.
Keadaan ini biasanya di dahului oleh produksi keringat yang berlebihan, dapat
diikuti rasa gatal seperti ditusuk, kulit menjadi kemerahan dan disertai banyak
gelembung kecil berair. (Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000).
Milliariasis disebut juga sudamina, biang keringat, keringat buntet, liken
tropikus, ataupickle heat. Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh
retensi keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat (Vivian Nani,2010).

B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya milliariasis ini adalah udara yang panas dan lembab serta
adanya infeksi bakteri.
1. Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang
2. Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat
3. Aktivitas yang berlebihan
4. Setelah menderita demam atau panas
5. Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang
dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh
stratum korneum

C. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya milliariasis di awali dengan tersumbatnya pori-pori
kelenjar keringat sehingga pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya
pengeluaran keringat ini ditandai dengan adanya vesikel miliar dimuara kelenjar
keringat lalu disusul dengan tingginya radang dan oedema akibat perspirasi yang
tidak dapat keluar yang kemudian diabsorbsi oleh stratum korneum.
Milliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena proses diferensiasi sel
epidermal dan apendik yang belum sempurna. Kasus milliariasis terjadi pada 40-
50% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama dan akan menghilang
dengan sendirinya pada 3-4 minggu kemudian. Terkadang kasus ini menetap
untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya.

D. Pembagian dan Tanda Gejala


1. Milliria kristalina
Milliaria kristalina ini timbul pada pasien yang mengalami
peningkatan jumlah keringat, seperti pasien demam yang terbaring
ditempat tidur. Lesinya berupa vesikel yang sangat superfisial, bentuknya
kecil, dan menyerupai titik embun berukuran 1-2 mm. Umumnya lesi ini
timbul setelah keringat, vesikel mudah pecah karena trauma yang paling
ringan, misalnya akibat gesekan dengan pakaian. Vesikel yang pecah
berwarna jernih dan tanpa reaksi peradangan, asimptomatik, dan
berlangsung singkat. Biasanya tidak ada keluhan dan dapat sembuh dengan
sendirinya
2. Milliaria rubra
Millia ruba memiliki gambaran berupa papula vesikel dan eritema di
sekitarnya. Keringat menembus kedalam epidermis, biasanya disertai rasa
gatal dan pedih pada daerah ruam dan daerah disekitarnya, sering juga
diikuti dengan infeksi sekunder lainnya dan dapat juga menyebabkan
timbulnya impetigo dan furunkel.
3. Miliaria profunda
Bentuk ini agak jarang terjadi kecuali didaerah tropis. Kelainan ini
biasanya timbul setelah miliaria rubra.ditandai dengan papula putih, kecil,
keras, berukuran 1-3 mm. Terutama terdapat di badan ataupun ekstremitas.
Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik lebih banyak
berupa papula daripada vesikel. Tidak gatal, dan tidak terdapat eritema.
(Adhi Djuanda, 1987)
Pada gambaran histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang
pecah pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang. Pengobatan
dengan cara menghindari panas dan kelembaban yang berlebihan,
mengusahakan regulasi suhu yang baik, menggunakan pakaian yang tipis,
pemberian losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25% dapat pula
resorshin 3% dalam alkohol. (Adhi Djuanda, 1987).
Daerah predileksi dapat dimana saja, kecuali muka, ketiak, tangan,
dan kaki. Lesi berupa vesikel yang berwarna merah daging, disertai gejala
inflamasi maupun keluhan rasa gatal, disebabkan penyumbatan di bagian
atas kutis. Kelenjar-kelenjar keringat tersebut sama sekali tidak berfungsi.
Biasanya timbul setelah menderita milliaria rubra yang hebat. (Hassan,
1984).
4. Milliaria fustulosa
Pada umumnya didahului oleh dermatosis yang menyebabkan
gangguan saluran kelenjar ekrin dan terjadi pustel superfisial. (Hassan,
1984). Lesinya berupa pustula steril yang gatal, tegas, superfisial dan tak
berhubungan dengan folikel rambut. (E.Sukardi dan Petrus Andrianto,
1988).
Gejala dan Tanda Milliariasis
Milliariasis pada bayi memiliki gejala atau tanda sebagai berikut :
a. Bintik kemerahan yang terjadi pada kulit bayi atau anak
b. Bayi atau anak rewel dan mengeluh

E. Diagnosa
Pemeriksaan fisik :
` a. Papula yang keras berwarna putih mengkilat seperti mutiara.
b. Vesikel kecil superfisialis yang berkelompok berdiameter 1-3 mm
c. Keringat yang berlebihan

F. Akibat
Biang keringat akan muncul ketika saluran keringat Anda tersumbat. Hal
ini mengakibatkan keringat tidak dapat menguap karena terperangkap di
bawah permukaan kulit. Akibatnya, kulit mengalami peradangan dan
menimbulkan bintil merah pada kulit.
Namun, belum diketahui dengan jelas apa yang menyebabkan saluran
keringat dapat tersumbat. Tetapi, ada beberapa faktor yang nampaknya turut
menjadi penyebab tersumbatnya saluran keringat Anda:
- Saluran keringat belum berkembang
Ketika bayi baru saja dilahirkan, saluran keringat pada kulitnya belum
sepenuhnya berkembang. Hal ini dapat menyebabkan saluran keringat lebih
mudah pecah dan mengakibatkan keringat terjebak di bawah permukaan kulit.
Seringkali, hal ini terjadi ketika bayi berpakaian terlalu ketat dan
menyebabkan suhu tubuh menjadi lebih panas. Tak hanya pada bayi yang
baru lahir saja, bayi yang berada dalam inkubator juga dapat menyebabkan
saluran keringat tersumbat.
- Cuaca
Ketika cuaca panas dan lembab, biang keringat lebih mungkin muncul
pada kulit Anda.
- Aktivitas fisik
Banyak melakukan aktivitas yang dapat mengeluarkan banyak keringat
memicu timbulnya biang keringat pada kulit Anda.
- Jenis kain
Apabila Anda sering menggunakan pakaian yang bahannya tidak dapat
menyerap keringat, Anda lebih mungkin mengalami biang keringat. Sebab,
keringat yang keluar dari kulit Anda tidak dapat menguap dengan normal.
- Obat-obatan
Ada beberapa jenis obat yang dapat meningkatkan fungsi kelenjar keringat
dan menyebabkan munculnya biang keringat. Misalnya, clonidine
(catapres, duraclon, lain-lain), beta blockers dan opiat.
- Krim dan salep
Mengoleskan krim dan salep pada kulit Anda dapat memblokir saluran
keringat.

G. Penatalaksanaan
Sebagai bidan dalam kasus milliariasis yang ditinjau dari aspek pelayanan
kesehatan promotif, kuratif, rehabilitatif, dan preventif. Diantaranya yaitu:
1. Pelayanan kesehatan promotif
Memberikan informasi kepada ibu mengenai:
a) Perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga kebersihan tubuh bayi.
b) Kebersihan kuku dan tangan anak. Kuku pendek dan bersih sehingga
tidak menggores kulit saat menggaruk.
c) Keringat yang harus segera dikeringkan dan sering mandi. Segera
ganti pakaian jika basah dan kotor. (Vivian, 2010)
2. Pelayanan Kesehatan Preventif
a) Menggunakan pakaian yang tipis dan longgar serta menyerap keringat
dan tidak terlalu sempit.
b) Melakukan perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga kebersihan
tubuh bayi.
c) Menjaga kebersihan kuku dan tangan anak. Kuku pendek dan bersih
sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk
d) Keringat harus segera dikeringkan dan sering mandi. Segera ganti
pakaian jika basah dan kotor. (Vivian, 2010)
3. Pelayanan Kesehatan Kuratif
a) Topikal bisa diberikan bedak atau bedak kocok pendingin dengan
bahan antigatal, dapat ditambah dengan mentol 0,25% sampai 1%
kalau gatal. Lanolin anhidrat dan salephidrofilik bisa menghilangkan
sumbatan pori sehingga mempermudah aliran keringat yang normal.
b) Kasus ringan bisa berespon dengan bedak seperti talkum bayi. Bila
sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul akibat infeksi, penderita
sebaiknya segera dibawa ke dokter. Dokter akan memberikan obat
minum serta krim atau salap bila diperlukan, untuk mengatasi keluhan
tersebut. Dan bila timbul bisul jangan dipijat arena kuman dapat
menyebar ke sekitar sehingga semakin meluas. (Arjatmo
Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000).
c) Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering, anjurkan untuk
diberi bedak salicil atau bedak kocok setelah mandi. Dan bila
membasah jangan berikan bedak karena gumpalan yang terbentuk
memperparah sumbatan kelenjar. (Vivian, 2010)
4. Pelayanan Kesehatan Rehabilitatif
a) Sedapat mungkin mencegah produksi keringat yang berlebihan,
dengan cara menghindari hawa panas dan kelembaban yang
berlebihan, misalnya memakai pakaian tipis dan menyerap keringat,
mandi dengan air dingin dan menggunakan sabun. Selama berbagai
faktor penyebab yang berpengaruh dapat diatasi, kekambuhan dapat
dihindari.
b) Biang keringat dapat membaik dalam beberapa hari setelah penderita
pindah ke lingkungan yang lebih sejuk, atau ke tempat dengan
ventilasi yang lebih baik. (Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra Utama,
2000).
BAB II
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

A. Anamnesis Lengkap
Anamnesa adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat
terhadap situasi dan kejadian (Nursalam, 2005).
Data Subjekif
Bintik kemerahan atau biang keringat: Gejala paling umum terjadi
Akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat, yaitu di
dahi, leher, bagian-bagian badan yang tertutup pakaian (dada dan punggung), serta
tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan dapat juga dikepala.
1) Alasan datang atau keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan atau gejala yang menyebabkan klien
dibawa berobat (Matondang, 2009). Pada kasus miliarisis bayi maupun
anak mengalami bintik kemerahan dan gatal.
2) Riwayat kesehatan, meliputi :
a. Riwayat penyakit yang lalu
Dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah diderita,
apabila balita menderita suatu penyakit atau gangguan (Varney,
2007).
b. Riwayat penyakit sekarang
Dikaji untuk mnegetahui keadaan pasien saat ini. Pada kasus ada
beberapa hal yang harus diketahui yaitu : Penyebab gatal yang
dialami
c. Riwayat penyakit keluarga
3) Riwayat kebiasaan sehari- hari
a. Pola nutrisi yang diberikan untuk mengkaji pada makanan balita
yang frekuensi komposisi, kwantitas serta jenis dan jumlah
minumnya. Pada penderita gizi kurang asupan makanan berkurang
atau tidak ada nafsu makan (Supariasa, 2013).
b. Pola istirahat atau tidur
Mengkaji pada pola istirahat dan pola tidur, berapa jam klien tidur
malam, sehari apakah ada gangguan (Saifuddin, 2006).
c. Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui tingkat kebersihan pasien.

B. Pemeriksaan Fisik
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan dilihat oleh tenaga
kesehatan (Nursalam, 2005).
Pemeriksaan Umum
` a. Papula yang keras berwarna putih mengkilat seperti mutiara.
b. Vesikel kecil superfisialis yang berkelompok berdiameter 1-3 mm
c. Keringat yang berlebihan

C. Diagnosa/ Masalah Kebidanan


Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnose kebidanan masalah dan kebutuhan yang spesifik.
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa kebidanan yang mungkin muncul
pada kasus miliariasis adalah meliputi:
a. Ketidaknyamanan: menyebabkan bayi rewel
b. Gangguan kulit: tampak kemerahan dan bintik-bintik berair
DAFTAR PUSTAKA
Lia, Dewi, Vivian Nanny. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita . Saleemba
Medika: Jakarta.
B. Merenstien, Gerald. 2005. Buku Pegangan Pediatri Edisi 17 . Widya Medika.
Staff pengajar Ilmu Kesehatan Anak Universitas Indonesia. 1985. Ilmu Kesehatan
Anak 1 bagian Ika UI . Jakarta
Jelliffe, D.B . 1982. Kesehatan Anak Di Daerah Trofis. Bumi Aksara: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai