Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Biang keringat kerap kita temui pada neonatus ,bayi dan balita, karena
kulit mereka cenderung lebih sensitif daripada orang dewasa. Bahkan 70
persen dari tubuh bayi mengandung air, itulah mengapa bayi mudah sekali
mengeluarkan keringat bila dibandingkan dengan orang dewasa. Masalah
kembali bertambah saat anak Anda rewel karena rasa gatalnya yang terus
mengganggu. Jangan panik, sebelum tergesa-gesa memberi anak Anda
bermacam-macam obat, kenali dulu tanda-tanda dan deskripsi dari biang
keringat itu sendiri, jangan sampai nantinya Anda salah mendeskripsikan
keadaan anak Anda dan memberinya obat yang salah.
Biang keringat atau biasa disebut dalam istilah medis dengan miliaria
adalah penyakit kulit yang ditandai dengan kemerahan, muncul papul (bintil-
bintil), dan gatal. Penyebabnya bisa terjadi pada cuaca yang lembab, panas,
karena peredaman yang terus- menerus pada kulit oleh keringat sehingga
lemak kulit terbuang. Biang keringat biasanya muncul pada anak-anak yang
bertempat tinggal di daerah yang lembab dan sangat pamnas. Gatalnya yang
hebat menyebabkan gangguan tidur,men gurangi nafsu makan, dan gangguan
umum infeksi sekunder.

1.2 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui apa definisi Miliaria
b. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi Miliaria
c. Untuk mengetahui Etiologi Miliaria
d. Untuk mengetahui Patofisiologi Miliaria
e. Untuk mengetahui tanda dan gejala Miliaria
f. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Miliaria
g. Untuk mengetahui pencegahan Miliaria

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Miliaria

Miliaria atau biang keringat adalah kelainan kulit yang sering muncul pada
bayi dan balita akibat tersumbatnya kelenjer keringat, sehinga keringat yang
keluar berkumpul di bawah kulit dan mengakibatkan timbulnya bintik-bintik
merah (Desiana, 2009; h. 97).

Biang keringat adalah gangguan pada kulit berupa ruam kemerahan yang
terasa gatal. Biang keringat sering terjadi pada anak-anak, walaupun tidak sedikit
orang dewasa yang mengalaminya terutama saat cuaca panas dan lembab. Biang
keringat juga dapat terjadi pada pasien yang lama berbaring di rumah sakit
misalnya pasien strokeatau pasca operasi besar (Djunarko dan Hendrawati, 2011;
Knott, 2010).

Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan, disertai


dengan gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat berlebihan disertai
sumbatan saluran kelenjar keringat yaitu di dahi, leher, bagian yang tertutup
pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian
dan juga kepala.

Miliariasis adalah dermatosis yang timbul akibat penyumbatan kelenjar


keringat dan porinya, yang lazim timbul dalam udara panas lembab seperti daerah
tropis atau selama awal musim panas atau akhir musim hujan yang suhunya panas
dan lembab. Karena sekresinya terhambat maka menimbulkan tekanan yang
menyebabkan pecahnya kelenjar atau duktus kelenjar keringat. Keringat yang
masuk ke jaringan sekelilingnya menimbulkan perubahan anatomi. Sumbatan
disebabkan oleh bakteri yang menimbulkan peradangan dan oleh edema akibat
keringat yang tak keluar (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988).

Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat
keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat, yaitu di dahi,
leher, bagian-bagian badan yang tertutup pakaian (dada dan punggung), serta

2
tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan dapat juga dikepala.
Keadaan ini biasanya di dahului oleh produksi keringat yang berlebihan, dapat
diikuti rasa gatal seperti ditusuk, kulit menjadi kemerahan dan disertai banyak
gelembung kecil berair. (Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000).

2.2 Klasfikasi Miliaria

a. Miliaria crystalline

Miliaria crystalline disebut juga miliaria sudamina. Hal ini terjadi saat
penyumbatan saluran keringat dekat dengan permukaan kulit/stratum
corneum. Ruam biasanya berbentuk sangat kecil, bintik jelas yang muncul
dalam bentuk kumpulan. bintik-bintik tersebut akan hilang dalam beberapa
jam atau hari dan merupakan bentuk yang paling tidak gatal atau bahkan tidak
gatal sama sekali (Knott, 2010)

Biang keringat yang terjadi pada bayi baru lahir (neonatus) sumbatan
terjadi pada permukaan atau lapisan kulit sehingga terlihat gelembung-
gelembung kecil berukuran 1-2 mm berisi cairan jernih, namun tidak terdapat
kemerahan pada kulit,biang keringat ini yang paling umum yang sering
terjadi. Gejalanya, pada kulit tubuh bayi yang sering keringatan akan tampak
mengelupas, kering, dan kasat, gejala ini biasanya dipicu oleh panasnya udara.
Biang keringat bayi seperti ini ditandai bintik-bintik kecil berisi air dan akan
dan akan mudah pecah sendiri karena lokasinya masih teramat dangkal.

3
b. Miliaria rubra
Jenis ini merupakan jenis yang paling umum dan sebagian besar
orang mengidentifikasinya sebagai biang keringat. Penyebabnya adalah
sumbatan saluran keringat pada bagian lebih dalam dari epidermis. Kumpulan
bintik-bintik merah tidak rata berkembang. Jenis ini dapat sangat gatal, kulit
yang terkena berwarna merah, dan ruam biasa terjadi saat iklim panas serta
hilang ketika berhenti berkeringat. Apabila keringat tidak dapat diekskresikan
maka dimungkinkan terjadinya demam karena keseimbangan (homeostasis)
suhu tubuh terganggu (Knott, 2010).

Biang keringat ini terjadi pada anak yang biasa tinggal di daerah atau
lingkungan panas dan lembab. Terdapat bintik-bintik kecil (1-2 mm) berwarna
merah, biasanya disertai keluhan gatal dan perih. Bayi yang mengalami biyang
keringat jenis ini akan menjadi rewel karena rasa gatal dan perih,orang tua
biasanya akan cemas karena pola tidurnya akan terganggu hingga gelisah atau
tidak nyenyak. Ini bisa dijadikabn indsikatorrasa gatal pada bayinya yang
belum bisa bicara.tidak bisa menyebabkan panas karena biang keringat bukan
penyakit infeksi. Orang tua hanya bisa melihat reaksi tubuh bayinya yang
kegatalan. Apabila anda merawat bayi itu sendiri, maka biang keringat akan
segera diketahui karena naluri seorang ibu barparan basar.

4
c. Miliaria profunda

Jenis ini sangat jarang terjadi. Penyebabnya adalah penyumbatan


saluran keringat pada lapisan dermis (lapisan tengah kulit) atau dermal-
epidermal. Ini terjadi pada orang yang tinggal pada iklim panas atau yang
mengalami miliaria rubra berulang-ulang. Gumpalan besar berkembang pada
kulit ketika berkeringat, warnanya cenderung lebih pudar seperti daging
karena terjadi di tengah kulit. Gatal cenderung ringan namun memiliki risiko
demam apabila banyak permukaan kulit yang terpengaruh (Knott, 2010).

Pada biang keringat jenis ini terdapat bintik-bintik putih, keras dan
berukuran (1-3 mm). Kulit tidak berwarna merah, namun kasus ini jarang
terjadi,dan biasanya terjadi di daerah-daerah bersuhu sangat panas.walaupun
indonasia termasuk negara tropis, namun biang keringat separti ini jarang
terjadi. Mungkin faktor angin sangat mempengaruhi sehingga suhu di
indonesia tidak terlalu panas. Lain halnya dengan negara lain yang bersuhu 40
derajat celsius. Biang keringat seperti ini ditandai bintil-bintil pada kulit dan
bila diraba akan terasa agak keras. Bintil-bintil ini sekilas mirip jerawat batu.

2.3 Etiologi Miliaria

Biang keringat disebabkan karena adanya sumbatan pada pori-pori saluran


keluarnya keringat sehingga keringat merembes pada pori kulit terdekat dan
mengakibatkan inflamasi/peradangan. Biang keringat berhubungan erat dengan

5
cuaca yang sangat panas, lembab atau dapat terjadi selama penyakit yang
menyebabkan berkeringat. Biang keringat juga diakibatkan dari ketidakmampuan
kulit untuk “bernafas” (berinteraksi dengan udara) karena pakaian yang terlalu
ketat atau tebal seperti kulit dan polyester (Levin, et al, 2012).

Sumbatan pada biang keringat ini dapat disebabkan oleh debu ataupun
daki. Saat tubuh banyak berkeringat, misalnya saat cuaca panas atau setelah
demam, adanya sumbatan tadi akan membuat keringat tertahan di bawah kulit,
kemudian membentuk tonjolan-tonjolan kecil berwarna merah karena terjadi
peradangan (Djunarko dan Hendrawati, 2011).

Menurut Assyari Abdullah (2008), Penyebab biang keringat yaitu :

a. Ventilasi ruangan kurang baik sehingga udara di dalam ruangan panas atau
lembab.
b. Pakaian bayi terlalu tebal dan ketat, pakaian yang tebal dan ketat
menyebabkan suhu tubuh bayi meningkat.
c. Bayi mengalami panas atau demam.
d. Bayi terlalu banyak beraktivitas sehingga banyak mengeluarkan keringat.

Faktor penyebab timbulnya keringat berlebihan yaitu :

a. Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang baik
b. Pakaian yang terlalu lembab dan ketat
c. Pakaian banyak memberikan pengaruh pada kulit, misalnya menimbulkan
pergeseran, tekanan yang berpengaruh terhadap terjadinya peningkatan
suhu tubuh.
d. Aktivitas yang berlebihan, misalnya berolahraga
e. Setelah menderita sakit panas
f. Penyebab lain berupa penyumbatan pori-pori yang berasal dari kelenjar
keringat. Sumbatan ini dapat diakibatkan debu atau radang pada kulit
anak. Butiran-butiran keringat yang terperangkap dibawah kulit akan
mendesak ke permukaan kulit dan menimbulkan bintik-bintik kecil yang
terasa gata.

6
2.4 Patofisiologi Miliaria

Pori-pori pada kelenjar keringat tersumbat pada biang keringat.


Ketidakmampuan sekresi keringat dan keluarnya keringat dari pori menyebabkan
dilatasi/pelebaran dan rupture/kerusakan pada lapisan epidermal pori keringat.
Keadaan ini menyebabkan inflamasi akut pada lapisan dermis yang menimbulkan
rasa perih, terbakar atau gatal (Levin, et al, 2012).

Terjadinya milliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar


keringat, sehingga pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya pengeluaran
keringat ditandai dengan adanya vesikel miliar di muara kelenjar keringat lalu
disusul dengan timbulnya radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat
keluar kemudian diabsorpsi oleh stratum korneum. (Vivian, 2010)

Milliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena proses diferensiasi sel
epidermal dan apendiks yang belum sempurna. Kasus milliariasis terjadi pada 40-
50% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama dan akan menghilang
dengan sendirinya pada 3-4 minggu kemudian. Terkadang kasus ini menetap
untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya. (Vivian, 2010)

2.5 Tanda dan Gejala Miliaria

Bintik-bintik merah atau ruam pada leher dan ketiak bayi. Keadaan ini
disebabkan peradangan kulit pada bagian tersebut. Penyebabnya adalah proses
pengeringan yang tidak sempurna saat dilap dengan handuk setelah bayi
dimandikan. Apalagi jika si bayi gemuk sehingga leher dan ketiaknya berlipat-
lipat.

Biang keringat juga dapat timbul di daerah dahi dan bagian tubuh yang
tertutup pakaian (dada dan punggung). Gejala utama ialah gatal-gatal seperti
ditusuk-tusuk, dapat disertai dengan warna kulit yang kemerahan dan gelembung
berair berukuran kecil (1-2 mm). kondisi ini bisa kambuh berulag-ulang terutama
jika udara panas dan berkeringat.

7
2.6 Penatalaksanaan Miliaria

Tujuan terapi pada biang keringat yakni menghilangkan penyebab biang


keringat, mengatasi dan meringankan gejala biang keringat.
 Terapi Non farmakologi
- Mengurangi keringat,
- Berada di tempat sejuk
- Menggunakan pakaian yang longgar berwarna cerah dan tipis
untuk melancarkan sirkulasi udara.
- Pada anak-anak sering mengganti popok dan menggunakan sabun
antiseptiik ringan untuk mengurangi ketidaknyamanan biang
keringat (Padron.2006)

1. Madu
Madu memiliki banyak kandungan yang baik untuk kulit, termasuk
sebagai pelembab alami dan humektan. Untuk dapat mengatasi biang keringat
menggunakan madu, hanya perlu mengoleskan madu secara langsung ke area
kulit yang bermasalah. Untuk mendapat hasil yang maksimal, campurkan madu
dengan minyak jojoba. Oleskan ke seluruh area yang terkena biang keringat,
diamkan selama 15-20 menit, lalu bilas hingga bersih. Lakukan cara ini sebanyak
3-4 kali seminggu.

2. Minyak Jarak
Minyak jarak dipercaya mampu mengatasi banyak masalah kulit sekaligus
mengontrol produksi minyak berlebih yang menjadi salah satu alasan
tersumbatnya pori-pori kulit. Cara menggunakan cukup mengoleskan setengah
sendok teh minyak jarak ke area yang bermasalah sembari dipijat lembut dengan
gerakan melingkar.

3. Es batu
Digosokkan pada biang keringat untuk mengurangi rasa gatal

8
4. Air rebusan kayu secang
Kandungan dari secang yaitu tanin dan brazilin, tanin bersifat sebagai
antibakteri sedangkan brazilin mempunyai aktivitas anti bakteri dan
bakteriostatik. Cara membuat ramuan yaitu diambil kulit kayu secang secukupnya
lalu direbus dalam panci berisi air secukupnya, setelah mendidih campurkan air
rebusan kayu secang yang telah berwarna merah kedalam air biasa pada bak
mandi.

 Terapi Farmakologi
1. Calamin
Pengobatan biang keringat dapat dilakukan dengan menggunakan bedak
tabur atau lotion khusus biang keringat. Lotion atau bedak tabur biasanya
mengandung calamine yang berfungsi untuk memberi sensasi dingin dan lembut
pada kulit sehingga mengurangi rasa gatal dan bekerja sebagai anti bakteri untuk
mencegah infeksi yang ditimbulkan karena garukan.

2. Lotio Mentol dan salicyl talk


Lotion atau bedak tabur yang mengandung menthol dapat memberikan
sensasi dingin pada kulit. Sediaan yang dapat digunakan adalah salicyl talk. Cara
penggunaan bedak tabur dan lotion adalah dengan mengaplikasikan terlebih
dahulu di tangan baru kemudian dioleskan pada daerah biang keringat dengan
hati-hati dua kali sehari setiap habis mandi dan kulit sudah dikeringkan.

Obat untuk biang keringat yang beredar dipasaran, antara lain : Bedak
Minos (bedak tabur), Caladine (krim, lotion, dan bedak tabur), Caladryl
(lotion), Calamec (lotion), dan Calarex (lotion) (Djunarko dan Hendrawati,
2011).

Apabila keadaan memburuk setelah pemakaian produk, rendam atau


hilangkan sisa produk dan hentikan pemakaian, kondisi harus membaik dalam 24
jam, apabila bertambah buruk atau tidak membaik dalam 7 hari maka
konsultasikan ke dokter. Apabila terjadi demam gunakan analgesik-antipiretik

9
seperti parasetamol dan untuk orang dewasa apabila gatal sangat mengganggu
dapat digunakan oral antihistamin/antialergi seperti klorfeniramin maleat (Padron,
2006).

Asuhan yang diberikan pada neonatus, bayi, dan balita dengan milliaria
bergantung pada beratnya penyakit dan keluhan yang dialami. Asuhan yang
umum diberikan adalah sebagai berikut:

a. Perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga kebersihan tubuh bayi.
b. Prinsip asuhan adalah mengurangi penyumbatan keringat dan
menghilangkan sumbatan yang sudah timbul.
c. Upayakan untuk menciptakan lingkungan dengan kelembaban yang cukup
serta suhu yang sejuk dan kering, misalnya pasien tinggal diruangan ber-
AC atau didaerah yang sejuk dan kering.
d. Gunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak terlalu sempit.
e. Segera ganti pakaian yang basah dan kotor.
f. Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering diberi bedak salycil atau
bedak kocok setelah mandi.
g. Bila membasah, jangan berikan bedak, karena gumpalan yang terbentuk
memperparah sumbatan kelenjar
h. Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul dapat diberikan antibiotic.
i. Menjaga kebersihan kuku dan tangan. kuku pendek dan bersih, sehingga
tidak menggores kulit saat menggaruk.

2.7 Pencegahan Miliaria

Pencegahan lebih baik dari pada mengobati. Sebagian besar miliaria akan
sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan. Bahkan, Anda sebenarnya juga
dapat mengurangi timbulnya biang keringat pada si kecil antara lain dengan
menjaga kenyamanan lingkungan sekitar si kecil, memakaikan baju yang terbuat
dari jenis-jenis bahan yang mudah menyerap keringat, lembut, dan tidak ketat
pada si kecil.

10
Beberapa kondisi menyebabkan bayi atau anak dibawa ke dokter, seperti
kondisi biang keringat yang tidak membaik setelah penanganan selama lebih dari
3 hari, timbul demam atau rasa sakit/gatal yang berat, dan timbul tanda-tanda
infeksi seperti terlihat nanah atau sering berulang beberapa kali dalam waktu yang
pendek sehingga mengganggu aktivitas anak sehari-hari.

Jika seseorang mengalami biang keringat, hal-hal yang dapat dilakukan


yaitu :
Mengurangi pembentukan keringat berlebih dengan cara menghindari cuaca
yang terlalu panas.

Menjaga kulit tetap dingin, dengan mandi atau memakai lotion khusus untuk
biang keringat.

Jangan menggaruk untuk mencegah luka dan infeksi pada kulit.

Selalu menggunakan pakaian yang lembut dan dapat menyerap keringat.

Perbaiki sirkulasi udara dan ventilasi rumah (Djunarko dan Hendrawati, 2011).

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari makalah di atas dapat disimpulkan bahwa beberapa masalah yang
lazim terjadi pada bayi diantaranya adalah masalah miliariasis/sudamina/liken
tropikus/biang keringat. hal ini disebabkan oleh kuman.
Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan, disertai
dengan gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat berlebihan disertai
sumbatan saluran kelenjar keringat yaitu di dahi, leher, bagian yang tertutup
pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian
dan juga kepala.

Miliaria diklasifikasi menjadi 3 yaitu Miliaria crystallina, Miliaria rubra,


dan Miliaria profunda. Miliaria disebabkan Ventilasi ruangan kurang baik
sehingga udara di dalam ruangan panas atau lembab, Pakaian bayi terlalu tebal
dan ketat, pakaian yang tebal dan ketat menyebabkan suhu tubuh bayi meningkat,
Bayi mengalami panas atau demam dan Bayi terlalu banyak beraktivitas sehingga
banyak mengeluarkan keringat.

3.2 Saran

Pencegahan lebih baik daripada mengobati. Sebagian besar miliaria akan


sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan. Bahkan, Anda sebenarnya juga
dapat mengurangi timbulnya biang keringat pada si kecil antara lain dengan
menjaga kenyamanan lingkungan sekitar si kecil, memakaikan baju yang terbuat
dari jenis-jenis bahan yang mudah menyerap keringat, lembut, dan tidak ketat
pada si kecil.

12
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006, Pedoman Penggunaan


Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, pp. 44.
Djunarko, I., Hendrawati, D.Y., 2011, Swamedikasi yang Baik dan Benar, PT
Citra Aji Parama, Yogyakarta, pp. 70-71.
Greer, K. E., 2009, Miliaria Rubra, Crystalline, Profunda,
http://www.cholinergicurticaria.net/cholinergic-urticaria-sweat-
gland-obstruction-occlusion/ diakses pada tanggal 15 Februari
2019.
Knott, L., 2010, Miliaria, http://www.patient.co.uk/health/miliaria-prickly-heat-
heat-rash, diakses pada tanggal 15 Februari 2019.
Levin, et al., 2012, Dermatologic Manifestation of Miliaria,
http://www.medscape.com/reference/dermatolgy/miliaria,
diakses pada tanggal 15 Februari 2019.
Padron, V.A., 2006, Dermatologic Disorders, in Berardi, R., et al., Handbook of
Nonprescription Drugs, 15th ed., section VIII, American
Pharmacists Association, Washington DC, pp. 774-779.

13

Anda mungkin juga menyukai