KABUPATEN PANDEGLANG
PROPINSI BANTEN
TAHUN 2020
Oleh
EKAMARYANTI
NPM : 2054911517015
2020
“SEORANG PASIEN G1 POAO HAMIL 9 MINGGU DENGAN BERAT 47 KGDATANG
KE KLINIK DENGAN KELUHAN MUAL MUNTAH LEBIH DARI 8 KALI DALAM
SEHARI DAN BADAN LEMAH MAKAN 3 SENDOK MINUM ½ GELAS
HASIL PEMERIKSAAN K/U LEMAH TD : 60/40 MMHG NADI: 80 KALI/MENIT RR
24/MENITSUHU 38 C BERDASARKAN HASIL KONSULTASI DENGAN DOKTER
ADVICE YANG DI BERIKAN IBU MEMBUTUHKAN3600 ML CAIRAN RL BERAPA
TETES INFUS YANG DI BUTUHKAN JIKA KEBUTUHAN CAIRAN PASIEN MESTI
DI CAPAI DALAM WAKTU 14 JAM,DI KLINIK TERSEDIA INFUS SET MEREK
TERUMO HITUNG TETESAN INFUS DAN BALANCE CAIRAN”
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan. Atas karunia-Nya
berupa nikmat iman dan kesehatan ini akhirnya penulis bisa menyelesaikan laporan kasus
hiperemesis gravidarum. Tidak lupa shawalat serta salam tercurahkan bagi Baginda Agung
Rasulullah SAW yang syafaatnya akan kita nantikan kelak.
Laporan Kasus Hiperemesis Gravidarum merupakan salah satu contoh dari berbagai masalah
yang terjadi pada kehamilan trimester pertama. . Isi makalah ini membahas Implementasi
Penanganan pada hiperemesis gravidarum tujuan utama untuk mencegah yang bisa
menimbulkan resiko lebih berat pada ibu hamil bila penanganan tidak secara cepat dan tepat.
Adapun penulisan laporan kasus dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah KDK salaah satu
mata kuliah di Fakultas Ilmu Kesehatan .
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta membantu
penyelesaian Laporan Kasus ini . Harapannya semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca dan Penulis sendiri
Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian kalimat dan
kesalahan. Meskipun demikian, penulis terbuka pada kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ini
Wassalamualaikum wr.wb
DAFTAR ISI
IV PEMBAHASAN............................................................................................................15
V PENUTUP.......................................................................................................................16
V.1 Simpulan......................................................................................................................17
V.II Saran...........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Output / Cairan keluar : urine dalam 24 jam, jika pasien dipasang kateter maka hitung dalam
ukuran di urobag, jka tidak terpasang maka pasien harus menampung urinenya sendiri, biasanya
ditampung di botol air mineral dengan ukuran 1,5 liter, kemudian feses.
IWL (insensiblewaterloss(IWL) : jumlah cairan keluarnya tidak disadari dan sulit diitung,
yaitu jumlah keringat, uap hawa nafa.
RUMUS IWL
IWL = (15 x BB )
24 jam
Cth: Tn.A BB 60kg dengan suhu tubuh 37⁰C (suhu normal)
24 jam
24 jam
24 jam
= (20×2) + 37,5cc
24
*CM : Cairan Masuk
Menghitung balance cairan seseorang harus diperhatikan berbagai faktor, diantaranya Berat
Badan dan Umur..karena penghitungannya antara usia anak dengan dewasa berbeda.
Menghitung balancecairanpun harus diperhatikan mana yang termasuk kelompok Intake cairan
dan mana yang output cairan. Berdasarkan kutipan dari Iwasa M. Kogoshi S (1995)
FluidTherapydo (PT. Otsuka Indonesia) penghitungan wajib per 24 jam bukan pershift.
Contoh Kasus:
———————————————
2700 cc
Bagaimana jika ada kenaikan suhu? maka untuk menghitung output terutama IWL gunakan
rumus :
IWL + 200 (suhu tinggi – 36,8 .°C), nilai 36,8 °C adalah konstanta
Andaikan suhu Tn Y adalah 38,5 °C, berapakah Balance cairannya?
Menghitung Balance cairan anak tergantung tahap umur, untuk menentukan Air Metabolisme,
menurut Iwasa M, Kogoshi S dalam FluidTehrapyBunkodo (1995) dari PT. Otsuka
Indonesia yaitu:
Untuk IWL (Insensible Water Loss) pada anak = (30 – usia anak dalam tahun) x cc/kgBB/hari
CONTOH :
An X (3 tahun) BB 14 Kg, dirawata hari ke dua dengan DBD, keluhan pasien menurut ibunya:
“rewel, tidak nafsu makan; malas minum, badannya masih hangat; gusinya tadi malam berdarah”
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapat data: Keadaan umum terlihat lemah, kesadaran
composmentis, TTV: HR 100 x/menit; T 37,3 °C; petechie di kedua tungkai kaki, Makan /24
jam hanya 6 sendok makan, Minum/24 jam 1000 cc; BAK/24 jam : 1000 cc, mendapat Infus
Asering 1000 cc/24 jam. Hasil pemeriksaan lab Tr terakhir: 50.000. Hitunglah balance cairan
anak ini!
Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain :
A.Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas
permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami
gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
B.Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L
per hari.
C.Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
D.Stress :
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot.
Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah.
E.Kondisi Sakit :
Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Misalnya :
– Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
– Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
– Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
F.Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti
suction, nasogastric tube dan lain-lain.
G.Pengobatgan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan
elektrolit tubuh.
H. Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.
1. Dehidrasi
2. Syok hipovolemik
1. Hiponatremia
Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual, muntah,
sakit kepala dan keram otot.
Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit kepala hebat, letargi,
kejang, disorientasi dan koma.
Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung, penyakit
Addison).
Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin ada tanda-tanda
syok seperti hipotensi dan takikardi.
2. Hipernatremia
Causa : Kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi diuretik, diuresis osmotik, diabetes
insipidus, sekrosistubulus akut, uropati pasca obstruksi, nefropatihiperkalsemik; atau karena
hiperalimentasi dan pemberian cairan hipertonik lain.
Tanda dan Gejala : iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang sekunder
terhadap hipernatremia.
3. Hipokalemia
Etiologi
4. Hiperkalemia
Etiologi :
Ekskresi renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut atau kronik, diuretik hemat
kalium, penghambat ACE.
beban kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan trauma (crushinjuries),
pembedahan mayor, luka bakar, emboli arteri akut, hemolisis, perdarahan saluran cerna
atau rhabdomyolisis. Sumber eksogen meliputi suplementasi kalium dan pengganti garam,
transfusi darah dan penisilin dosis tinggi juga harus dipikirkan.
Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi, defisiensi
insulin atau peningkatan cepat dari osmolalitas darah.
Insufisiensi adrenal
Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau pemasangan
torniket terlalu lama
Hipoaldosteron
Tanda dan Gejala : Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG memperlihatkan
perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium serum. Pada permulaan,
terlihat gelombang T runcing (K+ > 6,5 mEq/L). Ini disusul dengan interval PR memanjang,
amplitudo gelombang P mengecil, kompleks QRS melebar (K+ = 7 sampai 8 mEq/L). Akhirnya
interval QT memanjang dan menjurus ke pola sine-wave. Fibrilasi ventrikel dan asistole
cenderung terjadi pada K+ > 10 mEq/L. Temuan-temuan lain meliputi parestesi, kelemahan,
arefleksia dan paralisis ascenden.
Penanganan Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Terapi Cairan
Terapi cairan adalah tindakan untuk memelihara, mengganti milieu interiur dalam batas-batas
fisiologis.
Seorang tenaga kesehatan, terutama oleh dokter dan perawat dimana keduanya selalu
bersinggungan dengan hal tersebut.
Menghitung cairan dan jumlah tetesan infus juga erat kaitannya dengan yang disebut drop factor
atau faktor tetesan, dimana faktor tetesan tersebut merupakan sebuah kunci untuk pemenuhan
kebutuhan cairan tiap-tiap pasien.
Jadi, sebelum berlanjut ke rumus tetesan infus, ada baiknya kita memahami faktor tetesnya
terlebih dahulu. Berikut uraian lengkap mengenai faktor tetesan ;
Terdapat 2 faktor tetes yang digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan. Faktor tetes makro
(Macro Drip) dan faktor tets mikro (Micro Drip)
Di Indonesia, macro drip yang digunakan hanya ada dua. Tergantung dari merek infus set
dan faktor tetesnya.
Untuk infus set merek Otsuka, faktor tetes yang digunakan adalah 15 tetes/ml
Sedangkan untuk infus set merek Terumo, faktor tetes yang digunakan adalah 20 tetes/ml
Untuk faktor tetes 10 tetes/ml, jarang digunakan di Indonesia. Namun biasanya dapat
ditemui di rumah sakit umum pusat, rujukan nasional, dan rumah sakit pendidikan
Faktor tetes makro biasanya digunakan untuk menghitung jumlah kebutuhan cairan untuk
dewasa
Untuk transfusi darah (blood set) juga biasanya digunakan faktor tetes 15 tetes/ml
Faktor Tetes Mikro (Micro Drip)
Berbeda dengan dewasa, anak dengan berat badan kurang dari 7 kg membutuhkan infus set dan
faktor tetes yang berbeda. Biasanya digunakan faktor tetes yang disebut micro drip yaitu 60
tetes/ml
Cairan yang tersedia 500 cc harus habis dalam 10 jam. Berapakah jumlah tetesan setiap
menitnya?
Jawab :
500 x 20
= ———————— = 16,6 tetes/menit
10 x 60
2. Rumus mencari lamanya dalam jam (dewasa) ;
Cairan yang tersedia 500 cc NaCl 0,9%. Diberikan dengan titrasi infus 20 tetes/menit. Berapa
jam yang dibutuhkan sampai cairan tersebut habis?
Jawab :
Jumlah Cairan yang dibutuhkan x faktor tetesan
= —————————————————————————————
Tetesan yang ditentukan (jam) x 60menit
Maka jumlah jam yang dibutuhkan sampai cairan habis adalah ;
500 x 20
= ———————— = 8,3 jam
20 x 60
3. Rumus cepat menghitung tetesan infus per menit (dewasa):
Berapakah jumlah tetesan per menit jika seseorang membutuhkan 3 plabotNaCl 0,9% dalam 1
hari?
Jawab :
Cairan yang tersedia 500 cc harus habis dalam 12 jam. Berapakah jumlah tetesan setiap
menitnya?
Jawab :
Jumlah Cairan yang dibutuhkan x faktor tetesan
= —————————————————————————————
Waktu yang ditentukan (jam) x 60menit
Maka jumlah tetesan tiap menitnya adalah ;
500 x 60
= ———————— = 41,6 tetes/menit atau 1 tetes tiap 1,4 detik.
12 x 60
2. Rumus menghitung jumlah lamanya dalam jam (anak) :
Cairan yang tersedia 500 cc NaCl 0,9%. Diberikan dengan titrasi infus 40 tetes/menit. Berapa
jam yang dibutuhkan sampai cairan tersebut habis?
Jawab :
500 x 60
= ———————— = 12,5 jam
40 x 60
Sebenarnya mudah saja, gunakan rumus diatas, baik yang untuk anak ataupun untuk dewasa.
Semisal, hasil perhitungan untuk dewasa yaitu 16,6 tetes/menit. Jadi ketika hendak diubah
menjadi per detik maka :
60
= ———— = 3,6 = 1 tetes tiap 3,6 detik.
16,6
2.2 Kehamilan trimester 1 dan Hiperemesis Gravidarum
2.2.1 Psikologi Kehamilan Trimester pertama
Kehamilan adalah serangkaian proses yang dialami wanita yang diawali dengan pertemuan
antara sel telur dan sel sperma didalam indung telur (ovarium) wanita,lalu berlanjut
kepembentukan zigot, menempel didinding rahim, pembentukan plasenta, dan pertumbuhan
serta perkembangan hasil konsepsi sampai cukup waktu
. Trimester I
Ada 7 problem kehamilan Trimester I dan penangannya, antara lain :
1. Muntah pada saat pagi dan bangun tidur Disebabkan oleh peningkatan jumlah hormon
didalam tubuh, diantaranya estrogen dan progesteron menyebabkan mual dan muntah
yang tidak bisa ditahan dimasa hamil. Peningkatan hormon ini dalam tubuh wanita sering
menjadi penyebab dari gejala yang disebut ibu hamil sebagai morning sickness. Morning
sickness adalah gejala mual-mual dan muntah yang dialami oleh ibu hamil
Cara mengatasi mual muntah (morning sicness) saat pagi atau bangun tidur pada
kehamilan trimester I adalah :
a. Banyak minum air putih
b. Makan sedikit-sedikit namun sering
c. Hindari makanan yang berbau tajam dan makanan yang dapat menaikkan asam
lambung
d. Istirahat yang cukup.
2. Payudara nyeri
b. Ganti segera bra jika kotor,bersihkan dengan air hangat dan jaga agar tetap kering
3. Pusing/sakit kepala
Disebabkan oleh perubahan hormon ibu, ketidaknyaman ini juga biasa terjadi pada trimester 2
dan 3, disebabkan oleh konstraksi otot/spasme otot (leher, bahu, dan penegangan pada kepala)
serta keletihan.
d. Jika tidak kunjung sembuh dengan istirahat, segera periksa kebidan terdekat.
4. Keputihan
Disebabkan peningkatan pelepasan epitel vagina akibat peningkatan pelepasan epitel vagina
akibat peningkatan pembentukan sel-sel pada janin, peningkatan produksi lendir akibat stimulasi
hormonal pada leher rahim, peningkatan kadar hormon estrogen, peningkatan sejumlah glikogen
pada sel epitel vagina menjadi asam laktat olehdoderlein bacilus.
c. Memakai pakaian dalam yang terbuat dari kain katun agar lebih kuat daya serapnya
f. Jaga kebersihan alat kelamin (termasuk membersihkan dari arah depan kebelakang)
g. Segera laporkan ketenaga kesehatan jika terjadi gatal,bau busuk atau perubahan sifat dan
warna.
5. Kelelahan
Terjadi karena tubuh bekerja sangat keras untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh bayi.
Letih dan lelah yang sangat umum pada kehamilan terutama pada beberapa bulan pertama,
karena tubuh menyesuaikan diri dengan kadar hormon yang berubah dengan cepat.
6. Ngidam makanan
Penyebabnya mungkin berkaitan dengan persepsi individu wanita mengenai apa yang bisa
mengurangi rasa mual dan muntah dikarenakan indra pengecap menjadi tumpul sehingga
mencari makanan yang lebih merangsang. Pica atau ngidam tidak seharusnya menimbulkan
kekhawatiran asal cukup bergizi dan makanan yang diidamkan bukan makanan yang tidak baik.
d. Tidur ekstra
2.2 2 Hiperemesis Gravidarum.
A. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur
kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang begitu hebatnya sehingga segala apa yang
dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan
mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam
urin.
B. Etiologi
Mual dan muntah mempengaruhi hingga 50% kehamilan, kebanyakan perempuan mampu
mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet dan simptom akan teratasi hingga
akhir trimester pertama. Etiologinya belum diketahui secara pasti, tetapi adal beberapa ahli yang
menyatakan bahwa erat hubungannya dengan endokrin, biokimia dan psikologis.
a) Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan hehamilan ganda akibat
peningkatan kadar HCG.
b) Faktor organik : masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik.
c) Faktor psikologik: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap
kahamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab dan sebagainya.
C. Patologi
Dari otopsi wanita yang meninggal karena hiperemesis gravidarum diperoleh keterangan bahwa
terjadi kelainan pada organ-organ tubuh berikut:
a) Hepar: pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentilobuler tanpa nekrosis.
b) Jantung: jantung atrofi, kecil dari biasa. Kadang dijumpai perdarahan sub-endokardial
c) Otak: terdapat bercak perdaran pada otak.
D. Klasifikasi
A)Tingkat I
muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat badan
menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir dan sedikit cairan empedu,
dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100x/ menit dan tekanan darah sistolik
menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin sedikit tetapi masih
normal.
b) Tingkat II
gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat, subfebril, nadi
cepat dan > 100 – 140x/ menit,tekanan darah sistolik < 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor,
kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.
c) Tingkat III
terjadi gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi
ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria.
E. Gejala Klinik.
Mulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering dijumpai adalah nausea, muntah,
penurunan berat badan, ptialism (saliva yang berlebihan),
F. Diagnosis Banding
Penyakit-penyakit yang sering menyertai wanita hamil dan mempunyai gejala muntah-muntah
yang hebat harus dipikirkan.
a) Appendicitis akut. Pada pasien hamil dengan appendicitis akut keluhan nyeri tekan perut
sangat menonjol sedangkan pada pasien hamil tanpa appendicitis akut keluhan tersebut sedikit
bahkan tidak ada. Tanda-tanda defance musculare juga bisa dijadikan petunjuk membedakan
hamil dengan appendictis akut dan tanpa appendicitis akut.
b) Ketoasidosis diabetes. Pasien dicurigai menderita ketoasidosis diabetes jika sebelum hamil
mempunyai riwayat diabetes atau diketahui pertama kali saat hamil apalagi disertai dengan
penurunan kesadaran dan pernafasan kussmaul. Perlu dilakukan pemeriksaan keton, pemeriksaan
gula darah, dan pemeriksaan gas darah.
c) Gastritis dan ulkus peptikum. Pasien dicurigai menderita gastritis dan ulkus peptikum jika
pasien mempunyai riwayat makan yang tidak teratur, dan sering menggunakan 6 NSAID.
Keluhan nyeri epigastrium tidak terlalu dapat membedakan dengan wanita hamil yang tanpa
gastritis/ulkus peptikum karena hampir semua pasien dengan hiperemesis gravidarum
mempunyai keluhan nyeri epigastrium yang hebat. Pasien dengan gastroenteritis selain
menunjukkan gejala muntah-muntah, juga biasanya diikuti dengan diare. Pasien hiperemesis
gravidarum yang murni karena hormon jarang disertai diare.
d) Hepatitis. Pasien hepatitis yang menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat biasanya sudah
menunjukkan gejala ikterus yang nyata disertai peningkatan Serum Glutamic Oxaloacetate
Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) yang nyata.
Kadangkadang sulit membedakan pasien hiperemesis gravidarum tingkat III (tanda-tanda
kegagalan hati) yang sebelumnya tidak menderita hepatitis dengan wanita hamil yang
sebelumnya memang sudah menderita hepatitis. e) Pankreatitis akut Pasien dengan pankreatitis
biasanya mempunyai riwayat peminum alkohol berat. Gejala klinis yang dijumpai berupa nyeri
epigastrium, kadang-kadang agak ke kiri atau ke kanan. Rasa nyeri dapat menjalar ke punggung,
kadang-kadang nyeri menyebar di perut dan menjalar ke abdomen bagian bawah. Pemeriksaan
serum amylase dapat membantu menegakkan diagnosis. f) Tumor serebri. Pasien dengan tumor
serebri biasanya selain gejala mual-muntah yang hebat juga disertai keluhan lain seperti sakit
kepala berat yang terjadi hampir setiap hari, gangguan keseimbangan, dan bisa pula disertai
hemiplegi. Pemeriksaan CT scan kepala pada wanita hamil sebaiknya dihindari karena berbahaya
bagi janin.
G. Komplikasi
a. Maternal
akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan teradinya diplopia, palsi nervus ke-6, ataksia,
dan kejang. Jika hal ini tidak segera 7 ditangani akan terjadi psikosis korsakoff (amnesia,
menurunnya kemampuan untuk beraktivitas), ataupun kematian. Komplikasi yang perlu
diperhatikan adalah Ensephalopati Wernicke. Gejala yang timbul dikenal sebagai trias klasik
yaitu paralisis otot-otot ekstrinsik bola mata (oftalmoplegia), gerakan yang tidak teratur (ataksia),
dan bingung.
b. Fetal
penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin
dalam rahim (IUGR).
Pencegahan
1.Obat-obatan.
Apabila keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan pengobatan. Sedativa yang sering
diberikan adalah phenobarbital, vitamin yang dianjurkan yaitu vitamin B1 dan B6, antihistamin
juga dianjurkan. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti prometazin (avopreg),
proklorperazin, atau mediamer B6.
2.Isolasi.
Dilakukan dalam kamar yang tenang, batasi pengunjung / tamu, hanya dokter dan perawat yang
boleh keluar masuk kamar sampai muntah berhenti dan pasien mau makan. Catat cairan yang
masuk dan keluar dan tidak diberikan makan dan minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang
dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
3.Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh
karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya
dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
4. Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5%
dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin,
khususnya vitamin B komplek dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan
pula asam amino secara intra vena
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. urin perlu diperiksa sehari-hari
terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan
tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya
menurut keperluan. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah
baik dapat dicoba untuk diberikan minuman, dan lambat laun minuman dapat ditambah dengan
makanan yang tidak cair. Penghentian kehamilan dilakukan bila keadaan umum memburuk
melalui pertimbangan beberapa aspek meliputi pemeriksaan medik dan psikiatrik, manifestasi
klinis berupa:
c. Gangguan faal: hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk anuria,jantung dan pembuluh
darah dalam bentuk nadi meningkat dan tekanan darah menurun.
BAB III
TINJAUAN KASUS
I.SUBYEK:
G1 P0 A0 hamil 9 minggu bb 47 kg datang dengan keluhan mual Muntah lebih darin8 kali/hari Hanya
Makan 3 sendok minum ½ gelas Air
II. OBYEK :
Tanda Vital
Nadi : 80 x / menit,
Suhu : 38 C
III.ASSESMENT
- Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada suami Pasien tentang keadan Pasien suami
mengerti dan memahami Tentang Keadaan istrinya
- Melakukan Pemberian cairan dengan Memasang Infus menggunakan infuset terumo dan
cairan RL dengan tetesan 85 tts/Mnt
Cara Menghitung:
3600x20/14x60
- Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum sedikit tapi sering Ibu makan 3 sendok
makan dan Minum ½ gelas air
- Memantau Dehidrasi Dengan menghitung Balance Cairan jumlah cairan yang masuk
dan cairan yang keluar (3770-1105=2665)
Cara menghitung :
Masuk:
- infus :36000
Cairan keluar
-Muntah 8 kali( 8x 50 cc) 1 kali muntah 5cc : 400
Jadi Balance cairan= jumlah cairan masuk- jumlah cairan keluar+ 1wl
3770-400+705: 2665
( dikatakan adekuat bila terdapat parameter seperti tekanan darah arteri rata-rata 70-80
mmHg, denyut jantung kurang dari 100x per menit, ekstremitas hangat dengan pengisian
kapiler baik, susunan saraf pusat baik, produksi urine baik 0.5-1 ml)
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus ini akan dibahas pasien Ny. SN usia 26 tahun, G2P1A0, hamil 9 minggu
dengan hiperemesis gravidarum. Pasien datang dengan keluhan mual dan muntah . Isi
muntahan berupa makanan minuman yang dikonsumsi sebelumnya, pada muntahan tidak
terdapat darah. Keluhan mual dan muntah semakin bertambah berat bila setelah makan dan
minum, dan berkurang saat istirahat. Selain itu pasien juga mengeluh badan terasa lemas
sehingga tak mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya, bibir terasa kering,
nafsu makan dirasakan menurun karena pasien takut muntah. BAB dan BAK dirasakan
semakin menurun. Pasien juga mengeluh nyeri ulu hati. Pada kasus ini, pasien didiagnosis
dengan hiperemesis gravidarum karena berdasarkan anamnesis pada pasien ini ditemukan
adanya gejala mual dan muntah yang berat, dimana keluhan tersebut sampai menggangu
aktivitas sehari-hari sampai pekerjaanya. Muntah tersebut juga menimbulkan komplikasi
dehidrasi karena kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak lemas, tekanan darah 60 / 40
mmHg, nadi 80 x / menit, frekuensi pernapasan 22x / menit, teratur, suhu 38 C, mata cekung
(+/+), konjungtiva palpebra anemis (+/+) dan bibir kering (+). 15 Dimana hiperemesis
gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur kehamilan 20
minggu. Keluhan muntah kadang begitu hebatnya sehingga segala apa yang dimakan dan
diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu
pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin.1-4
Secara klinis hiperemesis gravidarum di bedakan atas 3 tingkatan, yaitu: Tingkat I : Muntah
yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat badan
menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lender dan sedikit cairan
empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100x/ menit dan tekanan
darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin sedikit
tetapi masih normal. Tingkat II : Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum
dimuntahkan, haus hebat, subfebril, nadi cepat dan > 100 – 140x/ menit,tekanan darah
sistolik < 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam
urin, dan berat badan cepat menurun. Tingkat III : terjadi gangguan kesadaran (delirium-
koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus,
gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria. Tanda kehamilan yang didapat pada anamnesis
penderita ini adalah adanya riwayat telat haid sejak tanggal 27 juli 2020, pasien sudah
melakukan tes kehamilan dengan hasil yang positif, sedangkan pada pemeriksaan fisik
ditemukan adanya hiperpigmentasi pada areola mamae. Pasien dimasukan dalam hiperemesis
gravidarum tingkat II, karena muntah semakin berat, penderita tampak lemah, mata cekung,
turgor kulit menurun dan bibir kering, frekuensi nadi 80//menit), pernafasan agak cepat
(24x/menit), mata. Namun dalam penegakan diagnosis ini perlu dilakukan pemeriksaan darah
rutin, kimia urin, elektrolit, gula darah dan USG. Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum
dibedakan menjadi rehidrasi dan koreksi elektrolit, isolasi, terapi nutrisi, terapi dengan obat-
obatan, dan psikoterapi.
Umumnya kehilangan air dan elektrolit diganti dengan cairan isotonik, misalnya Ringer
Laktat, ringer asetat atau normal salin. Cairan yang digunakan untuk memperbaiki keadaan
pasien ini adalah kristaloid yaitu Ringer Laktat, dengan pertimbangan bahwa pada pasien
terjadi penurunan volume cairan di mana Balance cairan cairan yang masuk - cairan yang
keluar dalm kasusnini jumlah cairan yang masuk 3770 dan cairan yang keluar 1105 maka
balance cairan sekitar 2665 . Terapi cairan dilakukan untuk mengatasi dehidrasi 3600 ml
sehingga di lakukan dengan cairan rehidrasi yaitu cairan Rl 86tts/ menit atau 1 tetes/ detik
Resusitasi dikatakan adekuat bila terdapat parameter seperti tekanan darah arteri rata-rata 70-
80 mmHg, denyut jantung kurang dari 100x per menit, ekstremitas hangat dengan pengisian
kapiler baik, susunan saraf pusat baik, produksi urine baik 0.5-1 ml .
BAB V
PENUTUP
1. SIMPULAN
Dari hasil study kasus ini dapat di simpulkan bahwa hiperemesis gravidarum dapat
menyebabkan dehidrasi hebat dan perlu penanganganan yang tepat melalui rehidrasi
yang cepat dan tepat dengan memeperhatikan balance cairan dan kebutuhan cairan yang
di perlukan pasien.
2. SARAN
Pada study kasus hiperemesis gravidarum ini perlu mendapat perhatian dari berbagai
pihak terutama dalam penanganannya karena kasus ini bisa menimbulkan angka
kematian bagi ibu hamil yang di sebabkan karen dehidtrasi .
DAFTAR PUSTAKA