Anda di halaman 1dari 4

Seborrhea pada bayi, juga dikenal sebagai **Cradle Cap** atau **Dermatitis Seboroik**, adalah

kondisi kulit yang umum terjadi pada bayi. Ini ditandai dengan kemunculan kerak bersisik putih pada
kepala bayi, yang tampak seperti serpihan ketombe¹.

Gejala dermatitis seboroik pada bayi meliputi kulit kepala yang sangat berminyak, timbul kerak
bersisik yang kering dan dapat mengelupas seperti berketombe. Kondisi ini juga bisa membuat bayi
merasa gatal, yang bisa mengganggu tidur mereka¹.

Penyebab pasti kondisi ini belum diketahui, tetapi diduga disebabkan oleh peradangan yang
menyebabkan produksi minyak berlebih pada kulit kepala bayi. Peradangan ini juga dapat
dipengaruhi oleh infeksi jamur Malassezia atau Pityrosporum¹².

Jika gejala dermatitis seboroik pada bayi bertambah parah dari hari ke hari, sebaiknya segera
periksakan si Kecil ke dokter¹.

Asuhan kebidanan pada bayi dengan seborrhea melibatkan beberapa langkah penting¹³:

1. **Edukasi mengenai personal hygiene**: Penting untuk menjaga kebersihan bayi dan lingkungan
sekitarnya untuk mencegah penyebaran infeksi.

2. **Mengoleskan minyak pada kerak**: Minyak dapat membantu melunakkan kerak yang
menempel pada kulit bayi, sehingga lebih mudah untuk dihilangkan.

3. **Mencuci rambut dengan shampo**: Shampo khusus bayi dapat digunakan untuk membersihkan
rambut dan kulit kepala bayi.

4. **Menggunakan sisir yang halus**: Sisir dengan ujung yang halus dapat digunakan untuk
mengangkat kerak yang telah melunak tanpa menyakiti kulit bayi.

5. **Konsultasi dengan dokter**: Jika kondisi bayi tidak membaik atau memburuk, sebaiknya segera
konsultasikan dengan dokter untuk penanganan lebih lanjut³.

Hasil dari asuhan ini menunjukkan bahwa permasalahan pada bayi dengan seborrhea telah teratasi
pada hari ke-30 setelah dilakukan intervensi¹.
Milliriasis, juga dikenal sebagai biang keringat atau miliaria, adalah kondisi kulit yang umum terjadi
pada bayi. Kondisi ini ditandai dengan bintil-bintil kecil berwarna merah yang kadang-kadang berisi
air, disertai atau tidak kulit yang tampak kemerahan¹. Pada bayi, milliriasis sering disertai gejala rewel
dan bisa mengganggu tidurnya¹. Milliriasis disebabkan oleh keluarnya keringat berlebihan disertai
tersumbatnya saluran kelenjar keringat²⁴. Biasanya, milliriasis terjadi pada daerah dahi, leher,
punggung, dan dada⁶.

Asuhan kebidanan pada bayi dengan milliriasis melibatkan beberapa langkah penting⁶:

1. **Pengkajian Data**: Melakukan pengamatan dan pengumpulan data tentang kondisi bayi dan
gejala yang dialami.

2. **Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan**: Menentukan diagnosa berdasarkan data
yang telah dikumpulkan.

3. **Perencanaan**: Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan untuk membantu bayi.

4. **Implementasi**: Melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun.

5. **Evaluasi**: Mengevaluasi efektivitas tindakan yang telah dilakukan.

6. **Pencatatan Asuhan Kebidanan**: Mencatat semua proses asuhan yang telah dilakukan.

Hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan pada bayi dengan milliriasis menunjukkan adanya
beberapa kesenjangan. Misalnya, terapi yang diberikan belum bisa maksimal menyembuhkan
milliriasis secara total, hanya mengurangi tanda milliriasis⁶. Oleh karena itu, jika kondisi bayi tidak
membaik atau memburuk, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter untuk penanganan lebih
lanjut¹.

Diare pada bayi adalah kondisi di mana bayi buang air besar lebih sering dan konsistensinya lebih
encer12. Diare pada bayi bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti infeksi virus, bakteri, atau
parasit, perubahan pola makan bayi atau ibu jika menyusui, konsumsi antibiotik oleh bayi atau ibu
menyusui, penyakit langka seperti cystic fibrosis, intoleransi laktosa, dan terlalu banyak
mengonsumsi jus buah3.

Berikut adalah beberapa langkah dalam asuhan kebidanan pada bayi dengan diare4567:

1. Pengkajian Data: Melakukan pengamatan dan pengumpulan data tentang kondisi bayi dan
gejala yang dialami.

2. Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan: Menentukan diagnosa berdasarkan data
yang telah dikumpulkan.

3. Perencanaan: Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan untuk membantu bayi.

4. Implementasi: Melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun. Beberapa tindakan yang
bisa dilakukan antara lain:

o Memberikan ASI lebih sering, terutama saat bayi muntah dan mencret8.
o Memberikan oralit sebanyak 2 sendok makan atau 30 ml, setiap 30–60 menit. Jika bayi
muntah, berikan oralit secara bertahap, mulai dari 1 sendok teh atau 5 ml setiap 10–15 menit4.

o Memberikan suplemen zinc4.

5. Evaluasi: Mengevaluasi efektivitas tindakan yang telah dilakukan.

6. Pencatatan Asuhan Kebidanan: Mencatat semua proses asuhan yang telah dilakukan.

Jika kondisi bayi tidak membaik atau memburuk, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter
untuk penanganan lebih lanjut1.

Diare pada bayi bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti:

1. Infeksi virus, seperti rotavirus12.

2. Infeksi bakteri, seperti Campylobacter dan Escherichia coli12.

3. Infeksi parasit12.

4. Alergi makanan12.

5. Intoleransi laktosa12.

6. Penggunaan antibiotik12.

7. Penyakit lain, seperti cystic fibrosis12.

Berikut adalah beberapa jenis diare yang dapat dialami oleh bayi3:

1. Diare Cair Akut: Diare ini dapat berlangsung beberapa jam atau hari dan sangat berbahaya
karena dapat menyebabkan dehidrasi3.

2. Diare Berdarah Akut: Jenis diare ini berisiko menyebabkan kerusakan usus, sepsis dan
malnutrisi, serta komplikasi lain, termasuk dehidrasi3.

3. Diare Persisten: Diare ini berlangsung 14 hari atau lebih dan berisiko menyebabkan
malnutrisi dan infeksi non-usus yang serius, serta dehidrasi3.

4. Diare dengan Malnutrisi Berat: Jenis diare ini berisiko menyebabkan infeksi sistemik yang
parah, dehidrasi, gagal jantung, hingga kekurangan vitamin dan mineral3.

Berdasarkan durasinya, diare juga dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu diare akut (berlangsung
kurang dari 2 minggu), diare persisten (berlangsung sekitar 2-4 minggu), dan diare kronis
(berlangsung lebih dari 4 minggu)3.

Furunkel pada Bayi

Definisi Furunkel, juga dikenal sebagai bisul, adalah penumpukan nanah pada jaringan kulit yang
disebabkan oleh infeksi bakteri Staphylococcus aureus dan melibatkan folikel rambut (pori tempat
tumbuhnya rambut) dan jaringan di sekitarnya12.

Penyebab Furunkel pada bayi biasanya terjadi akibat infeksi bakteri Staphylococcus aureus yang
menyerang folikel rambut3. Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya furunkel pada bayi
antara lain kurangnya asupan gizi, kondisi lingkungan yang kurang bersih, dan kontak langsung
dengan orang lain yang telah terinfeksi bakteri Staphylococcus aureus12.
Diagnosis Diagnosis furunkel biasanya dilakukan berdasarkan pemeriksaan fisik. Dokter akan
mengenali penyakit ini dengan melihat gambaran kelainan yang muncul pada kulit4. Gejala yang
umumnya muncul adalah benjolan merah yang berisi nanah dan terasa nyeri2.

Tatalaksana Tatalaksana furunkel pada bayi meliputi:

• Kompres hangat: Ini dapat membantu mengurangi rasa sakit dan mempercepat proses
penyembuhan56.

• Pembersihan: Jika furunkel pecah, area tersebut harus dibersihkan dengan kain kasa steril
dan sabun anti-bakteri, lalu ditutup dengan kain kasa steril2.

• Penggantian perban: Perban harus diganti sesering mungkin, misalnya 2–3 kali sehari2.

• Antibiotik: Pada kasus tertentu, dokter mungkin akan meresepkan antibiotik untuk
membantu melawan infeksi4.

Asuhan Kebidanan Asuhan kebidanan pada bayi dengan furunkel melibatkan pemantauan kondisi
bayi, pendidikan kepada orang tua tentang cara merawat bayi dengan furunkel, dan koordinasi
dengan dokter untuk perawatan medis yang diperlukan7.

Harap dicatat bahwa informasi ini hanya bersifat umum dan mungkin tidak sepenuhnya berlaku
untuk setiap individu. Selalu konsultasikan dengan profesional kesehatan yang berlisensi untuk
mendapatkan saran medis yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai