Demam tifoid atau lebih sering dikenal dengan tifus adalah masalah kesehatan yang
disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi. Anak-anak kerap mengalami kondisi
ini karena sistem imunnya belum terbentuk sempurna sehingga rentan terserang oleh
infeksi bakteri. Adapun gejala tifus pada anak yang umum terjadi adalah demam tinggi,
kehilangan nafsu makan, gangguan pencernaan, dan timbul bintik kehitaman di kulit.
1. Demam Tinggi
Gejala tifus pada anak yang umum terjadi adalah demam tinggi hingga 40 derajat
Celcius dan bisa berlangsung selama satu minggu. Pada fase ini, suhu tubuh anak
akan naik secara bertahap dan perlahan. Saat demam, anak juga dapat mengeluhkan
nyeri otot, sakit kepala, dan mudah lelah.
Demam tifus pada anak pada umumnya tidak kunjung mereda walaupun sudah minum
obat penurun panas.
3. Gangguan Pencernaan
Salah satu gejala tifus pada anak yang perlu diwaspadai adalah gangguan pencernaan,
seperti diare atau sembelit. Gejala ini terjadi karena bakteri penyebab tifus,
yaitu Salmonella typhi, dapat hidup di dalam saluran pencernaan manusia.
Selain itu, saat terserang tifus, anak juga kerap mengeluhkan rasa tidak nyaman pada
perut, mual, muntah, hingga BAB berdarah.
1. Konsumsi Obat-Obatan
Dokter dapat meresepkan obat antibiotik dalam bentuk injeksi atau obat minum untuk
menangani infeksi bakteri yang menyebabkan tifus pada anak. Umumnya, dokter akan
meresepkan obat antibiotik untuk penderita tifus selama 1 sampai 2 minggu. Namun,
jika sudah terjadi komplikasi, maka dokter mungkin akan meresepkan obat dalam
jangka waktu yang lebih lama sekitar 4 minggu lebih.
Perlu diingat, meski gejalanya sudah mereda, obat antibiotik yang diresepkan oleh
dokter harus dihabiskan guna mencegah terjadinya resistensi antibiotik.
2. Terapi Cairan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tifus dapat menimbulkan gejala berupa
demam tinggi, diare, mual, dan muntah, sehingga rentan menyebabkan dehidrasi pada
anak. Untuk mengatasi kondisi tersebut, dokter biasanya akan memberikan asupan
cairan tambahan melalui infus.