Anda di halaman 1dari 3

SOAL No.

4A Untuk peserta D
Bayi usia 2 hari dibawa ibunya datang ke puskesmas dengan keluhan kuning seluruh tubuh, dari
mata hingga telapak kaki, bayi tampak lemah, dan tidak mau menyusu, suhu 37,60C.
Pertanyaan:
 Apa yang dipikirkan mengenai bayi tersebut?
 Apa yang dilakukan pada bayi tersebut?
Jawaban:
 Ikterus Neonatorum
 Yang saya lakukan pada bayi tersebut di Puskesmas adalah:
1. Anamnesis: Dalam anamnesis, untuk mencari tahu penyebab terjadinya ikterus pada bayi
tersebut.
Anamnesis berupa:
- Riwayat Keluarga, apakah ada yang memiliki riwayat ikterus atau tidak.
- Riwayat ibu, apakah ada kelainan spesifik pada ibu atau sakit selama mengandung
seperti toksoplasma atau infeksi virus.
- Riwayat persalinan, apakah ada riwayat trauma selama pertolongan persalinan atau
tidak.
- Riwayat pemberian ASI, untuk membedakan antara breasfeeding jaundice dan
breastmilk jaundice.
Breastfeeding jaundice adalah ikterus yang disebabkan oleh kekurangan asupan ASI.
Biasanya timbul pada hari ke-2 atau ke-3 pada waktu produksi ASI belum banyak.
Untuk neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan (bukan bayi berat lahir rendah),
hal ini tidak perlu dikhawatirkan, karena bayi dibekali cadangan lemak coklat,
glikogen, dan cairan yang dapat mempertahankan metabolisme selama 72 jam.
Walaupun demikian keadaan ini dapat memicu terjadinya hiperbilirubinemia, yang
disebabkan peningkatan sirkulasi enterohepatik akibat kurangnya asupan ASI. Ikterus
pada bayi ini tidak selalu disebabkan oleh breastfeeding jaundice, karena dapat saja
merupakan hiperbilirubinemia fisiologis. Breastfeeding jaundice seringkali terjadi
pada bayi-bayi yang mendapatkan ASI eksklusif namun tidak diiringi dengan
manajemen laktasi yang baik. Bayi akan mengalami beberapa tanda sebagai akibat
kekurangan cairan, seperti demam, penurunan berat badan >10%, dan berkurangnya
produksi kencing. Frekuensi buang air besar dapat juga berkurang pada kasus ini.
Breast-milk jaundice adalah ikterus yang disebabkan oleh air susu ibu (ASI). Insidens
pada bayi cukup bulan berkisar 2-4%. Pada sebagian besar bayi, kadar bilirubin turun
pada hari ke-4, tetapi pada breast-milk jaundice, bilirubin terus naik, bahkan dapat
mencapai 20-30 mg/dL pada usia 14 hari. Bila ASI dihentikan, bilirubin akan turun
secara drastis dalam 48 jam. Bila ASI diberikan kembali, maka bilirubin akan
kembali naik tetapi umumnya tidak akan setinggi sebelumnya. Bayi tampak sehat
dengan menunjukkan kemampuan minum yang baik, aktif, lincah, produksi ASI
cukup. Yang diiringi dengan pertambahan berat badan yang baik, fungsi hati normal,
dan tidak terdapat bukti hemolisis. Breast-milk jaundice dapat berulang (70%) pada
kehamilan berikutnya. Mekanisme sesungguhnya yang menyebabkan breast-milk
jaundice belum diketahui, tetapi diduga timbul akibat terhambatnya uridine
diphosphoglucuronic acid glucuronyl transferase (UDGPA) oleh hasil metabolisme
progesteron, yaitu pregnane-3-alpha 2-betadiol yang ada di dalam ASI sebagian ibu.
2. Pemeriksaan Fisik:
Melakukan pemeriksaan fisik berupa pengukuran berat badan dan panjang badan pada
bayi sambil menanyakan berat badan lahir dan panjang badan lahir. Setelah itu
menanyakan apakah bayi tersebut proses lahiran secara normal atau operasi dan sesudah
lahir apakah langsung mendapatkan suntikan vitamin k dan Hb0 atau tidak. Kemudian
icterus dapat dideteksi secara klinis dengan cara mengobservasi warna kulit setelah
dilakukan penekanan menggunakan jari. Pemeriksaan terbaik dilakukan menggunakan
cahaya matahari. Ikterus dimulai dari kepala dan meluas secara sefalokaudal.
Pemeriksaan ikterus juga dapat dinilai melalui derajat ikterus neonatorum Kramer dan
juga dapat memperkirakan kadar bilirubinnya, yaitu:
Derajat 1: daerah kepala dan leher  perkiraan kadar bilirubin 5,0mg%
Derajat 2: meluas sampai ke badan atas  perkiraan kadar bilirubin 9,0 mg%
Derajat 3: badan bawah hingga tungkai  perkiraan kadar bilirubin 11,4 mg%
Derajat 4: sampai lengan, kaki bawah, dan lutut  kadar bilirubin 12,4 mg%
Derajat 5: sampai telapak tangan dan kaki  kadar bilirubin 16,0 mg%

Pada bayi ini dijelaskan bahwa bayi tampak kuning di seluruh tubuh hingga telapak kaki,
sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa perkiraan kadar bilirubin bayi tersebut 16 mg
%.

3. Penatalaksanaan:
Umumnya ikterus fisiologis tidak memerlukan penanganan khusus dan dapat rawat jalan
dengan nasehat untuk kembali jika ikterus terus berlangsung selama lebih 2 minggu.

Anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif lebih sering.

Dan pada kasus ini bila si anak tidak mau menyusui cari tahu mengapa si anak tidak mau
menyusui.
a. Apakah perlengketannya tidak baik?
b. Apakah mulut bayi tepat masuk di seluruh aerola ibu?
Memberi masukan kepada ibu dan memeriksa bayi apakah mereka mendapat ASI yang
cukup dengan beberapa pertanyaan:
1. Apakah bayi minum 8-12x per hari?
2. Apakah BAB > 3x per hari?
3. Apakah BAK > 6x per hari?
4. Apakah BB bayi tidak turun >10% dalam 5 hari pertama kehidupan?
5. Apakah bayi demam?
Selanjutnya jika bayi tidak dapat menyusui, Ibu dapat pompa ASI dan memberikannya
melalui sendok atau botol air susu.
Letakkan bayi di tempat yang cukup mendapat sinar matahari selama 30 menit selama 3-
4 hari. Jaga bayi agar tetap hangat.
Kelola faktor resiko asfiksia dan infeksi karena dapat menyebabkan enselopathy biliaris.

Bila dengan pemberian ASI + memberikan sinar matahari yang cukup akan tetapi setelah
lebih dari 5 hari kemudian ikterus pada anak tidak berkurang rujuk bayi untuk
mendapatkan terapi sinar di rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai